Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SD


MODUL 3
Diajukan untuk dapat memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh :
Nama Tutor : Dr B Fariz J M Misbah MPd

Oleh : SAFITRI RAHMANI_857428959


: SOFIA AENI_857429452
: IRWAN NURIZAL ISMARA_857429406
Kls : C

UNIVERSITAS TERBUKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PGSD


BAB 1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirraahiim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Illahi Rabbi Allah Swt., atas pertolongan-Nyalah
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw., keluarga dan para sahabat. Amin.
Pada penyusunan Makalah ini, kami mendapat tugas dengan judul, “KETERAMPILAN
BERBICARA PERMULAAN”.Dalam penulisan makalah ini kami menyadari banyaknya
kekurangan dan kemampuan untuk menuju kearah kesempurnaan. Untuk itu Alhamdulillah kami
berhasil mendapatkan bimbingan dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat
meminimalisasi berbagai aspek kekurangan yang dimiliki.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada orang yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, guna
penyempurnaan Makalah ini. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak khusunya kami
selaku penulis.

Bandung, 20 APRIL 2021

Penulis
BAB ll
Keterampilan Berbicara Permulaan
A. Pengertian
Para pakar mendefinisikan kemampuan berbicara secara berbeda-beda. Tarigan
mengemukakan bahwa keterampilan berbicra adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengeskspresikan,mengatakan serta menyampaikan
pikiran,gagasan dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian
nada,tekanan,dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka
ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimic) pembicara.
Sejalan dengan pendapat di atas,djago tarigan menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media
penyampaian sangat berat.
Arsyad dan mukti mengemukakkan pula bahwa kemampuan berbicara dalah kemampuan
mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan.
Maka disimpulkan bahwasanya berbicara itu lebih dari pada sekadar menucapkan bunyi-bunyi
atau kata-kata saja,melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang di
susun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau menyimak.
B. Tujuan
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif maka seyogianyalah pembicara memahami makna segala sesuatu yang
ingin disampaikan, pembicara harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para
pendengarnya.

Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1990:149) terdapat lima golongan berikut ini
.
1. Menghibur
Berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai
cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan
sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya.

2. Menginformasikan
Berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan, dilaksanakan bila seseorang ingin:
(a) menjelaskan suatu proses; (b) menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu
hal; (c) memberi, menyebarkan atau menanamkan pengetahuan; (d) menjelaskan kaitan
.
3. Menstimulasi
Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dari tujuan berbicara lainnya,
sebab berbicara itu harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini
dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan
cita-cita pendengarnya.

4. Menggerakkan
Dalam berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan atau
tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan
situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan
pendengarnya,

C. FUNGSI
Anak-anak SD belum mahir mengemukakan pendapat. Untuk itu pembelajaran berbicara
permulaan bagi mereka sangat penting. Kemampuan berbicara permulaan berfungsi untuk:
1. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi;
2. menggambarkan sesuatu baik benda, tempat, orang ataupun suasana;
3. menjelaskan prosedur secara sistematis;
4.memerankan tokoh, cerita, dan deklamasi;
5. menceritakan pengalaman, menanggapi, dan menyarankan; serta
6. melakukan komunikasi melalui elektronik.

D. JENIS-JENIS BERBICARA PERMULAAN

Sebelum sampai pada jenis membaca permulaan, berikut ini dipaparkan dulu jenis berbicara
secara umum.

1. Berbicara Berdasarkan Tujuan


a) Berbicara untuk memberitahukan, melaporkan, dan menginfor masikan.
Berbicara termasuk bagian ini untuk bertujuan memberitahukan, melaporkan, dan
menginformasikan dilakukan jika seseorang menjelaskan sesuatu proses, menguraikan,
menafsirkan sesuatu,menyebarkan, menanamkan sesuatu, dan sebagainya.
b) Bicara untuk membujuk, mengajak, meyakinkan.
Yang termasuk dalam hal hal ini, jika pembicara berusaha membangkitkan inspirasi, kemauan
atau meminta pendengarnya melakukan sesuatu. Misalnya, guru membangkitkan semangat dan
gairah belajar siswanya melalui nasihat-nasihat.
c) Dalam kegiatan yang masuk bagian ini si pembicara harus pintar
merayu mempengaruhi, dan meyakinkan pendengarnya. Oleh karena itu, ada sebagian
pandangan yang mengatakan orang pintar merayu memiliki talenta dan retorika yang memikat.
Orang-orang yang pintar merayu dan meyakinkan bisa membuat sikap pendengar dapat diubah,
dari menolak menjadi menerima. Bukti, fakta, atau contoh yang tepat yang disodorkan dalam
pembicaraan akan membuat pendengar menjadi yakin.

d)Bicara untuk menghibur.


Bicara untuk menghibur memerlukan kemampuan menarik perhatian pendengar. Suasana
pembicaraan bersifat santai dan penuh canda. Humor dan segar, baik dalam gerak, cara bicara
dan menggunakan kalimat memikat pendengar. Berbicara menghibur biasanya dilakukan
pelawak dalam suatu pentas. Pada waktu dahulu para pendongeng adalah orang-orang yang
pintar berbicara menghibur melalui cerita yang disampaikannya.

2. Berbicara berdasarkan situasinya


a) Berbicara formal.
Dalam situasi formal, pembicara dituntut harus berbicara formal. Misalnya, ceramah,
wawancara, mengajar untuk para guru.
b) Berbicara informal
Dalam situasi informal, pembicara bisa berbicara dengan gaya informal. Misalnya, bersenda-
gurau, bertelepon dengan teman akrab.

3. Berbicara berdasarkan cara penyampaiannya


a) Berbicara mendadak (spontan).
Berbicara mendadak terjadi jika seseorang tanpa direncanakan berbicara di depan umum.

b) Berbicara berdasarkan catatan,


Dalam berbicara seperti ini, pembicara menggunakan catatan kecil pada kartu-kartu yang telah
disiapkan sebelumnya dan telah menguasai materi pembicaraan sebelum tampil di muka umum .
c) Berbicara berdasarkan hafalan
Pembicara menyiapkan dengan cermat dan menulis dengan lengkap bahan pembicaraannya.
Kemudian dihafalkannya kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan seterusnya.

d) Berbicara berdasarkan naskah.


Pembicara telah mempersiapkan naskah pembicaraan secara tertulis dan dibacakan pada saat
berbicara.

4. Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengarnya


a) Berbicara antarpribadi (bicara empat mata).
b) Berbicara dalam kelompok kecil (3 - 5 orang)
c) Berbicara dalam kelompok besar (massa). Berbicara seperti ini
terjadi apabila menghadapi kelompok besar dengan jumlah pendengar yang besar, seperti pada
rapat umum, kampanye, dan sebagainya (Tarigan, 1998:53-54).

5. Berbicara berdasarkan Peristiwa Khusus

a) Pidato presentasi.
b) Pidato penyambutan
c) Pidato perpisahan
d) Pidato jamuan (makan malam).
e) Pidato perkenalan.
f)Pidato nominasi (mengunggulkan) (Logan dalam Tarigan, 1998:56).

Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara di muka umum
dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan (1981: 22-23) memasukkan beberapa kegiatan
berbicara ke dalam kategori tersebut.
1. Berbicara di muka umum.
Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut.
a. Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau
melaporkan, bersifat informatif (informative speaking).
b. Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau
meyakinkan (persuasive speaking).
c. Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang
dan hati-hati (deliberate speaking).
2. Diskusi Kelompok.
Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini.
a. Kelompok resmi (formal).
b. Kelompok tidak resmi (informal).
3. Prosedur parlementer.
4. Debat
Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya maka debat dapat
diklasifikasikan atas tipe-tipe berikut ini.
1. Debat parlementer atau majelis.
2. Debat pemeriksaan ulangan.
3. Debat formal, konvensional, atau debat pendidikan.
Pembagian di atas sudah jelas bahwa berbicara mempunyai ruang lingkup pendengar yang
berbeda-beda. Berbicara pada masyarakat luas, berarti ruang lingkupnya juga lebih luas.
Sementara itu, pada konferensi ruang lingkupnya terbatas.

Adapun kemampuan berbicara permulaan yang sesuai dengan KTSP adalah berdialog,
menyampaikan pengumuman, dan bercerita. Ikuti paparannya berikut ini.

1. Berdialog

Berdialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik tertentu
antara dua orang atau lebih disebut dialog. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran,
mencapai mufakat, atau merundingkan se atu masalah. Dialog dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk seperti bertelepon, bercakap-cakap, tanya jawab, wawancara, diskusi, musyawarah, debat,
dan simposium. Dialog dapat terjadi kapan, di mana, dan tentang apa saja. Hal ini menunjukkan
bahwa dialog dapat dilakukan dengan tema apa saja, misalnya tema “Pemilu”. Ketika musim
kampanye tiba, orangorang merasa tertarik apabila diajak bercerita tentang capres dan cawapres
yang akan dipilihnya. Di antara mereka akan memaparkan beberapa kelebihan jagoannya, baik
dari pendidikan, agama, perhatiannya terhadap ekonomi, kemasyarakatan, KKN, kejujuran, dan
amanah, bahkan sampai pada wawasannya tentang bangsa ini.

Dialog dapat dilakukan sepanjang waktu. Apalagi bagi orang yang sedang menyukai tema-tema
hangat. Waktu yang digunakan untuk berdialog bisa pagi, siang, sore, maupun malam. Dialog
pagi biasanya dilakukan di rumah, antara ayah, ibu, dan anak atau dengan siapa saja, terutama
orangorang yang dekat di hati. Kemudian, dialog dapat digunakan di siang hari Hal ini terutama
dalam kegiatan resmi dengan teman kuliah, teman kerja, atau siapa saja yang dapat menunjang
karier peserta dialog. Nah, sore hai: kembali dialog santai biasanya dilakukan dengan orang-
orang yang mempunyai hubungan yang amat bersahabat. Kegiatan ini dapat dilakukan di kantor,
rumah, atau beranda tetangga,

Dialog dapat dilakukan di berbagai tempat. Tempat-tempat yang biasa terjadi interaksi dialog,
misalnya di rumah, pasar, jalan raya, kantor, sekolah, rumah sakit, dan tempat-tempat umum
lainnya.

Hal-hal yang perlu mendapat perhatian ketika berdialog adalah (1) bagaimana seseorang menarik
perhatian, (2) bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan, (3) bagaimana
menyela, mengoreksi, memperbaiki, dan mencari kejelasan, (4) bagaimana mengakhiri suatu
percakapan

Bahasa dalam dialog biasanya pendek-pendek. Namun demikian, pembicaraan dapat dipahami
sebab disertai mimik yang mendukung. Ekspresi wajah, gerakan tangan, anggukan kepala, dan
sejenisnya termasuk paralinguistik yang amat penting dalam dialog.
Dalam pengajaran bahasa di sekolah, dialog perlu diberikan agar anakanak terampil berbahasa
dan dapat bergaul di tengah masyarakat. Anggota masyarakat sering melakukan kegiatan
berdialog di luar sekolah seperti bertelepon, bercakap-cakap, diskusi, dan musyawarah.

2. Menyampaikan Pengumuman

Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang perlu diketahui oleh
khalayak ramai. Kegiatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk pidato.

Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman di antaranya, yaitu volume suara
harus lebih keras, intonasi yang tepat, dan gaya penampilan yang menarik.

3. Bercerita

Sejak zaman dahulu, orang tua terutama ibu mempunyai kebiasaa bercerita ketika
meninabobokan anaknya di tempat tidur. Nah, ibu atau orar tua yang mahir bercerita akan
disenangi anak-anaknya. Melalui berceri dapat dijalin hubungan yang akrab. Selain itu, manfaat
bercerita di antarany yaitu (1) memberikan hiburan, (2) mengajarkan kebenaran, dan (3)
memberikan keteladanan.

Seorang pendongeng dapat berhasil dengan baik apabila ia dapa menghidupkan cerita. Artinya,
dalam hal ini pendongeng harus dapa membangkitkan daya imajinasi anak. Untuk itu, biasanya
pendongen mempersiapkan diri dengan cara:

a. memahami pendengar (audiens),

b. menguasai materi cerita,

c. menguasai olah suara, .

d. menguasai berbagai macam karakter

e. luwes dalam berolah tubuh, dan

f. menjaga daya tahan tubuh.

Selain itu, terdapat enam jurus mendongeng, yaitu

a. menciptakan suasana akrab;


b. menghidupkan cerita:

1) teknik membuka cerita,

2) menciptakan suasana dramatik,

3) menutup yang membuat penasaran;


c. kreatif;
d. tanggap dengan situasi dan kondisi;
e. konsentrasi total; dan .
f. ikhlas.

KETERAMPILAN BERBICARA LANJUTAN


E. PENGERTIAN

Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara, di antaranya Tarigan (1991:15)


mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Sejalan dengan Tarigan, Moeliono dkk. (1988:114) mengatakan bahwa berbicara adalah berkata,
bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan Demikian juga Tarigan (1998:34)
mengatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.
Dari tiga pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan.

Berbicara bukan hanya sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu
alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara Berbicara merupakan instrumen
yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara
memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia
bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengomunikasikan
gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Mulgrave dalam Tarigan,
1981:15).

Di pandang dari segi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan
berbahasa lisan. Dari segi komunikasi, menyimak dan berbicara diklasifikasikan sebagai
komunikasi lisan. Melalui berbicara orang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada orang
lain. Melalui menyimak orang menerima informasi dari orang lain. Kegiatan berbicara selalu
diikuti kegiatan menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam kegiatan berbicara.
Keduanya fungsional bagi komunikasi lisan dan tak terpisahkan.
F. FUNGSI

Berbicara lanjutan memiliki fungsi untuk:

1. mendeskripsikan secara lisan tempat sesuai denah dan petunjuk penggunaan suatu alat;

2. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berbalas pantun dan bertelepon;

3. mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu
persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara;

4. mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama;

5. memberikan informasi dan tanggapan secara lisan;

6. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berpidato, melaporkan isi buku, dan
baca puisi.

G. JENIS-JENIS BERBICARA LANJUTAN

Jenis-jenis berbicara lanjutan berdasarkan KTSP, yaitu sebagai berikut.

1. Bermusyawarah

Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata
sepakat. Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang mempunyai kepentingan
pribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan orang banyak, setiap orang
mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.

Dalam suatu musyawarah dipimpin oleh seorang pimpinan musyawarah yang lazim disebut
pimpinan sidang. Pimpinan sidang berhak membuat tata tertib musyawarah dan tata tertib
pelaksanaan. Dalam musyawarah biasanya terdapat perbedaan pendapat, tetapi perbedaan itu
harus dipadukan. Bila tidak maka biasa diambil voting (suara terbanyak). Itulah hal yang
istimewa dari musyawarah yang berbeda dengan diskusi. Dalam musyawarah selalu ada
kesimpulan.

2. Diskusi
Nio (dalam Haryadi, 1981:68) mengatakan diskusi ialah proses penglibatan dua orang atau lebih
individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu
melalui tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah. Sementara itu, Brilhart (dalam
Haryadi, 1997:68) menjelaskan diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah
dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan untuk pengertian, kesepakatan, dan
keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dengan demikian, dalam sebuah diskusi harus ada
sebuah masalah yang dibicarakan, moderator yang memimpin diskusi, dan ada diskusi yang
dapat mengemukakan pendapat secara teratur. Dari kedua batasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa esensi diskusi adalah (1) partisipan lebih dari seorang, (2) dilaksanakan dengan bertatap
muka, (3) menggunakan bahasa lisan, (4) bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan bersama,
(5) dilakukan dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab.

Hal-hal yang perlu dijalin dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo dalam Haryadi (1997: 69) yaitu
sikap koperatif, semangat berinteraksi, kesadaran berkelompok, bahasa sebagai alat
berkomunikasi, dan kemampuan memahami persoalan. Selain itu pula, ketika proses diskusi
berlangsung hendaknya peserta diskusi mendengarkan uraian dengan penuh perhatian,
menghilangkan sikap emosional dan purbasangka, menangkap gagasan utama dan gagasan
penjelas serta mempertimbangkannya.

ketika menyampaikan sanggahan, hendaklah disampaikan secara santun, yaitu (1) pertanyaan
dan sanggahan diajukan secara jelas dan tidak berbelit-belit, (2) pertanyaan dan sanggahan
diajukan secara santun, menghindari pertanyaan, permintaan, dan perintah langsung, (3)
diusahakan agar pertanyaan dan sanggahan tidak ditafsirkan sebagai bantahan atau debat.
Sementara itu, dalam memberikan tanggapan pun harus dipenuhi empat hal, yaitu (1) jawaban
atau tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan atau tanggapan itu saja, (2) jawaban harus
objektif dan memuaskan berbagai pihak, (3) prasangka dan emosi harus dihindarkan, (4)
bersikap jujur dan terus terang apabila tidak bisa menjawab.

Selain itu,

Proses dan kesimpulan diskusi dilaksanakan berdasarkan alasan yang masuk akal. Dengan kata
lain, persetujuan diskusi akan lebih baik apabila diikuti dengan argumen. Sanggahan yang
mencemoohkan, kiranya patut dihindari. Selain itu, hasil diskusi harus didasarkan pada
objektivitas.

3. Menyampaikan Argumentasi
Proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat
disebut debat. Setiap pihak yang berdebat akan mengajukan argumentasi dengan memberikan
alasan tertentu agar pihak lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap
pendapat-pendapatnya (Laksono, 2003:20).

Sebelum berdebat, peserta debat harus mempersiapkan penyusunan materi dan argumentasi
dengan referensi yang memadai. Dalam debat, pemimpin berhak menentukan apakah anggota
kelompok (khalayak) dapat bertanya kepada peserta debat (pembicara) atau tidak. Selain itu,
pemimpin debat harus menentukan masalah yang mengundang perdebatan. Kemudian panitia
menyiapkan dua kelompok yang bersedia memperdebatkan masalah yang sudah ditentukan.
Kelompok A adalah kelompok yang menyetujui masalah sedangkan kelompok B adalah
kelompok yang tidak menyetujui masalah itu.
4. Pidato
Komunikasi lisan,khususnya pidato dapat dilakukan dengan cara impromptu,menghafal,metode
naskah,dan ekstemporan.
5.menyampaikan Intisari Biografi Orang Terkenal
Biografi adalah riwayat yang ditulis oleh orang lain. Biasanya mencatat hal-hal yang menarik
atau mengagumkan tentang kehidupan tokoh tersebut.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berbicara itu lebih dari pada sekadar menucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata
saja,melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang di susun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau menyimak.Berbicara adalah
kemampuan seseorang menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan menggunakan
bahasa lisan.

Berbicara bukan hanya sekadar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu
alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak

Anda mungkin juga menyukai