Anda di halaman 1dari 20

1

1 of 3
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Saya/kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa
makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri.
Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan
jelas bahwa saya/kami menyatakan menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme.
Nama
NPM
Mata Ajar
Tanggal
Dosen
: Ririn Risnawati

: 1306355391
: Perencanaan dalam Pembangunan Ekonomi
: 29 Desember 2013
: Mas Wedar H. Adji
Jakarta, 29 Desember 2013
( Ririn Risnawati )
)

UNIVERSITAS INDONESIA




MAKALAH HAK ASASI MANUSIA






Ririn Risnawati
1306355391




MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
FAKULTAS EKONOMI
2014

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Statement of Authorship
Daftar Isi ........................................................................................................ i
Bab I Pendahuluan ....................................................................................... 1
Bab II Landasan Teori ................................................................................ 3
Bab III Pembahasan .................................................................................... 8
Bab IV Penutup .......................................................................................... 14
Daftar Pustaka

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak asasi manusia merupakan sesuatu yang harus diperoleh manusia dan
merupakan unsur normatif yang melekat secara alamiah pada manusia.
Implementasi hak berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi. Dalam pembukaan UUD 1945 juga disebutkan terkait dengan masalah
hak yakni bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan. Oleh
karenanya, negara Indonesia sangat menjunjung tinggi masalah hak, terutama
hak asasi manusia (HAM). Istilah hak-hak asasi manusia dalam beberapa
bahasa asing dikenal dengan sebutan sebagai berikut : droit de
lhome (Perancis) yang berarti hak manusia,human right (Inggris)
antau mensen rechten (Belanda), yang dalam bahasa Indonesia disalin menjadi
hak-hak kemanusiaan atau hak-hak asasi manusia.
Masalah HAM merupakan topik yang banyak dibicarakan dan dibahas
terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih
diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Hak Asasi
Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan
fundamental yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. Hakikat HAM
sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia
secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan
menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara
individu, pemeritah, dan negara.
Hak asasi manusia (HAM) pada hakekatnya merupakan hak kodrati yang
secara inheren melekat dalam setiap diri manusia sejak lahir. Mengingat HAM
itu adalah karunia-Nya, maka tidak ada badan apapun yang dapat mencabut
hak itu dari tangan pemiliknya. Demikian pula tidak ada seorangpun
2

diperkenankan untuk merampasnya, serta tidak ada kekuasaan apapun yang
boleh membelenggunya
Karena HAM itu bersifat kodrati, sebenarnya HAM tidak memerlukan
legitimasi yuridis untuk pemberlakuannya dalam suatu sistem hukum nasional
maupun internasional. Sekalipun tidak ada perlindungan dan jaminan
konstitusional terhadap HAM, hak itu tetap eksis dalam setiap diri manusia.
Gagasan HAM yang bersifat teistik ini diakui kebenarannya sebagai nilai yang
paling hakiki dalam kehidupan manusia. Namun karena sebagian besar tata
kehidupan manusia bersifat sekuler dan positivistik, maka eksistensi HAM
memerlukan landasan yuridis untuk diberlakukan dalam mengatur kehidupan
manusia. Perjuangan dan perkembangan hak-hak asasi manusia di setiap
negara mempunyai latar belakang sejarah sendiri-sendiri sesuai dengan
perjalanan hidup bangsanya, meskipun demikian sifat dan hakikat HAM di
mana-mana pada dasarnya sama juga. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dalam makalah ini akan dibahas terkait dengan konsep HAM dan
implementasinya di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka permasalahan yang
teridentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Konsep HAM
2. Pembentukan dan perkembangan HAM di Indonesia
3. Permasalahan HAM di Indonesia
4. Upaya penegakan HAM di Indonesia

C. Tujuan
Sesuai dengan identifikasi permasalahan di atas, maka tujuan penyusuna
makalah ini adalah mampu:
1. Memahami konsep Hak Asasi Manusia
2. Menganalisis pembentukan dan perkembangan HAM di Indonesia
3. Menganalisis permasalahan HAM di Indonesia
4. Menganalisis upaya penegakan HAM di Indonesia
3

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Hak Asasi Manusia (HAM)
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-
hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.Menurut John
Locke HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah
dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki manusia
karena martabatnya sebagai manusia, dan bukan diberikan oleh masyarakat
atau negara. Manusia memilikinya karena Ia manusia. Oleh karena itu, hak
asasi tidak dapat dihilangkan atau dinyatakan tidak berlaku oleh negara.

B. Dasar Hukum HAM
Pada tahun 1948, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mencetuskan
pernyataan tentang perlindungan terhadap HAM. Pernyataan tersebut dikenal
dengan nama Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Umum Hak
Asasi Manusia = DUHAM PBB)
1
, yaitu pernyataan sedunia tentang hak-hak
asasi manusia yang terdiri atas 30 pasal. Piagam tersebut menyerukan kepada
semua anggota dan bangsa di dunia untuk menjamin dan mengakui hak-hak
asasi manusia yang dimuat di dalam konstitusi negara masing-masing.
Ketika DUHAM PBB tercetus, sesungguhnya deklarasi ini merupakan
reaksi terhadap perbuatan dehumanisasi (bertentangan dengan rasa dan nilai-

1
Yulianti, dkk. 2014. Lebih lengkap dapat dilihat pada dalam Makalah tentang HAM. Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya.
4

nilai kemanusiaan) serta mengajak negara anggota PBB untuk melindungi
dan mencegah terjadinya pelanggaran HAM terhadap warganya.

C. Sejarah HAM
Sejarah kelahiran HAM dimulai di Inggris. Bangsa Inggris memiliki
tradisi perlawanan terhadap para raja yang berusaha untuk berkuasa secara
mutlak. Terkait dengan runut sejarah kelahiran HAM, dijelaskan dalam
beberapa poin sebagai berikut (Yulianti dkk, 2014):
1. Pada tahun 1215 kaum bangsawan memaksa Raja John untuk
menerbitkan Magna Charta Libertatum (larangan penghukuman,
penahanan, dan perampasan benda dengan sewenang-wenang).
2. Pada tahun 1679 terbit Habeas Corpus Act (orang yang ditahan harus
dihadapkan pada hakim dalam waktu tiga hari dan diberitahu atas
tuduhan apa Ia ditahan).
3. Pada tahun 1680 terbit Bill of Rights (Akta Deklarasi Hak dan
Kebebasan Kawula dan Tatacara Suksesi Raja). Akta ini merupakan
konstitusi modern pertama di dunia. Dalam akta tersebut ditegaskan
bahwa raja tunduk kepada parrlemen, tidak dapat memungut pajak
ataupun memiliki pasukan pada masa damai tanpa persetujuan
parlemen, dan harus mengakui hak-hak parlemen. UU ini masih
diskriminatif karena hanya mengakui hak kaum bangsawan (itu pun
hanya laki-laki).

D. Jenis-Jenis HAM
Pandangan mengenai macam HAM sangatlah beragam. Perbedaan ini
sangat dipengaruhi oleh latar belakang atau kondisi negara asal para filsuf dan
pakar HAM dan perkembangan zaman. Adapun jenis-jenis hak asasi manusia
dijelaskan pada tabel di bawah ini.




5

Tabel 1 Jenis HAM
No Jenis HAM Contoh
1 Hak-hak asasi pribadi (personal
rights)
Kebebasan menyatakan pendapat.
2 Hak-hak asasi ekonomi (property
rights)
Kebebasan memiliki sesuatu, membeli,
menjual, serta memanfaatkan.
3 Hak-hak asasi politik (political
rights)
Hak ikut serta dalam pemerintahan
4 Hak-hak asasi hukum (rights of
legal equality)
Hak untuk mendapatkan perlakuan yang
sama dalam hukum dan pemerintahan.
5 Hak-hak asasi sosial dan
kebudayaan (social and cultural
rights)
Hak memperoleh jaminan pendidikan dan
kesehatan
6 Hak-hak asasi dalam tata cara
peeradilan dan perlindungan
(procedural rights)
Hak mendapatkan perlakuan dan tata cara
peradilan, perlindungan, dalam hal
penangkapan, penahanan, penyitaan,
penggeledahan, atau peradilan.
Sumber: Yulianti, dkk. 2014.

E. Ruang Lingkup HAM
Ruang lingkup HAM meliputi
2
:
a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan
lain-lain;
b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam
pemerintahan; serta
d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya

2
Makalah Hak Asasi Manusia. http://makalahhakasasimanusiaham.blogspot.com/
6

menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah
(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.

F. Pokok-Pokok HAM
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik
kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu
2
:
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah
bagian dari manusia secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan
bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai
HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak
melindungi atau melanggar HAM.

G. Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global
Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama
mengenai HAM ,yaitu
2
:
1. HAM menurut konsep Negara-negara Barat
a. Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.
b. Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.
c. Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
d. Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.

2. HAM menurut konsep sosialis;
a. Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat
b. Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada.
c. Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi
menghendaki.

7

3. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:
a. Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.
b. Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama
terhadap kepala keluarga
c. Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan
kewajiban sebagai anggota masyarakat.

4. HAM menurut konsep PBB;
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin
oleh Elenor Roosevelt dan secara resmi disebut Universal
Decralation of Human Rights. Universal Decralation of Human
Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai:
Hak untuk hidup
Kemerdekaan dan keamanan badan
Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
Hak untuk mendapat hak milik atas benda
Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
Hak untuk bebas memeluk agama
Hak untuk mendapat pekerjaan
Hak untuk berdagang
Hak untuk mendapatkan pendidikan
Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat
Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan
keilmuan.

8

BAB III
PEMBAHASAN

A. Perkembangan HAM di Indonesia
Meskipun Republik Indonesia lahir sebelum diproklamirkannya UDHR,
beberapa hak asasi dan kebebasan fundamental yang sangat penting sebenarnya
sudah ada dan diakui dalam UUD 1945. Pada zaman negara Indonesia masih
berbentuk Republik Indonesia Serikat atau RIS (27 Desember 1949-15 Agustus
1950), pengakuan dan penghormatan HAM, setidaknya secara legal formal
sudah maju yakni dengan dicantumkannya tiga puluh lima pasal dalam UUD
RIS 1949
3
.
Kemajuan yang sama, secara konstitusional juga berlangsung
sekembalinya Indonesia menjadi negara kesatuan dan berlakunya UUDS 1950
dengan dicantumkannya tiga puluh delapan pasal di dalamnya. Pada masa
berlakunya UUDS 1950 tersebut, penghormatan atas HAM dapat dikatakan
cukup baik. Patut diingat bahwa pada masa itu, perhatian bangsa terhadap
masalah HAM masih belum terlalu besar. Di masa itu, Indonesia menyatakan
meneruskan berlakunya beberapa konvensi Organisasi Buruh Internasional
(International Labor Organization/ILO) yang telah diberlakukan pada masa
Hindia Belanda oleh Belanda dan mengesahkan Konvensi Hak Politik
Perempuan pada tahun 1952.
Sejak berlakunya kembali UUD 1945 pada tanggal 5 Juli 1959, bangsa
Indonesia mengalami kemunduran dalam penegakan HAM. Sampai tahun
1966, kemunduran itu terutama berlangsung dalam hal yang menyangkut
kebebasan mengeluarkan pendapat. Kemudian pada masa Orde Baru lebih
parah lagi, Indonesia mengalami kemunduran dalam penikmatan HAM di
semua bidang yang diakui oleh UUD 1945. Di tataran internasional, selama
tiga puluh dua tahun masa Orde Baru, Indonesia mengesahkan tidak lebih dari
dua instrumen internasional mengenai HAM, yakni Konvensi tentang

3
Upaya Pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia. Dapat dilihat lebih lanjut pada
http://gapurana2.blogspot.com/
9

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (1979) dan
Konvensi tentang Hak Anak (1989).
Pada tahun 1993 memang dibentuk Komnas HAM berdasarkan
Keputusan Presiden No. 50 tahun 1993, yang bertujuan untuk membantu
mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM dan
meningkatkan perlindungan HAM guna mendukung tujuan pembangunan
nasional. Komnas HAM dibentuk sebagai lembaga mandiri yang memiliki
kedudukan setingkat dengan lembaga negara lainnya dan berfungsi
melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi
HAM. Meskipun Komnas HAM yang dibentuk itu dinyatakan bersifat mandiri
karena para anggotanya diangkat secara langsung oleh presiden, besarnya
kekuasaan presiden secara de facto dalam kehidupan bangsa dan negara serta
kondisi obyektif bangsa yang berada di bawah rezim yang otoriter dan represif,
pembentukan Komnas HAM menjadi tidak terlalu berarti karena pelanggaran
HAM masih terjadi di mana-mana.
Sejak runtuhnya rezim otoriter dan represif Orde Baru, gerakan
penghormatan dan penegakan HAM, yang sebelumnya merupakan gerakan
arus bawah, muncul ke permukaan dan bergerak secara terbuka. Gerakan ini
memperoleh impetus dengan diterimanya Tap MPR No. XVII/MPR/1998
tentang HAM. Pembuatan peraturan perundang-undangan sebagai perangkat
lunak berlanjut dengan diundang-undangkannya UU No. 26 tahun 2000
tentang pengadilan HAM yang memungkinkannya dibentuk pengadilan HAM
ad hoc guna mengadili pelanggaran HAM yang berat yang terjadi sebelum UU
tersebut dibuat.
Pada masa itu dikenal transitional justice, yang di Indonesia tampak
disepakati sebagai keadilan dalam masa transisi, bukan hanya berkenaan
dengan criminal justice (keadilan kriminal), melainkan juga bidang-bidang
keadilan yang lain seperti constitutional justice (keadilan konstitusional),
administrative justice (keadilan administratif), political justice (keadilan
politik), economic justice (keadilan ekonomi), social justice (keadilan sosial),
dan bahkan historical justice (keadilan sejarah). Meskipun demikian, perhatian
lebih umum lebih banyak tertuju pada transitional criminal justice karena
10

memang merupakan salah satu aspek transitional justice yang berdampak
langsung pada dan menyangkut kepentingan dasar baik dari pihak korban
maupun dari pihak pelaku pelanggaran HAM tersebut. Di samping itu, bentuk
penegakan transitional criminal justice merupakan elemen yang sangat
menentukan kualitas demokrasi yang pada kenyataannya sedang diupayakan.
Upaya penegakan transitional criminal justice dilakukan melalui jalur
yudisial (melalui proses pengadilan) dan jalur ekstrayudisial (di luar proses
pengadilan). Jalur yudisial terbagi lagi menjadi dua, yaitu Pengadilan HAM
dan Pengadilan HAM Ad Hoc. Pengadilan HAM ditujukan untuk pelanggaran
HAM berat yang terjadi setelah diundangkannya UU No. 26 tahun 2000,
sedangkan Pengadilan HAM Ad Hoc diberlakukan untuk mengadili
pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum disahkannya UU No. 26 tahun
2000.
Sedangkan jalur ekstrayudisial melalui Komisi Kebenaran dan
Rekonsiliasi Nasional (KKRN) ditempuh untuk penyalahgunaan kekuasaan
dan pelanggaran HAM pada masa lampau dan pelanggaran HAM berat yang
terjadi sebelum diundangkannya UU No. 26 tahun 2000. Upaya penyelesaian
melalui jalur demikian haruslah berorientasi pada kepentingan korban dan
bentuk penyelesaiannya dapat menunjang proses demokratisasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara serta merupakan upaya penciptaan
kehidupan Indonesia yang demokratis dengan ciri-ciri utamanya yang berupa
berlakunya kekuasaan hukum dan dihormatinya hak asasi dan kebebasan
fundamental.

B. Permasalahan HAM Di Indonesia
Pelanggaran HAM menurut pasal 1 ayat (6) UU No.Pelanggaran HAM
menurut pasal 1 ayat (6) UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM adalah setiap
perbuatan seorang atau kelompok orang, termasuk aparat negara, baik
disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut HAM seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang, dan tidak
11

mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, issue mengenai HAM di
Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang sangat mencolok.
Gerak yang cepat tersebut terutama karena memang telah terjadi begitu banyak
pelanggaran HAM, mulai dari yang sederhana sampai pada pelanggaran HAM
berat(gross human right violation). Di samping itu juga karena gigihnya
organisasi-organisasi masyarakat dalam memperjuangkan pemajuan dan
perlindungan HAM.
Pelanggaran HAM yang berat menurut Pasal 7 UU No. 26 Tahun 2000
meliputi:
1. Kejahatan genosida (genocide crime): Kejahatan genosida adalah setiap
perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian bangsa, ras, kelompok etnis, atau
kelompok agama.
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity): Kejahatan ini
merupakan serangan secara luar atau sistematis yang ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil. Kejahatan ini dapat berupa
pembunuhan, pemusnahan, pembudakan, pengusiran, atau pemindahan
penduduk secara paksa, dll.

Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
Membunuh anggota kelompok.
Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok.
Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.
Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di
dalam kelompok.
12

Memindahkan secara paksaan anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.

Terhadap pelanggaran hak asasi manusia dalam kategori berat seperti
genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang berdasarkan hukum
internasional, dapat digunakan asas retroaktif, dengan pemberlakuan pasal
mengenai kewajiban untuk tunduk pada pembatasan yang ditetapkan undang-
undang, sebagaimana tercantum dalam pasal 28J ayat (2) Undang-undang
Dasar 1945.

Contoh kasus HAM antara lain adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih
pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun
2003.
2. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM
terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki
berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
3. Kasus penganiayaan oleh teman sekelas sekolah dasar yang telah
menyebabkan kematian, artinya hak untuk hidup anak tersebut pun hilang
4. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat
penganiayaan dari majikannya

C. Upaya Penegakan HAM di Indonesia
Munculnya berbagai kasus pelanggaran HAM berat telah melahirkan
kesadaran kolektif tentang perlunya perlindungan HAM melalui instrumen
hukum dan kinerja institusi penegak hukumnya. Banyak kasus-kasus
pelanggaran HAM berat atau yang mengandung unsur adanya pelanggaran
HAM yang selama ini tidak tersentuh oleh hukum, sebagai akibat dari
bergulirnya reformasi secara perlahan tapi pasti mulai diajukan ke lembaga
peradilan. Lembaga peradilan, dalam hal ini Pengadilan HAM, merupakan
13

forum paling tepat untuk membuktikan kebenaran tuduhan-tuduhan adanya
pelanggaran HAM di Indonesia.
Upaya penegakkan HAM akan berhasil jika putusan peradilan tidak
memihak dan merdeka dalam memperjuangkan penegakan HAM di Indonesia.
Dibandingkan dengan masa sebelumnya, pada masa reformasi, perkembangan
HAM di Indonesia memiliki landasan operasional yang lebih jelas. Sebenarnya
istilah hak dasar atau hak asasi manusia sudah banyak tercantum dalam
peraturan perundang-undangan Indonesia, seperti dalam UUD 1945, Konstitusi
RIS 1949, UUD Sementara 1950, dan Tap MPRS No.XIV/MPRS/1966.
Walaupun begitu, ketetapan MPR tentang HAM baru dihasilkan pada masa
reformasi, misalnya dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998.
Sebagai upaya untuk tetap menegakkan hak-hak asasi manusia di
Indonesia, melalui keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993 dibentuklah
lembaga independen Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
yang berkedudukan di Jakarta. Komnas HAM hanya berfungsi sebagai
penyelidik dengan mengumpulkan berbagai data dan fakta dari kasus yang
diduga melanggar HAM. Hasil penyelidikan diserahkan kepada pihak
kejaksaan. Selanjutnya proses hukuman diserahkan kepada pengadilan.
Di samping itu, peraturan terkait HAM yakni UU No. 39 Tahun 1999
tentang pelaksanaan HAM di Indonesia serta UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 memuat Piagam Hak Asasi
Manusia yang mencakup hak untuk hidup, hak untuk berkeluarga dan
melanjutkan keturunan, hak untuk mengembangkan diri, hak atas keadilan, hak
kemerdekaan, hak atas kebebasan informasi, hak atas keamanan, hak atas
kesejahteraan, serta hak atas perlindungan dan pemajuan oleh pemerintah.
Meskipun dari sisi perundang-undangan sudah menunjukan kemajuan yang
positif, namun penegakan HAM dan dan keadilan masih jauh dari harapan.
Banyak pelanggaran HAM yang terjadi tidak diselesaikan secara adil atau
memenuhi keadilan masyarakat.
Pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam menegakkan HAM,
yakni melalui upaya-upaya sebagai berikut (blog Gapurana):
14

1. Adanya kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM di
seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons
terhadap pelanggaran HAM internasional hal ini dapat dibuktikan dengan
kecaman Presiden atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-
akhir ini contoh; Irak, Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia juga
memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada Israel yang telah menginvasi
Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil, wanita dan anak-anak.
2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM,
antara lain telah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun
2000-2004 (Propenas) dengan pembentukan kelembagaan yang berkaitan
dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia dengan kepres nomor 50 tahun 1993, serta
pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap perempuan
3. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi
manusia , Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM,
serta masih banyak UU yang lain yang belum tersebutkan menyangkut
penegakan hak asasi manusia.



15

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak-hak dasar yang dimiliki oleh
manusia yang bersifat kodrati. HAM adalah persoalan yang bersifat universal,
tetapi sekaligus juga kontekstual. HAM setiap individu dibatasi oleh HAM
orang lain. Setiap individu mempunyai keinginan agar setiap hak asasinya bisa
terpenuhi. Akan tapi hal yang perlu diingat adalah posisi setiap manusia itu
sendiri, jangan sampai hak asasi kita melanggar atau menindas hak asasi orang
lain.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI. Setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
perorangan, kelompok maupun sebuah instansi atau bahkan suatu Negara akan
diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM. Pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
Setiap negara mempunyai sejarah perjuangan dan perkembangan HAM
yang berbeda, oleh karena itu konsepsi dan implementasi HAM dari suatu
negara tidak dapat disamaratakan. Adanya HAM menimbulkan konsekwensi
adanya kewajiban asasi, di mana keduanya berjalan secara paralel dan
merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Pengabaian salah satunya
akan menimbulkan pelanggaran HAM, dan Islam telah memberikan pedoman
yang sangat jelas mengenai masalah ini.
Perkembangan dan perjuangan dalam mewujudkan tegaknya HAM di
Indonesia terutama terjadi setelah adanya perlawanan terhadap penjajahan
bangsa asing, sehingga tidak bisa dilihat sebagai pertentangan yang hanya
mewakili kepentingan suatu golongan tertentu saja, melainkan menyangkut
kepentingan bangsa Indonesia secara utuh.


16

B. Saran
Sebagai makhluk sosial, manusia harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan hak asasinya masing-masing. Di samping itu juga setiap
individu harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai
terjadi tindakan pelanggaran HAM, baik terhadap diri sendiri maupun orang
lain. Negara harus bisa menjamin hak-hak asasi setiap warganya terlindungi
dan terpenuhi sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan batang
tubuh UUD 1945 dengan melakukan pengawalan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Banyaknya kasus pelanggaran HAM di Indonesia
mengharuskan pemerintah lebih mengawasi dan menegakan hukum terkait
pemenuhan HAM setiap warga negaranya. Pemerintah harus mencari jalan
agar UUD benar-benar berfungsi sebagai dasar negara kita dan sebagai acuan
dalam menjalankan kehidupam sehari-hari, khususnya dalam penerapan
penegakan HAM itu sendiri. Untuk itu butuh keseriusan pemerintah untuk
mempelopori penegakkan HAM di Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup, hanya
pemerintah namun,partisipasi dan kerja sama warga nemasih sangat
dibutuhkan kerjasama warna Negara Indonesia yang semoga baik-baik saja.
Kemudian secara sinergi merongrong Negara Indonesia yang adil.


17

REFERENSI

Academia.edu. Makalah tentang Hak Asasi Manusia.
https://www.academia.edu/3835074/MAKALAH_PKn_TENTANG_HAK_
ASASI_MANUSIA
Blog Hidayah Nurul. 2011. Perkembangan HAM di Indonesia.
http://hidayahnurul93.wordpress.com
Blog. HAM. Makalah Hak Asasi Manusia.
http://makalahhakasasimanusiaham.blogspot.com/
Budi, Arjdo Miriam, 2006. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Granmedia
Pustaka Utama.
Keputusan Presiden No. 50 tahun 1993
Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993
Kusnardi, Muhammad Ibrahim.1984. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta :
Pusat Studi Hukum Tata Negara UI Dan C.V. Sinar Bakti.
Tap MPR No. XVII/MPR/1998 memuat Piagam Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
Upaya Pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia.
http://gapurana2.blogspot.com/.
UU No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM
Yulianti, dkk. 2014. Makalah tentang HAM: Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia
(DUHAM PBB). Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
http://indratiamahardika.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai