Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : WINDI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 855764458

Kelas : VI (Enam) B

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS

Kode/Nama UPBJJ : 18/ Palembang

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
TUGAS TUTORIAL ONLINE KE-1/2/❸

PDGK4407/PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS/3 SKS

PROGRAM STUDI S1 PGSD

Skor
No Uraian Tugas Tutorial
Maksimal
1 Jelaskan istilah yang digunakan pada tunagrahita! 20
2 Jelaskan klasifikasi yang digunakan oleh american asociation 20
on mental degiciency untuk anak tunagrahita!
3 Jelaskan kebutuhan khusus anak tunadaksa! 20
4 Jelaskan definisi anak kesulitan belajar menurut Canadian 20

Association For Children And Adults With Learning


Disabilities !
5 Jelaskan faktor kesulitan belajar menurut Roos (1976) dkk! 20

* coret yang tidak sesuai


NO.1
“Tunagrahita” adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada seseorang yang mengalami
keterbatasan signifikan dalam kecerdasan intelektual atau mental. Kondisi ini dikenal juga dengan
istilah “intelectual disabilitas” dalam bahasa Inggris. Beberapa istilah terkait yang sering digunakan
dalam konteks disabilitas intelektual antara lain:

 Gangguan jiwa ringan, sedang dan berat:


 Disabilitas Intelektual Ringan: Individu mungkin memiliki disabilitas intelektual ringan,
sehingga masih dapat mengembangkan keterampilan hidup mandiri dalam beberapa aspek.
 Gangguan Intelektual Sedang: Kecacatan intelektual tingkat sedang mungkin memerlukan
dukungan lebih besar dalam kehidupan sehari-hari.
 Gangguan intelektual yang parah: Disabilitas intelektual yang parah memerlukan perhatian
dan dukungan intensif, dan individu mungkin memerlukan perawatan jangka panjang.
 Layanan dan dukungan:
 Terapi okupasi: Program yang membantu orang mengembangkan keterampilan sehari-hari,
seperti mencuci, berpakaian, dan bekerja di rumah atau di tempat kerja yang sesuai.
 Pendidikan khusus: program pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan penyandang
disabilitas intelektual.
 Rehabilitasi Psikososial: Suatu pendekatan untuk membantu individu mengembangkan
keterampilan sosial, emosional, dan kemandirian.
 Tidak mampu secara fisik:
 Kadang-kadang, istilah "cacat" digunakan untuk merujuk pada individu dengan kombinasi
keterbatasan intelektual dan fisik.
 Keterlambatan perkembangan:
 Istilah ini digunakan untuk menggambarkan keterlambatan dalam mencapai tonggak
perkembangan tertentu, seperti berbicara, berjalan, atau keterampilan motorik.
 INKLUSI:
 Upaya untuk mengikutsertakan penyandang disabilitas intelektual dalam berbagai aspek
masyarakat, termasuk pendidikan dan ketenagakerjaan.
 Bimbingan dan konsultasi:
 Bimbingan dan konseling dapat memberikan dukungan emosional dan praktis kepada
penyandang disabilitas intelektual dan keluarganya.
Penting untuk diingat bahwa setiap individu yang menderita disabilitas intelektual adalah unik dan
pendekatan pengobatan serta dukungan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
mereka.
NO.2
Sebaiknya dicatat bahwa informasi yang saya sampaikan mungkin tidak sepenuhnya terkini,
dan AAMD (American Association on Mental Deficiency) telah mengalami perubahan nama
dan pendekatan sejak saya memiliki pemahaman terakhir pada Januari 2022. Pada saat itu,
AAMD sudah berubah nama menjadi AAIDD (American Association on Intellectual and
Developmental Disabilities).

AAIDD, sebelumnya dikenal sebagai AAMD, telah memainkan peran penting dalam
mengembangkan kriteria klasifikasi untuk keterbatasan intelektual. Mereka telah
menggunakan berbagai model klasifikasi seiring waktu. Salah satu model klasifikasi yang
cukup terkenal adalah model berbasis pada tingkat keparahan keterbatasan intelektual.
Sebelumnya, mereka menggunakan kategori "moron," "imbecile," dan "idiot" berdasarkan
tingkat keparahan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa klasifikasi dan terminologi ini telah mengalami
perubahan dan evolusi seiring waktu. Pada awal 2000-an, AAIDD mengadopsi model
klasifikasi yang lebih modern dan kurang peyoratif, yaitu:

1. Intellectual Disability (ID): Menggantikan istilah "mental retardation." ID


didefinisikan oleh adanya keterbatasan intelektual yang signifikan dan keterbatasan
adaptasi fungsional sepanjang hidup.
2. Level of Intellectual Functioning:
 Mild (Ringan): IQ berkisar antara 50-55 hingga 70.
 Moderate (Sedang): IQ berkisar antara 35-40 hingga 50-55.
 Severe (Berat): IQ berkisar antara 20-25 hingga 35-40.
 Profound (Dalam): IQ di bawah 20 atau 25.
3. Domains of Adaptive Functioning:
 Conceptual: Keterampilan akademis, komunikasi, kehidupan mandiri.
 Social: Kemampuan berinteraksi secara sosial dan berpartisipasi dalam masyarakat.
 Practical: Keterampilan sehari-hari seperti merawat diri sendiri dan bekerja.

Klasifikasi ini mengarah pada pendekatan yang lebih holistik dan mempertimbangkan faktor-
faktor seperti kebutuhan individu, keparahan keterbatasan intelektual, dan kemampuan
adaptasi fungsional. Pergeseran ini juga mencerminkan upaya untuk menghindari
penggunaan istilah yang dapat dianggap merendahkan atau diskriminatif. Penting untuk
selalu merujuk pada pedoman dan literatur terbaru dari AAIDD atau organisasi serupa untuk
memahami dengan tepat terminologi dan kriteria klasifikasi terkini.
NO.3
Anak tunadaksa adalah anak yang mengalami hambatan fisik atau gangguan dalam gerakan
atau koordinasi tubuh. Kebutuhan khusus anak tunadaksa dapat mencakup berbagai aspek
untuk mendukung perkembangan mereka secara optimal. Berikut adalah beberapa kebutuhan
khusus anak tunadaksa:

1. Pelayanan Kesehatan dan Perawatan Medis:


 Fisioterapi: Memberikan latihan dan intervensi untuk meningkatkan kekuatan otot
dan keterampilan motorik.
 Terapi Occupasional: Membantu anak dalam kegiatan sehari-hari seperti berpakaian,
makan, dan membersihkan diri.
 Terapi Wicara: Mendukung perkembangan keterampilan berbicara dan komunikasi.
2. Pendidikan Khusus:
 Pendekatan Individualisasi: Merancang program pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan anak.
 Aksesibilitas Fasilitas: Memastikan fasilitas pendidikan mudah diakses dan sesuai
dengan kebutuhan mobilitas anak tunadaksa.
3. Adaptasi Teknologi:
 Alat Bantu Mobilitas: Seperti kursi roda atau perangkat berjalan untuk meningkatkan
mobilitas.
 Teknologi Bantu: Penggunaan perangkat lunak dan perangkat keras untuk
memfasilitasi komunikasi, akses ke informasi, dan partisipasi dalam kegiatan sehari-
hari.
4. Dukungan Psikososial:
 Konseling: Untuk anak dan keluarganya, membantu mereka mengatasi tantangan
emosional dan sosial.
 Pemberdayaan Diri: Mendorong perkembangan kepercayaan diri dan kemandirian
pada anak tunadaksa.
5. Aksesibilitas:
 Fasilitas Ramah Disabilitas: Memastikan bahwa lingkungan, baik di rumah, sekolah,
atau masyarakat, dapat diakses dengan mudah oleh anak tunadaksa.
 Transportasi Khusus: Memastikan adanya transportasi yang sesuai untuk anak
tunadaksa jika diperlukan.
6. Partisipasi dalam Kegiatan Rekreasi dan Olahraga:
 Program Olahraga Adaptif: Menyediakan peluang bagi anak tunadaksa untuk
berpartisipasi dalam olahraga atau kegiatan rekreasi yang sesuai dengan kebutuhan
mereka.
7. Pendidikan Inklusif:
 Dukungan Guru dan Staf: Memastikan bahwa guru dan staf sekolah memiliki
pemahaman dan pelatihan yang memadai untuk mendukung inklusi anak tunadaksa di
lingkungan pendidikan biasa.
8. Kolaborasi dengan Orang Tua dan Keluarga:
 Pendidikan Orang Tua: Memberikan informasi dan dukungan kepada orang tua untuk
mendukung perkembangan anak tunadaksa di rumah.
Melibatkan anak tunadaksa dalam kehidupan sehari-hari, memberikan dukungan yang tepat,
dan memastikan akses mereka ke fasilitas dan layanan yang diperlukan adalah langkah-
langkah kunci dalam memenuhi kebutuhan khusus mereka. Setiap anak tunadaksa memiliki
kebutuhan yang unik, sehingga pendekatan individual dan kolaboratif sangat penting.

NO.4
Canadian Association for Children and Adults with Learning Disabilities (1981) adalah
mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah meskipun tingkat kecerdasannya
termasuk rata-rata, sedikit di atas rata-rata, atau sedikit di bawah rata-rata, dan apabila
kecerdasannya lebih rendah dari kondisi tersebut bukan lagi termasuk learning disabilities.
Keadaan ini terjadi sebagai akibat disfungsi minimal otak (DMO), yaitu karena adanya
penyimpangan dalam perkembangan otak yang minimal, dapat berwujud dalam berbagai
kombinasi gangguan seperti gangguan persepsi, pembentukan konsep, bahasa, ingatan,
gangguan perhatian atau gangguan motorik. Keadaan ini tidak disebabkan oleh gangguan
primer pada penglihatan, pendengaran, gangguan motorik, gangguan emosional, retardast
mental, atau akibat , sebagaimana lingkungan (Wright, dkk., 1985).

NO.5
dikemukakan oleh Roos (1976), Siegel dan Gold (1982), serta Painting (1983), bahwa
kesulitan belajar khusus disebabkan oleh disfungsi sistem saraf yang disebabkan oleh:
(1) cedera otak pada masa perkembangan otak,
(2) ketidakseimbangan zat-z kimiawi di dalam otak,
(3) gangguan perkembangan saraf, dan
(4) kelambatan proses perkembangan individu.

Anda mungkin juga menyukai