Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mempersembahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaran Semester Ganjil tahun 2022. Berkat rahmat dan karunia-Nya, serta di dorong
kemauan yang keras disertai kemampun yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang
membahas tentang "Hak Asasi Manusia”dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaran.

Makalah ini berisi tentang "Hak Asasi Manusia yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu
anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena keterbatasan ilmu
dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun, sangat kami harapkan demi
kebaikan dimasa mendatang dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.

KATA PENGANTAR.

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.

II. Rumusan Masalah.

III. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

IV. Pengertian HAM

Sejarah Lahirnya HAM dan Pengembangannya

Ruang Lingkup HAM.

- Ciri-ciri HAM

- Macam-macam HAM.

V. HAM sebagai Konsep Emansipatif..

VI. Instrumen HAM

VII. Kasus HAM di Indonesia.

VIII. Peradilan Kriminal Internasional

- Proses Peradilan HAM Internasional

BAB III PENUTUP

IX. Kesimpulan.

X. Saran..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I.LATAR BELAKANG

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan
interaksinya antara individu atau dengan instansi Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh.
Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era
reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era
sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita
hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap
orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Secara hipotetis, kebebasan dasar adalah kebebasan bawaan dalam diri manusia yang teratur
dan pokok sebagai anugerah Tuhan yang harus diperhatikan, diawasi, dan dijamin. Perwujudan
kebebasan bersama itu sendiri adalah usaha untuk menjaga keamanan hidup manusia pada umumnya
melalui keselarasan antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Demikian pula upaya untuk
menghormati, menjamin, dan memelihara kebebasan bersama merupakan komitmen dan kewajiban
bersama antara masyarakat, otoritas publik (perangkat pemerintah, baik umum maupun militer), dan
negara.
Dengan demikian, kebebasan-kebebasan dasar merupakan hak-hak istimewa yang esensial
alami yang sejak ia seorang individu, misalnya dalam American Revelation of Autonomy atau the
French Assertion. Kebebasan-kebebasan dasar yang disinggung sekarang adalah sekumpulan hak-hak
istimewa yang diciptakan oleh Negara-Negara Bersatu sejak berakhirnya Perang Besar Kedua yang
tidak memandang batas-batas negara bagian. Akibatnya, negara-negara tidak dapat menghindari tidak
mengamankan kebebasan umum non-penduduk. Semua dalam semua, semua hal dipertimbangkan,
setiap negara, tidak peduli apa, memiliki tingkat kewajiban tertentu, terutama dalam hal kepuasan
kebebasan dasar orang-orang di dalam lokalnya, termasuk bahkan orang luar. Oleh karena itu, pada
tingkat tertentu, akan sangat tidak masuk akal untuk mengakui atau membandingkan kebebasan dasar
dengan hak-hak istimewa penduduk. Kebebasan umum dimiliki oleh siapa saja, selama ia dapat
dikenal sebagai individu.
Alasan di atas pula yang menyebabkan HAM bagian integral dari kajian dalam disiplin ilmu
hukum internasional. Oleh karenannya bukan sesuatu yang kontroversial bila komunitas internasional
memiliki kepedulian serius dan nyata terhadap isu HAM di tingkat domestik. Dalam hal ini penulis
merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul
"Hak Asasi Manusia".
II. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HAM ?
2. Bagaimana Sejarah Lahirnya HAM dan Pengembangannya?
3. Apa saja macam-macam HAM ?
4. Mengapa HAM sebagai konsep Emansipatif ?
5. Apa saja yang menjadi Instrumen HAM ?
6. Apa saja kasus-kasus HAM di Indonesia?
7. Bagaimana proses peradilan HAM internasional?

III. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian tentang HAM
2. Mengetahui Sejarah Lahirnya HAM dan Pengembangannya
3. Mengetahui macam-macam HAM
4. Mengetahui alasan HAM sebagai konsep Emansipatif
5. Menjelaskan macam-macam instrumen HAM
6. Mengetahui beberapa kasus HAM di Indonesia
7. Mengetahui proses peradilan HAM internasional
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian HAM

HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia tidak
dapat hidup layak sebagai manusia Menurut John Locke HAM adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa "Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, dem kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia".

Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi
manusia secara utuh melaku aksi Keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi dan menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu. pemeritah (Aparatur
Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa
sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :

1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagi dari manusia secara
otomatis
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat
hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

2. Sejarah Lahirnya HAK dan Perkembangannya

Pada umumnya para pakar HAM berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya
Magna Charta Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang mencanangkan bahwa raja yang
semula memiliki kekuasaan absolut (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat
dengan hukum), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertannggungjawabannya di
muka hukum. Dari piagam inilah kemudian lahir doktrin bahwa raja tidak kebal hukum lagi serta
bertanggung jawab terhadap hukum. Pasal 40 pada dari Plagam Magna Charta yang menegaskan .....
No one will we deny or delay, right or justice" (Tidak seorangpun menghendaki kito mengingkari atau
menundo tegoknya atau keadilan).

Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih konkrit, dengan
lahirnya Bill of Rights di Inggris pada tahun 1689. Kehadiran Bill of Rights telah menghasilkan asas
persamaaan peacetime life for its inhabitants every where in the world. The fourth is freedom from
fear which, translated into world terms, mean a worldwide reduction of armaments to such a point and
in such a trought fashion that no nation will any neighbor anywhere in the world."

(Artinya: Pertama, kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat. Kedua, kebebasan memeluk
agama dan beribadah (menyembah Tuhan), sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya. Ketiga,
kebebasan dari kemiskina dalam pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang
damai dan sejahtera bagi penduduknya. Keempat kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha
pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa (negara) berada dalam posisi berkeinginan
melakukan serangan terhadap tetangganya.

3. Ruang lingkup HAM

Ruang Lingkup HAM meliputi:

a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;


b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta
d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

4. Ciri-ciri HAM

Ciri khusus Hak Asasi Manusia sebagai berikut:

1. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan atau diserahkan.
2. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak sipil
dan politik atau hak ekonomi, social, dan budaya.
3. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia yang sudah ada sejak
lahir.
4. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang status,
suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya. Persamaan adalah salah satu dari ide-ide hak
asasi manusia yang mendasar.
5. Macam-macam Hak Asasi Manusia

Secara garis besar, hak-hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi enam macam sebagai berikut:

1. Hak Asasi Pribadi/Personal Rights/Civil Rights


 Hak Asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh hak-hak asasi
pribadi ini sebagai berikut:
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat.
 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
 Hak untuk dijamin- kemerdekaannya dan keselamatan dirinya (dari penangkapan dan
penahanan yang sewenang-wenang dan dari penyiksaan-penyiksaan oleh aparat negara), atau
pula untuk tidak dihukum tanpa proses peradilan yang jujur dan tak memihak
 Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini
masing-masing.
2. Hak Asasi Politik/Political Rights

Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh hak-hak asasi politik ini sebagai
berikut:

• Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.


• Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
• Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik lainnya.
• Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum/Legal Equality Rights

Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang berkaitan dengan
kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi hukum sebagai berikut:

 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.


 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4. Hak Asasi Ekonomi/Property Rigths

Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian Contoh hak-hak asasi ekonomi ini sebagai
berikut:
• Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
• Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
• Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.
• Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
• Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

5. Hak Asasi Peradilan/Procedural Rights

Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara
pengadilan. Contoh hak-hak asasi peradilan ini adalah hak persamaan atas perlakuan penggeledahan,
penangkapan, penahanan, dan penyelidikan di muka hukum

6. Hak Asasi Sosial Budaya/Social Culture Rights

Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak asasi sosial budaya ini
sebagai berikut.

 Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.


 Hak mendapatkan pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

6. HAM SEBAGAI KONSEP EMANSIPATIF

Sejarah wacana keadilan gender telah bergema sejak mulai terbukanya kran demokrasi post-
Orba. Ironisnya, wacana tersebut kelihatannya hanya berjalan ditempat. Perempuan pada umumnya,
terutama di tingkat masyarakat bawah, masih mengalami ketidakadikan, atau bahkan penindasan.
Sejauh ini masih sedikit tanda-tanda yag memperlihatkan perubahan yang signifikan dalam relasi
sosial antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.Polarisasi ekstrim elemen sosial ke dalam
dua kutub berdasarkan seks (jenis kelamin) masih terjadi. Meminjam istilah Simone de Beaviour,
perempuan masih diposisiskan sebagai the second sex atau being for others (ada untuk orang lain).

Kalaupun terjadi perubahan, hanyalah bersifat eksklusif dan relatif kecil. Hembusan angin
emansipasi hanya dinikmati oleh kelompok perempuan elite di lingkungan perkotaan. Hal itu ditandai
dengan meningkatnya partisipasi perempuan di sektor publik di perkotaan. Sedangkan kekerasan
perempuan di sektor domestik secara luas masih terus berlangsung.

Relasi antara laki-laki dan perempuan masih didominasi oleh ideologi dan system patriarki Konstruksi
sosial yang berupa budaya patriarki yang bersifat paternalistik di Indonesia telah menciptakan idiom-
idiom yang menyebabkan ketertinggalan terhadap kaum perempuan.
Budaya tersebut seolah menempatkan laki-laki di atas kaum perempuan. Nilai-nilai moral dan sosial
yang dianut itu sudah barang tentu bersifat male bias. Akibatnya dinamika sosial baik di bidang
politik, ekonomi, dan budaya, perempuan dinomor duakan. Dengan demikian, secara sosiologis,
perempuan tertinggal dari laki-laki. Hal ini mencerminkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan antara
laki-laki dan perempuan di Indonesia. Padahal perbedaan menjadi tidak relevan dengan pemilahan
sifat, peran, dan posisi sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan. Situasi ini melahirkan pembagian
peran dan posisi yang sangat diskriminatif antara laki-laki dan perempuan.

Maka dari itu, peran HAM sebagai konsep Emansipatif sangat penting untuk penyetaraan hidup dan
kehidupan masyarakat. Dengan adanya HAM akan menghapus diskriminatif antara laki-laki dan
perempuan dan mengubah statusnya menjadi Homo Equalis (manusia berkesetaraan). Dimana dalam
kesetaraan ini, perempuan akan memiliki persamaan hak dengan laki-laki di berbagai aspek
kehidupan masyarakat seperti aspek sosial dan politik.

6. INSTRUMEN PENEGAKAN HAM

Instrumen Hak Asasi Manusia di Indonesia antara lain :

A. Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara mengandung pemikiran bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa dengan menyandang dua aspek individual (pribadi) dan aspek sosial (bermasyarakat). Oleh
karena itu setiap orang mengemban kewajiban untuk mengakui dan menghormati hak asasi manusia
orang hin. Pancasila menjunjung tinggi keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makluk Tuhan

B. Undang-Undang Dasar 1945


• Pengakuan terhadap hak asasi manusia secara jelas terjabar di dalam batang tubuh atau bagian
pasal-pasal UUD 1945, hak-hak tersebut diatur sebagai berikut
• Pasal 27 ayat 1: Hak atas kesamaan dalam hukum dan pemerintah
• Pasal 27 ayat 2: Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
• Pasal 27 ayat 3: Hak untuk membela dan mempertahankan negara
• Pasal 28: Kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat
• Pasal 28 A sampai 28 J: Hak asasi manusia dalam berbagai bidang
• Pasal 29 ayat 2: kemerdekaan beragama dan beribadat
• Pasal 30: Hak atas usaha pertahanan dan keamanan negara
• Pasal 31: Hak mendapat pendidikan
• Pasal 32: Hak mengembangkan dan memelihara kebudayaan
• Pasal 33: Hak kehidupan ekonomi dan sosial
• Pasal 34: Hak atas jaminan sosial terutama bagi fakir miskin dan anak-anak terlantar
C. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998

Tentang Hak Asasi Manusia yang berisi piagam hak asasi manusia bagi bangsa Indonesia Hak-hak
yang diatur dalam ketetapan tersebut adalah :

• hak untuk hidup (Pasal 1)


• hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (Pasal 2)
• hak mengembangkan diri (Pasal 3-6)
• hak keadilan (Pasal 7-12)
• hak kemerdekaan (Pasal 13-19)

D. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Di dalam bab I pasal 1 UU Nomor 39/1999 dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

 Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat danBkeberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati dan dilindungi oleh negara hukum pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan hukum dan martabat manusia.
 Kewajiban dasar adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dikksanakan, tidak
memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.
 Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan atau pengecualian yang langsung atau tidak
langsung didasarkan pada perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang
berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau
penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun
kolektif dalam bidang politik, ekonomi. hukum, sosial budaya, dan aspek kehidupan lainnya.
 Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan
rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani.
 Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum
menikah.
 Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, membatasi, dan/atau mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh UU ini.
 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) adalah lembaga mandiri yang
kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya, berfungsi melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia
E. Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Pengadilan HAM di Indonesia dibentuk berdasar UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia Berdasar UU tersebut dinyatakan bahwa pengadilan HAM merupakan pengadilan
khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum dan berkedudukan di daerah Kabupaten atau
Kota. Untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta, pengadilan HAM berkedudukan di setiap wilayah
Pengadilan Negeri yang bersangkutan Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap
pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Secara terperinci pengadilan HAM adalah :

a. Pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi yang berat


b. Pengadilan khusus yag berada di lingkungan peradilan umum
c. Berkedudukan di daerah kabupaten atau kota yang daerah hukumnya meliputi daerah
hukum pengadilan negeri yang bersangkutan
d. Bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM berat
e. UU No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT)

7. KASUS-KASUS HAM DI INDONESIA

Pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia berulang tiap dekade. Namun, hampir tak ada satu
pun kasus HAM yang benar-benar tuntas diungkap. Alih-alih ditemukan aktor utamanya,
sebagian besar kasus malah terbengkaki. Lima kasus HAM paling besar di Indonesia yang belum
pernah terungkap hingga tuntas. Para pelaku utamanya juga belum pernah diadili. Berikut
daftarnya:

1. Kasus tragedi 1965-1966

Sejumlah jenderal dibunuh dalam peristiwa 30 September 1965. Pemerintahan orde baru
kemudian menuding Partai Komunis Indonesia sebagai biang keroknya. Lahı pemerintahan saat itu
membubarkan organisasi tersebut, dan melakukan razia terhadap simpatisannya, Razia itu dikenal
dengan operasi pembersihan PKI. Komnas HAM memperkirakan 500.000 hingga 3 juta warga tewas
dibunuh saat itu. Ribuan lainnya diasingkan, dan jutaan orang lainnya harus hidup dibawah bayang-
bayang 'cap PKI selama bertahun-tahun.

Dalam peristiwa ini, Komnas HAM balik menuding Komando Operasi Pemulihan Kemanan
dan semua panglima militer daerah yang menjabat saat itu sebagai pihak yang paling bertanggung-
jawab. Saat ini, kasus ini masih ditangani oleh Kejaksaan Agung. Namun penanganannya lamban.
Tahun 2013 lalu, Kejaksaan mengembalikan berkas ke Komnas HAM, dengan alasan data kurang
lengkap.
2. Kasus penembakan misterius (Petrus) tahun 1982-1985

Penembakan misterius atau sering disingkat Petrus alias operasi churit adalah operasi rahasia
yang digelar mantan Presiden Soeharto dengan dalih mengatasi tingkat kejahatan yang begitu tinggi.
Operasi ini secara umum meliputi operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang
dianggap mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat. khususnya di Jakarta dan Jawa
Tengah. Pelakunya tak jelas, tak pernah tertangkap, dan tak pernah diadili.

Hasil dari operasi clurit ini, sebanyak 532 orang tewas pada tahun 1983. Dari jumlah itu, 367
orang di antaranya tewas akibat hika tembakan. Kemudian pada tahun 1984, tercatat 107 orang tewas,
di antaranya 15 orang tewas ditembak. Setahun kemudian, pada 1985, tercatat 74 orang tewas, 28 di
antaranya tewas ditembak

Korban Tembakan Misterius' ini selalu ditemukan dalam kondisi tangan dan lehernya terikat.
Sebagian besar korban juga dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan
rumah, atau dibuang ke sungai, laut, hutan, dan kebun.'

3. Tragedi Semanggi dan Kerusuhan Mei 1998

Pada 13-15 Mei 1998, terjadi kerusuhan massif yang terjadi hampir di seluruh sudut tanah air.
Puncaknya di Ibu Kota Jakarta. Kerusuhan ini diawali oleh kondisi krisis finansial Asia yang makin
memburuk. Serta dipicu oleh tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti yang tertembak dalam
demonstrasi pada 12 Mei 1998.

Dalam proses hukumnya, Kejaksaan Agung mengatakan, kasus ini bisa ditindak lanjuti jika
ada rekomendasi dari DPR ke Presiden. Karena belum ada rekomendasi, maka Kejaksaan Agung
mengembalikan berkas penyelidikan ke Komnas HAMNamun belakangan, Kejaksaan Agung
beralasan kasus ini tidak dapat ditindaklanjuti karena DPR sudah memutuskan, bahwa tidak
ditemukan pelanggaran HAM berat. Dalih lainnya, Kejaksaan Agung menganggap kasus penembakan
Trisakti sudah diputus oleh Pengadilan Militer pada 1999, sehingga tidak dapat diadili untuk kedua
kalinya.

4. Kasus terbunuhnya aktivis HAM Munir Said Thalib

Munir ditemukan meninggal di dalam pesawat jurusan Jakarta-Amsterdam, pada 7 September


2004. Saat itu ia berumur 38 tahun. Munir adalah salah satu aktivis HAM paling vokal di Indonesia.
Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia
Imparsial.

Saat menjabat Dewan Kontras (Komite Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan),
namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu.
Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Komando
Pasukan Khusus Tentara Nasional Indonesia. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan
pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar.

Namun, hingga hari ini, kasus itu hanya mampu mengadili seorang pilot maskapai Garuda,
Polycarpus Budihari Priyanto. Polly mendapat vonis hukuman 14 tahun penjara karena terbukti
berperan sebagai pelaku yang meracuni Munir dalam penerbangan menuju Amsterdam. Namun
banyak pihak yang meyakini, Polly bukan otak pembunuhan. Belum juga selesai pengungkapan
kasusnya, Polly malah dibebaskan bersyarat.

'Pada Juli 2004, Komnas HAM mengeluarkan laporan penyelidikan Projusticia atas
dugaan adanya kejahatan terhadap kemanusiaan di Wame na. Kasus tersebut dilaporkan
setelah 9 orang terbunuh.'

5. Tragedi Wamena Berdarah pada 4 April 2003

Tragedi itu terjadi pada 4 April 2003 pukul 01.00 waktu Papua. Sekelompok massa tak dikenal
membobol gudang senjata Markas Kodim 1702/Wamena. Penyerangan ini menewaskankan dua
anggota Kodim, yaitu Lettu TNI AD Napitupulu dan Prajurit Ruben Kana (Penjaga Gudang Senjata).
Kelompok penyerang diduga membawa lari sejumlah pucuk senjata dan amunisi

Dalam rangka pengejaran terhadap pelaku, aparat TNI-Polri diduga telah melakukan penyisiran,
penangkapan, penyiksaan, perampasan secara paksa, sehingga menimbukan korban jiwa dan
pengungsian penduduk secara paksa.

Pada pemindahan paksa ini, tercatat 42 orang meninggal dunia karena kelaparan, serta 15
orang jadi korban perampasan. Komnas juga menemukan pemaksaan penanda tanganan surat
pernyataan, serta perusakan fasilitas umum.

Proses hukum atas kasus tersebut hingga saat ini buntu. Terjadi tarik ulur antar Komnas HAM
dan Kejaksaan Agung Sementara para tersangka terus menikmati hidupnya, mendapat kehormatan
sebagai pahlawan, menerima kenaikan pangkat dan promosi jabatan tanpa tersentuh hukum.

8 . PERADILAN KRIMINAL INTERNASIONAL

Pada tahun 2002 di kota Hague di Belanda dibentuklah suatu pengadilan kriminal internasional yang
dalam bahasa Inggris disebut International Criminal Court (ICC) dan Statuta Roma memberikan
kewenangan kepada ICC untuk mengadili kejahatan genosida, kejahatan terhadap perikemanusiaan
dan kejahatan perang.
Kejahatan-kejahatan terhadap perikemanusiaan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 Statuta
Roma tersebut adalah serangan yang meluas atau sistematik yang ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil dengan tujuan :

 Pembunuhan;
 Pemusnahan
 Perbudakan;
 Pengusiran atau pemindahan penduduk
 Perampasan kemerdekaan / perampasan kebebasan fisik lain
 Menganiaya;
 Memperkosa, perbudakan seksual, memaksa seorang menjadi pelacur, menghamili secara
paksa, melakukan sterilisasi secara paksa, ataupun bentuk kejahatan seksual lainnya ;
 Penyiksaan terhadap ke bmpok berdasarkan alasan politik, ras, kebangsaan,etnis, kebudayaan,
agama, jenis kelamin (gender) sebagaimana diatur dalam artikel 3 ICC ataupun adengan
alasan-alasan lainnya yang secara umum diketahui sebagai suatu alasan yang dilarang oleh
hukum internasional
 Penghilangan seseorang secara paksa;
 Kejahatan apartheid;
 Perbuatan lainnya yang tak berperikemanusiaan yang dilakukan secara sengaja sehingga
mengakibatkan penderitaan, luka parah baik tubuh maupun mental ataupun kesehatan
fisiknya.

9.. Proses Peradilan HAM Internasional.

Bila Terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia berskala Internasional, proses peradilannya adalah
Sebagai Berikut :

1. Jika suatu negara sedang melakukan penyelidikan, penyidikan, atau penuntutan atas kejahatan yang
terjadi, maka Pengadilan Pidana Internasional berada dalam posisi inadmissible (tidak diizinkan)
untuk menangani perkara kejahatan tersebut. Akan tetapi, posisi inadmissible berubah menjadi
admissible, apabila negara yang bersangkutan enggan penuntutan. atau tidak mampu
melaksanakan tugas investigasi dan

2. Perkara yang telah diinvestigasi oleh suatu negara, kemudian negara yang bersangkutan telah
memutuskan untuk tidak melakukan penuntutan lebih lanjut. Namun dalam hal ini, posisi
inadmissible berubah menjadi admissible bila keputusan berdasarkan keengganan dan
ketidakmampuan negara untuk melakukan penuntutan.
3. Pelaku kejahatan telah diadili dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap, maka terhadap pelaku
kejahatan tersebut sudah mendekat asas nebis in idem Artinya, seseorang tidak dapat dituntut
untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama terlebih dahulu diputuskan perkaranya oleh putusan
pengadilan yang tetap.

4. Perkara tidak mempunya cukup dasar hukum untuk di tindaklanjuti Peradilan Internasional
mengandung pengertian upaya penyelesaian masalah dengan menerapkan ketentuan-ketentuan
hukum internasional yang dilakukan oleh peradilan internasional yang dibentuk secara teratur.
Peradilan internasional ini dilakukan oleh Mahkamah Internasional dan badan-badan peradilan
lainnya.

Jika Dalam Proses peradilan terbukti adanya pelanggaran HAM internasional maka yang
bersangkutan akan memperoleh sanksi internasional berupa :

1. Diberlakukannya travel warning terhadap warga negaranya.


2. Pengalihan investasi atau penanaman modal asing.
3. Pemutusan hubungan diplomatik.
4. Pengurangan tingkat kerjasama.
5. Pengurangan bantuan-ekonomi.
6. Pemboikotan produk ekspor.
7. Embargo ekonomi.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN

HAM adahh hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa "Jangan
pemah melanggar atau menindas HAM orang lain". Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan
dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum
acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

II. SARAN

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai
kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara
HAM kita dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36714484/Buku_Pendidikan_Kewarganegaraan_PDF

http://digilib.uinsgd.ac.id/3870/1/BUKU%20PKN%20new.pdf

https://bpmku.unila.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Buku-Ajar-Bersama-BKSPTN-Barat-
MK-Pendidikan-Kewarganegaraan.pdf

http://repository.unp.ac.id/28637/1/DAMRI%20PENDIDIKAN%20KEWARGANEGARAAN
%202020.pdf

Anda mungkin juga menyukai