Anda di halaman 1dari 12

Oleh :

R. Azizah*

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk tuhan YME secara kodrati dianugrahi hak dasar yang
disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya. Dengan hak asasi
tersebut, manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan, dan sumbangannya
bagi kesejahteraan hidup manusia. Manusia mempunyai hak pribadi juga punya hak
sebagai warga Negara dimana dalam pelaksanaan hak tersebut kita tidak boleh
mengesampingkan kewajiban sendiri. Dalam pelaksanaanya, maka keduanya harus
seimbang antara hak dan kewajiban. Akhir-akhir ini banyak warga Negara lebih
menuntut hak-haknya daripada melaksanakan kewajiban sehingga tidak ada
keseimbangan dan keselarasan diantara keduanya. Untuk itu sangat penting bagi setiap
individu lebih mengetahui dan memahami hak-hak apa saja yang bisa diperoleh dan
kewajiban-kewajiban apa saja yang dapat dilaksanakan.
Sejarah dunia mencatat berbagai penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan
social yang disebabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras,
warna kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin, dan status social lainnya.
Menyadari bahwa perdamaian dunia serta kesejahteraan merupakan dambaan umat
manusia, maka hal-hal yang menimbulkan harkat dan martabat harus ditanggulangi
oleh setiap bangsa.
Dalam menjalankan kehidupan ini, setiap manusia pasti tidak terlepas dari hak
dan kewajiban sebagai warga Negara, yang hidup disuatu Negara yang berdasarkan
pada hukum dan pancasilais apalah artinya Negara tanpa warga Negara. Sedangkan
warga Negara harus menyadari seluruh hak dan kewajiban, untuk membangun dan
memajukan Negara tersebut demi kesejahteraan mereka. Setiap Negara mengatur
keseimbangan antara hak dan kewajiban warga negaranya sehingga tidak terjadi
penyimpangan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

* Dosen Universitas Airlangga


Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga Negara dalam mengembangkan
diri, berperan dan memberikan sumbangan bagi kesejahteraan hidup manusia,
ditentukan oleh pandangan hidup dan kepribadian bangsa.
Pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai kristalisasi nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia, menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan
martabat makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran mengemban kodratnya
sebagai makhluk pribadi dan juga makhluk social. Sebagaimana tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam bab pembahasan ini kami akan me4njelaskan hak dan kewajiban sebagai
warga Negara, namun terlebih dahulu kami jelaskan arti hak dan kewajiban tersebut.

1.2. HAK
1. Pengertian Hak
Dalam hukum seseorang yang mempunyai hak milik atas sesuatu benda
kepadanya diizinkan untuk menikmati hasil dari benda miliknya itu. Izin atau
kekuasaan yang diberikan Hukum itu disebut “Hak” atau “Wewenang.”
Hak dan wewenang dalam bahasa Latin digunakan istilah “lus”, dalam bahasa
Belanda dipakai istilah “Recht” ataupun “Droit” dalam Bahasa Perancis.
Menyalahgunakan hak dan dalam bahasa Belanda disebut “misbruik van recht” atau
“abus de droit” dalam bahasa Perancis (menyalahgunakan kekuasaan dalam bahasa
Perancis “detournement de pouvoir”). Untuk membedakan Hak dan hukum dalam
bahasa Belanda dipergunakan istilah “subjectief recht” untuk “Hak dan “objectief recht”
untuk “Hukum” atau peraturan-peraturan yang menimbulkan hak bagi seseorang.
Dalam bhahasa Inggris perkataan “law” mengandung arti Hukum atau wewenang
undang-undang dan perkataan “right” mengandung arti Hak atau wewenang.
Dalam buku yang berjudul “Inleiding tot de studie van het Nederlandse Recht,”
Prof. Mr. L.J. van Apeldoorn mengatakan bahwa “Hak ialah hukum yang dihubungkan
denagn seorang manusia atau subjek hokum tertentu dan dengan demikian menjelma
menjadi suatu kekuasaan” dan suatu hak timbul apabila hukum mulai bergerak.
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dianugerahi hak dasar yaitu
hak asasi, untuk dapat mengembangkan diri pribadi, peranan dan sumbangan bagi
kesejahteraan hidup manusia. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah

* Dosen Universitas Airlangga


mengamanatkan pengakuan, penghormatan, dan kehendak bagi pelaksanaan hak asasi
manusia dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia patut menghormati hak asasi
manusia yang termaktub dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan
Bangsa-Bangsa serta berbagai instrument internasional lainnya mengenai hak asasi
manusia.

2. Hak Mutlak
Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun, dan
sebaliknya setiap orang juga harus menghormati hak tersebut.
Hak mutlak dapat pula dibagi dalam tiga golongan:
a. Hak Asasi Manusia, misalnya: Hak seorang untuk dengan bebas bergerak dan
tinggal dalam satu Negara.
b. Hak Publik Mutlak, misalnya: Hak Negara untuk memungut pajak dari Rakyatnya.
c. Hak Keperadatan, misalnya:
1) Hak Marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai istrinya dan harta
benda istrinya.
2) Hak/kekuasaan Orang tua (Ourderlijke Macht)
3) Hak Perwalian (Voogdij)
4) Hak Pengampunan

3. Hak Nisbi
Hak nisbi atau Hak relative, ialah hak yang memberikan wewenang kepada
seorang tertentu atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang
atau beberapa orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu.
Hak relative sebagian besar terdapat dalam Hukum Perikatan (Bagian dari
Hukum Perdata) yang timbul berdasarkan persetujuan-persetujuan dari pihak-pihak
yang bersangkutan.
Contoh: Dari persetujuan jual beli terdapat hak relative seperti:

* Dosen Universitas Airlangga


a. hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan
barang kepada pembeli.
b. hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan
pembayaran kepada penjual.

4. Berbagai Hak Asasi Manusia dalam Berbagai Kehidupan


Hak asasi manusia pada mulanya meliputi hak hidup, hak kemerdekaan
(kebebasan) dan hak memiliki sesuatu. Kemudian berkembang sesuai dengan kemajuan
kebudayaan. Dan hingga sekarang meliputi:
1. hak asasi pribadi (personal rights) adalah hak kemerdekaan memeluk agama, beribadat
menurut agama masing-masing, menyatakan pendapat, dan kebebasan berorganisasi
atau berserikat.
2. Hak asasi ekonomi atau harta milik (property rights) adalah hak dan kebebasan
memiliki sesuatu, hak membeli dan menjual sesuatu, serta hak mengadakan suatu
perjanjian atau kontrak.
3. Hak asasi politik (political rights) adalah hak diakui dalam kedudukan sebagai warga
Negara yang sederajat. Oleh karena itu, setiap warga Negara wajar mendapat hak
ikut serta dalam pemerintahan, yakni hak memilih dan dipilih, mendirikan partai
politik atau organisasi, serta hak mengajukan petisi dan kritik atau saran.
4. Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and cultural rights) adalah hak kebebasan
mendapat pendidikan dan pengajaran atau hak memilih pendidikan dan hak
mengembangkan kebudayaan yang disukai.
5. Hak asasi persamaan hukum (rights and cultural rights) adalah ahk untuk
mendapatkan pengajaran dan perlakuan yang sama (ekursif) dalam keadilan hukum
dan pemerintahan.
6. Hak asasi perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum (procedural rights),
dapat dilihat pada contoh hak mendapat perlakuan yang wajar dan adil dalam
penggeledahan (razia, penangkapan, peradilan dan pembelaan hukum)

II.2 KEWAJIBAN
1. Pengertian Kewajiban

* Dosen Universitas Airlangga


Kewajiban adalah sesuatu hal yang patut dan wajib dikerjakan oleh seseorang.
Tugas, kewajiban, kewenangan warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara
Asing (WNA).
a). Tugas, Kewajiban, Kewenangan Warga Negara Indonesia (WNI)
1. Pasal 26 mengatur siapa saja yang menjadi WNI.
2. Pasal 27 ayat (1) mengatur tentang kesamaan kedudukan dalam hukum
dan pemerintahan.
3. Pasal 27 ayat (2) tentang hak tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak.
4. Pasal 28 mengenai kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
5. Pasal 29 tentang hak kemerdekaan memeluk agama.
6. Pasal 30 mengatur hak dan kewajiban pembelaan Negara.
7. Pasal 31 tentang hak mendapat pengajaran.
8. Pasal 32 mengatur tentang hak untuk berkebudayaan.
9. Pasal 33 tentang hak asasi ekonomi.
10. Pasal 34 mengenai hak asasi social.

b). Tugas, Kewajiban dan Kewenangan Warga Negara Asing (WNA)


Orang asing yang datang dari luar negeri hanya diperbolehkan mendarat setelah
mendapat surat izin mendarat dari pejabat imigrasi. Surat Izin mendarat tidak diberikan
kepada orang asing yang gila atau berpenyakit yang berbahaya. Surat Izin mendarat
ditolak bila orang asing itu tidak mempunyai paspor yang sah (tidak dibubuhi visa/izin
untuk memasuki wilayah Indonesia yang diberikan pejabat perwakilan Indonesia di
luar negeri).
Kemudian surat izin mendarat diganti dengan surat izin masuk dan memberikan hak
tinggal di Indonesia selama 2 tahun, selanjutnya dapat diperpanjang 6 bulan. Orang
asing yang sudah tinggal di Indonesia selama 15 tahun berturut-turut dapat
mengajukan permohonan untuk menjadi penduduk Indonesia. Dan bila ia diterima hak
dan kewajiban selaku WNI sebagaimana tercantum dalam UUD 1945.

2. Tugas, Kewajiban dan Kewenangan Pemerintah Negara RI

* Dosen Universitas Airlangga


Pemerintah selalu berupaya supaya hak-hak warga Negara dapat dijamin,
dipenuhi, dilindungi dan diamankan. Tugas Negara erat hubungannya dengan usaha-
usaha untuk menjadiakn rakyatnya sebagai masyarakat yang memilih tingkat
kehidupan yang tinggi, baik dalam arti ekonomi, social dan spiritual.
Secara umum, tugas Negara dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Tugas yang bersifat esensial, yaitu tugas untuk mempertahankan Negara sebagai
organisasi politik yang berdaulat. Tugas ini mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan ke
dalam (memelihara perdamaian, ketertiban dan ketentraman serta melindungi hak
milik setiap orang) serta tujuan ke luar (mempertahankan kemerdekaannya).
2. Tugas fakultatif, yaitu tugas yang diselenggarakan oleh Negara.

II.3 HAK Dan KEWAJIBAN SEBAGAI WARGA NEGARA INDONESIA


Setiap warga Negara memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam berbagai
bidang kehidupan, yaitu bidang hukum, politik, social, ekonomi, kebudayaan, dan
hukum. Dalam mencapai keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat setiap WNI di
manapun ia berada harus memahami tugas dan kewajiban yang harus di pikulnya, di
samping menuntut hak atau kewenangan yang dimilikinya. Peran kepemimpinan
dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban warga Negara juga harus diperhatikan.
Oleh karena itu, sikap dan tindak tanduk seorang pemimpin, baik yang menyangkut
kehidupan pribadi maupun kehidupan social, masyarakat, bangsa dan negara,
memberikan pengaruh yang sangat besar pada lingkungan masyarakat.

A. Kewajiban Diri Sendiri

Kewajiban kepada diri sendiri berarti kewajiban yang harus dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan dan hak diri sendiri. Kewajiban pada diri sendiri yang dikerjakan
terlebih dahulu bukan berarti kewajiban diri sendiri lebih penting daripada kewajiban
kepada Allah, justru kewajiban kepada Allah ini harus diutamakan daripada kewajiban
yang lainnya. Tetapi kewajiban manusia yang satu tidak dapat dipisahkan dari
kewajiban yang lainnya.
Kewajiban terhadap diri sendiri meliputi:
1. Mempercayai dengan keyakinan bahwa Allah itu ada dengan segala
kesempurnaanNya.

* Dosen Universitas Airlangga


2. Kewajiban mencari nafkah. Kewajiban ini mencerminkan bahwa manusia tidak
boleh bermalas-malasan, manusia harus berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri.
3. Kewajiban untuk menutup aurat dari pandangan orang lain (terutama untuk
umat muslim).
4. Kewajiban mengusahakan tempat tinggal yang layak bagi diri sendiri, yang
sesuai dengan kemampuan diri sendiri serta sesuai dengan derajat
kemanusiaannya.
5. Kewajiban untuk memelihara kebersihan dan menjaga kesehatan jasmani
rohani dirinya sendiri. Termasuk menjaga diri sendiri dari gangguan penyakit
dan berusaha menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan
penyakit.
6. Kewajiban untuk mencari pengetahuan dan berpikir ke arah yang benar serta
mengembangkannya.
7. Kewajiban memiliki ilmu praktis ketrampilan untuk memudahkan usaha
mencari nafkah dan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
8. Kewajiban memiliki pengetahuan tentang akidah dan ibadah sehingga dapat
membedakan hal yang baik dan buruk.
9. Kewajiban untuk berupaya mendapatkan kasih sayang dan berbuat kebaikan
atas dasar iman kepada Allah.
10. Kewajiban untuk mematuhi peraturan agama, peraturan negara, dan adat
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakatnya sehingga mendapatkan rasa
aman bagi dirinya sendiri.
11. Kewajiban untuk hidup secara wajar, jujur dan benar, dan dapat menempatkan
diri sehingga mendapatkan rasa harga diri.
12. Kewajiban untuk berusaha, bekerja keras dan tidak boleh putus asa.
13. Kewajiban untuk mendidik kemauan diri sendiri, melatih dan membiasakannya
menempuh jalan yang benar yang akan membawa kebahagiaan bagi diri
sendiri.
14. Kewajiban untuk mempertahankan kehidupan diri sendiri.

* Dosen Universitas Airlangga


B. Kewajiban Kepada Allah swt.

Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan
kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud yang maujud. Berdasarkan
Hadis Nabi, secara garis besar kewajiban manusia kepada Allah ada dua, yaitu:
1. Mentauhidkan Allah, yakni tidak memusyrikan-Nya kepada sesuatupun.
Mentauhidkan Allah adalah meyakinkan dengan iman tentang ke-Esaan Allah
dan berbuat karena dan untuk Allah.
a. Allah Maha Esa Dzat-Nya
b. Allah Maha Esa sifat-sifat-Nya
c. Allah Maha Esa Af’al-Nya (tidak ada sesuatupun yang dapat menyamai
perbuatan Allah)
2. Beribadah kepada Allah.
Beribadah kepada Allah merupakan konsekuensi logis daripada adanya
iman kepada Allah. Fungsi manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi ini
adalah untuk beribadah kepada Allah (Q. S. 51: 56).
Pengertian ibadah dalam arti luas dan penuh menurut majelis Tarjih
adalah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan menaati segala
perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, mengamalkan segala yang diijinkan
Allah.
Ibadah yang kita laksanakan menandakan penghambaan diri kita kepada
Allah, yang dibagi menjadi enam macam, yaitu (1) ibadah yang berupa
perkataan dan ucapan lidah, (2) ibadah yang berupa perbuatan yang tidak
disifatkan dengan sesuatu sifat, seperti menolong orang yang kesusahan, (3)
ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan, seperti
berpuasa yang menahan makan, minum dan nafsu yang tidak baik, (4) ibadah
yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesuatu pekerjaan, seperti
I’tikaf, (5) ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti memaafkan
kesalahan orang lain, dan (6) ibadah yang melengkapi perbuatan, perkataan,
khusyuk, menahan diri (sholat).

* Dosen Universitas Airlangga


Pada prinsipnya, ibadah itu adalah hak Allah. Hal ini dikarenakan kita
beribadah berdasarkan perintah dan ketentuan Allah dan keridlaan-Nya, dan
harus mengerjakan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Ibadah yang berupa hak Allah semaa-mata ialah makrifat kepada Allah
dan iman kepada Allah, kepada malaikat, kepada Rasulullah, kepada kitab-kitab
Allah, kepada hari akhir dan lain-lain.
Ibadah yang didalamnya terdapat hak Allah dan Rasul-Nya ialah
membaca syahadatain.
Ibadah yang didalamnya terdapat hak Allah dan hak hamba-Nya ialah
zakat, sadaqah, qurban, haji/umrah, wakaf dan lain-lain.
Ibadah yang di dalamnya terdapat hak Allah, hak Rasulullah dan hak
kamba Allah ialah adzan, iqamah, jihad dan lain-lain.

Sedangkan dalam Al Qur’an, kewajiban manusia diformulasikan dengan:


1. Iman
2. Amal saleh
Sebagaimana tercantum dalam Q. S. Al Bayyinah ayat 7-8, yang artinya:
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh mereka itu adalah sebaik-baik
makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah Surga ‘And yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada
Tuhannya”.
Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut takwa, yang
diperintahkan Allah kepada hamba-Nya (Q. S. Ali Imran ayat 102).
Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 177, Iman dan amal saleh (takwa)
diperinci lagi menjadi:
1. Iman kepada Allah
a. Kepada hari akhirat;
b. Kepada malaikat-malaikat;
c. Kepada kitab-kitab; dan
d. Kepada para Nabi.
2. Amal saleh

* Dosen Universitas Airlangga


a. Kepada sesama manusia: dengan memberikan harta yang ia juga senang
terhadap harta itu:
o kepada kerabatnya
o kepada anak-anak yatim
o kepada orang-orang miskin
o kepada musafir yang membutuhkan pertolongan (Ibnu Sabil)
b. Kepada Allah:
o menegakkan/mendirikan sholat
o menunaikan zakat
c. Kepada diri sendiri:
o menepati janji apabila ia berjanji
o sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan

* Dosen Universitas Airlangga


C. Kewajiban Sesama Manusia

1. Kewajiban kepada ibu dan ayah.


a. Berbuat baik kepada ibu dan ayah walaupun keduanya lalim.
Menurut ajaran Islam, seorang anak diwajibkan berbuat baik kepada
ayah dan ibunya dalam keadaan bagaimanapun. Anak tidak boleh
menyinggung perasaan orang tuanya walaupun seandainya orang tua
berbuat kesalahan kepada anaknya. Karena bagaimanapun juga, ridla
Allah tergantung pada ridla orang tua.
b. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah.
Sebagaimana tertulis dalam Q.S. Al Isra’ ayat 24, seorang anak
berkewajiban untuk berbuat baik kepada orang tua, tidak boleh
menyinggung hati ibu dan ayah. Jangan sampai membentak. Perkataan
yang harus digunakan untuk ayah dan ibu adalah perkataan yang mulia.
c. Berkata lemah lembut kepada ibu dan ayah.
Dalam Q. S. Al Isra’ ayat 23-24 Allah memerintahkan setiap manusia
untuk berkata mulia dan merendahkan diri terhadap kedua orang
tuanya, harus berkata lemah lembut kepada keduanya.
d. Yang harus didahulukan antara ibu dan ayah.
Peranan ibu terhadap anaknya lebih besar daripada peranan ayah kepada
anaknya. Karena ibu telah mengandung, melahirkan anaknya dengan
taruhan nyawa serta mendidik anaknya menjadi orang yang berguna.
Dalam Hadis disebutkan bahwa seseorang berbuat baik, setelah kepada
Allah, harus kepada ibunya dulu baru kemudian kepada ayah.

* Dosen Universitas Airlangga


2. Kewajiban kepada ibu dan atau ayah yang sudah meninggal dunia, sebagaimana
Hadis Rasulullah adalah:
a. Mendoakan ayah/ibu yang telah tiada dan memintakan ampun kepada
Allah dari segala dosa orang tua kita.
b. Menepati janji kedua orang tua.
Apabila semasa hidup orang tua mempunyai janji kepada siapa pun,
maka anaknya berkewajiban untuk berusaha menepati janji tersebut.
c. Memuliakan teman-teman kedua orang tua.
d. Bersillaturrahmi kepada orang yang dipertemukan ayah/ibu sewaktu
masih hidup, termasuk yang sudah berbuat baik kepada ayah/ibu yang
telah tiada

* Dosen Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai