Anda di halaman 1dari 14

HAK ASASI MANUSIA DI ERA GLOBALISASI

TUGAS 2
MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Oleh:
NAMA : NURUL AZMI
NIM : 856500844
POKJAR : SUNGAI LALA

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PGSD
UPBJJ/UT PEKANBARU
2023.2
PENDAHULUAN

Persoalan hak dan kewajban adalah satu permasalahan sentral di dalam konteks
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini tidak lain disebabkan karena Negara pada dasarnya
adalah persekutuan hidup yang terdiri atas individu-individu atau manusia-manusia yang
mempercayakan urusan publiknya kepada Negara, misalnya untuk urusan keamanan. Dari sinilah
kemudian konsep hak dan kewajiban warga negara tersebut muncul. Sebagai warga dari suatu
Negara maka seseorang memiliki hak untuk mendapatkan “sesuatu” dari Negara yang
dinaunginya. Perlindungan hukum, keamanan, kehidupan layak adalah beberapa contoh kecil
dari hak yang dapat diterima oleh warga Negara melalui Negara yang dinaunginya. Ketika
sebuah Negara berusaha melindungi warga negaranya dengan memberikan apa yang Negara bisa
untuknya maka secara moral warga Negara juga memiliki kewajiban untuk melakukan hal yang
sama kepada negaranya. Di dalam konteks ini kemudian muncullah beberapa pemikiran tentang
kewajiban Negara, misalnya kewajiban untuk menghormati segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku., serta kewajiban untuk membela Negara. Demikianlah hak dan
kewajiban tersebut selalu berdampingan di dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Di mana ada hak di situ juga ada kewajiban. Kewajiban dan hak menjadi dua sisi
dari satu mata uang yang sama, saling mengandaikan, saling meniscayakan keberadaannya.

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya
banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak
daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat
akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini,
maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan
terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang
pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah
tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan
terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini
tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para
pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini.
Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai
saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai
warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya
untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
KAJIAN PUSTAKA

- Hak Asasi Manusia: Konsep dan Sejarah

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada setiap individu, tanpa memandang
ras, agama, gender, atau status sosial.

Konsep ini pertama kali diakui secara resmi dalam "Universal Declaration of Human Rights"
yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948. Dokumen ini menjadi pijakan
dalam memastikan hak asasi manusia di seluruh dunia.

- Globalisasi: Implikasi Terhadap Hak Asasi Manusia

Globalisasi telah membawa manfaat signifikan dalam hal pertumbuhan ekonomi dan akses
terhadap informasi. Namun, dampaknya juga kontroversial.

Misalnya, perusahaan multinasional sering kali dianggap melanggar hak asasi manusia dalam
mencari sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah di negara-negara berkembang. Selain
itu, perdagangan bebas dapat memengaruhi hak asasi manusia dalam hal akses terhadap pangan,
air, dan obat-obatan.

-Pendapat para ahli mengenai HAM


PEMBAHASAN

Dalam era globalisasi, perlindungan hak asasi manusia memerlukan kerjasama internasional dan
dukungan dari masyarakat internasional. Negara-negara harus bekerja sama untuk memperkuat
regulasi perdagangan internasional yang adil dan melindungi hak asasi manusia. Selain itu,
masyarakat internasional juga harus memperkuat dukungan untuk gerakan hak asasi manusia dan
memantau pelanggaran hak asasi manusia di seluruh dunia.

Di sisi lain, masyarakat juga harus memperkuat kesadaran tentang hak asasi manusia dan
memobilisasi dukungan untuk gerakan hak asasi manusia. Masyarakat dapat menggunakan
media sosial dan teknologi untuk memperoleh informasi tentang hak asasi manusia dan
memperkuat gerakan hak asasi manusia. Selain itu, masyarakat juga dapat memperkuat
dukungan untuk organisasi hak asasi manusia dan memantau pelanggaran hak asasi manusia di
seluruh dunia.

Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada setiap manusia sebagai makhluk yang merdeka
dan beradab. Hak asasi manusia meliputi hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang
diakui oleh negara dan masyarakat internasional. Di era globalisasi, hak asasi manusia menjadi
semakin penting karena adanya interaksi yang semakin intensif antara negara-negara di seluruh
dunia. Namun, di sisi lain, globalisasi juga membawa tantangan baru dalam perlindungan hak
asasi manusia.

Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia (HAM) merujuk pada hak-hak fundamental yang melekat pada semua
individu sebagai manusia tanpa diskriminasi apapun, termasuk ras, agama, jenis kelamin, atau
latar belakang sosial. Hak-hak ini dianggap sebagai hak-hak dasar yang setiap individu memiliki
oleh hakikatnya, dan mereka dilindungi oleh hukum internasional dan konstitusi negara-negara
yang menganut prinsip-prinsip HAM. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apa
yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah memiliki haknya untuk dilindungi secara
internasional (PBB) seperti berhak buat hidup, merdeka, kebebasan berpendapat sampai
kebebasan buat memiliki.
Pengertian Menurut Para Ahli:

- Soetandyo Wignjosoebroto

Pengertian HAM adalah hak mendasar (fundamental) yang diakui secara universal sebagai hak
yang melekat pada manusia karena hakikat dan kodratnya sebagai manusia. HAM disebut
universal karena hak ini dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap sosok manusia,
apapun warna kulit, jenis kelamin, usia, latar belakang budaya, agama, atau kepercayaan.
Sedangkan sifat inheren karena hak ini dimiliki setiap manusia karena keberadaannya sebagai
manusia, bukan pemberian dari kekuasaan manapun. Karena melekat, maka HAM tidak bisa
dirampas.

- Muladi

HAM adalah hak yang melekat secara alamiah (inheren) pada diri manusia sejak manusia lahir,
dan tanpa hak tersebut manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh.
Karena keberadaan HAM yang begitu penting, tanpa HAM manusia tidak dapat
mengembangkan bakat dan memenuhi kebutuhannya.

- Leah Levin

HAM adalah hak-hak yang melekat pada manusia yang tanpanya mustahil manusia dapat hidup
sebagai manusia.

- Thomas Hobbes

Pengertian HAM adalah jalan keluar untuk mengatasi keadaan “homo homini lupus, bellum
omnium contra omnes“ yaitu manusia dapat menjadi serigala bagi manusia lain. Keadaan seperti
ini mendorong terbentuknya perjanjian masyarakat di mana rakyat menyerahkan hak-haknya
kepada penguasa.

Pengertian menurut Hukum Nasional:

Secara normatif, definisi HAM di Indonesia dapat Anda temukan dalam Pasal 1 angka 1 UU
HAM yang berbunyi: Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dari pasal
tersebut, dapat diartikan HAM adalah hak dasar manusia, merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Kuasa, merupakan hak natural, dan oleh karena itu HAM tidak dapat dicabut oleh manusia lain
sesama mahluk hidup.
Penertian Menurut Hukum Internasional

Pasal 1 Universal Declaration of Human Rights/Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia


(“DUHAM”) menyebutkan:

All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason
and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.

Pasal tersebut jika diartikan adalah semua manusia dilahirkan merdeka dan memiliki martabat
dan hak yang sama. Manusia dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama
lain dalam semangat persaudaraan.

Selain itu, definisi HAM secara tersirat diatur dalam preamble/konsideran International
Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) yang telah disahkan di Indonesia UU 12/2005,
yaitu “… these rights derive from the inherent dignity of the human person” yang artinya hak-
hak ini (HAM) berasal dari martabat yang inheren atau melekat pada diri manusia.

Hak Asasi Manusia (HAM) diberikan kepada setiap individu sejak mereka dilahirkan dan tidak
dapat dicabut atau direnggut oleh siapa pun. Ini juga diakui dan dilindungi oleh PBB dalam
deklarasi PBB, tanpa memandang ras, suku bangsa, agama, atau status sosial.

Jenis-jenis Hak Asasi Manusia

1. Hak Pribadi atau Personal Rights, ini mencakup kebebasan berpendapat, beragama, beribadah
sesuai keyakinan, dan berorganisasi atau berserikat.

2. Hak Kepemilikan atau Property Rights, ini memberikan kebebasan untuk memiliki, menjual,
dan membeli barang atau jasa, serta membuat perjanjian kontrak dan memiliki pekerjaan.

3. Hak Kesetaraan Hukum atau Rights of Legal Equality, ini berkaitan dengan hak untuk
mendapatkan perlakuan yang sama di bawah hukum. Semua orang diperlakukan sama di mata
hukum.

4. Hak Politika atau Political Rights, ini memberikan hak untuk berpartisipasi dalam politik,
seperti ikut serta dalam pemerintahan, pemilihan umum, mendirikan partai politik, dan
mengajukan petisi serta saran.

5. Hak Sosial Budaya atau Social cultural Rights, ini mencakup hak memilih pendidikan, akses
ke layanan kesehatan, dan pengembangan budaya.

6. Hak Proses Hukum atau Procedural Rights, ini melibatkan hak untuk mendapatkan perlakuan
yang adil dalam proses hukum, termasuk penggeledahan, penangkapan, dan pembelaan hukum.
Pengaruh Globalisasi Terhadap HAM

Globalisasi, dengan segala dinamikanya, memberikan banyak pengaruh terhadap HAM.


Kemudahan akses informasi membuat isu-isu HAM lebih cepat tersebar dan diketahui oleh
banyak orang. Hal ini tentunya memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih aktif dalam
memperjuangkan hak-hak mereka.

Namun, di sisi lain, globalisasi juga membawa tantangan baru. Isu-isu seperti eksploitasi pekerja,
perdagangan manusia, hingga pelanggaran hak atas privasi di dunia digital menjadi semakin
nyata. Hal ini tentunya memerlukan pemahaman dan solusi yang komprehensif.

Keberadaan organisasi internasional dan kerjasama antar negara di era globalisasi ini memainkan
peran penting dalam memastikan bahwa HAM tetap dijunjung tinggi. Melalui kerjasama dan
dialog, banyak negara berhasil menciptakan standar dan kesepakatan bersama dalam upaya
perlindungan HAM.

Namun, masih banyak juga negara-negara yang menghadapi tantangan dalam penerapan HAM,
baik karena faktor internal seperti konflik atau faktor eksternal seperti tekanan politik dan
ekonomi.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus meningkatkan kesadaran dan pemahaman
mengenai HAM, serta berpartisipasi aktif dalam upaya-upaya pemenuhan dan perlindungan hak-
hak tersebut.

Perlindungan HAM dalam Kehidupan

Perlindungan HAM bukanlah hal yang mudah. Memerlukan komitmen dan upaya yang konsisten
dari pemerintah, masyarakat, dan semua pihak terkait. Di era globalisasi ini, peran teknologi dan
media menjadi sangat penting dalam upaya perlindungan HAM.

Media memiliki peran sebagai kontrol sosial dan sumber informasi yang bisa mengedukasi
masyarakat. Selain itu, teknologi dapat digunakan sebagai alat untuk memantau dan
mendokumentasikan pelanggaran HAM, serta memfasilitasi komunikasi dan kerjasama antar
komunitas dan organisasi HAM di seluruh dunia.

Namun, di sisi lain, teknologi juga bisa menjadi ancaman bagi HAM. Masalah privasi data,
misalnya, menjadi salah satu tantangan besar di era digital ini. Oleh karena itu, perlu adanya
keseimbangan dan kebijakan yang jelas dalam penggunaan teknologi agar tidak menimbulkan
pelanggaran HAM.

Upaya perlindungan HAM juga memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat. Setiap individu
memiliki hak dan kewajiban untuk menjunjung tinggi dan melindungi hak-hak dasar manusia.
Kesadaran dan edukasi menjadi kunci dalam upaya ini.
Di era globalisasi yang penuh dengan perubahan, penting bagi kita untuk terus memperbarui
pemahaman dan strategi dalam perlindungan HAM, agar hak-hak dasar setiap individu tetap
terjaga dan dihormati.

Tantangan Penegakan HAM di Era Globalisasi

Penegakan HAM di era globalisasi tentu saja tidak lepas dari berbagai tantangan. Dari mulai isu
perdagangan manusia, pelanggaran hak pekerja migran, hingga isu cyberbullying di dunia
digital. Semua tantangan ini memerlukan solusi yang komprehensif dan terintegrasi.

Teknologi yang seharusnya mempermudah komunikasi dan akses informasi, kadang malah
menjadi alat pelanggaran HAM. Contohnya, penyebaran hoaks yang bisa menimbulkan
kerusuhan atau isu privasi di dunia digital yang kerap kali diabaikan.

Di sisi lain, globalisasi juga membuat batasan antar negara menjadi semakin kabur. Hal ini
tentunya mempengaruhi bagaimana hukum dan regulasi HAM diterapkan di masing-masing
negara. Konflik kepentingan antar negara seringkali menjadi penghalang dalam upaya penegakan
HAM secara global.

Kendala lainnya adalah adanya negara-negara yang masih memiliki pandangan sempit tentang
HAM atau bahkan sengaja mengabaikan hak-hak dasar warganya. Hal ini tentunya memerlukan
pendekatan khusus dan kerjasama antar negara untuk mengatasi masalah ini.

Oleh karena itu, di era globalisasi ini, penting bagi kita untuk terus berkolaborasi dan berinovasi
dalam mencari solusi atas tantangan-tantangan penegakan HAM yang ada.

Contoh Pengaruh Globalisasi Dalam Bidang HAM

Ada banyak contoh nyata dari pengaruh globalisasi dalam bidang HAM. Salah satunya adalah
meningkatnya kesadaran masyarakat global terhadap isu-isu seperti perubahan iklim, hak pekerja
migran, atau hak-hak perempuan dan anak.

Gerakan global seperti #MeToo, misalnya, menunjukkan bagaimana isu HAM dapat menjadi
perhatian global dan mendorong perubahan di banyak negara. Aksi protes terhadap diskriminasi
rasial atau etnis juga menjadi contoh lain dari bagaimana globalisasi mempengaruhi persepsi dan
tindakan masyarakat terhadap HAM.

Di sisi lain, kita juga melihat bagaimana teknologi digunakan untuk memantau dan
mendokumentasikan pelanggaran HAM di berbagai belahan dunia. Dengan bantuan media sosial
dan teknologi canggih, banyak organisasi dan individu yang mampu menyuarakan dan
memperjuangkan hak-hak mereka.
Namun, ada juga contoh negatif dari pengaruh globalisasi terhadap HAM. Seperti peningkatan
kasus perdagangan manusia, eksploitasi pekerja migran, atau pelanggaran hak atas privasi di
dunia digital.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu kritis dan proaktif dalam menghadapi pengaruh
globalisasi terhadap HAM, agar kita dapat memastikan bahwa hak-hak dasar setiap individu
tetap terjaga dan dihormati.

A. Tantangan dan peluang

Dalam era globalisasi, hak asasi manusia (HAM) menghadapi tantangan dan peluang yang
kompleks. Peningkatan kesdaran global tehadap HAM, didorong oleh teknologi dan
keterhubungan, membuka peluang untuk mendorong perubahan kearah yang positif.

Tantangan dan peluang tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Kesadaran Global:

- Tantangan: Meskipun terdapat peningkatan kesadaran global mengenai isu-isu HAM, perlu
diperhatikan bahwa terjemahan kesadaran tersebut ke tindakan konkret masih dihadapkan pada
hambatan, seperti kurangnya mekanisme penegakan global yang efektif.

- Peluang: Kesadaran ini, jika diimbangi dengan pendidikan publik yang lebih baik, dapat
menjadi pendorong perubahan perilaku dan tuntutan masyarakat untuk bertanggung jawab atas
pelanggaran HAM.

2. Akses Informasi:

- Tantangan: Meskipun teknologi memberikan akses ke informasi, kesenjangan digital masih


ada, menciptakan ketidaksetaraan dalam ketersediaan dan akses informasi di berbagai wilayah
dunia.

- Peluang: Upaya untuk mengurangi kesenjangan digital dan memastikan akses merata ke
informasi dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemantauan dan perlindungan
HAM.

3. Kolaborasi Internasional:

- Tantangan: Meskipun terdapat upaya kolaborasi internasional, tantangan muncul dalam


mencapai konsensus global dan mengatasi perbedaan dalam implementasi dan penegakan norma-
norma HAM.

- Peluang: Kolaborasi internasional, jika diperkuat oleh mekanisme penegakan yang efektif,
dapat memberikan dukungan yang lebih kuat dalam menangani isu-isu HAM lintas batas.
4. Penguatan Masyarakat Sipil:

- Tantangan: Masyarakat sipil seringkali menghadapi risiko penindasan dan pembatasan


kebebasan berpendapat, terutama di negara-negara otoriter.

- Peluang: Penggunaan teknologi, seperti media sosial, dapat membantu memperkuat suara
masyarakat sipil, memfasilitasi koordinasi tindakan, dan mengekspresikan keprihatinan terhadap
pelanggaran HAM.

5. Teknologi untuk Perubahan Sosial:

- Tantangan: Teknologi dapat digunakan untuk tujuan yang kurang etis, termasuk pemantauan
yang berlebihan dan penyalahgunaan informasi pribadi.

- Peluang: Inovasi teknologi dalam bidang enkripsi dan privasi dapat membuka pintu untuk
pemanfaatan teknologi yang lebih aman dan sesuai dengan prinsip-prinsip HAM.

6. Inovasi Hukum dan Kebijakan:

- Tantangan: Proses legislatif dan pengembangan kebijakan seringkali terbukti lamban dan sulit
untuk mengikuti laju perubahan global, yang dapat menciptakan kesenjangan antara kebutuhan
dan regulasi.

- Peluang: Mengintegrasikan prinsip hukum yang lebih responsif dan kebijakan yang bersifat
adaptif dapat menciptakan kerangka kerja yang lebih efektif dalam menjawab perubahan
dinamika global.

Melalui pemahaman mendalam terhadap dinamika ini, kita dapat merancang pendekatan yang
lebih holistik dan terkoordinasi, memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil untuk
melindungi HAM dalam era globalisasi mempertimbangkan kompleksitas dan keberagaman
tantangan yang dihadapi.

B. Dampak globalisasi

Sebelum membahas tentang dampak globalisasi terhadap HAM, kita akan membahas studi
kasus. Misalnya, dalam konteks globalisasi, perusahaan multinasional yang beroperasi di negara
berkembang mungkin memanfaatkan tenaga kerja lokal dengan memberikan upah rendah dan
kondisi kerja yang tidak memadai. Meskipun mereka beroperasi di bawah standar internasional,
tetapi praktik-praktik ini dapat dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

Ketidaksetaraan ekonomi dapat semakin terkikis ketika perusahaan-perusahaan ini memperoleh


keuntungan besar sementara pekerja lokal tidak menerima upah yang sebanding dengan
kontribusi mereka. Selain itu, ketidaksetaraan ini dapat memperburuk kondisi sosial dan
ekonomi di wilayah tersebut, menciptakan kesenjangan yang melanggar prinsip-prinsip hak asasi
manusia, seperti hak atas standar hidup yang layak.

Dalam hal ini, dampak globalisasi terhadap ekonomi dapat memunculkan tantangan serius terkait
hak asasi manusia, menunjukkan perlunya regulasi dan praktik bisnis yang berkelanjutan untuk
memastikan bahwa keuntungan ekonomi yang dihasilkan dari globalisasi tidak dicapai dengan
merugikan hak-hak dasar pekerja dan masyarakat lokal.

Dampak ekonomi global terhadap hak asasi manusia:

- Ketidaksetaraan ekonomi Globalisasi dapat memperdalam kesenjangan ekonomi antara


negara-negara yang kaya dan yang miskin. Negara-negara miskin mungkin kesulitan dalam
mengakses teknologi dan pendidikan berkualitas, yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam
ekonomi global yang semakin maju dan berbasis teknologi yang semakin maju. Berbeda dengan
negara-negara kaya yang lebih mudah dan cepat untuk mengakses hal ini. Dalam hal lain dapat
dilihat juga dala perbedaan sumber daya, seperti tanah dan kekayaan alam dapat menciptakan
ketidaksetaraan ekonomi. Pengendalian yang tidak merata atas sumber daya yang dapat
menguntungkan. Dampaknya terlihat pada Masyarakat miskin mungkin tidak dapat mengakses
sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.

- Kondisi kerja Globalisasi sering kali menyebabkan peningkatan mobilitas tenaga kerja, namun
dapat juga mengakibatkan kondisi kerja yang buruk, terutama di negara-negara dengan regulasi
yang lemah. Dengan pergerakan produksi dan tenaga kerja secara global, penting untuk
memastikan bahwa pekerja dihormati di seluruh rantai pasok. Ini mencakup upah yang layak dan
kondisi kerja yang aman.

- Hak pendidikan dan akses informasi HAM mencakup hak atas pendidikan dan akses informasi.
Globalisasi harus mendukung mendukung akses universal terhadap pendidikan berkualitas dan
informasi. Hal ini dapat mencakup pemberdayaan melalui teknologi untuk mendukung
pendidikan dan akses informasi.

- Perlindungan lingkungan global Arus globalisasi harus memperhitungkan dampaknya terhadap


lingkungan. Perlu ada upaya bersama untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan
dan melindungi ekosistem global.

- Keanekaragaman budaya dan identitas Dalam konteks globalisasi yang semakin maju, perlu
ditekankan pentingnya memelihara keanekaragaman budaya dan menghormati identitas lokal. Ini
bisa mencakup dukungan terhadap bahasa, tradisi dan nilai-nilai budaya.
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada dasarnya, Hak Asasi Manusia ini sudah ada sejak manusia itu sendiri lahir, sehingga dapat
dikatakan bahwa sejak kecil manusia sudah memiliki hak-hak dasar untuk perkembangan
hidupnya. Dengan Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia (The Universal Declaration of
Human Rights), maka masyarakat di seluruh dunia sudah semestinya untuk saling menjaga dan
menjunjung tinggi HAM. Hal ini perlu dilakukan agar sesama manusia dapat menjalani
kehidupan yang lebih tenang, damai, dan layak.

Di Indonesia, Hak Asasi Manusia (HAM) sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 yang di mana di dalam UU tersebut banyak sekali pasal-pasal yang berhubungan dengan
HAM dan lembaga perlindungan HAM. Maka dari itu, sebagai warga negara Indonesia yang
baik kita perlu menjunjung tinggi HAM.

B. SARAN
Pemerintah hendaknya melakukan evalusi kembali terhadap seluruh Peraturan Perundang-
undangan yang berkaitan dengan perlindungan bagi korban pelanggaran HAM Berat, baik dari
segi perlindungan yang akan diberikan maupun tata cara perlindungan yang diberikan.
Sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM, hendaknya pemerintah menjadikan Perlindungan bagi Korban Pelanggaran HAM Berat
menjadi Prioritas Utama, terlebih dengan kejadian yang sudah cukup berlangsung lama yang
menyebabkan korban pelanggaran HAM Berat mengalami penderitaan bertahun-tahun sampai
dengan saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Lasiyo, dkk. (2023). Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Terbuka.

KHAIRAZI, Fauzan. Implementasi demokrasi dan hak asasi manusia di indonesia. INOVATIF|
Jurnal Ilmu Hukum, 2015, 8.1.

MANUSIA, Komisi Nasional Hak Asasi. Hak Asasi Manusia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1997.

BALQIS, Shalli Dyangrosa Permatanurani; NAJICHA, Fatma Ulfatun. Penanaman Nilai-Nilai


Pancasila di Era Pandemi Covid-19. De Cive: Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, 2022,

SAPUTRO, Rio; NAJICHA, Fatma Ulfatun. Penerapan Rasa Bela Negara Pada Generasi Muda
Di Era Globalisasi. Journal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 2022, 14.2: 207-211.

UPRIJANTO, Agus. Dampak globalisasi ekonomi terhadap perekonomian Indonesia. CIVIS:


Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan, 2011, 1.2.

Khalid, K. Harmonisasi Pengaturan Lembaga Perlindungan Hak Asasi Manusia di Era


Globalisasi. Halu Oleo Law Review, 3(1), 67-84.

Indra, H. (2016). Pendidikan Islam Tantangan & Peluang di Era Globalisasi. Deepublish

Anda mungkin juga menyukai