Anda di halaman 1dari 36

INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM DAN

HAM (Rule of Law dan HAM)

OLEH : BARTO MANSYAH


1. MAKNA INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM dan PRINSIP-PRINSIPNYA

Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut harus
dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara
kesejahteraan (welfare state), yang membawa implikasi bagi para penyelenggara negara
untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif dilandasi ide-ide
kreatif dan inovatif.
Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional
Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif.
Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis.
Makna hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung
masyarakat.
Adaptif, artinya mampu menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah
usang.
Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan.
Makna hukum seperti ini menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam
praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika.
Hukum dapat menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota
masyarakat.
Makna Indonesia sebagai negara hukum adalah segala aspek kehidupan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus didasarkan pada hukum dan segala produk perundang-
undangan serta turunannya yang berlaku di wilayah NKRI.
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1 ayat 3
UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin
kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus
merupakan negara hukum.
Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat
dilihat pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang Perekonomian Negara
dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara turut
aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional.
2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD 1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).
6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD 1945).
Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut “The International
Commission of Jurists” itu adalah:
1. Negara harus tunduk pada hukum.
2. Pemerintah menghormati hak-hak individu.
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
2. Ciri dan tujuan HAM

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah
Tuhan yang dibawa sejak lahir. Menurut UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dinyatakan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatannya, serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan tentang
beberapa macam hak sebagai berikut :
1. Hak Untuk Hidup
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, meningkatkan taraf
kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan
Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah atas kehendak yang bebas.
3. Hak Mengembangkan Diri 
Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik secara pribadi
maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
4. Hak Memperoleh Keadilan
Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan
permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi
serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara
yang menjamin pemeriksaan secara objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh
putusan adil dan benar.
5. Hak Atas Kebebasan Pribadi
Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politik, mengeluarkan
pendapat di muka umum, memeluk agama masing-masing, tidak boleh diperbudak,
memilih kewarganegaraan tanpa diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan bertempat
tinggal di wilayah Republik Indonesia.
6. Hak Atas Rasa Aman
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, hak
milik, rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
7. Hak Atas Kesejahteraan
Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang
lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat dengan cara tidak melanggar
hukum serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan. Setiap orang juga berhak atas
pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi melindungi
dan memperjuangkan kehidupannya.
8. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan
Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau
perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan dapat diangkat kembali dalam setiap
jabatan pemerintahan.
9. Hak Wanita
Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan, profesi dan
pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. Selain itu,
berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya
terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya.
10.Hak Anak
Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara serta
memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri dan tidak dirampas
kebebasannya secara melawan hukum.
Ciri-ciri HAM

HAM memiliki beberapa ciri khusus, yaitu sebagai berikut:

1. Hakiki (ada pada setiap diri manusia sebagai makhluk Tuhan).


2. Universal, artinya hak itu berlaku untuk semua orang.
3. Permanen dan tidak dapat dicabut.
4. Tak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak.
Kewajiban Asasi Manusia
Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab. Dengan demikian, kewajiban asasi dapat diartikan sebagai kewajiban dasar setiap
manusia. Ketentuan pasal 1 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia menyatakan, kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi manusia.
3. Hubungan negara hukum dengan HAM

Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat yang sempurna (a
perfect society). Negara pada hakikatnya adalah suatu masyarakat sempurna yang para
anggotanya mentaati aturan yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika
memiliki sejumlah kelengkapan yakni internal dan eksternal.
Kelengkapan secara internal, yaitu adanya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan di dalam
kehidupan masyarakat itu. Saling menghargai hak sesama anggotamasyarakat. Kelengkapan
secara eksternal, jika keberadaan suatu masyarakat dapat memahami dirinya sebagai bagian
dari organisasi masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks ini pengertian negara seperti halnya
masyarakat yang memiliki kedua kelengkapan internal dan eksternal, there exists onlyone
perfect society in the natural order, namely the state (Henry J. Koren(1995:24).
Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil dalam ragam formulasinya,
misalnya menurut tokoh; Socrates, Plato dan Aristoteles. Munculnya keragam konsep teori
tentang negara hanya karena perbedaan cara-cara pendekatan saja. Pada dasarnya negara harus
merepresentasikan suatu bentuk masyarakat yang sempurnya. Teori klasik menginspirasikan
lahirnya teori modern tentang negara, kemudian dikenal istilah negara hukum.
Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata Rechtsstaat atau Rule of law.
Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan istilah Rechtsstaat, sementara
tradisi Anglo–Saxon menggunakan istilah Rule of Law.
Di Indonesia, istilah Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan istilah “Negara
Hukum” (Winarno, 2007). Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah
dikemukakan oleh para pendiri negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan
kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu. Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih
dalam konteks hubungan Indonesia (Hindia Belanda) dengan Netherland. Misalnya melalui
gagasan Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen, berpemerintahan sendiri, dimana hak politik
rakyatnya diakui dan dihormati.
Dalam Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950, dimasukkan Pasal-pasal yang termuat dalam
Deklarasi Umum HAM PBB tahun 1948. Hal itu menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan
tentang penghormatan, dan perlindungan HAM perlu dan penting untuk dimasukkan ke dalam
konstitusi negara (Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2)
Pengertian negara hukum selalu menggambarkan adanya penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur unsur lembaga di
dalamnya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku.
Menurut Mustafa Kamal (2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan
ketertiban hukum. Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera pada
Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”. Konsep negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan
terlindungi hak azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.
4. HAM di Indonesia

Pengertian HAM
HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrat dan fundamental
sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap
individu, masyarakat dan Negara.
Berarti HAM :
1. Sifat mendasar (fundamental);
2. Tidak dapat dicabut oleh siapapun;
3. Melekat dalam diri manusia
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM pasal 1 disebutkan :
‘HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia’
Perkembangan HAM di Indonesia.
1. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908-1945);
 Lahirnya Boedi Oetomo; adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat
 Perhimpunan Indonesia (hak untuk menentukan nasibnya sendiri)
 Sarekat Islam (Hak penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan diskriminasi
rasial)
 Partai Komunis Indonesia (hak sosial dan berkaitan dengan alat-alat produksi)
 Indische Party (Hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan perlakuan yang sama)
 Partai Nasional Indonesia (Hak untuk memperoleh kemerdekaan)
 Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia (Hak untuk menentukan nasib sendiri,
mengeluarkan pendapat, berserikat dan berkumpul, persamaan dimuka hukum, turut
dalam penyelenggaraan negara)
2. Periode Pasca Kemerdekaan (1945-sekarang);
a. Periode 1945-1950: hak untuk merdeka, hak berserikat, hak menyampaikan pendapat;
b. Periode 1950-1959: periode demokrasi parlementer (liberal); 1) lahirnya banyak partai
dengan ragam ideologi, 2) kebebasan pers, 3) adanya pemilu,4) adanya parlemen, dan
5) kekuasaan yang memberi ruang kebebasan;
c. Periode 1959-1966; demokrasi terpimpin dimana banyak terjadi sikap restriktif
(pembatasan yang ketat oleh kekuasaan) thd hak sipil dan hak politik;
3. Periode 1966-1990
 Tahun 1967, berusaha melindungi kebebasan dasar manusia yang ditandai dengan
adanya hak uji materil yang diberikan kepada Mahkamah Agung.
 Tahun 1970-1980, pemerintah melakukan pemasungan HAM dengan sikap defensif,
represif yang dicerminkan dengan produk hukum yang bersifat restriktif terhadap HAM.
 Tahun 1990-an, pemikiran HAM tidak lagi hanya bersifat wacana saja melainkan sudah
dibentuk lembaga penegakan Komnas HAM sesuai dengan Keppres No. 50 Tahun 1993.
4. Periode 1998-sekarang
Pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang resmi dari pemerintah dengan melakukan
amandemen UUD 1945 guna menjamin HAM dan menetapkan UU No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Artinya pemerintah memberi perlindungan yang signifikan
terhadap kebebasan HAM dalam semua aspek hak politik, sosial, ekonomi, budaya,
keamanan, hukum, dan pemerintahan.
Hubungan antara HAM dan negara hukum sangat erat dan saling berhubungan serta tidak
dapat dipisahkan karena hukum berfungsi untuk melindungi hak asasi manusia, selain itu
semua perilaku manusia disuatu negara selalu berdasarkan hukum.
5. Pengertian dan ruang lingkup rule of law

Pengertian Rule Of Low


Menurut Friedman, pengertian Rule of Law terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Secara formal (formal sense) diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi (organized
 public power ), misalnya negara.
2. Secara hakiki (ideological sense), lebih menekankan pada cara penegakannya karena
menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk ( just and unjust law )
Ciri utama/ruang lingkup Rule of Law :
1. Lahir dari kandungan “negara konstitusi” yang kemudian memunculkan “doktrin egalitarian”.
2. Menjadi doktrin dengan semangat dan idealisme yang tinggi seperti “supremasi hukum” dan
“kesamaan semua orang di hadapan hukum”
Penerapan Rule of Law di Indonesia
Sebagai negara yang berdasarkan hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan kekuasaan
(machstaat), Indonesia juga menerapkan konsep Rule of Law sebagaimana tercantum dalam
Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945
Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum
Pasal 27 ayat (1) : Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
Pasal 28 D Ayat (1) : Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlinndungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hokum.
Ruang Lingkup Rule Of Low :
1. Perlindungan konstitusional.
suatu pemerintahan supaya berjalan demokratis harus memenuhi syarat salah staunya ialah
perlindungan konstitusional, dalam artian bahwa selain dari menjamin hak-hak individu, harus
menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin.
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 menentukan bahwa: (1) Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hokum.
Hak konstitusional berupa hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak
mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak kebebasan pribadi, hak atas rasa aman,
hak kesejahteraan, hak serta dalam pemerintahan, hak perempuan dan hak anak
2. Pengadilan yang bebas dan tidak memihak
Peradilan bebas dan tidak memihak berarti hakim tidak memihak kepada pihak mana pun, kecuali
kebenaran serta keadilan.
Hakim tidak boleh dipengaruhi dengan alasan apa pun, entah itu karena kepentingan jabatan (politik)
maupun uang (ekonomi).
Konsep ini merupakan salah satu prinsip negara hukum, selain supremasi hukum, persamaan dalam hukum,
asas legalitas, pembatasan kekuasaan, organ-organ eksekutif independen, dan lain-lain.

Menurut Jimly Asshiddiqie dalam buku Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia (2010), konsep
peradilan bebas dan tidak memihak ditujukan untuk menjamin keadilan dan kebenaran. Agar hal itu
tercapai, tidak boleh ada intervensi dalam proses pengambilan putusan oleh hakim, baik dari kekuasaan
eksekutif, legislatif, masyarakat, maupun media massa.
Negara Indonesia sebagai negara hukum memiliki 4 syarat rechstaat, menurut argumentasi dari
Hans Kalsen yaitu, yang pertama “kehidupan harus sejalan dengan undang-undang dan
konstitusi”, kedua “semua bentuk pertanggung jawaban ditanggung oleh negara”, ketiga
“jaminan kemerdekaan ditanggung oleh negara”, dan yang keempat “hak asasi manusia harus
dilindungi dengan hukum.
"

3. Pemilihan Umum yang Bebas


Pemilihan umum di Indonesia telah diadakan sebanyak 12 kali yaitu pada tahun 1955, 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019.yang ke 13 tahin 2023
Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "LUBER" yang merupakan singkatan dari
"Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asas "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru.
 Langsung : berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh
diwakilkan.
 Umum : berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak
menggunakan suara.
 Bebas : berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.
 Rahasia : berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si
pemilih itu sendiri.
Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari
"Jujur dan Adil".
Asas "jujur" mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan
aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih
sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk
menentukan wakil rakyat yang akan terpilih.
Asas "adil" adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada
pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu.
Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi
juga penyelenggara pemilu.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat dan berserikat
Kebebasan berpendapat dan berekspresi merupakan amanah Undang-Undang Pasal 28 dan
Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan "setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.
5. Tugas oposisi
Oposisi dalam dunia politik berarti partai penentang di dewan perwakilan yang menentang
dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik golongan yang berkuasa. Beberapa
parpol ada yang menyebut dirinya sebagai partai penyeimbang.
6. Pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan atau PKN secara umum merupakan bentuk pendidikan yang
mengingatkan akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban warga negara supaya mereka
menjadi warga negara yang berpikir tajam dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah menciptakan warga negara yang memiliki
wawasan kenegaraan, menanamkan rasa cinta tanah air, dan kebanggaan sebagai warga
negara Indonesia dalam diri para generasi muda penerus bangsa.
6. Prinsip -prinsip rule of law

1. Prinsip-prinsip Rule of Law secara formal di Indonesia


Prinsip-prinsip Rule of Law secara formal termuat di dalam pasal-pasal UUD 1945, yaitu :
a. Negara Indonesia adalah Negara hukum (pasal 1 ayat 3),
b. Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggaraakan
peradilan guna menegakan Hukum dan keadilan (pasal 24 ayat 1),
2. Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (materil) di Indonesia
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki/material di Indonesia sangat erat kaitannya
dengan (penyelenggaraan menyangkut ketentuan-ketentuan hukum) “the enforcement of the
rules of law” dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam penegakan hukum dan
implementasi prinsip-prinsip rule of law.
Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan keberhasilan “the
enforcement of the rules of law” bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa. Hal ini
didukung kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur
sosiologis yang khas dan mempunyai akar budayanya yang khas pula.
7. Ciri Rule Of Low

1. Ada pengakuan dan perlindungan HAM


2. Peradilan yang bebas tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau kekuatan
apapun
3. Legalitas terwujud dalam segala bentuk
Frederich Julius Stahl ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri Rechtstaat:
1. Hak Asasi Manusia
2. Pemisahan/pembagian kekuasaan untuk menjamin HAM yg biasa dikenal sebagai trias
politica
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan peradilan administrasi dalam perselisihan.
AV Dicey ahli hukum anglo saxon memberi ciri-ciri Rule of Law sbb:
a. Supremasi hukum
b. Kedudukan yang sama di depan hukum
c. Terjaminnya HAM dlm UU / keputusan pengadilan.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai