Anda di halaman 1dari 18

HAM MODUL 1

Kegiatan belajar 1
Pengertian HAM
Pengertian HAM dari beberapa referensi:
1.        Undang-undang nomor 39 tahun 1999,tentang HAM
Definisi HAM menurut Pasal 1 Ayat1 UU No.39/1999 tentang HAM adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk tuhan  dan merupakan
anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dilindungi negara, hukum pemerintah, dan tiap
orang demi kehormatan, harkat dan martabat manusia, HAM merupakan hak yang melekat pada
diri setiap manusia sejak awal lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
oleh siapa pun.
2.        Kamus Besar Bahasa Indonesia
Diartikan sebagai  hak-hak dasar atau yang pokok yang melekat pada manusia, di mana tanpa
hak-hak dasar tersebut manusia tidak dapat hidup sebagai manusia.
3.        Menurut Leah Levin
Konsep HAM mempunyai 2 pengertian dasar yaitu pertama bahwa hak-hak yang tidak dapat
dipisahkan dan dicabut karena merupakan seorang manusia. Hak-hak ini adalah hak-hak moral
yang berasal dari kemanusiaan setiap insan dan hak-hak tersebut bertujuan untuk menjamin
martabat setiap manusia. Kedua, HAM adalah hak-hak menurut hukum yang dibuat sesuai
dengan proses pembentukan hukum dari masyarakat itu sendiri. Dasar dari hak-hak itu adalah
persetujuan dan yang diperintah, yaitu persetujuan dari warga yang tunduk kepada hak-hak
tersebut dan tidak hanya tata tertib alamiah yang merupakan dasar dari arti yang pertama.
Perumusan substansi HAM dengan menggunakan pendekatan, normatif, empirik, deskriptif, dan
analitis :
a.        HAM adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal
sebagai karunia Tuhan YME dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan,
perkembangan manusia dan masyarakat yang tidak boleh diabaikan dirampas atau diganggu
gugat oleh siapa pun.
b.        Masyarakat Indonesia yang berkembang sejak masih sangat sederhana sampai modern, pada
dasarnya merupakan masyarakat kekeluargaan.
c.        Bangsa Indonesia mengakui dan menyadari bahwa setiap individu adalah bagian dari
masyarakat.
Pemahaman HAM bagi  bangsa Indonesia: 
a.        HAM merupakan hak dasar seluruh umat manusia tanpa ada perbedaan.
b.        Setiap manusia diakui dan dihormati mempunyai hak asasi yang sama tanpa membedakan
jenis kelamin warna kulit serta status lain. Pengabaian atau perampasannya mengakibatkan
hilangnya harkat dan martabat manusia sehingga kurang dapat mengembangkan diri dari
peranannya secara utuh.
c.        Bangsa Indonesia menyadari bahwa HAM bersifat historis dan dinamis yang pelaksanaannya
berkembang
Kegiatan belajar 2
Macam-macam  HAM
Penggolongan HAM dapat dibedakan dalam beberapa aspek:
1.        Hak individu yang dimiliki masing-masing orang
2.        Hak kolektif: masyarakat yang dapat dinikmati bersama orang lain, seperti penentuan nasib
sendiri, hak memperoleh ganti rugi bagi kebebasan yang dilanggar
3.        Hak sipil dan politik, antara lain (terdiri dari 27 pasal) a)hak penentuan nasib sendiri, hak
memperoleh ganti rugi bagi kebebasan  yang dilanggar, b)hak atas hidup, hak atas kebebasan dan
keamanan pribadi, hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama, c)hak yang sama
bagi perempuan & laki-laki untuk di beri tahu alasan-alasan pada saat penangkapan, persamaan
hak dan tanggung jawab antara suami istri, hak atas kebebasan berekspresi.
4.        Hak ekonomi,sosial dan budaya (13 pasal)
Deklarasi Wina menyebutkan adalah kewajiban negara untuk menegakan HAM dan
menganjurkan pemerintah untuk menegakkan standar yang terdapat dalam  instrumen HAM
internasional ke dalam hukum nasional. Proses mengadopsi dan menetapkan pemberlakuan
instrumen HAM inilah yang disebut ratifikasi.
Pembagian Bidang, jenis dan macam HAM Dunia meliputi:
1.        Hak asasi pribadi/personal right
2.        Hak asasi politik/political right
3.        Hak asasi hukum/Legal Equality right
4.        Hak asasi ekonomi/Property right
5.        Hak asasi peradilan /Procedural rights
PIAGAM HAM menyatakan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan YME yang berperan
sebagai pengelola dan pemelihara alam secara seimbang dan serasi dalam ketaatan kepada-Nya.
HAM yang diakui oleh bangsa Indonesia ditetapkan  dengan TAP MPR Nomor XVII Tahun
1998 tentang HAM antara lain:
1.        Hak untuk hidup (pasal 1)
2.        Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal2)
3.        Hak mengembangkan diri (pasal 3-6)
Pasal 3: setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh
dan berkembang biak secara layak
Pasal 4: Setiap orang berhak atas perlindungan dan kasih sayang untuk pengembangan
pribadinya, memperoleh, dan mengembangkan pendidikan untuk meningkatkan kualitas
hidupnya
Pasal 5: setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi
Pasal 6: setiap orang berhak untuk menunjukkan dirinya dengan memperjuangkan hak-haknya
secara kolektif serta membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
4.        Hak keadilan (pasal 7-12)
5.        Hak kemerdekaan (pasal 13-19)
6.        Hak atas kebebasan (pasal 20-21)
7.        Hak keamanan (pasal 22-26)
8.        Hak kesejahteraan (pasal 27-33)
9.        kewajiban (pasal 34-36)
10.     Perlindungan dan kemajuan (pasal 37-44)
Selain pokok hukum nasional, Indonesia juga telah meratifikasi sejumlah konvensi HAM
Internasional. Berdasarkan sumber yang diperoleh dari Komnas HAM dan Davidson diperoleh
informasi adanya beberapa konvensi HAM internasional yang telah diratifikasi, di antaranya ;
1.        Konvensi hak-hak politik perempuan, diratifikasi dengan UU No.68 tahun 1958
2.        Konvensi penghapusan Segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, diratifikasi  dengan
UU  No.7/1984
3.        Konvensi tentang Hak-hak anak, diratifikasi dengan Kepres No.36/1990
4.        Konvensi anti Apartheid dalam olahraga, diratifikasi dengan UU No.48 tahun 1993
5.        Konvensi anti penyiksaan secara kejam dan tidak manusiawi (UU No.5/1998)
6.        Konvensi penghapusan Diskriminasi Ras (CERD), diratifikasi dengan UU No.29/1999
7.        Sejumlah (14) konvensi ILO (hak pekerja)
Kegiatan belajar 3
Sejarah perkembangan HAM
A.        HAM di Yunani
Socrates dan Plato  meletakkan dasar bagi perlindungan dan jaminan diakuinya hak-hak asasi
manusia. Aristoteles mengajarkan pemerintah harus mendasarkan pada kemauan dan kehendak
warga negaranya.
B.        HAM di Inggris
Perjuangan HAM di Inggris tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan, di
antaranya :
1.        MAGNA CHARTA
Pada awal abad XII Raja Richad yang dikenal adil diganti oleh Raja John Lackland yang
bertindak sewenang-wenang. Tindakan tersebut mengakibatkan rasa tidak puas dari bangsawan
yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat Perjanjian Magna Charta /
PiagamAgung. Isi magna Charta yaitu:
-    Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan  hak dan kebebasan gereja
inggris
-    Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak
2.        PETITION OF RIGHTS
Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada raja di depan parlemen pada tahun 1628, yang
isinya :
-    Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan
-    Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya
-    Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai
3.        HOBEAS CORPUS ACT
Adalah Undang-undang yang mengatur tentang penahanan seseorang damai di buat pada tahun
1679 yang isinya :
-    Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah penahanan
-    Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum
4.        BILL OF RIGHTS
Merupakan Undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan diterima parlemen Inggris, yang
isinya:
-    Kebebasan dalam memilih anggota parlemen
-    Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat
-    Pajak Undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen
-    Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing
-    Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja
C.        HAM DI AMERIKA SERIKAT
Pemikiran John Locke yang merumuskan hak alam, seperti hak atas hidup, kebebasan dan milik
(life, liberty, property) mengilhami sekaligus menjadi pegangan rakyat Amerika sewaktu
memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun 1776.
Independence of the united states
Amanat Presiden Franklin D. Roosvelt tentang 4 kebebasan yang diucapkan di depan kongres
Amerika Serikat tanggal 6 Januari 1941 yakni:
1.        Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (fredom of speech and expression)
2.        Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan (freedom of religion)
3.        Kebebasan dari rasa takut (freedom of fear)
4.        Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom of want)
D.       HAM di PRANCIS
Perjuangan HAM di Prancis dirumuskan dalam naskah pada awal Revolusi Prancis, naskah
tersebut dikenal dengan Declaration Des De L’homme Et Du Citoyen yaitu pernyataan mengenai
hak-hak manusia dan warga negara yang mencanangkan hak atas kebebasan, kesamaan dan
persaudaraan atau kesetiakawanan (liberte,egalite,fraternite). Revolusi ini dikuasai oleh : JJ 
Rousseau, Voltaire, Montesquieu
Berbagai instrumen HAM yang dimiliki negara Indonesia, yakni:
1.        UUD 1945
2.        Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR /1998 tentang HAM
3.        UU nomor 39 Th 1999 tentang HAM
Pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia, menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan martabat makhluk Tuhan YME
dengan kesadaran kodratnya sebagai makhluk pribadi  dan makhluk sosial sebagaimana tertuang
dalam pembukaan UUD 1945.
Dalam sejarah bangsa Indonesia sejak awal perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
sudah   menuntut dihormatinya HAM. Hal ini terlihat jelas dalam tonggaK-tonggak sejarah
pergerakan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah :
1.        Kebangkitan nasional 20 Mei 1908
2.        Sumpah pemuda pada tanggal 28 Mei 1928
3.        Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
4.        Rumusan HAM dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia secara eksplisit juga telah
dicantumkan dalam UUD Republik Indonesia serikat dan UUDS 1950
5.        Dengan tekat melaksanakan UUD 45   secara murni dan konsekuen, maka pada  Sidang
Umum MPRS tahun 1966  ditetapkan  Ketetapan MPR Republik Sementara No.
XIV/MPRS/1966..
6.        Terbentuknya Komisi Nasional HAM berdasarkan keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993
7.        Kemajuan mengenai rumusan tentang HAM tercapai ketika Sidang Umum MPR RI tahun
1998 tercantum dalam GBHN secara rinci.
4 generasi dalam sejarah perkembangan HAM
1.        Generasi pertama
Berpusat pada hukum dan politik yang disebabkan oleh dampak dan situasi PD II, totaliterisme
dan adanya keinginan negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan tertib hukum yang
baru. Pada generasi ini lahir “convention on the prevention and punishment of the crime of
genocide”.
Hak –hak yang diatur pada generasi pertama utamanya adalah hak-hak sipil dan politik.
Hak-hak bidang sipil mencakup :
1)        Hak untuk menentukan nasib sendiri
2)        Hak untuk hidup
3)        Hak untuk tidak dihukum mati
4)        Hak untuk tidak disiksa
5)        Hak untuk tidak ditahan sewenang-wenang
6)        Hak atas peradilan yang adil
Hak-hak bidang politik antara lain:
1.        Hak untuk menyampaikan pendapat
2.        Hak untuk berkumpul dan berserikat
3.        Hak untuk persamaan perlakuan di depan hukum
4.        Hak untuk memilih dan dipilih
2.        Generasi kedua
Generasi kedua di latar belakangi oleh tuntutan2 negara yang baru merdeka yang tidak hanya
menuntut hak-hak yuridis, melainkan juga hak sosial politik, ekonomi, budaya. Pada generasi ini
terjadi perluasan horizontal dan konsep HAM. Lahir 2 konvenan yang terkenal yaitu
International Convenant on Social, Economic and Cultural Rights  dan Internasional Convenant
on Civil and Politic Rights
3.        Generasi ketiga
Lahir karena adanya ketidakseimbangan di mana sosial ,ekonomi, dan budaya ditonjolkan
sementara aspek hukum dan politik terabaikan.
4.        Generasi keempat
Generasi keempat mengkritik peranan negara yang begitu dominan lebih mengutamakan
pembangunan ekonomi dan mengorbankan hak-hak rakyat. Generasi ini dipelopori oleh negara
Asia pada tahun 1983 yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia People and
goverment, lebih menekankan persoalan kewajiban asasi dari pada hak asasi

MODUL 2
Kegiatan belajar 1: Perjanjian Internasional dan Proses Pembuatannya
Perjanjian Internasional sebagai sumber formal hukum Internasional dapat diklasifikasikan
menjadi 2 kategori:
1.        berdasarkan pihak-pihak yang terlibat
2.        berdasarkan sifat mengikat perjanjian tersebut
Law making treaty adalah perkanjian yang akibat-akibatnya menjadi dasar ketentuan atau kaidah
hukum Internasional .Contoh Konvensi Hukum Laut,Konvensi Wina (Hubungan
diplomatik),Konvensi Jenewa (Perlindungan korban perang).
Perjanjian internasional dibuat melalui 3 proses yaitu:
1. Perundingan
2. Penandatanganan
3. Pengesahan/ratification
Sesuai Undang-undang No.10 tahun 2004,tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan
dalam pasal 8,yang meliputi:
1. Hak-hak asasi manusia
2. Hak dan kewajiban warga negara
3. pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta  pembagian kekuasaan negara
4. Wilayah negara pembagian  daerah
5. kewarganegaraan dan kependudukan
6. Keuangan negara
Dalam memahami berlakunya hukum internasional terdapat 2 teori:
1.        Teori Voluntarisme, yang mendasarkan berlakunya hukum internasional pada kemauan
negara. Memandang hukum nasional dan hukum internasional sebagai 2 perangkat hukum yang
berbeda, saling berdampingan dan terpisah
2.        Teori objektivis, yang menganggap berlakunya hukum internasional lepas dari kemauan
negara, menganggap bahwa hukum nasional dan hukum internasional sebagai 2 perangkat
hukum dalam satu kesatuan perangkat hukum.
Proses pembentukan perjanjian Internasinal menempuh berbagai tahapan dalam pembentukan
perjanjian internasional, sbb :
1)Penjajakan, 2)Perundingan, 3)Perumusan, 4)Penerimaan, 5)Penandatanganan.
Kewenangan untuk membuat perjanjian internasional seperti tertuang dalam Pasal 11 UUD
1945,menyatakan bahwa Presiden mempunyai kewenangan untuk membuat perjanjian
internasional dengan persetujuan DPR.
Hal ini kemudian menjadi alasan perlunya perjanjian Internasional diatur dalam UU No 24
Tahun 2000 yang isinya :
1. Ketentuan umum
2. Pembuatan perjanjian internasional
3. Pengesahan perjanjian internasional
4. Memberlakukan Perjanjian internasional
5. Penyimpangan Perjanjian Internasional
6. Pengakhiran Perjanjian Internasional
7. Ketentuan peralihan
8. Ketentuan penutup                                                   
Dalam pengesahan perjanjian internasional terbagi dalam 4 kategori, sbb :
1.        Ratifikasi : apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian internasional turut
menandatangani naskah perjanjian internasional
2.        Akses (Accesion) : apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian internasional
tidak turut menandatangani naskah perjanjian
3.        Penerimaan / penyetujuan : pernyataan menerima /menyetujui dari negara-negara pihak pada
suatu perjanjian internasional atas perubahan perjanjian internasional tersebut.
4.        Selain itu juga ada perjanjian-perjanjian internasional yang sifatnya swelt-executing
(langsung berlaku pada saat penandatanganan)
Pengesahan perjanjian internasional dilakukan melalui UU apabila berkenaan dengan:
1. masalah politik,perdamaian ,pertahanan,dan keamanan negeri
2. perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara
3. Kedaulatan atau hak berdaulat negara
4. HAM dan lingkungan hidup
5. Pembentukan kaidah hukum baru
6. Pinjaman/hibah negeri
Kegiatan Belajar 2
Individu Sebagai Subjek Hukum Internasional Dan Hakikat Kedaulatan Negara Dalam
Masyarakat
Untuk memahami subjek hukum Internasional dapat dilakukan analisis dari 2 sisi yakni sisi
teoritis dan sisi praktis:
1.        sisi teoritis
Pandangan pertama, menyatakan subjek hukum  internasional hanyalah  negara. Pandangan
bertolak dari teori transformasi, yang menyatakan bahwa perjanjian internasional hanya berlaku
dalam  wilayah suatu negara yang menjadi pesertanya setelah diundangkanya undang-undang
pelaksanaanya (implementing legislation). Pandangan kedua menyatakan bahwa individu adalah
subjek hukum internasional yang sesungguhnya (Hans kelsen).
Lebih jauh Kusumaatmadja mengungkapkan terdapat beberapa subjek hukum Internasional yang
memperoleh kedudukannya berdasarkan hukum internasional yang memperoleh kedudukan yang
berdasarkan hukum kebiasaan internasional karena perkembangan sejarah. Kedalamannya
termasuk negara tahta suci, palang merah internasional, organisasi internasional, orang per
orang, serta pemberontak  2 pihak dalam sengketa (belligerent).
Pengakuan individu sebagai subjek hukum internasional mengalami perkembangan cukup pesat
sejak berakhirnya Perang dunia II, hal ini bisa ditelusuri dalam contoh2 kasus :
1.        Dalam Perjanjian Versailes sudah terdapat pasal2 yang memungkinkan orang per orang
mengajukan perkara ke Mahkamah Internasional.
2.        Dalam keputusan Mahkamah Internasional Permanen menyangkut Pegawai kereta api Danzig
atau dikenal Danzig Railway Official’s Case.
3.        Tuntutan terhadap pimpinan perang Jerman dan jepang sebagai orang per orang yang
melakukan kejahatan terhadap perdamaian, kejahatan thd perikemanusiaan, dan kejahatan
perang.
4.        Konvensi tentang pembunuhan massal manusia.
Perkembangan mutakhir dalam hal kedudukan individu sebagai subjek  hukum internasional,
khususnya dalam  hal perlindungan HAM terjadi sejak disepakatinya Protokol Manasuka pada
Konvenan Internasional hak-hak Sipil dan politik tanggal 23 Maret 1976.
Makna kedaulatan dalam konteks hubungan antar negara menjadi semakin penting setelah
ditanda tangani Konferensi Montevideo. Menurut konferensi ini, sebagai  subjek hukum
internasional negara harus memiliki kualifikasi :
1. Penduduk yang tetap
2. wilayah tertentu
3. pemerintah
4. kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain.
Kegiatan belajar 3
Kebiasaan internasional,Prinsip hukum umum dan resolusi majelis Umum PBB dalam
rangka perlindungan Hak asasi Internasional
Menurut pasal 38 ayat 1  Piagam Mahkamah Internasional menyatakan bahwa dalam mengadili 
perkara yang diajukan kepadanya, Mahkamah Internasional akan mempergunakan:
1.        perjanjian internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus, yang mengandung
ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang bersengketa.
2.        Kebiasaan internasional, sebagai bukti dari suatu  kebiasaan umum yang telah diterima
sebagai hukum
3.        Prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa –bangsa yang beradab
4.        Keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara
sebagai sumber tambahan bagi penetapan kaidah hukum (Kusumaatmadja)
Untuk menjadi sumber hukum, kebiasaan internasional harus memenuhi 2 unsur :
1.        terdapat kebiasaan yang bersifat umum
2.        Kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum.
Contoh hukum internasional yang timbul melalui proses kebiasaan internasional adalah
penggunaan bendera putih sbg bendera parlementer, maksudnya sbg bendera yang memberi
perlindungan kepada utusan yang dikirim untuk mengadakan  hubungan dengan musuh. Contoh
lain adalah perlakuan terhadap tawanan perang secara berperikemanusiaan sbg perwujudan dari
tindakan yang memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan.
Perjanjian internasional, kebiasaan, prinsip hukum umum dan keputusan pengadilan serta
pendapat para sarjana terkemuka telah diakui sebagai sumber formal hukum internasional. Di
luar ke 4 sumber ini terdapat keputusan badan atau organisasi internasional yang karena
kekuatan pengaruhnya harus dipertimbangkan dalam mengkaji sumber-sumber hukum
internasional.

MODUL 3
Kegiatan Belajar 1
Penegakan HAM di Indonesia
Pengadilan HAM diatur dalam UU No 26 tahun 2000. Pengadilan ini khusus diperuntukkan bagi
pelanggaran HAM berat. Ada 2 jenis pelanggaran berat :
1.        Genosida : kejahatan dengan maksud untuk menghancurkan/memusnahkan seluruh/sebagian
kelompok bangsa, kelompok ras, etnis dan agama, dengan cara:
-    Membunuh anggota kelompok
-    menciptakan penderitaan fisik /penderitaan mental thd anggota kelompok
-    menciptakan kondisi kehidupan  kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik
-    memaksa tindakan2 yang bertujuan mencegah kelahiran dalam kelompok
-    memindahkan secara paksa anak2 dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
2.        Kejahatan terhadap kemanusiaan
Pengadilan HAM berkedudukan di setiap daerah kabupaten/kota. Pengadilan HAM berwenang
memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat. Proses penyelidikan kasus
dilakukan oleh KOMNASHAM, sedangkan penyelidikan perkara dilakukan oleh Kejaksaan
Agung. Pengadilan HAM dipimpin oleh Hakim Ad Hoc, yaitu hakim yang diangkat dari luar
hakim karir yang  memenuhi persyaratan yang diatur undang-undang.
Kegiatan belajar 2
Instrumen Kelembagaan Perlindungan HAM di Indonesia
A. UUD 1945
1.        Kemerdekaan adalah Hak segala Bangsa (Pembukaan UUD 1945 alenia I)
2.        Penjajahan dunia harus dihapuskan (Pembukaan UUD 1945 alenia I)
3.        Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (Pembukaan UUD
1945 alenia IV)
4.        Memajukan kesejahteraan Umum (Pembukaan UUD 1945 alenia IV)
5.        Mencerdaskan kehidupan bangsa (Pembukaan UUD 1945 alenia IV)
6.        Ikut melaksanakan ketertiban dunia(Pembukaan UUD 1945 alenia IV)
7.        Hak atas persamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan(Pasal 27 ayat 1 UUD 45)
8.        Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat 2 UUD 45)
9.        Hak dan kewajiban ikut serta dalam upaya pembelaan negara (Pasal 27 ayat 3 UUD 45)
10.     Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal 28 UUD 45)
11.     Kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan(pasal 28 UUD 45)
12.     Hak untuk hidup(pasal 28 A UUD 45)
13.     Hak berkeluarga (pasal 28 B  UUD 45)
14.     Hak mengembangkan diri (pasal 28 C UUD 45)
15.     Hak mendapat keadilan (pasal 28D  UUD 45)
16.     Hak kebebasan (pasal 28 E UUD 45)
17.     Hak berkomunikasi (pasal 28 F UUD 45)
18.     Hak mendapat keamanan (pasal 28 G UUD 45)
19.     Hak mendapat kesejahteraan (pasal 28 H UUD 45)
20.     Hak memperoleh perlindungan (pasal 28 I UUD 45)
21.     Kewajiban menghormati hak asasi orang lain (pasal  J 28 UUD 45)
22.     Kewajiban tunduk pada undang-undang (pasal 28 j  UUD 45)
B. TAP MPR No. XVII/MPR/1998
Isinya yaitu:
1.        Menugaskan kepada lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk
menghormati dan menegakan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai HAM pada
masyarakat.
2.        Menegaskan kepada Presiden dan DPR Untuk meratifikasi/mengesahkan berbagai instrumen
HAM
3.        Membina kesadaran dan tanggung jawab masyarakat sebagai warga negara
4.        Melakukan penyuluhan pengkajian, pemantauan dan penelitian serta menyediakan media
tentang HAM.
5.        Menyusun naskah HAM, dengan susunan :
a.        Pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap HAM
b.        Piagam HAM
c.        Isi beserta uraian naskah HAM sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ketetapan.
C. PIAGAM HAM di INDONESIA
D. UU No 39 tahun 1999
Undang-undang tentang HAM di Indonesia disahkan pada  23 September 1999. Undang-undang
tersebut terdiri atas 11 Bab dan 106 pasal. HAM diatur dalam Bab III yang antara lain:
1.        Hak untuk hidup (pasal 9)
2.        Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 10)
3.        Hak mengembangkan diri (pasal 11-16)
4.        Hak keadilan (pasal  17-19)
5.        Hak kebebasan pribadi (pasal 20-27)
6.        Hak atas rasa aman (pasal 28-35 )
7.        Hak kesejahteraan (pasal 36-42)
8.        Hak turut serta dalam pemerintahan (pasal43-44)
9.        Hak wanita (pasal 45-51)
10.     Hak anak (pasal 52-66)
BAB XA memuat bukan hanya penambahan rumusan HAM,tetapi mengatur adanya jaminan :
1.        Penghormatan HAM
2.        Perlindungan HAM
3.        Pelaksanaan HAM
4.        Pemajuan HAM
HAM sering kali dijadikan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat peradaban,
demokrasi, kemajuan  negara.
Masuknya rumusan HAM ke dalam UUD 1945 mengandung makna :
1.        Memenuhi tuntutan akan semakin pentingnya  HAM sbg isu global
2.        Menegaskan jati diri Indonesia sbg negara hukum dan demokrasi konstitusional
3.        Ikhtiar untuk menjadikan UUD 45 menjadi konstitusi modern dan demokratis
4.        Menegaskan jaminan konstitusional HAM bagi setiap warga negara dan penduduk Indonesia
Rumusan HAM yang tercantum dalam UUD 45 mencakup 4 kelompok:
1.        Kelompok hak-hak sipil
2.        Kelompok hak-hak politik,ekonomi,sosial dan budaya
3.        Kelompok hak-hak khusus dan  hak atas pembangunan
4.        Tanggung jawab negara dan kewajiban asasi manusia
Untuk melindungi HAM diperlukan lembaga yang bertugas melindunginya dari berbagai
pelanggaran.Lembaga2 yang ada di Indonesia:
1. KOMNASHAM (dibentuk pada tanggal 7 Juni 1993  melalui Kepres No.  50  tahun 1993 &
diatur dalam UU No 39 tahun 1999  pasal75-99). KOMNASHAM mempunyai tujuan:
a.        Melaksanakan pengkajian dan penelitian tentang HAM
b.        Melaksanakan penyuluhan HAM
c.        Melaksanakan pelaksanaan pemantauan HAM
d.        Melaksanakan mediasi
KOMNASHAM memiliki wewenang untuk:
a.        Melakukan perdamaian pada ke2 belah pihak yang bermasalah
b.        Menyelesaikan masalah secara konsultasi dan mediasi
c.        Memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa di pengadilan
d.        Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada pemerintah dan DPR
untuk ditindak lanjuti
2.  LBH, mempunyai tujuan:
a.        mengembalikan wibawa hukum
b.        Mengembalikan wibawa pengadilan
c.        mencegah terjadinya ledakan gejolak dan keresahan sosial
3.        Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum di perguruan tinggi.

MODUL   4
Kegiatan belajar 1
Pelanggaran Internasional
Berdasarkan Statuta Roma (pasal 5) disebutkan bahwa yang termasuk kejahatan HAM berat (the 
most serious crimes), yaitu:
1.        Kejahatan genosida
2.        Kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes againts humanity)
3.        Kejahatan perang
4.        Kejahatan agresi
Dalam Statuta Roma pasal 5 dijelaskan bahwa yang disebut dengan kejahatan perang adalah :
1.        Pelanggaran terhadap konvensi Jenewa
2.        Pelanggaran terhadap hukum dan kebiasaan yang diterapkan dalam sengketa bersenjata
internasional;
3.        Sengketa bersenjata yang bukan merupakan persoalan internasional ,antara lain melakukan
kekerasan  terhadap kehidupan/pemotongan anggota tubuh/perlakuan kejam, melakukan
kebiadaban terhadap martabat
4.        Berlaku bagi sengketa bersenjata yang tidak bersifat internasional dan tidak berlaku bagi
keadaan kekacauan dan ketegangan dalam negeri
5.        Pelanggaran serius lain terhadap hukum dan kebiasaan berlaku dalam sengketa bersenjata
yang tidak bersifat internasional,dalam rangka hukum internasional.
Beberapa sumber hukum internasional terpenting yang memberikan sumbangan deinitif  sebagai
internasional crime saat ini adalah:
1.        Statuta  dan  praktek pengadilan Numberg Tokyo
2.        ICTY  (Internasional Criminal Tribunal For Yugoslavia)
3.        ICTR (Internasional Criminal Tribunal For Rwanda)
4.        Statuta Roma
1.        Statuta  dan  praktek pengadilan Numberg Tokyo
Jenis-jenis kejahatan yang hingga saat ini dianggap sebagai tindak kejahatan Internasional:
-    Kejahatan terhadap perdamaian
-    Kejahatan perang
-    Kejahatan terhadap kemanusiaan
Dalam pengadilan ini pertama kali dikenal konsep Individual criminal responsibility.
Dalam draf kodifikasi dinyatakan bahwa yang termasuk dalam tindak kejahatan terhadap
perdamaian dan keamanan umat manusia:
-    Kejahatan agresi (pasal 16)
-    Kejahatan genosida ( pasal 17)
-    Kejahatan terhadap komunitas (pasal 18)
-    Kejahatan terhadap PBB dan personil2nya (pasal 19)
-    Kejahatan perang  (pasal 20)
2.        ICTY
Statuta ICTY memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan konsep individual criminal
responsibility dan comand responsibility.
3.        ICTR
Dibentuk melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB No. S/RES /955 tahun 1994, dalam
statutanya menyatakan bahwa lingkup kewenangan pengadilan tersebut adalah mengadali
mereka yang bertanggung jawab atas tindak kejahatan internasional yang  masuk dalam
yurisdiksi ICTR :
-    Genosida (pasal 2)
-    Kejahatan thd kemanusiaan (pasal 3)
-    Pelanggaran pasal 3 seluruh Konvensi-konvensi Geneva 1949 beserta Protokol tambahan II
tahun 1977 (pasal 4)
Berikutnya yang menjadi cikal bakal Statuta Roma ,yang merupakan hasil kerja International
Law Commision, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tindak kejahatan internasional dan
akan berada dalam yurisdiksi pengadilan pidana internasional adalah:
-    Kejahatan genosida
-    Kejahatan agresi
-    Pelanggaran serius terhadap hukum dan kebiasaan yang berlaku saat pertikaian bersenjata
-    Kejahatan terhadap kemanusiaan
-    kejahatan yang dilakukan berkaitan dengan perjanjian yang merupakan tindak kejahatan yang
sangat serius yang bersifat internasional
4.        Statuta roma
Statuta Mahkamah Pidana Internasional merupakan cikal bakal Statuta Roma, dan disepakati
dalam International Diplomatic Conference di Roma pada tanggal 17 Juli 1998. Statuta Roma
mencantumkan secara eksplisit  bahwa kejahatan yang berupa serangan seksual sebagai
kejahatan thd kemanusiaan dan kejahatan perang. Beberapa tindakan yang dapat di masukan
dalam 2 kategori ini ialah:
Perkosaan, perbudakan seksual, prostitusi yang dipaksakan , kehamilan yang dipaksakan ,
sterilisasi yang dipaksakan dan bentuk lain dari kekerasan seksual yang memiliki bobot  yang
setara (equal gravity)(pasal 7 ayat 1.b)(pasal 8 ayat 2.b.xxii)(pasal 8 ayat 2.e.vi)
Kegiatan belajar 2
Proses peradilan HAM internasional
Lahirnya Komisi PBB untuk HAM bukan tanpa kendala Persoalan tentang keberadaan
pengadilan supranasional semula bahkan sampai saat ini banyak diperdebatkan sehubungan
dengan Doktrin Kedaulatan negara dan Imunitas Negara (Doctrin  of State Sovereignity or State
Immunity) yang membentengi suatu perbuatan negara terhadap langkah hukum dari negara lain.
Logika yang digunakan adalah bahwa  wilayah /teritorial negara merupakan landasan utama
untuk menentukan yurisdiksi kriminal.
Alasan primer masyarakat internasional untuk memaksakan rezim hukum pidana internasional
untuk menuntut dan memidana perilaku kekejaman yang dilakukan dalam teritorial suatu negara
berdaulat adalah karena kekejaman tersebut seringkali di perintahkan dan bahkan diampuni oleh
orang2 yang berkuasa kebal secara de jure / de facto dari tuntutan pidana di bawah sistem hukum
domestik.
Sumber kewenangan hukum dan legitimasi dari pengadilan supranasional dapat dilihat dari 3
dimensi :
1.        PBB sbg  badan internasional dan dukungan procedural dari anggota2nya ,khususnya melalui
dewan Keamanan. Tanpa persetujuan PBB tidak mungkin ada pengadilan supranasional.
2.        Berbagai Konvensi dan trakat internasional. Misalnya saja Konvensi Jenewa 1949, Konvensi
tentang Genosida 1948, Statuta Roma tahun 1998
3.        Asas hukum umum jus cogens yakni norma2 fundamental yang diakui oleh masyarakat
internasional berstatus superior terhadap norma-norma lain (Fairchild and dammer)
Beberapa contoh pengadilan HAM internasional
1.        IMT Nuremberg dan IMT Tokyo
Karena kejahatan sudah terjadi sebelum Charter disusun, maka terjadi penentangan atas dasar Ex
post facto criminalzation. Untuk menjawab tantangan tersebut IMT menunjuk 2 konvensi Den
Haag dan 1928 Kellog Briand Pact atas dasar crimes again peace.
Harus diakui bahwa apapun argumentasi IMT Nuremberg telah menciptakan Precedent yang
dapat menembus asas legalitas (principle of legality) yang sangat bermanfaat di masa 
sesudahnya dalam rangka penerapan hukum pidana internasional. IMT Numberg juga
menyimpulkan bahwa maxim  nullum crime sine lege tidak merupakan suatu pembatasan
kedaulatan (limitation of soveregnity) tetapi secara umum merupakan suatu asas keadilan (a
principle of justice)
2.        ICTR
3.        ICTY
Persamaan-persamaan ICTY dan ICTR:
1)        keduanya dibentuk  oleh dewan Keamanan PBB atas dasar Chapter VII UN Chapter
2)        Keduanya merupakan Subsidiary organs Dewan Keamanan
3)        Keduanya terikat untuk menerapkan hukum internasional yang merupakan bagian dari hukum
kebiasaan internasional
4)        keduanya memiliki struktur yang sama
Perbedaan ICTY & ICTR:
1)        ICTY memiliki yurisdiksi terhadap  berbagai kejahatan baik di dalam international armed
conflict maupun internal armed conflict. ICTR memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan yang
dilakukan dalam internal armed conflict
2)        ICTY memiliki fungsi yurisdiksi terhadap kemanusiaannya apabila dilakukan di dalam
konflik bersenjata. ICTR mempunyai yurisdiksi  terhadap kejahatan kemanusiaan apabila
dilakukan on national, political, eyhnic, racial or other religious
3)        Ground.
4)        ICTY mempunyai yuridiksi terhadap kejahatan yang dilakukan di wilayah former Yugoslavia
sejak 1991. ICTR memiliki yuridiksi trhadap kejahatan yang dilakukan di Rwanda/negara-negara
tetangga Rwanda antara 1 Januari 1994-31 Desember 1994.

MODUL 6
Kegiatan belajar 1 : Dampak HAM terhadap Masyarakat Internasional
Kegiatan belajar 2 : Beberapa kasus pelanggaran dan upaya penegakan Ham
Kegiatan belajar 3 : Beberapa kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM
Light, Kellerdan Calhoun mengidentifikasi berbagai tipe kejahatan ke dalam 4 kelas yang
berkaitan  dengan masalah nilai2 kemanusiaan :
1.        Kejahatan tanpa korban (crimes without victims)
2.        Kejahatan terorganisasi (organized crime)
3.        Kejahatan kerah putih (white collar crimes)
4.        Kejahatan korporat (corporat Crime)

MODUL 5
Kegiatan belajar 1
HAM dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia
Dalam bahasa inggris konstitusi= constitution, belanda grondwet, Jerman= grundgesetz
Menurut Herman Heller dalam bukunya Staatlehre, konstitusi memiliki 3 pengertian:
1.        Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan dan
ia belum merupakan Konstitusi dalam arti hukum atau dengan perkataan lain konstitusi itu masih
merupakan pengertian sosiologis/politis dan merupakan pengertian hukum
2.        Baru setelah orang-orang mencari unsur2 hukumnya dari konstitusi yang hidup dalam
masyarakat itu untuk dijadikan sbg suatu kesatuan kaidah hukum ,maka konstitusi disebut
rechtversfasuiung. Tugas mencari unsur2 hukum dalam ilmu pengetahuan hukum disebut
abstraksi.
3.        Kemudian orang-orang menulisnya dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tinggi
yang berlaku dalam suatu negara.
Konstitusi harus tetap hidup sesuai  dengan semangat zaman (zeitgeist), realitas, dan tantangan
masa.
Menurut pandangan Soepomo dan kubu Soekarno, HAM sangat identik dengan paham ideologi
yang cenderung liberalisme dan individualisme. Karena itu gagasan HAM untuk dicantumkan
dalam konstitusi negara itu sangat tidak cocok dengan sifat dan masyarakat dan karakter
Indonesia. Sedangkan  Mohammad Yamin menghendaki adanya HAM dimasukan dalam
konstitusi .
Menurut Hans Kelsen sebagaimana dikutip oleh Moh.Hatta : negara hukum (Allgemeine
Statslehre) akan lahir, apabila sudah dekat sekali identiet der Staatsordnung mit der
rechtsordnung. Semakin bertambah keinsafan hukum dalam masyarakat berarti semakin dekat
kita dalam pelaksanaan negara hukum yang sempurna.
Tentang negara hukum ahli Eropa kontinental Immanuel Kant dan Julius Stahl menyebut
rechsstaat, sedangkan para ahli hukum Anglo Saxon (inggris amerika) memakai istilah Rule of
law.
Stahl menyebut adanya 4  unsur dari Rechsstaat :
1.        Adanya pengakuan HAM
2.        Adanya pemisahan kekuasaan
3.        Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan
4.        Adanya perasilan tata usaha negara
Sedangkan rule of law, menurut A.V Dicey mengandung 3 unsur:
1.        HAM dijamin lewat undang-undang
2.        Persamaan kedudukan di muka umum
3.        supremasi aturan hukum serta tidak ada kesewenang-wenangan tanpa aturan yang jelas.
Maurice Cranston yang dikutip A. Mansur Efendi dan Taufani menurutnya hak dapat dibagi
dalm 2 kategori:
1.        Right Tout Court (hak yang berkaitan dengan pengadilan) dalam arti  hak yang dimiliki tetapi
tidak mesti dinikmati.
2.        Positive right dalam arti yang sudah pasti dimiliki.
Murice Cranston membagi hak menjadi:
1. Legal Rights:
a.        General positif :hak yang dinikmati setiap orang yang diberikan oleh konstitusi UUD  dan
ditegakan oleh pengadilan
b.        Traditional : hak asli anggota masyarakat yang diubah/ditiadakan oleh sebuah rezim
c.        National : Hak-hak tsb hanya di atas kertas yang dituangkan dalam UUD
d.        Positive legal rights of specipic of person : hak khusus yang tidak bisa dimiliki semua orang
(dokter,TNI)
e.        The positive legal rights of single person : hak yang diberikan atas dasar jabatan orangnya dan
hak-hak tsb bersifat istimewa, contoh presiden, raja, menteri.
2. Moral Lights
a.        The moral lights of one person only : seperangkat hak moral yang timbul dari kenyataan
akibat posisi tugas, profesi dari seseorang
b.        The moral lights of specifics group of people : seperangkat hak yang dimiliki oleh
sekelompok warga mayarakat karena memiliki peran tertentu
c.        The moral lights of all people in all situation : hak asasi dimiliki semua orang karena ia
manusia dan tak ada kaitannya dengan jabatan, posisi, kekayaan orang per orang.
Pada tahun 1965 di Bangkok diadakan pertemuan para ahli hukum, yang diselenggarakan oleh
Internasional Commission of Justice  yang memperluas adanya syarat suatu rule of law :
1.        Adanya perlindungan konstitusional
2.        Adanya kekuasaan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3.        Pemilihan umum yang bebas
4.        Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5.        Kebebasan berserikat /berorganisasi
6.        Pendidikan warga negara
Status Quo pemerintahan Soeharto pun jatuh, presiden Soeharto berhenti dan meletakkan
jabatannya sebagai Presiden setelah berkuasa selama 32 tahun .
Reformasi dalam aspek politik menyangkut isu nasional, antara lain:
1.        Amandemen UUD 45
2.        Pengadilan KKN
3.        Perubahan UU bidang politik
4.        Pencabutan dwi fungsi militer
5.        Otonomi daerah
Reformasi aspek ekonomi meliputi:
1.        UU no 5 th 1999,tentang larangan praktek monopoli dan persaingan curang
2.        UU no 38 th 1999 tentang perlindungan konsumen
3.        PP 17 tahun 1998 tentang BPPN
4.        UU no, 38 th 1996 tentang hak tanggungan
5.        UU no 4 tahun 1998 tentang kepailitan
6.        UU no 42 tahun 1999 tentang jaminan Fiducia
Aspek hukum meliputi:
1.        Pemberantasan KKN (UU No 28 th 1999)
2.        Pengamanan lingkungan hidup (UU No.24 tahun 1997)
3.        Pengayoman HAM
Uraian perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang tercakup
dalam materi pokok Bab tentang Hak Asasi Manusia (HAM) adalah sebagai berikut:
BAB XA (pasal 28 A - Pasal 28J adalah hasil dari amandemen ke-2 terhadap konstitusi negara)
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28B
1)        Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
2)        Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C
1)        Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
2)        Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk mem-bangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28D
1)        Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
2)        Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja.
3)        (3)     Setiap  warga  negara  berhak  memperoleh   kesempatan  yang  sama  dalam
pemerintahan.
4)        Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28E
1)        Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2)        Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
3)        Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
Pasal 28G
1)        Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
2)        Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28H
1)        Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
2)        Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
3)        Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat.
4)        Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28I
1)        Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemer-dekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
2)        Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan  perlindungan  terhadap  perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
3)        Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.
4)        Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.
5)        Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.
Pasal 28J
1)        Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2)        Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
Kegiatan Belajar 2
Hak asasi manusia dalam berbagai dokumen Indonesia
HAM tidak terlepas dari dinamika politik dunia:
1.        HAM dalam pandangan ideologi dunia
2.        Sistem hukum dan sistem politik perspektif HAM
3.        Posisi HAM pada politik sentralistis ke sistem politik demokratis.
HAM dalam pandangan ideologi di dunia:
1.        Pandangan Liberalisme
Merupakan paham yang bertumpu pada falsafah individualisme, dalam bidang ekonomi dikenal
suatu doktrin LAISSEZ FAIRE, bahwa negara itu hanya berfungsi memelihara dan
mempertahankan keamanan ketertiban dalam masyarakat negara berfungsi sebagai penjaga
malam .Wujud ekonomi dalam liberalisme adalah kapitalisme. Pandangan kaum liberal  tentang
HAM dapat ditemukan dalam deklarasi  Kemerdekaan 13 negara Amerika th 1976.
2.        Pandangan sosialis komunis
Ajaran ini memberikan ruang gerak yang besar bagi campur tangan/intervensi pemerintah-
negara. Gagasan ini diilhami oleh Karl Max yang berpandangan bahwa untuk mewujudkan
kemakmuran masyarakat maka kaum proletar harus menentang kaum borjuis, shg akan tercipta
masyarakat tanpa kelas. Uni Soviet di bawah pimpinan Goebachev telah berusaha merealisasikan
melalui Perestroika dan glasnotnya.
3.        Negara-negara dunia ketiga
Adalah negara –negara yang merdeka ,kebanyakan sesudah perang dunia II dan sebagian besar
negara tersebut tidak menginduk terhadap kekuatan barat maupun komunis.
GNB merupakan gerakan netralitas positif yang mendukung negara-negara yang sedang
memperjuangkan kemerdekaanya. GNB dibentuk pada tahun 1961 di Beogard,
Yugoslavia(sekarang Serbia) yang diilhami dari gerakan KAA, mengandung prinsip :
1.        Menghormati hak-hak dasar manusia seperti yang tercantum dalam asas tujuan PBB
2.        Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
3.        Mengakui persamaan suku-suku bangsa dan persamaan bangsa besar maupun kecil.
4.        Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal negara-negara lain dll
         
Sistem Hukum dan sistem politik perspektif HAM  menurut Oran R. Young :
1.        Seperangkat unsur-unsur yang berada dalam interaksi
2.        Seperangkat objek bersama hubungan sesama objek dan hubungan lambang-lambangnya
3.        Satu keseluruhan dari campuran banyak bagian 1 ansambel lambang-lambang
Untuk menghindari politik yang cenderung mengutamakan segala cara ke cara yang lebih
mengutamakan HAM,tentu dibarengi dengan profesionalisme serta mengindahkan cara yang
baik yaitu: legal, jujur, cerdas, akuntabel, elegan, adil.
Dalam sistem pemerintahan demokrasi terjalin komunikasi serasi antar opini publik lewat
wakil2nya ,juga media masa , agamawan, cendekiawan dan LSM/NGO dengan pihak
pemerintah. Sistem ini memiliki beberapa ciri hukum sebagai : Impartiality, Consistency,
Openes, Predictability, Stability
Terkait dengan partisipasi politik masyarakat menurut Jeffey M. Paige membedakan menjadi 4
macam:
1.        Partisipasi dengan  pengetahuan /kesadaran masyarakat tinggi dan kepercayaan yang tinggi
pula thd sistem politik yang berlaku.
2.        Partisipasi politik tinggi, tetapi kepercayaan kepada sistem politik rendah. Situasi ini dapat
mengakibatkan munculnya golongan sempalan (dissendent) yang dapat mengarah radikal
3.        Partisipasi politik dengan kesadaran politik rendah dan kepercayaan tinggi thd sistem politik
yang ada masyarakat lebih pasif dan hanya menerima sistem yang berlaku.
4.        Partisipasi politik dalam masyarakat yang rendah kesadaran politiknya dan kepercayaan.
Anggota masyarakat dalam situasi tertekan dan takut atas kesewenang-wenangan penguasa.
Dokumen HAM tahu kita:
1.        UU no 5 ttg pengesahan Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan /penghukuman lain
yang kejam tidak manusiawi/merendahkan
2.        UU no 9 tahun 1998 tgl 26 oktober 1998 ttg kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka
umum
3.        UU no 39 tahun 1999 tgl 23 september  tentang HAM
4.        UU no 26  tgl 23 november 2000 ttg pengadilan HAM
5.        Konvensi ILO no.105 tahun 57 ,diratifikasi berdasarkan UU no 19 tahun 1999 ttg
penghapusan kerja paksa
6.        Konvensi ILO  no 111 th 1958,diratifikasi berdasarkan undang2  no 21 th 1999 ttg
diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan.
7.        Konvensi ILO no 138 thn 1973,diratifikasi berdasarkan Undang2 no 20 th1999 ttg usia
minimum untuk diperbolehkan bekerja
8.        Konvensi ILO no 182 th1999,diratifikasi berdasar undang2 no1 th 2000 ttg pelarangan dan
tindakan segera penghapusan bentuk2 pekerjaan terburuk untuk anak
9.        Konvensi ILO no 88 tahun 1948,diratifikasi berdasarkan kepres no 36 th 2002 ttg Lembaga
Pelayanan Penempatan tenaga kerja
10.     Kepres No 129 th 1998 tgl 15 agustus 1998  tentang komisi Nasiona; anti kekerasan terhadap
perempuan
11.     Kepres No 181 th 1998 tgl 9 oktober 1998  ttg komisi nasional anti kekerasan terhadap
perempuan
12.     Konvensi ILO no 87 tahun 1948,diratifikasi berdasarkan kepres no 83 tahun 1998 ttg
kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.
13.     Instruksi presiden no 26 th 1998 tgl 16 september 1998 tentang menghentikan penggunaan
istilah pribumi dan non pribumi dalam semua  perumusan dan penyelenggarakan kebijakan
perencanaan program ataupun pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai