Anda di halaman 1dari 15

MATERI WAWASAN KEBANGSAAN

HAK ASASI MANUSIA

Penyusun : Ahmad Zaki, S.Ab

Indonesia Mind Center


Bandung

1
A. Pengertian Hak Asasi Manusia
Secara etimologis, Hak Asasi Manusia terbentuk dari tiga suku kata : Hak, Asasi, dan Manusia. Dua kata pertama, Hak
dan Asasi berasal dari bahasa arab, sementara kata manusia adalah kata dalam bahasa Indonesia. Kata haqq adalah
bentuk tunggal dari kata huquq. Kata haqq diambil dari akar kata haqqa, yahiqqu, haqqaan artinya benar, nyata, pasti,
tetap, dan wajib. Adapun kata asasiy berasal dari akar kata assa, yaussu, asasaan artinya membangun, mendirikan, dan
meletakkan. Kata asas adalah bentuk tunggal dari kata usus yang berarti asal, esensial, asas, pangkal, dasar dari segala
sesuatu , dengan demikian kata Asasi diadopsi ke dalam bahasa Indonesia yang berarti bersifat dasar atau pokok. Hak
dasar meliputi hak hidup, hak merdeka, dan hak milik. Hak yang dimiliki manusia kodratnya yang tidak dapat dipisahkan
dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci. Hak asasi manusia bersifat universal , artinya berlaku di mana saja dan kapan
saja serta untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapa saja.

Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia sebagai anugerah Tuhan YME, yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak hidup, misalnya, adalah klaim untuk memperoleh dan
melakukan segala sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup. Tanpa hak tersebut eksistensinya sebagai
manusia akan hilang.

Pengertian HAM menurut para ahli:


1. John Locke
Menurut John Locke, pengertian HAM adalah hak-hak yang langsung diberikan Tuhan kepada manusia sebagai hak yang
kodrati. Oleh karena itu, tidak ada kekuatan apapun di dunia yang bisa mencabutnya. HAM ini sifatnya mendasar
(fundamental) bagi kehidupan manusia dan pada hakikatnya sangat suci.
2. Jan Materson
Menurut Jan Materson (komisi HAM PBB), pengertian HAM adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.
3. Miriam Budiarjo
Menurut Miriam Budiarjo, pengertian HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir ke dunia, hak itu sifatnya
universal sebab dimiliki tanpa adanya perbedaan kelamin, ras, budaya, suku, dan agama.
4. Prof. Koentjoro Poerbopranoto
Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto, pengertian HAM adalah suatu hak yang sifatnya asasi atau mendasar. Hak-
hak yang dimiliki setiap manusia berdasarkan kodratnya yang pada dasarnya tidak akan bisa dipisahkan sehingga
bersifat suci.
5. Oemar Seno Adji
Menurut Oemar Seno Adji, pengertian HAM adalah hak yang melekat pada setiap martabat manusia sebagai insan dari
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun.
6. Jack Donnely
Menurut Jack Donnely, definisi HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat
manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan
semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
7. UU No 39 Tahun 1999
Menurut UU No 39 Tahun 1999 pasal 1, pengertian HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dimana hak tersebut merupakan anugerah yang wajib di dilindungi dan
hargai oleh setiap manusia.

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental
sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah
merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik
Sipil maupun Militer), dan negara

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat
hak asasi manusia, yaitu :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul
sosial, dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang
tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

2
B. Perkembangan Pemikiran Hak Asasi Manusia
1. Istilah Hak Asasi Manusia lahir sejak keberhasilan revolusi perancis tahun 1789 dalam Declaration Des Droits De
L’homme Et Du Citoyen artinya hak-hak asasi manusia dan warga Negara perancis, dalam revolusi dikenal dengan
semboyan liberte, egalite, dan fraternite.

C. SEJARAH HAK ASASI MANUSIA


Hak asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahiran/kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Berawal dari 2 perang besar didunia ( PD I dan PD II) timbul
keinginan untuk merumuskan hak-hak asasi manusia dalam naskah internasional. Usaha ini pada tahun 1948 berhasil
dengan diterimanya Universal Declaration of Human Rights (pernyataan sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia) oleh
negara-negara yang tergabung dalam PBB.

Dalam proses ini telah lahir beberapa naskah yang secara berangsur-angsur menetapkan bahwa ada beberapa hak yang
mendasari kehidupan manusia dan karena itu bersifat universal dan asasi. Naskah tersebut adalah :

a. Tahun 600 SM di Athena (yunani) Solon yang telah menyusun undang-undang yang menjamin keadilan bagi
setiap warganya untuk itu ia membentuk hekiaea, yaitu mahkamah keadilan untuk melindungi orang-orang miskin dan
majelis rakyat atau eklesia.

b. Tahun 527 SM-322 SM


Kaisar Romawi Flanvius Anacius, Justinianus, menciptakan peraturan hukum modern yang termodifikasi yaitu corpus
luris sebagai jaminan keadilan dan hak asasi manusia

c. Magna Charta (piagam Agung, 1215) dokumen yang berisi hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris
kepada para bangsawan bawahannya dan juga membatasi kekuasaan Raja John. Gerakan rasionalisme dan humainisme
di Eropa bergolak secara revolusioner di bidang hukum, hak asasi dan ketatanegaraan ditandai lahirnya magna charta
di inggris yang berisi pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia, pelopornya John Locke dan Thomas Aquino
yang kemudian lahirnya piagam agung yang dikenal dengan istilah Magna Charta.

d. Bill of rights (Undang-Undang Hak, 1689)


e. Declaration des droits de I’homme et du citoyen (pernyataan hak-hak manusia dan warga negara, 1789)
f. Bill of Rights (Undang-Undang Hak) naskah yang disusun oleh rakyat Amerika pada tahun 1789

Hak-hak yang dirumuskan pada abad ke-17 dan ke-18 ini sangat dipengaruhi oleh gagasan mengenai Hukum Alam
(Natural Law) seperti yang dirumuskan oleh John Locke dan Jean Jaques Rousseau (1712-1778) dan hanya terbatas pada
hak-hak yang bersifat politis saja seperti kesamaan hak, hak atas kebebasan, hak untuk memilih dsb.

Pada abad ke-20 hak-hak politik ini dianggap kurang sempurna, dan mulailah dicetuskan beberapa hak lain yang lebih
luas ruang lingkupnya. Yang sangat terkenal adalah empat hak yang dirumuskan oelh Presiden Amerika Serikat,
Frangklin D Roosevelt yang dikenal dengan istilah The Four Freedoms (Empat Kebebasan), yaitu :
a. Kebebaan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech)
b. Kebebasan beragama (freedom of religion)
c. Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear)
d. Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want)

Sejalan dengan pemikiran itu, maka Komisi Hak-Hak Asasi Manusia (Commission on Human Rights) yang pada tahun
1946 didirikan oleh PBB, menetapkan secara terperinci beberapa hak ekonomi dan sosial, disamping hak-hak politik.
Pada tahun 1948 hasil pekerjaan komisi ini, pernyataan sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration
of Human Rights), diterima secara aklamasi oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB.

D. Macam-Macam HAM
Setelah memahami apa pengertian HAM dan ciri-cirinya, selanjutnya kita juga perlu mengetahu apa jenis-jenis HAM.
Berikut ini adalah macam-macam HAM:
1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
Ini merupakan hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi setiap individu. Beberapa contoh hak asasi
pribadi diantaranya:
 Kebebasan untuk bepergian, bergerak, berpindah ke berbagai tempat.
 Kebebasan dalam menyampaikan pendapat.
 Kebebasan dalam berkumpul dan berorganisasi.
3
 Kebebasan dalam memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan sesuai keyakinan masing-
masing individu.
2. Hak Asasi Politik (Political Rights)
Ini merupakan hak asasi yang terkait dengan kehidupan politik seseorang. Beberapa contoh hak asasi politik
diantaranya:
 Hak untuk untuk dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan.
 Hak dalam keikutsertaan kegiatan pemerintahan.
 Hak dalam mendirikan partai politik dan organisasi politik.
 Hak dalam membuat usulan petisi.
3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)
Ini adalah hak mendapatkan kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Beberapa contoh hak asasi hukum
diantaranya:
 Hak untuk mendapat perlakukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
 Hak seseorang untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil.
 Hak untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanaan hukum.
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rigths)
Ini merupakan hak masing-masing individu terkait dengan kegiatan perekonomian. Beberapa contoh hak-hak asasi
ekonomi diantaranya:
 Kebebasan dalam kegiatan jual-beli.
 Kebesasan dalam melakukan perjanjian kontrak.
 Kebebasan dalam penyelenggaraan sewa-menyewa dan hutang-piutang.
 Kebebasan dalam memiliki sesuatu.
 Kebebasan dalam memiliki pekerjaan yang pantas.
5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
Ini merupakan hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara pengadilan. Beberapa contoh hak-hak asasi
peradilan diantaranya:
 Hak untuk mendapatkan pembelaan hukum di pengadilan.
 Hak untuk mendapatkan persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan
penyelidikan di muka hukum.
6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)
Ini merupakan hak individu terkait dengan kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh hak asasi sosial budaya
diantaranya:
 Hak untuk menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.
 Hak untuk mendapatkan pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

E. HAK ASASI MANUSIA PADA TATARAN GLOBAL


Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM, yaitu:
a. HAM menurut konsep Negara-negara Barat:
1) ingin meninggalkan konsep negara yang mutlak;
2) ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas, negara sebagai koordinator dan pengawas;
3) filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia: serta
4) hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan negara.
b. HAM menurut konsep Sosialis:
1) hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat;
2) hak asasi manusia tidak ada sebelum negara ada; serta
3) negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.
c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:
1) tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama/sesuai dengan kodratnya;
2) masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap kepala keluarga;
serta
3) individu tunduk kepada adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagai anggota
masyarakat.
d. HAM menurut konsep PBB:
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor Roosevelt (10 Desember
1948) dan secara resmi disebut “Universal Declaration of Human Rights”. Di dalamnya menjelaskan
tentang hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang dinikmati manusia di dunia
yang mendorong perhargaan terhadap hak -hak asasi manusia. Sejak tahun 1957 konsep HAM
4
tersebut dilengkapi dengan tiga perjanjian, yaitu 1) Hak ekonomi sosial dan budaya; 2) Perjanjian
internasional tentang hak sipil dan politik; serta 3) Protokol opsional bagi perjanjian hak sipil dan
politik internasional. Pada Sidang Umum PBB tanggal 16 Desember 1966 ketiga dokumen tersebut
diterima dan diratifikasi.

Universal Declaration af Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai:


 hak untuk hidup;
 kemerdekaan dan keamanan badan;
 hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum;
 hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum;
 hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di m uka umum dan
dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah;
 hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu negara;
 hak untuk mendapat hak milik atas benda;
 hak untuk bebas untuk mengutarakan pikiran dan perasaan;
 hak untuk bebas memeluk agama, serta mempunyai dan mengeluarkan pendapat;
 hak untuk berapat dan berkumpul;
 hak untuk mendapatkan jaminan sosial;
 hak untuk mendapatkan pekerjaan;
 hak untuk berdagang;
 hak untuk mendapatkan pendidikan;
 hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat; serta
 hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.

E. HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan perlindungan HAM harus didasarkan
pada prinsip bahma hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya. dan hak pembangunan merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya (Wirayuda: 2005). Sesuai
dengan Pasal l (3), Pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui suatu konsep
kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antarnegara
serta hukum internasional yang berlaku.

HAM di Indonesia di dasarkan pada Konstitusi NKRI, yaitu Pembukaan UUD 1945 (aline I), Pancasila sila ke-4, Batang
Tubuh UUD 1945 (Pasal 27, 29, dan 30), UU No. 39/1999 tentang HAM dan UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM.
HAM di Indonesia menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri,
hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam
pemerintahan, hak wanita, dan hak anak.

Program penegakkan hukum dan HAM (PP No. 7 tahun 2005) meliputi pemberantasan korupsi, antiterorisme, serta
pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakkan hukum dan HAM harus
dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif, dan konsisten. Kegiatan-kegiatan pokok penegakkan hukum dan HAM
meliputi hal-hal berikut.
a. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan
Korupsi 2004-2009.
b. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009 sebagai gerakan nasional.
c. Peningkatan penegakkan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana terorisme dan penyalahgunaan
narkotika serta obat berbahaya lainnya.
d. Peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum ataupun lembaga yang fungsi dan tugasnya
mencegah serta memberantas korupsi.
e. Peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum ataupun lembaga yang fungsi dan tugasnya
menegakkan hak asasi manusia.
f. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga negara di depan hukum melalui
keteladanan kepala negara beserta pimpinan lainnya untuk mematuhi/menaati hukum dan hak asasi manusia
secara konsisten serta konsekuen.
g. Penyelenggaraan audit reguler atas seluruh kekayaan pejabat pemerintah dan pejabat Negara.
h. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan proses hukum yang lebih
sederhana, cepat, dan tepat, serta dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
5
i. Peningkatan betbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia dalam rangka
rnenyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat bcrjalan sewajarnya.
j. Pmbenahan sistem manajemen penanganan perkara yang menjamin akses publik, serta pengembangan sistem
pengawasan yang transparan dan accountable.
k. Pengembangan sistem manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
l. Penyelamatan barang bukit accountability kinerja berupa dokumen/arsip lembaga Negara serta badan
pemerintahan untuk mendukung penegakkan hukum dan HAM.
m. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektivitas penegakan hukum dan HAM.
n. Pembaruan materi hukum yang terkait dengan pemberantasan korupsi.
o. Peningkatan pengawasan terhadap lalu lintas orang yang melakukan perjalanan, baik ke luar maupun masuk
ke wilayah Indonesia.
p. Peningkatan fungsi intelejen agar aktivitas terorisme dapat dicegah pada tahap yang sangat dini, serta
meningkatkan berbagai operasi keamanan dan ketertiban.
q. Peningkatan penanganan dan tindakan hukum terhadap penyalahgunaan narkotika/obat berbahaya melalui
identifikasi serta memutus jaringan peredarannya. meningkatkan penyidikan, penyelidikan, penuntutan, dan
menghukum para pengedarnya secara maksimal.

F. HAK ASASI DALAM UUD 1945

a. Dalam Pembukaan UUD 1945


1. alinea 1 : Kebebasan untuk merdeka
2. alinea 2 : Negara yang adil
3. alinea 3 : Menyatakan kemerdekaan
4. alinea 4 : Menunjukkan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi (dalam bidang politik, hukum,
sosial budaya dan ekonomi)

b. Penjabaran Hak-Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945


Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis tentang manusia yang
melatarbelakanginya. Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah tersusun alas jiwa dan raga, kedudukan
kodrat sebagai makhluk Tuhan dan Makhluk pribadi, adapun sifat kodratnya sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Dalam pengertian inilah maka hak-hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan hakikat
kodrat manusia tersebut, Konsekuensinya dalam realisasinya maka hak asasi manusia memiliki hubungan yang
koralatif dengan wajib asasi manusia karena sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.

Dalam rentang berdirinya bangsa dan negara Indonesia dalam kenyataannya secara resmi deklarasi. Bangsa
Indonesia telah lebih dulu dirumuskan dari Deklarasi Universal Hak-hak, asasi Manusia PBB. karena Pembukaan
UUD 1945 dan pasal-pasalnya diundangkan tanggal 18 Agustus 1945, adapun Deklarasi PBB pada tahun 1948.
Hal ini merupakan fakta pada dunia bahwa bangsa bangsa Indonesia sebelum tercapainya pernyataan hak-hak
asasi manusia sedunia PBB. Telah mengangkat hak-hak asasi manusia dan melindunginya dalam kehidupan
negara yang tertuang dalam UUD 1945. Hal ini juga telah ditekankan oleh para petinggi negara misalnya
pernyataan Moh. Hatta dalam sidang BPUPKI sebagai berikut :
“Walaupun yang dibentuk itu negara kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan beberapa hak dari
negara agar jangan sampai timbul negara kekuasaan (Machtsstaal atau negara penindas) (Yamin 1959 :
287-289).

Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya termuat dalam naskah Pembukaan UUD 1945, dan Pembukaan
UUD 1945 inilah yang merupakan sumber nomiatif bagi hukum positif Indonesia terutama penjabaran dalam
pasal-pasal UUD 1945.

Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea I dinyatakan bahwa : “Kemerdekaan adalah hak setiap bangsa”. Dalam
pernyataan terkandung pengakuan secara yuridis hak asasi manusia tentang kemerdekaan sebagaimana
tercantum dalam : deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB Pasal. 1. Dasar filosofis hak asasi manusia
tersebut bukanlah kebebasan individualis, melainkan menempatkan manusia dalam hubungannya dengan
bangsa (makhluk sosial). Sehingga, hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban asasi manusia.
Kata-kata berikutnya pada alinea III Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut :
“Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.

6
Pernyataan tentang “atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa..” mengandung arti bahwa dalam
deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan manusia yang berketuhanan Yang Maha Esa, dan diteruskan
dengan kata “...supaya berkehidupan yang kebangsaan bebas...”, maka pengertian bangsa, maka negara
Indonesia mengakui hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama sebagaimana tercantum dalam Deklarasi
Universal Hak-hak Asasi Manusia PBB Pasal 18 dan dalam pasal UUD 1945 dijabarkan dalam Pasal 29 terutama
ayat (2).

Melalui pembukaan UUD 1945 dinyatakan dalam alinea IV bahwa negara Indonesia sebagai suatu persekutuan
bersama bertujuan untuk melindungi warganya terutama dalam kaitannya dengan perlindungan hak-hak
asasinya. Adapun tujuan negara tersebut adalah sebagai berikut :
“... Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa....”

Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut mengandung konsekuensi bahwa
negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan suatu undang-undang terutama untuk
melindungi hak-hak asasinya demi kesejahteraan hidup bersama. Demikian pula negara Indonesia juga
memiliki ciri, tujuan negara, hukum material, dalam rumusan tujuan negara “...Memajukan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Berdasarkan pada tujuan negara sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut, negara
Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia para warganya terutama dalam kaitannya dengan
kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun rokhaniah, antara lain berkaitan dengan hak-hak asasi bidang
politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, Pendidikan, dan agama. Rincian hak-hak asasi manusia dalam pasal-pasal
UUD 1945 adalah sebagai berikut:

BAB X
HAK ASASI MANUSIA

Pasal 28-A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28-B
(3) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.
(4) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28-C
(3) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan
dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan dan demi
kesejahteraan umat manusia.
(4) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28-D
(5) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum, yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum.
(6) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(7) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
(8) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28-E
(4) Setiap orang bebas memeluk Agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tingal di wilayah negara dan meningalkannya serta
berhak kembali.
(5) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati
nuraninya.
(6) Setiap orang berhak, atas kebebasan berserikat, Berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28-F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28-G

7
(3) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang di
bawah kekuasaannva, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak, berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
(4) Setiap orang berhak untuk, bebas dan penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia
dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28-H
(5) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dari sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(6) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
(7) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermartabat.
(8) Setiap orang berhak mempunyai milik pribadi dan hak milik tersebut tidak diambil alih secara sewenang-wenang
oleh
Pasal 28-I
(6) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran, dan hati nurani, hak beragama, hak izin untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,. dan hak untuk tidak di tuntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah, hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(7) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan bersifat diskriminatif dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindugan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(8) Identitas budaya dan hak masyarakat, tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.
(9) Perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggungjawab negara, terutama
pemerintah.
(10)Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28-J
(3) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
(4) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang maksud semata-mata untuk menjamin perlakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Dalam perjalanan sejarah kenegaraan Indonesia pelaksanaan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia di Indonesia
mengalami kemajuan. Antara lain sejak kekuasaan Rezim Soeharto telah dibentuk KOMNAS HAM, walaupun
pelaksanaannya belum optimal.

Dalam proses reformasi dewasa ini terutama akan perlindungan hak-hak asasi manusia semakin kuat bahkan
merupakan tema sentral. Oleh karena itu jaminan hak-hak asasi manusia sebagaimana terkandung dalam UUD 1945,
menjadi semakin efektif terutama dengan diwujudkannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 39
tahun 1999, tentang Hak Asasi manusia. dalam Konsiderans dan Ketentuan Umum Pasal I dijelaskan, bahwa Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaban manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Selain hak asasi juga dalam LJU No. 39 tahun 1999, terkandung kewajiban dasar manusia, yaitu seperangkat kewajiban
yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. UU No. 39 tahun
1999 tersebut terdiri atas 105 pasal yang meliputi macam Hukum asasi, perlindungan hak asasi, pembatasan terhadap
kewenangan pemerintah serta KOMNAS HAM yang merupakan lembaga pelaksana atas perlindungan hak-hak asasi
manusia. Hak-hak asasi tersebut meliputi, hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak
mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas
kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak. Demi tegaknya asasi setiap orang maka
diatur pula kewajiban dasar manusia, antara lain kewajiban untuk menghormati hak asasi orang lain, dan
konsekuensinya setiap orang harus tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu juga diatur
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan serta memajukan hak-hak
asasi manusia tersebut yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan hukum internasional yang diterima oleh
negara Republik Indonesia.

8
Dengan diundangkannya UU No. 39 tahun 1999 tentang hak-hak asasi manusia tersebut bangsa Indonesia telah masuk
pada era baru terutama dalam menegakkan masyarakat yang demokratis yang melindungi hak-hak asasi manusia.
Namun demikian sering dalam pelaksanaannya mengalami kendala yaitu dimana antara penegakkan hukum dengan
kebebasan sehingga kalau tidak konsisten maka akan merugikan bangsa Indonesia sendiri.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen 2002, telah memberikan jaminan secara eksplisit tentang hak-hak
asasi manusia yang tertuang dalam Bab XA, pasal 28A sampai dengan pasal 28J. Jikalau, dibandingkan dengan Undang-
Undang Dasar 1945 sebelum dilakukan amandemen, ketentuan yang mengatur tentang jaminan hak-hak asasi manusia
dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen 2002 dikembangkan dan ditambah pasalnya dan lebih rinci.
Rincian tersebut antara lain misalnya tentang hak-hak sosial dijamin dalam Pasal 29-B ayat (1), (2), Pasal 28-C ayat (2),
Pasal 28-H ayut (3), hak ekonomi diatur dalam Pasal 28 ayat (2), hak politik diatur dalam Pasal 28-D ayat (3), Pasal 28-E
ayat (3), hak budaya pada Pasal 28-1 ayat (3), hak perlindungan hukum yang sama pada Pasal 28-G ayat (1), hak
memeluk, meyakini dan beribadah menurut agama yang dianutnya, serta hak memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, menyampaikan informasi dan berkomunikasi melalui berbagai saluran yang ada.

Konsekuensi pengaturan atas jaminan hak-hak asasi manusia tersebut harus diikuti dengan pelaksanaan, serta jaminan
hukum yang memadai. Untuk ketentuan yang lebih rinci atas pelaksanaan dan penegakan hak-hak asasi tersebut, diatur
dalam Undang-undang No. 9 tahun 1999. Satu kasus yang cukup penting, bagi bangsa Indonesia dalam menegakkan
hak-hak asasi, adalah dengan dilaksanakannya Pengadilan Ad Hocc, atas pelanggar hak-hak asasi manusia di Jakarta,
atas pelanggaran di Timur-Timur. Hal ini menunjukkan kepada masyarakat Internasional, bahwa bangsa Indonesia
memiliki komitmen atas penegakan hak-hak asasi manusia. Memang pelaksanaan Pengadilan Ad Hoc atas pelanggaran
hak-hak asasi manusia di Timur-Timur tersebut penuh dengan kepentingan-kepentingan politik. Di satu pihak
pelaksanaan pengadilan Ad Hoc tersebut atas desakan PBB, yang taruhannya adalah nasib dan kredibilitas bangsa
Indonesia di mata intemasional, di pihak lain perbenturan kepentingan antara penegakan hak-hak asasi dengan
kepentingan nasional serta rasa nasionalisme sebagai bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya mereka-mereka yang
dituduh melanggar HAM berat di Tiinur-Timur pada hakikatnya berjuang demi kepentingan bangsa dan negara.

G. IMPLEMENTASI HAK ASASI DAN KEWAJIBAN ASASI DALAM SILA-SILA PANCASILA

a. Sila Pertama
Kewajiban Asasi
Hak Asasi
= Hak memilih dan mengakui agama dan = Melaksanakan perintah dan larangan Tuhan YME
kepercayaan kepada Tuhan YME menurut agama dan kepercayaan masing-
masing

b. Sila Kedua
Kewajiban Asasi
Hak Asasi
= Manusia sebagai mahluk individu, memiliki hak = Saling membantu, saling menolong dan
asasi yang dapat dinikmati dan dipertahankan bekerjasama dengan sesama manusia
terhadap godaan dari segala arah

c. Sila Ketiga
Kewajiban Asasi
Hak Asasi
= Persatuan Indonesia, artinya sikap = Mengutamakan kepentingan umum atau bersama
mengutamakan kepentingan bangsa di atas daripada kepentingan golongan, suku, agama,
kepentingan suku, golongan, partai dll. Berarti kelompok atau kepentingan pribadi
persatuan antar suku, golongan, partai itu
memiliki kedudukan dan kesempatan yang
sama di Indonesia, dalam arti adanya
keseimbangan dengan tidak mengutamakan
yang satu dan mengabaikan yang lainnya.

d. Sila Keempat
Kewajiban Asasi
Hak Asasi
= Negara RI dibentuk dari, oleh, dan untuk rakyat = Patuh dan taat kepada rambu-rambu hukum
dalam kehidupan demokrasi

e. Sila Kelima Kewajiban Asasi

9
Hak Asasi
= Keadilan Sosial barujud hendak melaksanakan = Melakukan kontrol sosial kepada para
kesejahteraan umum bagi seluruh anggota pembimbing negara baik yang formal maupun
masyarakat, yaitu keadilan yang memberi non formal demi kepentingan bersama
perimbangan dimana hak milik berfungsi
sosial

Kewajiban Asasi Manusia


Kewajiban adalah keharusan moral untuk mengerjakan atau meninggalkan suatu pekerjaan. Sedangkan Perbedaan
Kewajiban
1. Kewajiban Perintah (Affirmatif) : yaitu menuntut dilaksanakannya suatu perbuatan
2. Kewajiban larangan (Negatif) : menuntut ditinggalkannya perbuatan/tindakan.
Kewajiban dalam Pasal-Pasal UUD 1945
1. Wajib membayar pajak (23)
2. Wajib menghormati orang lain yang berbeda agama, toleransi dan kerukunan beragama (29)
3. Wajib menghormati orang lain
4. Wajib bela negara, jika saatnya diperlukan secara fisik dan mental ideologik (30)

H. SARANA PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA

Salah satu pemahaman (dari banyak varian konsep) terhadap penyejahteraan warga negaranya dalam konsep tanggung
jawab negara adalah upaya perlindungan hukum bagi warganya sendiri. Artinya, hukum sebagai sarana dan sistem
perlindungan bagi rakyat yang efektif, terutama dari berbagai upaya pemaksaan kehendak atau bentuk kekerasan yang
dilakukan oleh organ/struktur yang berkuasa. Pendekatan sistem dalam bidang hukum, sebagaimana dikatakan oleh
Victor M. Tschchikvadse dan Samuel L. Zivs, “It is the system approach that makes it possible to visualize more clearly
the whole of law as a complex series or relationship between branches of law and legal institutions. The system approach
helps to reveal the special quality of law, considered as a whole in comparison with one of its branches or with a simple
aggregate of branches. The system approach also makes it possible to reveal more clearly such important features of
law as a unity and differentiation, the interaction and interrelation of the separate parts of elements.”30 Ini berarti,
pendekatan sistem dalam bidang hukum memperhatikan pula bagaimana organ/struktur negara yang memiliki
lembaga-lembaga (pembentuk, penegak) hukum bekerja untuk melindungi dan memenuhi hak-hak dalam ruang
kehidupan warga negaranya.

Penelusuruan terhadap pengakuan hak-hak asasi manusia dalam konstitusi akan menjadi tema penting dilihat sebagai
bagian dari kajian sistem ketatanegaraan yang ada. Karena pengalaman bangsa Indonesia yang berulang kali mengalami
pergantian dan perubahan UUD, dan pergantian UUD dalam suatu negara, berarti peralihan dari tertib ketatanegaraan
yang lama ke tertib ketatanegaraan yang baru, yang tentunya (atau seharusnya) menuju ke arah yang lebih sempurna
dibandingkan sebelumnya. Dan ini pulalah yang menjelaskan situasi pendekatan hukumnya pemerintah dalam hak asasi
manusia.

Membicarakan pendekatan hukum, sebagai sarana perlindungan hukum bagi rakyat, adalah pendapat Hadjon, yang
menyatakan “tindak pemerintahan” sebagai titik sentral, dibedakan dua macam perlindungan hukum bagi rakyat:
perlindungan hukum yang preventif dan perlindungan yang represif. Pada perlindungan hukum yang preventif, kepada
rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan
pemerintah mendapat bentuk yang definitif, yang sifatnya mencegah sengketa. Adanya perlindungan hukum yang
preventif tentunya akan mendorong pemerintah untuk bersikap lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang
didasarkan pada diskresi.31 Sedangkan untuk perlindungan hukum yang represif adalah berdasarkan penyelesaian
suatu sengketa, dimana terdapat keragaman dalam berbagai sistem hukum di dunia ini. Misalnya, negara-negara
dengan “civil law system” mengakui adanya dua set pengadilan, yaitu pengadilan umum (biasa) dan pengadilan
administrasi; sedangkan negara-negara dengan “common law system”, hanya mengenal satu set pengadilan, yaitu
“ordinary court”. Di samping kedua sistem tersebut, negara-negara Skandinavia telah mengembangkan sendiri suatu
lembaga perlindungan hukum bagi rakyat yang dikenal dengan nama “Ombudsman”.32

Dalam konteks hak-hak asasi manusia, khususnya yang diberlakukan dalam sistem hukum di Indonesia, kita mengenal
adanya lembaga-lembaga yang menjadi sarana perlindungan hak-hak masyarakat. Lembaga-lembaga yang memiliki
kewajiban dalam memberikan sarana perlindungan hukum bisa dilakukan oleh lembaga peradilan (judicial system) dan
lembaga non-peradilan (non-judicial system).

10
Lembaga peradilan yang menangani persoalan hak-hak asasi manusia, khususnya terhadap pelanggaran HAM berat
dilakukan oleh Pengadilan HAM. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan
umum, dan khusus hanya menangani persoalan pelanggaran HAM berat (kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan).33 Sedangkan persoalan hak-hak asasi manusia lainnya, di luar pelanggaran HAM berat, dikategorikan
sebagai tindak kriminal maka akan diselesaikan melalui proses peradilan umum. Dalam perspektif perlindungan publik
atas kebijakan atau keputusan administratif pemerintah, maka perlindungan hak asasi manusia bisa diselesaikan melalui
Pengadilan Tata Usaha Negara. Ketiga lembaga peradilan tersebut merupakan sarana perlindungan hak-hak asasi
manusia yang dikenal dalam konteks sistem ketatanegaraan di Indonesia.

Sedangkan lembaga non-peradilan yang dibentuk pemerintah untuk melakukan upaya perlindungan dan pemenuhan
hak-hak asasi manusia, antara lain Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Nasional Anti Kekerasan
Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak), dan Komisi
Ombudsman Nasional. Kelembagaan non-peradilan yang juga terkait langsung dengan upaya perlindungan hak asasi
manusia secara koordinatif membangun komunikasinya dengan lembaga atau departemen pemerintah lainnya,
termasuk institusi kepolisian dan TNI.

Meskipun demikian, pandangan terhadap sarana-sarana perlindungan hak asasi manusia tidak bisa dikerdilkan hanya
pada lembaga peradilan dan lembaga non-peradilan yang disebutkan di atas, tetapi haruslah lintas departemen, dan
menjadi tanggung jawab seluruh jajaran pemerintahan mulai dari Presiden hingga unit pemerintahan terkecil di bawah
tanpa terkecuali. Bahkan bilamana diperlukan sarana-sarana tersebut membuka terhadap kerjasama internasional
untuk mendukung upaya perlindungan hak-hak asasi manusia, sehingga permasalahan pelanggaran HAM akan dapat
tercegah dan diselesaikan secara komprehensif, koordinatif dan strategis. Sehingga tidak dimungkinkan lagi adanya
sektoralisme penyelesaian masalah-masalah penegakan hak asasi manusia.

I. MEKANISME PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

Setiap permasalahan semestinya harus ada mekanisme penyelesaian yang disiapkan sebagai satu kebijakan. Demikian
pula halnya dengan masalah pelanggaran HAM. Setiap orang dan atau kelompok orang yang memiliki alasan kuat bahwa
hak azasinya telah dilanggar dapat mengajukan laporan dan pengaduan lisan atau tertulis pada Komnas HAM.

Pengaduan hanya akan mendapat pelayanan apabila disertai dengan identitas pengadu yang benar dan keterangan atau
bukti awal yang jelas tentang materi yang diadukan. Dalam hal pengaduan dilakukan oleh pihak lain, maka pengaduan
harus disertai dengan persetujuan dari pihak yang hak asazinyna dilanggar sebagai korban, kecuali untuk pelanggaran
HAM tertetu berdasarkan kepentingan Komnas HAM. Pemeriksaan atas pengaduan kepada Komnas HAM tidak
dilakukan atau dihentikan apabila :
1. Tidak memiliki bukti awal yang memadai
2. Materi pengaduan bukan masalah pelanggaran HAM
3. Pengajuan diadukan dengan itikad buruk atau ternyata tidak ada kesungguhan dari pengadu.
4. Terdapat upaya hokum lebih efektif bagi penyelesaian materi pengaduan
5. Sedang berlansung penyelesaian melalui upaya hokum yang tersedia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pemeriksaan pelanggaran HAM dilakukan secara tertutup, kecuali ditentukan lain oleh Komnas HAM. Pihak pengadu,
korban, saksi dan atau pihak lainnya yang terkait wajib memenuhi permintaan/panggilan Komnas HAM. Apabila
seseorang yang dipanggil tidak datang atau menolak memberikan keterangan, Komnas HAM dapat meminta bantuan
Ketua Pengadilan untuk memenuhi panggilan secara paksa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Komnas HAM berfungsi mediasi yang bertugas dan berwenang melakukan :


1. Perdamaian kedua belah pihak
2. Penyelesaian melalui cara konsultasi
3. Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan
4. Penyampaian rekomendasi pelanggaran HAM kepada Pemerintah atau DPR untuk ditindaklanjuti.
Sedangkan untuk pengadilan pelanggaran HAM yang berat dibentuk pengadilan HAM di lingkungan peradilan Umum.

11
HAM pada Tatanan Global dan di Indonesia
Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM yang telah berkembang
sebelumnya .yaitu;
1. HAM menurut Konsep Negara-Negara Barat/Liberalisme
a. Ingin meninggalkan konsep negara yang mutlak.
b. Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas. Negara sebagai koordinator dan pengawas.
c. Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
d. Hak asasi lebih dulu ada pada tatanan negara.
2. HAM Menurut Konsep Sosialis
a. Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat.
b. Hak asasi manusia tidak ada sebelum negara ada.
c. Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.
3. HAM Menurut Konsep Bangsa-Bangsa Asia dan Afrika
a. Tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama atau sesuai dengan kodratnya.
b. Masyarakat sebagai keluarga artinya besar penghormatan utma untuk kepala keluarga.
c. Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban anggota masyarakat.

4. HAM Menurut Konsep PBB


Respons terhadap permasalahan hak asasi manusia pembangunan menghasilkan konsep yang dibidangi oleh sebuah
komisi PBB yang dipimpin oleh Eleanor Roosevelt ( 10 Desember 1948 ) dan secara resmi disebut” Universal Declaration
Of Human Rights.” Didalamnya menjelaskan tentang :
hak-hak sipil, Politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan.
Yang dinikmati manusia didunia yang mendorong penghargaan terdapat hak-hak asasi manusia.

Pada tahun 1957, konsep HAM tersebut dilengkapi dengan tiga perjanjian,
yaitu: (1) hak ekonomi sosial dan budaya, (2) perjanjian internasional tentang hak sipil, (3) protokol opsional bagi
perjanjian hak sipil dan politik internasional. Pada sidang umum PBB tanggal 16 Desember 1966 ketiga dokomen
tersebut diterima dan saat ini sekitar 100 negara dan bangsa telah meratifikasinya.

5. HAM Perspektif Konstitusi Indonesia


a. UUD 1945
UUD 1945 sering disebut dengan “UUD Proklamasi”. Dikatakan demikian karena kemunculannya bersamaan dengan
lahirnya Negara Indonesia melalui proklamasi kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. Fakat sejarah menunjukkan bahwa
pergulatan pemikiran, khususnya pengaturan HAM dalam konstitusi begitu intens terjadi dalam persidangan-
persidangan BPUPKI dan PPKI.
Satu hal menarik bahwa meskipun UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang didalamnya memuat hak-hak dasar
manusia indonesia serta kewajiban-kewajiban yang bersifat dasar pula, namun istilah perkataan HAM itu sendiri
sebenarnya tidak dijumpai dalam UUD 1945, baik dalam pembukaan, Batang Tubuh, tetapi hanyalah hak dan kewajiban
warga negara ( HAW ).
b. Konstitusi RIS 1949
Dalam konstitusi RIS 1949, pengaturan HAM terdapat dalam Bagian V yang berjudul “Hak-Hak dan Kebebasan-
kebebasan Dasar Manusia”. Eksistensi manusia secara tegas dinyatakan pada Pasal 7 ayat ( 1 ) yang berbunyi, “ setiap
orang diakui sebagai manusia”.
c. UUDS 1950
UUD 1950 terdiri atas 6 bagian dan 43 pasal. Dari tiga UUD yang berlaku sepanjang sejarah kemeredekaan indonesia,
menurut Adnan Buyung Nasution, negara ini pernah memiliki UUD yang memuat pasal-pasal tentang HAM yang lebih
lengkap dari pada UDHR/DUHAM, YAITU uuds 1950. Ketentuan HAM diatur pada Bagian V (Hak-hak Kebebasan-
kebebasan Dasar Manusia) dari mulai Pasal 7 sampai Pasal 33.
d. Kembali pada UUD 1945
Pengaturan HAM adalah sama dengan apa yang tertuang dalam UUD 1945
e. Amandemen UUD 1945
Khusus mengenai pengaturan HAM, dapat dilihat pada perubahan kedua UUD 1945 Tahun 2000. Perubahan dan
kemajuan signifikan adalah dengan dicantumkannya persoalan HAM secara tegas dalam sebuah bab tersendiri, yakni
BAB XA (Hak Asasi Manusia) dari mulai Pasal 28A sampai dengan 28J. Penegasan HAM kelihatan menjadi semakin
eksplisit, senagaimana ditegaskan pada pasal 28A yang berbunyi: Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.

12
6. Permasalahan dan penegakan HAM di Indonesia
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan baik oleh aparatur Negara maupun warga Negara. Untuk menjaga
pelaksanaan HAM, penindasan terhadap pelanggaran HAM dilakukan melalui proses pengadilan HAM melalui tahap
penyelidikan, tahap penyidikan, dan penuntutan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan yang berada di lingkungan
pengadilan umum.
Sebagai salah satu upaya untuk memenuhi rasa keadilan, maka pengadilan atas pelanggaran HAM dibagi menjadi
beberapa kategori. Dengan demikian, pelanggaran HAM yang termasuk dalam kategori berat dapat diadili di pengadilan
HAM adhoc, yang dibentuk atas usul Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan keptusan presiden. Selain pengadilan HAM
adhoc, dibentuk juga Komisi Kebenaran dan Rekondisiliasi (KKR). Komisi ini dibentuk sebagai lembaga ekstrayudisial
yang bertugas untuk menegakkan kebenaran untuk mengungkap penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran HAM
pada masa lampau, melaksanakan rekonsiliasi dalam perspektif kepentingan bersama sebagai bangsa Indonesia.

7. Lembaga Penegak HAM


Komisi Hak Asasi Manusia yang didirikan oleh PBB pada tahun 1946, menetapkan secara terperinci beberapa hak
ekonomi dan sosial, disamping hak politik, dan pada tahun 1948 hasil pekerjaan komisi ini diterima secara aklamasi oleh
Negara-negara yang tergabung dalam PBB.
Komisi Hak Asasi Manusia yang ada di Indonesia meliputi :
1) Komisi nasional hak asasi manusia ( KOMNAS HAM )
2) Komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan dan anak
3) Komisi orang hilang ( KONTRAS )
4) Peradilan HAM

8. Kajian Kasus untuk Hak Asasi Manusia


A. Bentuk-bentuk pelanggaran HAM
a. Kejahatan genosida yaitu pembunuhan secara besar-besaran terhadap suatu bangsa kelompok agama, ras dengan
cara :
b. Membunuh anggota kelompok
c. Mengakibatkan penderitaan fisik/mental yang berat terhadap kelompok
d. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok mengakibatkan kemusnahan fisik baik sebagian atau keseluruhan
e. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok
f. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lainnya
g. Kejahatan terhadap kemanusiaan yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang
ditujukan terhadap penduduk sipil berupa :
1) Pembunuhan
2) Pemusnahan
3) Perbudakan
4) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
5) Perampasan kemerdekaan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar hukum internasional
6) Penyiksaan
7) Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran paksa, pemaksaan kehamilan
8) Penghilangan seseorang secara paksa, serta kejahatan apartheid

Instrumen HAM yang Ada di Indonesia


Instrumen hak asasi manusia adalah semua aturan dan peraturan yang dibuat untuk mengatur tentang pelaksanaan,
pembatasan, dan sanksi pelanggarannya. Instrumen HAM ini ada yang bersifat internasional yaitu Declaration of
Human Rights dan ada yang dibuat skala tertentu, misalnya sesuai negara masing-masing. Dan tentu saja instrumen
dibentuk berdasarkan sifat-sifat hak asasi manusia.
Indonesia termasuk negara yang mengakui deklarasi HAM dunia dan negara yang berkedaulatan rakyat. Untuk itu,
maka Indonesia mempunyai instrument HAM mulai dari Pancasila, UUD 1945 hasil amandemen, Tap MPR, UU,
Peraturan Pemerintah, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang. Di bawah ini beberapa contoh instumen HAM
Indonesia.

1. Pancasila
Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Pedoman dan contoh Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dalam
kehidupan sehari-hari manusia Indonesia. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum

13
Indonesia. Hubungan HAM dengan Pancasila jelas. Oleh karena itu, Pancasila termasuk salah satu instrumen HAM di
Indonesia, Dalam sila-sila Pancasila terkandung aturan tentang hak asasi manusia yaitu :

 Hak dan kewajiban memeluk agama yang diyakini. Setelah itu setiap warga negara dalam kandungan Pancasila sila
pertama berhak menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing.
 Hak diperlakukan sebagai manusia yang beradab. Dilindungi pribadinya, keluarganya, dan semua yang
dimilikinya. termasuk dalam hak ini adalah hak untuk memperoleh penghidupan yang layak dan mendapatkan
pendidikan yang layak juga.
 Hak dan kewajiban dalam membela negara sesuai dengan sila Persatuan Indonesia. Dalam sila ketiga ini terkandung
makna bahwa setiap hak yang dimiliki warga negara harus ditempatkan di wah kepentingan bersama dan kepentingan
negara. Di sini instrumen HAM menghindari terjadinya perselisihan karena adanya hak asasi yang dilaksanakan tak
terbatas.
 Hak selanjutnya sesuai dengan Pancasila sila keempat, kedaulatan rakyat. Artinya Indonesia adalah negara demokrasi
yang mengakui kedaulatan rakyat. Negara mengakui segala sesuatu dibuat dengan tujuan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Di sini artinya negara mengukui hak rakyat yang bermartabat.
 Hak keadilan dalam sila kelima. Yang berarti bahwa setiap warga negara berhak mendapat keadilan dalam HAM tanpa
membedakan suku, ras, dan agamanya.

2. Pembukaan UUD 1945


Pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 adalah pernyataan kemerdekaan Indonesia setelah naskah proklamasi. Di
dalamnya jelas mengutarakan bahwa kemerdekaan sebagai hak asasi paling dasar, dan menjadi hak semua orang dan
semua bangsa. Selanjutnya dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tertera tujuan nasional atau tujuan
pembangunan Indonesia yang semuanya merupakan dasar dari hak asasi manusia, yaitu :

 Mencerdaskan kehidupan bangsa, berarti seluruh rakyat Indonesi tanpa terkecuali


 Melindungi segenap bangsa Indonesia, di seluruh wilayah kesatuan Indonesia dari gangguan dalam dan luar.
 Memajukan kesejahteraan umum, yang juga berarti kemajuan seluruh rakyat Indonesia di segala bidang
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia, ikut sertanya Indonesia dalam masalah-masalah Internasional yang merupakan
pelanggaran HAM.

3. UUD 1945 Hasil Amandemen


Contoh instrumen HAM Indonesia selanjutnya adalah UUD 1945, yang di dalamnya menjelaskan secara terperinci
tentang pelaksanaan HAM di Indonesia. Menerjemahkan sila-sila Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Peraturan dan
hukum HAM tersebut terdapat dalam Psal 28 A sampai pasal 28 J UUD 1945 hasil amandemen, yang isinya antar lain :

 Hak dalam menjalankan agama dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan dan agamanya masing-masing.
 Hak untuk mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan
 Hak mendapatkan penghidupan yang layak
 Hak untuk mendapatkan pendidikan
 Hak untuk ikut serta bela negara
 Hak untuk disejahterakan, bagi fakir miskin dan anak-anak terlantar
 dan lain-lain

4. Tap MPR
Instrumen HAM juga terdapat dalam ketetapan MPR RI yang dapat dilihat dalam Tap. MPR No. XVII/ 1996 tentang
pandangan dan sikap BAngsa Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Bahwakan negara demokrasi mengakui
adanya hak asasi manusia dan mengaturnya dalam UU. Selain tiu, Tap MPR ini juga berisi tentang pengakuan terhadap
piagam HAM Internasional.

5. Undang-Undang

14
Selain contoh instrumen di atas, pemerintah bersama DPR juga membuat beberapa instrumen HAM yang mendukung
dan lebih menjelaskan tentang HAM di Indonesia. Instrumen HAM atau Undang-Undang yang mengatur tentang
HAMtersebut, antara lain :

 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, peradilan yang mngurusi hal-hal yang berkaitan dengan
lembaga negara.
 UU No. 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan, Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam Tidak
Manusiawi dan Merendahkan Martabat, konvensi yang telah menjadi hukum internasional.
 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, melindungi konsumen dalam pembelian barang atau jasa.
 UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat, secara lisan maupun tulisan.
 UU No. 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU No. 25 Tahun 1997 tentang Hubungan Perburuhan,
maksudnya adalah hubungan dengan pemilik perusahaan atau yang meperkejakan buruh.
 UU No. 19 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 105 tentang Penghapusan Pekerja secara Paksa, sehingga
tidak ada lagi orang yang bekerja karena dipaksa pihak lain dan tidak mendapatkan upah sebagai haknya
 UU No. 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 tentang Usia Minimum bagi Pekerja, anak-anak tidak
bisa dijadikan pekerja karena akan berkaitan dengan UU Perlindungan Anak.

 UU No. 21 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 11 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan, seseorang akan
dinilai berdasarkan kemampuannya dalam bekerja bukan karena ras, golongan atau keompok, dan harta / jabatannya
 UU No. 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU No. 11 Tahun 1963 tentang Tindak Pidana Subversi, tindakan pidana
kebebasan mengeluarkan pendapat yang terkadang dianggap menghina Presiden.
 UU No. 29 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi, di segala bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara.
 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dimana UU mencakup HAM, perlindungan HAM, dan menghargai
HAk asasi orang lain, serta peran pemerintah dah Komnas HAM.
 UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, mencakup pengertian ers, tugas dan tanggung jawab pers.
 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, pengadilan untuk tindak pidana HAM yang berat seperti genosida
(pemusnahan suatu kelompok) yang merupakan pengadilan khusus.

6. Peraturan Pemerintah
Di tingkat pemerintah, dalam hal ini Presiden dan semua yang berada di bawahnya juga terdapat instrumen HAM.
Instrumen HAM di tingkat ini bisa dikatakan semua dibuat sebelum era reformasi. Belum ada perubahan, karena
dianggap sudah mencakup semua hal. Instrumen tersebut, antara lain :

 Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu) No. 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan HAM, peraturan pemerintah yang
berkaitan dengan UU NO.39 tahun 1999
 Keputusan Presiden RI Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, pembentukan serta rincian
tugas, fungsi, wewenangnya.
 Keputusan Presiden RI Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan,
pmbentukan dan uraian seceara jelas tentang fungsi, tujuan, tanggung jawab, wewenang, dan anggotanya.
 Keputusan Presiden RI Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia, yang
lebih ditujukan untuk pemberlakuan perlindungan HAm secara menyeluruh di dunia internasinal.
 Instruksi Presiden RI Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non pribumi dalam
Semua >Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Program, atau pun Pelaksanaan Kegiatan
Penyelenggaraan Pemerintahan, karena menunjukkan diskrimnasi terhadap warga tertentu.

15

Anda mungkin juga menyukai