Anda di halaman 1dari 7

Penegakan Hukum Mengenai Hak

Asasi Manusia (HAM) Menurut


Hukum Positif di Indonesia

Oleh :
Axcellino Fernando Adnan
HMI BADKO SUMBAGSEL
PENDAHULUAN
 Hampir setiap negara ada permasalahan dalam usaha untuk menegakkan HAM, tidak terkecuali di Indonesia.Bangsa
Indonesia akhir-akhir ini menjadi sorotan negara-negara di dunia berkaitan dengan penegakan HAM.Masalah
penegakan HAM selalu beriringan dengan masalah penegakan hukum, di mana hal ini menjadi salah satu hal krusial
yang paling sering dikeluhkan oleh warga masyarakat pada saat ini. Yaitu lemahnya penegakan hukum.Masyarakat
terkesan apatis melihat hampir semua kasus hukum dalam skala besar dan menghebohkan, baik yang berhubungan
dengan tindak kriminal, kejahatan ekonomi, apalagi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), belum ada yang
diselesaikan dengan tuntas dan memuaskan. Masyarakat berharap, bahwa demi kebenaran, maka hukum harus
senantiasa ditegakkan.
  Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 1 ayat (2) bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Jelaslah bahwa negara Indonesia ialah suatu negara yang
berdasarkan atas Undang-Undang Dasar yang mengatur segala sendi- sendi kehidupan dengan peraturan- peraturan
yang bermula dari kedaulatan rakyat yang didelegasikan kepada negara yang bermuara demi kedaulatan rakyat itu
sendiri. Karena walaupun sebenarnya perangkat- perangkat yang ada dirasa sudah cukup memadai, tetapi dalam
realitanya hukum masih belum menunjukkan keadaan seperti yang diharapkan.
  Lebih dari lima puluh tujuh tahun setelah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia melarang semua bentuk
penyiksaan dan kejahatan, tindakan tidak manusiawi atau menurunkan martabat perlakuan atau hukuman,
penyiksaan masih saja dianggap umum. Hari ini, pada hari hak asasi manusia, marilah kita berjanji kepada diri kita
kepada prinsip- prinsip Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, mendedikasikan kembali diri kita dalam menghapus
penyiksaan dari muka bumi ini”.
Penerapan Hukum Pada Pelanggaran
Hak Asasi Manusia

Pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia telah ada sejak di sahkannya Pancasila sebagai dasar pedoman
negara Indonesia, meskipun secara tersirat.Baik yang menyangkut mengenai hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa, maupun hubungan manusia dengan manusia. Hal ini terkandung dalam nilai-nilai yang terkandung dalam sila-
sila yang terdapat pada pancasila.Dalam Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hah Asasi Manusia, pengaturan
mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan berpedoman pada deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa
Bangsa. Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita,
konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang hak-hak anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur
mengenai Hak Asasi Manusia. Materi Undang- Undang ini tentu saja harus disesuaikan dengan kebutuhan hukum
masyarakat dan pembangunan hukum nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
Sedangkan di dalam Undang- Undang Dasar 1945 (yang telah diamandemen), masalah mengenai Hak
Asasi Manusia dicantumkan secara khusus dalam bab XA pasal 28A sampai dengan 28J yang merupakan hasil
amandemen kedua tahun 2000. 9Pemerintah dalam hal untuk melaksanakan amanah yang telah diamanatkan melalui TAP
MPR tersebut di atas, di bentuklah Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada tanggal 23
September 1999 telah disahkan Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang mengatur
beberapa hal penting yang menyangkut Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Kejahatan terhadap kemanusiaan yaitu perbuatan yang dilaksanakan sebagai bagian dari serangan yang
meluas ataupun sistematik yang diketahuinya bahwa akibat serangan itu ditujukan secara langsung terhadap penduduk
sipil, berupa pembunuhan, pemusnahan, pembudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa,
perampasan kemerdekaan atau kebebasan fisik secara sewenang-wenang, penyiksaan, pemerkosaan, perbudakan
seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, sterilisasi paksa, atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara, penganiayaan terhadap kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras,
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin maupun alasan lain yang telah diakui secara Universal sebagai hal yang
dilarang oleh hukum internasional, penghilangan orang secara paksa kejahatan apartheid.
Lembaga Yang Dapat Mengadili Hak
Asasi Manusia
Lembaga pengadilan yang ada di negara Indonesia merupakan bagian dari fungsi yudikatif yang telah
diamanahkan oleh konstitusi. Keberadaan pengadilan yaitu sebagai wadah untuk menegakkan hukum yang ada di negara
ini. Lembaga pengadilan adalah suatu lembaga yang mempunyai peran untuk mengadili dan menegakkan kaidah-kaidah
hukum yang berlaku di wilayah negara hukum nasional dan fungsi dari pada lembaga pengadilan sebagai wilayah guna
mendapatkan simpul keadilan yang tiada sewenang-wenang.Dalam lingkungan pradilan di Indonesia, mengenai masalah-
masalah Hak Asasi Manusia dewasa ini, sedang bagitu semarak di wacanakan bukan hanya saja dalam wahana seminar,
diskusi, semiloka bahkan di dalam praktisi pengembala hukum itu sedang menjadi topik yang sering dibicarakan dan
diperdebatkan. Hak Asasi Manusia sekarang di dunia telah menjadi suatu isu global meskipun perkembangan Hak Asasi
Manusia telah lama.
Indonesia seperti negara lain yang memiliki kepekaan dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan nilai-nilai
kemanusiaan yang ada di dalam pancasila tentu tidak dapat diam dengan seribu bahasa berkenaan dengan pelaksanaan
Hak Asasi Manusia di wilayah Indonesia. Indonesia sebagai negara yang memiliki kultur nilai-nilai yang begitu
menghormati dan menghargai arti dasar manusia yang telah di buktikan oleh historis Indonesia yang panjang, bahwa
Indonesia suatu wilayah yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan ke khasan yang beraneka ragam
budayanya tetapi dengan sesuai nilai-nilai budaya nusantara telah melaksanakan dalam kehidupan sehari-harinya dalam
bermasyarakat berbangsa dan bernegara dengan bermartabat tanpa harus menghilangkan nilai-nilai budaya nusantara
yang telah menempatkan posisi manusia di dalam bingkai yang harmonis dan kesetaraan yang sesuai dengan masyarakat
Indonesia.
Lembaga yang dapat mengadili pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ada empat lingkungan
peradilan sesuai dengan Undang-Undang yaitu :
Pengadilan Umum.

Pengadilan Militer.

Pengadilan Agama.

Pengadilan Niaga
Upaya- Upaya Penyelesaian Dalam Kasus
Hak Asasi Manusia di Indonesia

 Sarana penyelesaian yang digunakan dalam penyelesaian kasus Hak Asasi Manusia di
Indonesia tentunya dengan mengedepankan norma- norma kaidah hukum yang berlaku
dalam menyelesaikan permasalahan- permasalahan hukum. UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia yaitu perdamaian kedua belah pihak, penyelesaian perkara melalui cara
konsultasi negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. Penyelesaian perkara terhadap
pelanggaran Hak Asasi Manusia di wilayah Indonesia tentunya harus mempertimbangkan
kaidah-kaidah yang ada di dalam masyarakat Indonesia.
 Penegakan terhadap Hak Asasi Manusia di Indonesia tidak dapat di tegakkan selama pola
pemikirannya hanya bersandar pada nilai-nilai Hak Asasi Manusia suatu negara. Sebab
penegakan terhadap nilai-nilai Hak Asasi Manusia dalam setiap wilayah negara akan
berbeda-beda karena dipengaruhi oleh kultur budaya, sosial dan religius suatu bangsa, jika
Indonesia ingin penegakan Hak Asasi Manusia berdiri di negara ini serta harus sesuai
dengan nilai kaidah yang ada di dalam jiwa bangsa Indonesia, selama itu belum dipahami
nilai penegakan Hak Asasi Manusia hanya sebagai plaform belaka.
Prinsip Hak Asasi ManusiaMenurut Hukum Islam

Setiap insan manusia yang terlahir di alam dunia memiliki kesempurnaan yang lebih sempurna
dari makhluk hidup yang ada di dunia, karena manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan
segala kelebihan yang telah dikaruniakan kepadanya melekat dalam diri setiap
manusia.Sehingga keberadaan makhluk manusia di dunia ini untuk di hormati oleh sesama
manusia. Dalam menjalani kehidupan manusia tentu, mempunyai nilai-nilai kodrati yang harus
disadari dan diakui oleh manusia-manusia yang lain di saat keadaan apapun.
Manusia sejatinya telah mempunyai nilai-nilai yang berada di dalam dirinya tampa bisa
dikurangkan terlebih lagi sampai dihilangkan oleh siapapun di dunia ini. Maka tidak benar
apabila manusia, bangsa dan negara ingin melakukan suatu penekanan dengan menggunakan
kata ataupun kaidah-kaidah yang secara universal telah diakui keberadaannya dan bukan
menjadi suatu nilai-nilai pribadi, golongan, sekutu ataupun negara di dunia ini.
Oleh karena itu Islam selaku agama yang sesungguhnya memberi “ Rahmatan Lil Alamin” bagi
manusia di muka bumi ini tampa membeda- bedakan asal, golongan dan tingkat interaksinya
telah memberi suatu derajat dan martabat yang mulia di dunia ini sehingga Allah SWT
memerintahkan kepada para malaikat dan yang lainnya bersujud kepada manusia dalam
maksud menghormati manusia. Supaya manusia tidak hidup sejajar dengan makhluk hidup lain
yang ada di bumi ini seperti binatang tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Kendatipun manusia
dalam interaksi kehidupannya secara ekonomi, sosial, budaya menghadapi berbagai macam
kepedihan dan kesukaran, namun jika manusia hidup baik dan damai bersama manusia lainnya
tentu diharibaan Allah SWT lebih mulia dari pada malaikat di langit.
KESIMPULAN
 Penerapan hukum kepada pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ini
berpedoman pada Undang- Undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi
Manusia, di mana dalam Undang-undang tersebut disebut tentang pengadilan ad hoc
yang dipakai untuk mengadili para pelanggar Hak Asasi Manusia di Indonesia.
 Lembaga yang mengadili para pelanggar Hak Asasi Manusia adalah pengadilan Ad Hoc
Hak Asasi Manusia, yang tidak beda dengan pengadilan biasa, khususnya pengadilan
pidana. Sebab pada hakekatnya pengadilan pidana juga mengadili pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang bersifat khas adalah bahwa pelanggaran Hak Asasi Manusia
berkaitan dengan kesepakatan internasional.
 Untuk menyelesaikan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di wilayah
Indonesia yaitu melalui pengadilan Ad Hoc apabila waktu terjadinya pelanggaran Hak
Asasi Manusia sebelum Undang- Undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak
Asasi Manusia dan apabila terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia tersebut setelah
Undang- undang ini maka diselesaikan melalui pengadilan Hak Asasi Manusia dan
apabila terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia tersebut sebelum Undang-undang
ini dapat juga diselesaikan melalui alternatif penyelesaian yaitu melalui Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi yang ditetapkan oleh Undang- Undang.
 Hak Asasi Manusia menurut prinsip Islam tidak dapat terlepas dari Al Qur’an dan As
Sunnah karena dari kedua sumber tersebut menjadi suatu kaidah-kaidah petunjuk dan
bimbingan bagi seluruh umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai