PEMBELAJARAN PKn di SD
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS TERBUKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah
dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KASUS-KASUS
YANG BERKAITAN DENGAN HAM (MODUL 5) DAN PENGERTIAN HUKUM
(MODUL 6) “ ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran PKn di SD.
Tersusunnya makalah ini, tidak terlepas dari peran serta teman-teman yang tergabung dalam
kelompok ini dan juga kepada Dosen Pembimbing : Nurmalia Dewi, M.Pd. Atas
bimbingannya, kami ucapkan terima kasih.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan mengenai kasus-
kasus yang berkaitan dengan Ham dan pengertian Ham . Hal ini akan dijadikan dasar untuk
mengetahui apa dan bagaimana konsep hak asasi manusia (HAM) di Indonesia dan
pengertian hukum di Indonesia.
Kami menyadari, bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Mohon maaf atas segala kekurangannya, kami ucapkan
terimakasih.
Kelompok 3
1.1 Latar Belakang
Hak asasi manusia (HAM) sebagai gagasan serta kerangka konseptual tidak lahir
secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam Universal Declaration of Human Right 10
Desember 1948, namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah peradaban
manusia. Awal perkembangan HAM dimulai ketika ditandatangani Magna Charta (1215),
oleh Raja Jhon Lacklaand. kemudian juga penandatanganan Petition of Right pada tahun 1628
oleh Raja Charles I. Dalam hubungan inilah maka perkembangan hak asasi manusia ini sangat
erat hubungannya dengan perkembangan demokrasi.
Indonesia merupakan negara hukum yang mana di dalam negara hukum selalu ada
pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Semua manusia akan mendapat
perlakuan yang sama kedudukannya dalam hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
Termasuk juga hak seorang anak ini semua telah di atur di dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28B ayat 2 yang berbunyi “Setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekersan dan diskriminasi”. Dapat terlihat jelas bahwa di negara Republik Indonesia dijamin
adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum dan bukan
kemauan seseorang atau golongan yang menjadi dasar kekuasaan.
Meskipun di Indonesia telah ada jaminan secara konstitusional dan telah dibentuknya
lembaga untuk penegakkannya, tetapi belum menjamin bahwa HAM dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari atau dalam pelaksanaan pembangunan. Maka dari itu, perlu adanya
dukungan dari segala pihak agar tercapainya penegakkan HAM di Indonesia, mulai dari
masyarkat sampai para pemimpin negara.
1. Apa saja konsep hak asasi manusia (HAM) dalam Undang-Undang Dasar 1945?
2. Apa saja konsep penegakan hukum di Indonesia?
3. Apa pengertian hukum ?
4. Bagaimana penegakan hukum di Indonesia ?
5. Bagaimana memahami kasus-kasus yang berkaitan dengan hukum?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep hak asasi manusia (HAM) dalam Undang-Undang Dasar
1945
2. Untuk mengetahui konsep penegakan hukum di Indonesia.
3. Dapat memahami pengertian hukum.
4. Dapat memahami penegakan hukum di Indonesia.
5. Dapat memahami kasus-kasus yang berkaitan dengan hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pengertian yang lain tentang HAM adalah hak yang melekat pada martabat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan hak tersebut dibawah sejak lahir ke
permukaan bumi sehingga hak tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan merupakan
pemberian manusia atau negara. HAM harus diakui dan dihormati oleh semua
manusia, karena merupakan pemberian Tuhan Yang Maha Esa sejak lahir dan semua
manusia telah dibekali HAM oleh Tuhan Yang Maha Esa. HAM bersifat universal
meliputi hak hidup, memperoleh kemerdekaan dan untuk mendapat kebahagiaan.
Bersefat universal berarti berlaku dibelahan bumi mana pun tanpa melihat ras, suku,
agama, warna kulit ataupun perbedaan-perbedaan lainnya. Nilai utama yang
terkandung dalam HAM adalah kebebesan/kemerdekaan, kemanusian/perdamaian
Hak Asasi bersifat umum (universal), karena diyakini beberapa hak dimiliki
tanpa perbedaan atas bangsa, ras, agama, atau jenis kelamin. Dasar dari hak asasi,
bahwa manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
bakat dan cita-citanya. Hak Asasi manusia bersifat supralegal, artinya tidak
bergantung kepada adanya suatu Negara atau undang-undang dasar, maupun
kekuasaan pemerintah, bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi, karena hak asasi
manusia dimiliki manusia bukan karena kemurahan atau pemberian pemerintah,
melainkan Karena berasal dari sumber yang lebih tinggi. Disebut HAM karena
melekat pada eksistensi manusia, yang bersifat universal, merata dan tidak dapat
dialihkan.
Atas dasar itulah maka tidak ada orang atau badan manapun yang dapat
mencabut hak itu dari tangan pemiliknya. Demikian pula tidak ada seorangpun
diperkenankan untuk merampasnya, serta tidak ada kekuasaan apapun untuk
membelenggungnya.
2.1.2. Ciri khas dari HAM
Ciri khas dari HAM adalah sebagai berikut :
1) Kodrat, artinya HAM itu adalah permberian Tuhan keapada semua manusia agar
hidupnya tetap terhormat.
2) Hakiki, artinya HAM itu melekat pada diri setiap manusia, tanpa membedakan
latar belakang kehidupan dan status sosialnya.
3) Universal, artinya HAM berlaku umum, tidak mebeda-bedakan manusia yang satu
dengan yang lainnya.
4) Tidak dapat dicabut, artinya dalam keadaan bagaimanapun, hak tersebut tetap
milik setiap orang.
5) Tidak dapat dibagi, artinya HAM itu tidak dapat diwakili atau dialihkan kepada
orang lain.
2.1.3 Nilai utama yang terkandung dalam HAM adalah sebagai berikut :
1) Kebebasan/ kemerdekaan
2) Kemanusiaan/ perdamaian
3) Keadilan/ kesederajatan/ persamaan
KASUS-KASUS YANG BERKAITAN DENGAN HAM
HAM di Indonesia dilaksanakan dalam kenyataan kehidupan sehari – hari atau
dalam pelaksanaan pembangunan. Kasus-kasus yang Berkaitan dengan HAM Lukman
Soetrisno (Paul S.Baut, 1989:227) dalam Udin S. Winataputra, dkk (2020)
mengajukan ciri-ciri bahwa suatu pembangunan telah melaksanakan HAM apabila
telah menunjukkan adanya ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dalam bidang politik berupa kemauan pemerintah dan masyarakat untuk
mengakui pluralisme pendapat dan kepentingan dalam masyarakat.
2. Dalam bidang sosial, ditandai dengan adanya perlakuan yang sama oleh
hukum antar orang kecil dan priyayi dengan adanya rasa toleransi dalam
masyarakat terhadap perbedaan atau latar belakang agama dan ras.
3. Dalam bidang ekonomi, ditandai dengan tidak adanya monopoli dalam sistem
ekonomi yang berlaku.
Tindakan kejahatan di Indonesia seperti pembunuhan, korupsi, trafficking, dan
sebagainya, merupakan fakta betapa kehidupan di Indonesia sudah dibayang-bayangi
oleh kepentingan pribadi yang sangat menonjol. Kepentingan pribadi yang lebih
didominasi oleh factor ekonomi menjadi pengaruh besar dalam kecenderungan
tindakan kejahatan. Kecenderungan manusia Indonesia lebih menekankan aspek
sosialitasnya, namun ternyata fakta membuktikan bahwa kecenderungan itu sudah
mulai memudar, meskipun tidak semua manusia Indonesia melakukan tindak
kejahatan.
Tindakan membunuh dapat disebabkan oleh beberapa alasan, seperti: dendam,
kekhawatiran/ketakutan yang berlebihan, malu, putus asa (terutama pada kasus bunuh
diri), faktor keterbatasan ekonomi, jobless, mempertahankan nyawa sendiri,
mempertahankan harga diri, stress, dll. Sebuah media elektronik mengabarkan
seorang pemuda berumur 20 tahun, pendiam dan pemalu menjadi pembunuh berdarah
dingin yang tega membantai bocah-bocah tidak berdosa. Disinyalir perbuatannya itu
dipengaruhi oleh ibunya yang mengidap paranoid. Pemuda tersebut diketahui
mengidap Sindrom Asperger, sejenis autisme. Oleh teman-temannya, pemuda yang
bernama Adam Lanza ini dikatakan sebagai anak yang sangat cerdas, namun sulit
bersosialisasi (Armandhanu, 2013: 1 dalam Septiana Dwiputri Maharani (2016)).
Pelanggaran HAM yang berat mempunyai sifat khusus dan digolongkan
sebagai kejahatan yang luar biasa (exstra ordinary crime). Oleh karena itu, pasal 28
ayat 2 UUD 1945 dan hukum internasional menentukan bahwa asas retroaktif berlaku
dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran yang berat. Asas retroaktif merupakan
dasar yang membolehkan suatu peraturan perundang-undangan dapat berlaku surut ke
belakang. Hal ini berbeda dengan kejahatan biasa.
Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di Indonesia selalu menjadi
sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep dasarnya
yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita praktisnya di lapangan
ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran. Sebab-sebab pelanggaran HAM
antara lain adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat
yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit mengendalikan dirinya sendiri sehingga
terjadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.
Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam mediasi menurut Pasal 89
Komnas Ham bertugas dan berwenang melakukan :
1. Perdamaian kedua belah pihak
2. Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi dan negosiasi, mediasi,
konsolidasi,dan penilaian akhir
3. Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui
pengadilan.
4. Penyampaian rekomendasi atas kasus-kasus pelanggaran HAM kepada
Pemerintah untuk ditindak lanjuti penyelesaiannya
5. Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk di tindak lanjuti
Berbagai permasalahan yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam rangka
penghormatan, pengakuan, penegakan hukum dan HAM antara lain:
1) Penegakan Hukum di Indonesia belum dirasakan optimal oleh masyarakat. Hal
itu antara lain, ditunjukan oleh masih rendahnya kinerja lembaga peradilan.
Penegakan hukum sejumlah kasus pelanggaran HAM berat yang sudah selesai
tahap penyelidikannya pada tahun 2002, 2003, dan 2004, sampai sekarang belum
di tindak lanjuti tahap penyelidikannya.
2) Masih ada peraturan perundang-undangan yang belum berwawasan gender dan
belum memberikan perlindungan HAM. Hal itu terjadi antara lain, karena adanya
aparat hukum, baik aparat pelaksana peraturan perundang-undangan, maupun
aparat penyusun peraturan perundang-undangan yang belum mempunyai
pemahaman yang cukup atas prinsip-prinsip perlindungan hak asasi manusia.
3) Belum membaiknya kondisi kehidupan ekonomi bangsa sebagai dampak krisis
ekonomi yang terjadi telah menyebabkan sebagian besar rakyat tidak dapat
menikmati hak-hak dasarnya baik itu hak ekonominya seperti belum terpenuhinya
hak atas pekerjaan yang layak dan juga hak atas pendidikan
4) Sepanjang tahun 2004 telah terjadi beberapa konflik dalam masyarakat, seperti
Aceh, Ambon, dan Papua yang tidak hanya melibatkan aparat Negara tetapi juga
dengan kelompok bersenjata yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak untuk
hidup secara aman dan hak untuk ikut serta dalam pemerintahan
5) Adanya aksi terorisme yang ditujukan kepada sarana public yang menyebabkan
rasa tidak aman bagi masyarakat
6) Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu Negara
dengan Negara lainnya manjdi makin tinggi. Dengan demikian kecenderungan
munculnya kejahatan yang bersifat transnasional menjadi makin sering terjadi.
Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain, terkait dengan masalah narkotika,
pencucian uang dan terorisme. Salah satu permasalahan yang sering timbul
adalah adanya peredaran dokumen palsu. Yang membuat orang-orang luar bebas
datang ke Indonesia
Beberapa masalah Hak Asasi di Indonesia yaitu:
1) Perlindungan Hak Anak
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah legislative dan administrative
untuk lebih memperbaiki perlindungan hak-hak anak dan perempuan.
2) Perlindungan Perempuan : Keadilan dan kesetaraan gender.
UUD 1945 pasal 27 menjamin persamaan Hak perempuan dan Laki-laki ; dan
Bahwa perempuan adalah bagian dari HAM yang tercantum dalam UU No.
7/198-4 tentang anti diskriminasi dan UU No. 39/1999 tentang HAK. Ada pun
hak-hak politik perempuan tercantum dalam UU No. 68/1958
Modul 6
KONSEP PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA
Kegiatan Belajar 1
A. Pengertian Hukum
Pengertian Hukum Menurut Para Ahli Menurut Prof. Dr, L.J. van Apeldoorn tidak
mungkin memberi suatu pengertian (definisi) untuk hukum. Dalam “Het Adatrecht van Ned
Indie” : “Hukum adalah suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergolak terus menerus
dalam keadaan bentur danmembentur tanpa henti-hentinya dengan gejala-gejala lainnya”,
kemudian beliau menambahkan : “Tidak mungkin memberi sesuatu definisi untuk hukum,
karena hubungan-hubungan anggota masyarakat yang diatur oleh hukum ada 1001 macam”.
Lemaire dalam bukunya Hukum di Indonesia (Hetrecht in Indonesia) “Hukum banyak
seginya serta meliputi segala lapangan
yang menyebabkan orang tidak mungkin membuat suatu definisi apa hukum itu sebenarnya”.
Kisch. Mr. Dr. Dalam karangannya “Rectswetenscap” mengatakan bahwa oleh karena
hukum itu tidak dapat dilihat/ditangkap oleh pancaindra, maka sukarlah untuk membuat suatu
definisi tentang “hukum” yang memuaskan umum. Prof. Sudiran dalam “pengantar Tata
Hukum di Indonesia” : “Hukum adalah pikiran/anggapan orang tentang adil dan tidak adil
mengenai hubunganantarmanusia. Grotius dalam “De lure Belli ac facis tahun 1625” :
“Hukum adalah peraturan tentang perbuatan moral yang menjamin keadilan”.
Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H dalam bukunya “Pengantar HukumIndonesia”
mengatakan bahwa : “Hukum adalah pikiran atau anggapan orangadil atau tidak adil
mengenai hubungan antara manusia”.
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H LLM dalam bukunya “HukumMasyarakat dan
Pembinaan Hukum Nasional” mengatakan : “Hukum adalahkeseluruhan kaidah-kaidah serta
asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan
memelihara ketertiban yangmeliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan
berlakunya kaidah itu sebagai kenyataan dalam masyarakat”.
J.C.T Simorangkir, S.H dan Woeryono Sastropranoto, S.H dalam bukunya “Pelajaran
Hukum Indonesia” mengemukakan : “Hukum itu ialah peraturan- peraturan yang bersifat
memaksa, yang menentukan tingkah laku manusiadalam lingkungan masyarakat, yang dibuat
oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi
berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu”. Di bawah ini
dikemukakan beberapa definisi tentang hukum sebagai pegangan : “Hukum adalah himpunan
peraturan-peraturan hidup yang bersifatmemaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau izin
untuk berbuat atautidak berbuat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib
dalam kehidupan masyarakat”.
“Hukum adalah peraturan-peraturan hidup = peraturan-peraturan yang mengadakan tata
tertib dalam pergaulan hidup manusia dalam masyarakat sehari-hari”. Dari beberapa batasan
tentang hukum yang diberikan oleh para sarjana tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu sebagai berikut :
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
3. Peraturan itu bersifat memaksa
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
Untuk dapat mengenal hukum itu, kita harus dapat mengenal ciri-ciri hukum, yaitu
sebagai berikut :
a.Adanya perintah dan larangan;
b.Perintah dan larangan itu harus ditaati oleh setiap orang.
1.Menurut sumbernya
2. Menurut bentuknya
a. Hukum tertulis yaitu hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan;
b. Hukum tak tertulis yaitu hukum yang masih hidup dalam
keyakinanmasyarakat, tetapi tidak tertulis (disebut hukum kebiasaan).
Pengertian negara hukum yang merupakan penggabungan dari dua kata “negara” dan
“hukum” yang istilah asingnya “rechtsstaat” (Belanda). Menurut Moh. Yamin, sejarah istilah
negara “kata kembar negara hukumbyang kini menjadi istilah tetap hukum sudah dipakai
secara resmi dalambKonstitusi Indonesia meliputi dua patah kata yang sangat berlainan asal-
usulnya. Kata negara yang menjadi negara dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Sansekerta dan mulai di pakai sejak abad ke-5 dalam ketatanegaraan Indonesia, awalnya
untuk menamai negara tarum (tarumanegara) di bawah kepala negara purnawarman di Jawa
Barat. Sedangkan kata “hukum” berasal dari bahasa Arab dan masuk ke dalam bahasa
Indonesia sejak abad ke-12. Walaupun kata kembar negara hukum itu terbentuk dari
dua patah kata yang berasal dari dua bahasa peradaban, tetapi kata majemuk itu mewujudkan
satu makna pengertian tetap dan tertentu batas-batas isinya. Berdasarkan pendapat Mr. Moh.
Yamin di atas jelaslah bagi kita bahwa istilah negara hukum berasal dari masing-masing kata
“negara” dan “hukum” yang digabungkan menjadi satu istilah dengan pengertian yang
mengandung makna tersendiri dan baku.
Prof Dr. Sudargo Gautama, SH. Mengemukakan 3 ciri-ciri atau unsur-unsur dari
negara hukum, yakni berikut ini:
1. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan;
2. Asasi legalitas;
3. Pemisahan kekuasaan.
Konsepsi negara hukum yang dikemukakan oleh F. J. Stahl adalah “Negara Kesejahteraan”
atau Welvaarstaat (Belanda), Social Service State (Inggris). Beliau mengatakan sebagai
elemen dari negara hukum, antara lain :
1. Adanya jaminan atau hak dasar manusia;
2. Adanya pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan hukum;
4. Adanya peradilan administrasi negara.
Sementara A.V. Dicey yang menganut sistem Anglo Saxon yaitu “the rule of law”
konsep negara hukum menurutnya mengandung 3 unsur penting :
1. Supremacy of law;
2. Equality before the law;
3. Human right.
Selanjutnya oleh para jurist Asia Tenggara dan Pasifik seperti tercantum
dalam buku “The Dynamics Aspect of the rule of law in the Modern Age”,
dikemukakan syarat rule of law sebagai berikut :
1. Perlindungan konstitutional;
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
4. Pemilihan umum yang bebas
5. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
6. Pendidikan civic (kewarganegaraan)
KEGIATAN BELAJAR 3
Contoh kasus yang berkaitan dengan hukum di Indonesia yaitu Eks Menteri
Pemuda dan Olahraga Roy Suryo mengungkapkan alasannya melaporkan artis Lucky
Alamsyah ke polisi atas kasus dugaan pencemaran nama baik dan pemutar balikan
fakta. Pasalnya, akar permasalahan dari mereka berdua merupakan kecelakaan lalu
lintas di salah satu jalan di kawasan Jakarta Timur. Di Indonesia, secara garis besar
tindakan pencemaran nama baik diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) dan UU ITE. Definisi dan tafsiran pencemaran nama baik merujuk pada aturan
yang ada dalam KUHP, sedangkan dalam UU ITE lebih diatur mengenai media atau
cara pencemaran nama baik dilakukan.
Dalam UU ITE 2008, pencemaran nama baik merupakan delik atau tindak pidana
biasa yang dapat diproses secara hukum meski tidak adanya pengaduan dari korban.
Namun, ketentuan ini telah mengalami perubahan yang telah diatur di dalam UU ITE
2016. Di mana, dalam UUITE 2016, tindak pidana pencemaran nama baik berubah
menjadi delik aduan (klacht delic) yang mengharuskan korban membuat pengaduan
kepada pihak yang berwajib. Menurut Putusan MK 50/PUU-VI/2008 disebutkan bahwa
ketentuan pencemaran nama baik menjadi tindak pidana aduan tidak dapat dipisahkan
dari norma hukum pokok dalam Pasal 310 dan pasal 311 KUHP yang mensyaratkan
adanya pengaduan (klacht) untuk dapat dituntut dihadapan Pengadilan. Oleh karena itu,
jika Anda mendapatkan kasus pencemaran nama baik, Anda harus melakukan
pengaduan ke pihak yang berwenang. Karena kasus pencemaran nama baik hanya
akan diproses jika pihak yang menjadi korban melakukan pelaporan kasus tersebut.