Hak asasi manusia (HAM) merupakan anugerah Tuhan kepada manusia yang diberikan
sejak lahir yang bersifat universal, yaitu tidak mengenal batasan umur, jenis kelamin,
negara, ras, agama, dan budaya. Hal ini menjadi landasan manusia untuk berinteraksi
dengan tujuan menjamin keberadaan harkat dan martabat, serta menjaga keharmonisan
dengan lingkungan.
Lahirnya HAM secara tertulis berawal di Inggris pada tahun 1215 dengan adanya Magna
Charta. Pada saat itu, masyarakat Inggris menentang kepemimpinan Raja John yang
sewenang-wenang terhadap rakyat sehingga melahirkan Magna Carta atau Piagam Agung
yang menjadi inspirasi lahirnya perlindungan HAM di tempat lain. Magna Charta diikuti
munculnya piagam- piagam lain, yaitu:
1) Periode 1945-1950
Pada periode ini, hal yang ditekankan adalah hak untuk merdeka, kebebasan berserikat dan
berkumpul melalui organisasi politik, dan kebebasan menyampaikan pendapat, terutama di
parlemen. Legitimasi HAM secara formal tercantum dalam UUD NRI tahun 1945 dan
Maklumat Pemerintah 3 November 1945 yang memberikan keleluasaan kepada rakyat
untuk mendirikan partai politik.
2) Periode 1950-1959
Periode ini merupakan masa pemerintahan parlementer dengan menganut prinsip
demokrasi liberal yang memberi ruang bagi perkembangan lembaga demokrasi.
Perkembangan tersebut meliputi kemunculan partai politik dengan ideologi yang beragam,
adanya kebebasan pers, sistem multipartai dalam pemilu, kendali parlemen atas
pemerintahan, dan wacana pemikiran HAM yang kondusif. Pada periode ini, Indonesia juga
turut menandatangani dan mengesahkan Konvensi Geneva dan Konvensi tentang Hak
Politik Perempuan.
3) Periode 1959-1966
Periode ini merupakan masa demokrasi terpimpin yang pemerintahannya terpusat pada
presiden, parlemen tidak lagi berwenang mengontrol presiden. Tidak ada pemikiran HAM
pada model pemerintahan ini karena pemerintah membatasi hak sipil dan hak politik warga
negara, seperti hak untuk berkumpul dan berserikat.
4) Periode 1966-1998
Periode ini merupakan masa pemerintahan Orde Baru yang memiliki pemikiran HAM
berbeda dalam tiga kurun waktu. Pada tahun 1967, pemerintah mengadakan hak uji material
yang diberikan kepada Mahkamah Agung untuk melindungi kebebasan dasar manusia.
Pada tahun 1970-1980, HAM yang dianggap produk Barat mengalami pemasungan karena
ada pembatasan terhadap produk hukum yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur
budaya bangsa. Pada tahun 1990-an, dibentuk lembaga penegakan HAM, yaitu Komisi
Nasional HAM pada tahun 1993.
5) Periode 1998-sekarang
Periode ini merupakan masa pemerintahan reformasi yang memberikan dampak berarti
pada penegakan dan perlindungan HAM. Pada periode ini, pemerintah melakukan
amandemen UUD NRI tahun 1945 untuk menjamin HAM, menetapkan UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, serta membangun
Kantor Menteri Negara Urusan HAM yang kemudian digabung dengan Departemen Hukum
dan Perundang-undangan menjadi Departemen Kehakiman dan HAM (sekarang
Kemenkumham). Terdapat pula Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia (RANHAM)
tahun 1998-2003 yang dicanangkan oleh Presiden BJ. Habibie. Pada 22 Juni 2015,
ditandatangani Perpres Nomor 75 tentang RANHAM tahun 2015-2019 berdasarkan
pertimbangan RANHAM tahun 2011-2014. RANHAM adalah dokumen yang memuat
sasaran, strategi, dan fokus kegiatan prioritas rencana aksi nasional HAM Indonesia.
RANHAM menjadi acuan kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah dalam
molaksanakan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan, dan pemajuan HAM
bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama,
moral, adat istiadat, budaya, keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.
A.pengertian HAM
Secara umum, hak asasi manusia bersifat kodrati dan dimiliki oleh setiap orang yang
berlaku di mana pun dan kapan pun. Ada beberapa pengertian mengenai HAM.
1. Menurut John Locke, sesuai dengan kodratnya, manusia sebagai individu
merupakan makhluk yang bebas dan setara. Manusia memiliki hak kodrati yang tidak
dapat diganggu gugat, meliputi hak hidup, hak merdeka, dan hak memperoleh atau
memiliki kekayaan.
2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa hak asasi
manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, serta dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan, serta perlindungan harkat dan martabat manusia
3. Menurut Prof. Darji Darmodiharjo, hak asasi manusia merupakan hak dasar yang
dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan yang menjadi dasar dari hak dan
kewajiban-kewajiban yang lain.
B. Macam-macam HAM
Perkembangan kehidupan manusia berhubungan pula dengan perkembangan pemaknaan
terhadap HAM dengan tujuan mempertahankan atau mendapatkan hidup yang lebih baik.
Berikut beberapa macam HAM.
1. Hak asasi pribadi, seperti kebebasan mengeluarkan pendapat, serta memilih,
memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan.
2. Hak asasi politik, seperti hak untuk memilih dan dipilih, berkumpul dan berserikat,
serta kebebasan mendirikan partai politik.
3. Hak asasi ekonomi, seperti kebebasan memilih pekerjaan dan mengumpulkan
kekayaan.
4. Hak asasi hukum, seperti hak mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.
5. Hak asasi sosial dan budaya, seperti hak mendapat pendidikan, kesehatan,
berpartisipasi dalam kebudayaan, serta hak mendapat perlindungan terhadap karya
cipta.
6. Hak asasi dalam tata cara peradilan dan perlindungan, seperti hak mendapat
peradilan dan perlindungan dalam penahanan,penangkapan, peradilan, penyitaan,
atau penggeledahan.
C.Makna HAM
HAM merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri setiap manusia sejak dilahirkan ke
dunia yang disesuaikan dengan kodrat manusia sebagai insan merdeka. Tidak ada yang
diperkenankan merampas hak tersebut dari tangan pemiliknya. Hal yang perlu dipahami
adalah HAM tidak bersifat mutlak karena memiliki batasan tertentu. Batas HAM seseorang
adalah HAM yang melekat pada orang lain. Adanya HAM menjadi alat yang berfungsi
menjaga harkat dan martabat manusia sesuai kodratkemanusiaan. Adapun ciri khusus HAM
antara lain:
1. hakiki (ada pada diri manusia sebagai makhluk Tuhan),
2. universal (berlaku untuk semua orang tanpa memandang perbedaan),
3. permanen (tidak dapat dicabut selama manusia itu hidup), dan
4. tidak dapat dibagi (semua orang berhak mendapatkan hak sipil, ekonomi, sosial,
dan budaya).
Pancasila mengandung nilai-nilai yang memiliki keterkaitan dengan hak dan kewajiban asasi
manusia. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.
1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan jaminan untuk memeluk agama,
beribadah, dan menghormati perbedaan agama.
2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan jaminan untuk mendapatkan
perlakuan yang adil dan setara, baik di hadapan hukum dan undang-undang maupun
dalam kehidupan sehari-hari, serta mendapatkan pendidikan, penghidupan yang
layak, dan kesejahteraan.
3. Nilai Persatuan Indonesia menuntut kewajiban seluruh warga negara untuk
memelihara persatuan dan kesatuan Indonesia dengan menanamkan rasa cinta
tanah air, melalui sekolah, budaya, dan gerakan-gerakan sosial.
4. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dibuktikan dengan adanya sistem demokrasi yang
baik. Setiap warga negara memiliki hak untuk berpartisipasi di bidang pemerintahan.
5. Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menegaskan hak yang harus
diterima oleh setiap warga negara berupa keadilan dalam pendidikan, kesempatan
mengembangkan diri, berpendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan hak dasar
manusia.
Jenis pelanggaran HAM berupa kejahatan biasa (ordinary crime) dan kejahatan luar biasa
(extraordinary crime). Contoh pelanggaran HAM yang termasuk kejahatan biasa dapat
berupa pencemaran nama baik, pemukulan, penganiayaan, atau menghalangi kebebasan
berekspresi. Di sisi lain, pelanggaran HAM berupa kejahatan berat meliputi beberapa hal
berikut:
1. Kejahatan terhadap kemanusiaan yang bermotif kekuasaan yang dilakukan secara
sistematis dan meluas.
2. Kejahatan yang menimbulkan teror, kekhawatiran, dan ketakutan dalam diri
masyarakat.
3. Kejahatan yang diakui oleh dunia sehingga harus diselesaikan oleh diselesaikan
pada tingkat nasional.seluruh negara, bahkan menjadi yurisdiksi internasional jika
tidak dapat
2. Penyebab Pelanggaran HAM Penyebab pelanggaran HAM karena adanya faktor internal
dan eksternal.
Selain faktor internal, pelanggaran HAM juga dapat disebabkan oleh faktor eksternal berikut:
1. . lemah dan kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegak hukum, seperti polisi,
jaksa, dan pengadilan sehingga tidak dapat menjamin tegaknya.hukum bagi kasus
pelanggaran HAM;
2. penyalahgunaan kekuasaan yang berkaitan dengan kepentingan yang
menaunginya, baik kepentingan individu maupun kelompok:
3. kemajuan teknologi melalui media televisi, surat kabar, telepon, dan internet yang
tidak jarang berdampak pada mental dan psikologis seseorang akibat kekerasan
verbal, seperti hinaan atau cacian.
Beberapa kasus pelanggaran HAM terjadi di Indonesia, bahkan setelah dirumuskan standar
hak asasi manusia yang diterima secara luas oleh bangsa- bangsa di dunia pada paruh
kedua abad ke-20. Kasus polanggaran HAM di Indonesia tersebut adalah sebagai berikut.
Kasus terbunuhnya Marsinah (1993). Dalam kasus ini, seorang buruh pabrik yang aktif
memperjuangkan nasib kaum buruh dalam unjuk rasa. Marsinah ditemukan meninggal
dengan luka bekas penyiksaan dan penganiayaan selang beberapa hari setelah unjuk rasa.
e. Tragedi Trisakti dan Semanggi (1998). Dalam peristiwa ini, banyak mahasiswa dan
rakyat sipil meninggal akibat aksi demonstrasi (menuntut kestabilan ekonomi dan menolak
hasil sidang pemerintah) hingga tindakan anarkistis berupa penjarahan dan perusakan.
Rentetan peristiwa 1998 adalah Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I, dan Tragedi Semanggi
II, merupakan salah satu kasus kekerasan terburuk yang pernah terjadi di Indonesia.
F.Peristiwa kekerasan Timor Timur (1999). Peristiwa ini terjadi pascajajak pendapat pada
tanggal 30 Agustus dengan hasil Timor Timur merdeka. Hal tersebut membuat kondisi
memanas hingga terjadi pelanggaran HAM meliputi pembunuhan dan perusakan gedung.
1. Makna Demokrasi
a. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos yang berarti
'masyarakat (rakyat)' dan krotos yang berarti 'aturan atau kekuasaan'. Jadi, demokrasi
berarti kekuasaan di tangan rakyat atau pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Ada beberapa pandangan mengenai pengertian demokrasi sebagai berikut.
1. Menurut Mohammad Hatta, demokrasi merupakan pergantian kedaulatan raja
menjadi kedaulatan rakyat yang dianggap sebagai indikator perkembangan politik
suatu negara.
2. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat,oleh
rakyat, dan untuk rakyat.
3. Philippe C. Schmitter mengemukakan bahwa dalam sistem pemerintahan
demokrasi, pemerintah bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan di wilayah
publik atas permintaan rakyat secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja
sama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.
4. Dalam Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila, demokrasi diartikan
sebagai 'pola pemerintahan yang menempatkan kekuasaan untuk memerintah di
tangan mereka yang diperintah.
5. Menurut Henry Mayo, sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan
kebijakan umum yang ditentukan atas mayoritas wakil- wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan berkala berdasarkan prinsip kesamaan politik dan
jaminan kebebasan politik.
6. Solly Lubis menjelaskan bahwa dalam demokrasi, kekuasaan negara terletak di
tangan sejumlah besar rakyat yang dijalankan untuk kepentingan semua orang.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa negara demokrasi yang
menganut sistem kedaulatan rakyat atas negara senantiasa mengingat kepentingan dan
keinginan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, penentu keputusan, dan
pengontrol pelaksanakan pemerintahan
2.Klasifikasi Demokrasi
Pelaksanaan demokrasi di berbagai negara belum tentu sama karena pemaknaan dan
muatan yang berbeda dalam hal menyesuaikan kondisi dan kebutuhan dari negara tersebut.
Demokrasi diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal berikut.
3.Cara Menyampaikan Pendapat
1. Demokrasi langsung dilaksanakan dalam suatu negara yang rakyatnya tidak terlalu
banyak. Rakyat dapat menyalurkan hak dan pendapatnya tanpa perwakilan dengan
mengikuti proses pengambilan keputusan.
2. Demokrasi tidak langsung tetap menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi dengan memilih para wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat
dalam pemilihan umum untuk menyalurkan aspirasi dan membuat keputusan politik.
3. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat
memosisikan rakyat sebagai pengawas pelaksanaan pemerintahan oleh wakil rakyat
yang telah dipilih dalam lembaga perwakilan rakyat melalui. referendum. Adapun
referendum yang dapat dijalankan, yaitu referendum wajib (permintaan persetujuan
rakyat terhadap hal yang dianggap penting atau mendasar), referendum tidak wajib
(diajukan dalam waktu tertentu setelah suatu RUU diumumkan), dan referendum
konsultatif (permintaan persetujuan).
b. Titik Berat
1. Demokrasi formal (demokrasi liberal) merupakan sistem demokrasi yang menjunjung
tinggi persamaan dalam bidang politik, tanpa mengurangi atau menghilangkan
kesenjangan dalam bidang ekonomi. Demokrasi formal diterapkan di negara liberal.
(Yang dipimpin Presiden)
2. Demokrasi materiil merupakan sistem demokrasi yang memandang setiap manusia
mempunyai kesamaan dalam bidang sosial-ekonomi sehingga persamaan bidang
politik tidak menjadi prioritas. Demokrasi materiil diterapkan di negara berpaham
sosialis komunis. (Sistemnya)
3. Demokrasi campuran (demokrasi gabungan) merupakan sistem demokrasi yang
berupaya mengambil kebaikan dan membuang keburukan dari demokrasi formal dan
materiil. Demokrasi ini diterapkan di negara yang tidak berpaham liberal ataupun
sosialis komunis. (Non blok)
A.Ciri-Ciri Demokrasi
Ciri utama demokrasi adalah tegaknya hukum di masyarakat (Jaw enforcement) dan
diakuinya HAM oleh setiap anggota masyarakat di suatu negara. Ada beberapa ciri-ciri
demokrasi dari sejumlah nilai yang dikemukakan oleh Henry B. Mayo, yaitu sebagai berikut.
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan melembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
sedang berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai nilai minimum.
5. Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman masyarakat.
6. Menjamin tegaknya keadilan.
Di sisi lain, G. Bingham Powell menyebutkan lima kriteria terwujudnya demokrasi sebagai
berikut.
1.
2. Legitimasi pemerintah berdasarkan klaim mewakili keinginan para warga negara.
3. Klaim pemerintah berdasarkan pemilu yang kompetitif dan dilaksanakan secara
berkala.
4. Kebanyakan orang dewasa ikut serta dalam proses pemilu, bak sebagai pemilih
maupun calon yang dipilih.
5. Para pemilih tidak dapat dipaksa dan suara mereka bersifat rahasia
6. Para warga negara memiliki kebebasan pers, berbicara, berkumpul berorganisasi,
serta membentuk partai politik.
B. Prinsip Demokrasi
Menurut Melvin L. Urofsky, terdapat 11 prinsip dasar yang harus dimiliki suatu negara, yaitu:
A Persamaan Politik
Mencakup persamaan hak suara dan persamaan untuk dipilih sebagai pejabat pemerintah
dengan persyaratan tertentu. Berkaitan dengan persamaan hak suara, setiap individu harus
mempunyai akses mudah dan pantas ke tempat pemilihan; bebas menentukan pilihan
sesuai dengan keinginannya; setiap suara harus diberi nilai yang sama ketika diadakan
perhitungan.
C.Persamaan Kesempatan
Tidak ada hal yang menghalangi seorang pun untuk bekerja keras guna mencapai prestasi
tertinggi sehingga kehidupan masyarakat dapat mengalami peningkatan atau penurunan
dalam strata atau status sosial.
d. Persamaan Ekonomi
Masyarakat dapat mengelola atau memproduksi barang/jasa untuk mendapatkan tingkat
pendapatan dan kesejahteraan yang memadai, berta adanya dukungan pemerintah berupa
pemberian jaminan minimum keamanan ekonomi.
E.Persamaan Sosial
Hal ini mengacu pada tidak adanya perbedaan status dan kelas di yarakat, serta mencakup
aspek-aspek persamaan kesempatan dalam hal sosial
b. Demokrasi Indonesia
1. 1) Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa; segala sistem dan perilaku dalam
menyelenggarakan kenegaraan RI taat asas, konsisten, serta sesuai dengan
nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi dengan kecerdasan; mengatur dan menyelenggarakan demokrasi
berdasarkan UUD NRI Tahun 1945 dengan kecerdasan rohaniah, kecerdasan
aqliyah, kecerdasan rasional, dan kecerdasan emosional
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat; memegang prinsip bahwa rakyat memegang
kedaulatan karena kekuasaan tertinggi ada padanya.
4. Demokrasi dengan rule of law; kekuasaan negara mengandung melindung, dan
mengembangkan kebenaran hukum, memberi keadilan hukum, menjamin kepastian
hukum, serta mengembangkan manfaat dan kepentingan hukum
5. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara; penguatan demokrasi melalui
pemisahan kekuasaan negara yang diserahkan kepada badan- badan negara yang
bertanggung jawab disertai sistem pengawasan dan perimbangan.
6. Demokrasi dengan HAM; pengakuan HAM dengan tujuan menghormati dan
meningkatkan martabat dan derajat manusia seutuhnya.
7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka; memberi peluang seluas- luasnya
kepada semua pihak yang berkepentingan untuk mencari dan menemukan hukum
yang seadil-adilnya.
8. Demokrasi dengan otonomi daerah; pembentukan daerah otonom pada provinsi dan
kabupaten/kota untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan pemerintah sebagai
urusan rumah tangga sendiri yang diserahkan Pemerintah Pusat kepadanya.
9. Demokrasi dengan kemakmuran; membangun kemakmuran negara oleh dan untuk
sebesar-besarnya rakyat Indonesia.
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial; penyamarataan keadilan sosial di antara
berbagai kelompok, golongan, dan lapisan masyarakat.
Setelah Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, terbentuklah Negara Republik
Indonesia Serikat (RIS) yang menerapkan demokrasi liberal. Pada masa ini, terjadi
beberapa kali pergantian kabinet sebagai berikut.
1. Kabinet Natsir (6 September 1950-27 April 1951) merupakan kabinet pertama yang
lahir pada masa demokrasi liberal yang menjalankan beberapa program, yaitu:
menggiatkan usaha keamanan dan ketenteraman, mencapai konsolidasi dan
menyempurnakan susunan pemerintahan, menyempurnakan organisasi angkatan
perang, mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat, serta memperjuangkan
penyelesaian masalah Irian Barat.
2. Kabinet Sukiman-Soewirjo (27 April 1951-3 April 1952) menjalankan program, yaitu:
menjamin keamanan dan ketenteraman, mengusahakan kemakmuran rakyat dan
memperbarui hukum agrarian agar sesuai dengan kepentingan petani, mempercepat
persiapan pemilihan umum, menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif, serta
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RL.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953) merintis sistem zaken kabinet yang
dibentuk oleh para ahli sesuai bidangnya dengan menjalankan program dalam negeri
berupa penyelenggaraan pemilu meningkatkan kemakmuran dan pendidikan rakyat,
serta pemulihan keamanan. Ada pula program luar negeri yang dijalankan, yaitu
penyelesaian masalah Indonesia Belanda, pengembalian Irian Barat, dan
menjalankan politik luar negeri bebas-aktif
4. Kabinet Ali I atau Kabinet Al-Wongso (31 Jul 1953-12 Agustus 1955) merupakan
kabinet terakhir sebelum diadakan pemilu dan berhasi menyelenggarakan
Konferensi Asia Afrika pada bulan April 1955.
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956) berhad
menyelenggarakan pemilu yang demokratis untuk pertama kali yatu pada 29
September 1955, untuk pemilihan anggota DPR dan pada 15 Desember 1955 untuk
pemilihan anggota Konstituante. Dari 27 partal yang lolos seleksi, ada empat partai
yang mendapat suara terbanyak, yaitu PNI, NU. Masyumi, dan PKI
6. Kabinet A #1 (20 Maret 1956-14 Maret 1957) memiliki program yang disebut
Rencana Pembangunan Lima Tahun, yakni meliputi perjuangan pengembalian Inan
Barat, pembentukan daerah otonom dan percepatan pembentukan DPRD, perbaikan
nasib kaum buruh dan pegawa menyehatkan perimbangan keuangan negara, serta
mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
7. Kabinet Juanda (9 April 1957-10 Juli 1959) merupakan zaken kabinet yang
mengalami pergantian hingga dikeluarkan Dekret Presiden 1959 yang
dilatarbelakangi kegagalan Badan Konstituante dalam menetapkan UUD baru
Konsep nasakom ini memberi peluang kepada PKI untuk memperluas dan mengembangkan
pengaruh hingga puncaknya terjadi pemberontakan oleh PKI dengan Gerakan 30
September 1965 (G30S/PKI). Rakyat pun memunculkan gerakan menurunkan Presiden
Soekarno dari jabatan. Turunnya Soekarno sebagai presiden digantikan oleh Mayjen
Soeharto pada tahun 1966. Dengan demikian, Indonesia memasuki era politik Orde Baru
(Orba).
Pada masa ini, pelaksanaan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 hendak dilakukan secara
murni dan konsekuen dalam menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan
stabilitas nasional dengan mengedepankan ekonomi di segala bidang demi mempercepat
proses pembangunan bangsa. Sebagai pengganti Soekarno pasca-Orde Lama, Presiden
Soeharto resmi dilantik pada tahun 1968. Selanjutnya, pada masa Orde Baru, pemerintah
berhasil menyelenggarakan pemilu sebanyak enam kali, yaitu pada tahun 1971, 1977, 1985,
1987, 1992, dan 1997.
Proses pembangunan sesuai koridor Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 berjalan hingga
tahun 1970-an, tetapi pada akhir tahun 1980-an dan 1990-an, pembangunan ekonomi
berubah menjadi sistem mercusuar dan panglima. Ini menyebabkan kesenjangan ekonomi
atau tingkat kesejahteraan tidak merata. Selain itu, praktik KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotisme) semakin tumbuh, baik dalam masyarakat maupun tubuh pemerintah. Masa Orba
ini berakhir pada tahun 1998 yang dipicu munculnya gerakan perlawanan rakyat, yaitu
Gerakan Reformasi Mei 1998, Pemerintahan Presiden Soeharto pun berakhir setelah
selama 32 tahun memimpin Indonesia.
oleh rakyat yang diikuti oleh 24 parpol dan dilaksanakan dalam tiga tahap. Pada tahun 2004,
Indonesia menyelenggarakan pemilu secara langsung Tahap pertama dilakukan pemilihan
DPR, DPRD provinsi, DPRD kota/kabupaten, dan DPD pada tanggal 5 April. Tahap kedua
dilakukan pemilihan presiden dan wakil presiden tahap pertama pada tanggal 5 Juli. Tahap
ketiga dilakukan pemilihan presiden dan wakil presiden tahap kedua pada tanggal 20
September. Hasil pemilu presiden dan wakil presiden periode 2004-2009 ini dimenangkan
oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Pemilihan dengan sistem
langsung ini juga dilakukan pada tahun 2009 yang menghasilkan Susilo Bambang
Yudhoyono dan Boediono sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2009-2014.
Pemilu pun berlanjut pada tahun 2014 yang menempatkan Joko Widodo sebagai presiden
dan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden periode 2014-2019.
Adapun demokrasi yang terjadi pada era reformasi ini menunjukkan bahwa kebebasan
masyarakat dalam menggunakan haknya menjadi semakin terbuka dan meluas. Dengan
demikian, masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap pemerintahan secara
terbuka dan kritis.
a. Pengertian Hukum
Berbagai pengertian hukum yang dikemukakan oleh para ahli berikut dapat dijadikan
pegangan untuk memahami hukum. Menurut Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan
syarat yang karenanya kehendak bebas seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
kehendak bebas orang lain menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan. Adapun E.
Utrecht menyatakan bahwa hukum merupakan himpunan petunjuk hidup yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat untuk selalu ditaati agar tidak terjadi pelanggaran.
Adapun definisi lain juga dikemukakan oleh J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto
yang menyebut hukum sebagai Peraturan yang bersifat memaksa dan menentukan tingkah
laku manusia,dibuat oleh badan resmi yang berwajib sehingga jika terjadi pelanggaran akan
mendapat hukuman tertentu. Adapun S.M. Amin, S.H. merumuskan hukum sebagai
peraturan yang terdiri atas norma, sanksi, dan tujuan hukum, yaitu mewujudkan ketertiban
dan keamanan dalam masyarakat. Selain itu, Mochtar Kusumaatmadja mendefinisikan
hukum sebagai keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur ketertiban meliputi lembaga
dan proses agar diberlakukan secara nyata dalam kehidupan.
Unsur hukum terdiri atas peraturan mengenai tingkah laku manusia, pengadaan peraturan
dilakukan oleh badan resmi berwajib, bersifat memaksa, serta pemberlakuan sanksi tegas
terhadap pelanggaran. Selain terdiri atas unsur tertentu, hukum memiliki ciri-ciri, yaitu
adanya perintah atau larangan yang harus dipatuhi oleh setiap orang. Adapun jika ditinjau
dari isinya, kaidah hukum terdiri atas perintah, larangan, dan perkenan yang tidak
mengandung perintah atau larangan, tetapi bersifat mengikat secara, hukum. Berdasarkan
kaidah tersebut, hukum memiliki sifat mengatur dan memaksa agar selalu ditaati, jika tidak,
akan mendapat sanksi.
2. Penggolongan Hukum
Hukum dapat dibagi berdasarkan sumber, bentuk, tempat berlaku, waktu berlaku, cara
mempertahankan, sifat, wujud, pribadi yang diatur, dan isi masalah yang diatur.
1. Menurut sumbernya, hukum terbagi atas hukum undang-undang, hukum adat dan
hukum kebiasaan, hukum yurisprudensi, dan traktat.
2. Menurut bentuknya, hukum terbagi atas hukum tertulis dan tidak tertulis.
3. Menurut tempat berlakunya, hukum terbagi atas hukum nasional, hukum
internasional, dan hukum asing.
4. Menurut waktu berlakunya, hukum terbagi atas hukum positif yang berlaku
sekarang, hukum negatif yang berlaku mendatang, dan hukum universal yang
menyangkut hukum asasi atau hukum alam.
5. Menurut cara mempertahankannya, hukum terbagi atas hukum materia dan hukum
formal.
6. Menurut sifatnya, hukum terbagi atas hukum memaksa dan hukum melengkapi
7. Menurut wujudnya, hukum terbagi atas hukum objektif dan hukum subjektif. h.
Menurut pribadi yang mengaturnya, hukum terbagi atas hukum satu golongan,
hukum antar golongan, dan hukum semua golongan.
8. Menurut isi masalah yang diaturnya, hukum terbagi atas hukum publik dan hukum
privat. Adapun perbedaan hukum publik dan hukum privat adalah sebagai berikut.
Hukum publik
1. Mengutamakan pengaturan kepentingan umum
2. Mengatur hal bersifat umum.
3. Dipertahankan oleh negara melalui jaksa.
4. Tidak mengenal asas perdamaian.
5. Gugatan tidak dapat dicabut.
6. Sanksi umum berupa hukuman mati, penjara kurungan, denda, dan hukuman
tambahan.
Hukum privat
1. Mengutamakan kepentingan individu
2. Mengatur hal bersifat khusus. Dipertahankan oleh individu.
3. Mengutamakan asas perdamaian yang diupayakan oleh hakim.
4. Gugatan dapat ditarik setiap saat.
5. Sanksi perdata berupa denda atau penjara kurungan sebagai ganti denda.
3. Tujuan Hukum
Tujuan hukum bersifat universal, yaitu menciptakan ketertiban, ketenteraman, kedamaian,
kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. O. Notohamidjojo
mengemukakan tiga tujuan hukum, yaitu menciptakan tata tertib dan kedamaian dalam
masyarakat, mewujudkan keadilan, serta memanusiakan manusia.
4. Fungsi Hukum
Hukum memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai pengatur tata tertib hubungan masyarakat, sarana
mewujudkan keadilan lahir batin, dan penggerak pembangunan.
c. Keputusan Hakim atau Yurisprudensi Hal ini berarti penggunaan keputusan hakim
terdahulu sebagai pedoman oleh hakim lain untuk memutuskan perkara serupa yang tidak
diatur oleh UU. Dengan demikian, hakim yang sedang menangani perkara tersebut
menafsirkan dan membentuk hukum baru dengan mempelajari putusan hakim terdahulu.
d.Traktat
Traktat merupakan perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih berkaitan dengan
persoalan tertentu antarnegara. Ada dua jenis traktat, yaitu traktat bilateral yang dibuat oleh
dua negara secara tertutup serta traktat multilateral yang dibuat oleh lebih dari dua negara
dan bersifat terbuka.
e. Doktrin
Doktrin berasal dari pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas
penting hukum beserta penerapannya. Doktrin dapat menjadi sumber hukum formal melalui
yurisprudensi.
Sistem peradilan Indonesia yang bertujuan mewujudkan keadilan hukum ini merupakan
suatu mekanisme dari keseluruhan komponen peradilan nasional, pihak dalam proses
peradilan, hierarki kelembagaan peradilan, serta komponen lain yang bersifat prosedural
mencakup proses penyelidikan, penuntutan, dan pemeriksaan. Dengan demikian, peradilan
selalu berkaitan dengan pengadilan. Bahkan, istilah peradilan ini tercantum dalam UU No.
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang mengandung beberapa unsur.
Pertama, peradilan dinyatakan sebagai suatu sistem atau proses penegakan hukum dan
keadilan. Kedua, penegakan hukum dan keadilan tersebut dilakukan berdasarkan Pancasila.
2. Dasar Hukum
Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi hukum sehingga masyarakat dan para
penyelenggara pemerintahan mendasarkan setiap kegiatan dan kebijaksanaan pada hukum
yang berlaku. Pada hakikatnya, sistem hukum yang berlaku di Indonesia ini berasal dari
percampuran antara sistem hukum Eropa (Belanda), hukum agama, dan hukum adat. Di
samping itu, sistem peradilan yang berlaku di Indonesia tentu berdasarkan Pancasila,
terutama sila kelima yang diturunkan ke dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 24 ayat (2) dan
(3).
Hukum dibuat untuk dipatuhi, bukan dilanggar. Kepatuhan terhadap hukum mengandung arti
bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk memahami peraturan perundang-undangan
yang berlaku, mempertahankan tertib hukum
yang ada, serta menegakkan kepastian hukum. Sikap yang sesuai dengan
ketentuan hukum diwujudkan dengan menaati semua hukum dan norma yang
berlaku, serta diterapkan dalam berbagai hal dan ruang, seperti keluarga,
Selain kepatuhan terhadap hukum dan norma, masih saja ada pihak yang memiliki sikap
yang bertentangan dengan hukum tersebut. Hal ini dapat timbul karena kurangnya
kesadaran hukum dan ketidakpatuhan terhadap hukum berupa pelanggaran hukum yang
dianggap biasa atau ketidaksesuaian hukum yang diberlakukan. Perilaku yang bertentangan
dengan hukum ini telah diatur dalam KUH Pidana atau KUH Perdata.
Menurut Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), ada dua jenis hukuman
atau pidana yang dijatuhkan kepada pelanggar hukum, yaitu pidana pokok dan pidana
tambahan, Pidana pokok meliputi pidana mati, pidana penjara seumur hidup dan sementara,
pidana kurungan, pidana denda, serta pidana tutupan yang dijatuhkan berdasarkan alasan
politik. Pidana tambahan meliputi pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang/aset
tersentu, dan pengumuman keputusan hakim.
Selain kedua faktor tersebut, secara umum, menjalin hubungan internasional ini dilakukan
demi kepentingan nasional meliputi ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan,
dan kedaulatan wilayah. Konsep kepentingan nasional ini menjadi tujuan fundamental yang
mendasari penentuan tindakan dan kebijakan luar negeri. Lebih dari itu, hubungan
internasional juga merupakan usaha memelihara perdamaian dunia. Untuk menyukseskan
terjalinnya hubungan internasional tersebut, suatu negara dapat memanfaatkan kekuatan
dan keamanan negara.
Setiap negara mempunyai kebijakan tersendiri untuk melaksanakan politik luar negeri, tidak
terkecuali Indonesia yang berpegang pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Alinea
keempat. Hal tersebut menjelaskan bahwa Indonesia memiliki tujuan, yaitu ikut serta dalam
perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Pelaksanaan politik luar negeri beserta pola hubungan internasional Indonesia dijelaskan
sebagai berikut.
Prinsip politik luar negeri yang diusung Indonesia adalah bebas dan aktif. Hal ini berarti
bahwa Indonesia tidak mengikatkan diri pada salah satu blok, yaitu blok barat dan blok
timur, melainkan bebas bergaul dengan negara mana pun untuk aktif bekerja sama
mewujudkan perdamaian dunia. Berkaitan dengan ketidakberpihakan terhadap blok tertentu,
Indonesia memiliki garis besar politik sebagai berikut.
Indonesia tidak memilih salah satu kelompok, tetapi menekankan pada peran atau kontribusi
yang dapat diberikan dalam hubungan internasional. Peran Indonesia dalam hubungan
internasional, antara lain memprakarsai Konferesi Asia-Afrika tahun 1955 dan Gerakan
Non-Blok tahun 1961.mengirim pasukan Garuda untuk misi perdamaian PBB, aktif dalam
berbagai organisasi regional maupun internasional seperti ASEAN dan APEC, serta menjadi
anggota dewan HAM PBB. Internasional
Organisasi internasional merupakan wadah kerja sama yang melibatkan beberapa negara
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Beberapa organisasi internasional
yang diikuti oleh Indonesia meliputi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Asosiasi
Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), serta terlibat dalam Gerakan Non-Blok (GNB)..
Bertolak dari peran PBB tersebut, Indonesia juga berperan aktif dalam kegiatan PBB.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Adam Malik, pernah menjabat sebagai ketua sidang ke-26
Majelis Umum PBB. Selain itu, Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB sebanyak tiga kali. Indonesia juga menjadi anggota sejumlah lembaga di bawah
naungan PBB. Bahkan, Indonesia menjadi anggota dewan penasihat pusat penanggulangan
terorisme PBB dan berpartispasi aktif dalam pengembangan dan implementasi norma
perlindungan HAM, serta mengemban berbagai misi perdamaian PBB
ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi ASEAN. Berdirinya ASEAN
dilatarbelakangi oleh persamaan nasib sebagai negara jajahan, kecuali Thailand(karena
tidak pernah diusik oleh negara eropa).Saat ini, ASEAN memiliki 10 anggota negara di Asia
Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam,
Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. torena nego Po
Di ASEAN, Indonesia berperan aktif dalam berbagai hal, di antaranya sebagai pemrakarsa
berdirinya ASEAN, menjadi lokasi kesekretarian ASEAN, mendorong penyelesaian sengketa
batas wilayah di Laut Tiongkok Selatan, serta membentuk berbagai program ASEAN.
Adapun program ASEAN tersebut meliputi ASEAN-RCEP untuk mempertahankan
sentralitas ASEAN di kawasan Asia Pasifik, ASEAN-AFEED untuk mencapai kesetaraan
pembangunan ekonomi, ASEAN-AHA Centre untuk menangani isu kebencanaan,
perlindungan terhadap migran di kawasan ASEAN, dan penyusunan ASEAN-US untuk
menghadapi perundingan perubahan iklim. tonferti
Dalam perjanjian internasional, terdapat istilah-istilah yang sering digunakan oleh setiap
anggota organisasi Internasional seperti berikut.
1. a. Traktat, perjanjian formal berisi persetujuan dua negara atau lebih yang
mencakup bidang ekonomi dan politik.
2. Konvensi, persetujuan formal yang tidak berurusan dengan kebijaksanaan tingkat
tinggi dan bersifat multirateral.
3. Protokol, persetujuan tidak resmi, umumnya tidak dibuat oleh kepala negara.
4. Persetujuan, perjanjian yang bersifat teknis dan administratif.
5. Perikatan, perjanjian yang digunakan untuk transaksi bersifat sementara.
6. Proses verbal, catatan-catatan berkaitan dengan suatu pemufakatan hasil konferensi
diplomatik yang tidak diratifikasi.
7. Piagam, himpunan peraturan yang ditetapkan berdasarkan persetujuan
internasional.
8. Deklarasi, perjanjian internasional berbentuk traktat dan dokumen tidak resmi.
9. Modus vivendi, dokumen berisi catatan persetujuan internasional.
10. Pertukaran nota, metode tidak resmi yang dilakukan oleh negara dan menimbulkan
suatu kewajiban pada pihak yang terlibat.
11. Ketentuan penutup, ringkasan hasil konvensi.
12. Ketentuan umum, traktat yang dapat bersifat resmi maupun tidak resmi.
13. Charter, perjanjian internasional yang digunakan untuk mendirikan suatu badan
yang melakukan fungsi administratif.
14. Pakta, persetuan yang bersifat khusus dan membutuhkan ratifikasi.
15. Covenant, berarti sama dengan piagam yang mengacu pada perjanjian internasional
sebagai konstitusi suatu organisasi internasional.
Bab 5.mengawasi ancaman terhadap
nkri
A. Ancaman terhadap Integrasi Nasional
Ancaman memiliki berbagai bentuk, tujuan, dan cara melakukannya sehingga dapat
dikatakan bahwa ancaman bersifat majemuk. Menurut UU Republik Indonesia No. 17 Tahun
2011 tentang Intelijen Negara, ancaman adalah setiap upaya, pekerjaan, kegiatan, dan
tindakan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dinilai dan/atau dibuktikan dapat
membahayakan keselamatan bangsa, keamanan, kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI, dan
kepentingan nasional di berbagai aspek. Berikut contoh ancaman negara.
Selain ancaman dari PKI, Indonesia juga pernah mendapat ancaman dari Gerakan Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang berasal dari gagasan Kartosuwiryo untuk
membentuk Negara Islam Indonesia. Gerakan ini muncul sebagai bentuk penolakan isu
Perjanjian Renville, yaitu TNI dan para laskar harus meninggalkan wilayah yang telah
dikuasai. Kartosuwiryo dan kawan-kawannya menolak meninggalkan Jawa Barat. Selain di
Jawa Barat, DITII juga berkembang di berbagai wilayah, seperti di Sulawesi Selatan yang
dipimpin Kahar Muzakar, di Aceh yang dipimpin Daud Beureueh, dan di Kalimantan Selatan
yang dipimpin Ibnu Hajar. Untuk menumpas gerakan ini, pemerintah melalui TNI melakukan
operasi militer ke daerah yang menjadi pusat gerakan. Hasilnya, Kartosuwiryo ditangkap
pada 4 Juni 1962 dan Ibnu Hajar ditangkap pada Juni 1963. DI/TII di Sulawesi Selatan
berhasil ditumpas pada 3 Februari 1965 dengan terbunuhnya Kahar Muzakar, sedangkan
DITII di Aceh dapat dilumpuhkan secara bertahap.
Ancaman di bidang politik berupa gerakan separatis yang dilakukan oleh beberapa
kelompok masyarakat yang ingin memisahkan wilayahnya dari NKRI. Aksi yang dilakukan
dapat berupa tindakan kejahatan dan kekerasan sehingga menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan masyarakat. Ada beberapa gerakan separatis yang terjadi di Indonesia,
salah satunya gerakan Republik Maluku Selatan (RMS). Gerakan yang dipimpin oleh Dr.
Soumokil ini merupakan wujud penolakan terhadap integrasi dan ingin membentuk negara
sendiri. RMS beranggapan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari
pemerintah Jepang. Selain itu, mereka juga menolak kedatangan APRIS/ TNI yang hendak
melucuti senjata bekas tentara Belanda. Pergerakan RMS diawali dengan penangkapan
rakyat Maluku yang mendukung NKRI. Namun, gerakan ini berhasil ditumpas pada 3
November 1950 oleh APRIS/TNI dengan merebut Benteng Nieuwe Victoria dan menguasai
Ambon.
Ancaman di bidang politik lainnya dilakukan oleh gerakan separatis di Makassar yang
dipimpin oleh Andi Aziz, mantan perwira KNIL yang tergabung dalam APRIS/KNIL, Andi Aziz
hendak mempertahankan Negara Indonesia Timur (NIT) yang menjadi bagian dari Republik
Indonesia Serikat (RIS). Namun, RIS hanya berlangsung selama 8 bulan pada 27 Desember
1949-17 Agustus 1950. Pasukan APRIS dengan kekuatan KNIL kerap melakukan provokasi
dan konflik dengan APRIS/TNI, serta melakukan tindak kekerasan. Akhirnya tentara
APRIS/KNIL berhasil dikalahkan dalam pertempuran melawan APRIS/ TNI pada 5 Agustus
1950. Gerakan separatis lain terjadi karena ketidakharmonisan hubungan
pemerintah pusat dan daerah berkaitan dengan otonomi daerah dan perimbangan
keuangan, terutama di Sumatra dan Sulawesi. Di Sumatra, gerakan Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) diproklamasikan oleh Achmad Husain pada 16
Februari 1958. Di sisi lain, Letnan Kolonel Ventje Sumual memproklamasikan berdirinya
Perjuangan Rakyat Semesta (Permosta) pada 2 Maret 1957 di Sulawesi. PRRI dan
Permesta sempat bergabung dalam Republik Persatuan Indonesia, tetapi tidak bertahan
lama. PRRI dan Permesta yang semakin menguat membuat pemerintah segera mengambil
tindakan berupa operasi militer yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Yani di Sumatra,
sedangkan di Sulawesi dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat.
Ancaman eksternal di bidang ekonomi berkaitan dengan pengaruh dari luar negara, seperti
ketergantungan terhadap pihak asing, daya saing yang rendah, dan kinerja ekonomi yang
belum baik. Ketergantungan terhadap pihak asing menyebabkan perekonomian dikuasai
oleh pemodal asing dan semakin terdesaknya produk dalam negeri karena maraknya
penggunaan barang-barang impor.
4. Ancaman di Bidang Sosial
Ancaman di bidang budaya muncul bersamaan dengan dinamika kehidupan dalam era
globalisasi, Nilai-nilai budaya Indonesia bercampur aduk dengan nilai-nilai budaya asing
sehingga keberadaan nilai-nilai luhur bangsa semakin melemah, bahkan perlahan-lahan
menghilang. Hal ini juga didukung kemajuan teknologi sebagai media transfer informasi
yang secara tidak langsung menyebabkan pengaruh asing sulit dikontrol. Pengaruh negatif
globalisasi ini meliputi tertanamnya sikap konsumtif, hedonistis, individualistis, dan gejala
westernisasi. Hal inilah yang menyebabkan munculnya kebudayaan yang tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku.
Ancaman dalam bidang ini mengacu pada ancaman militer. Menurut Buku Putih Pertahanan
Indonesia 2008 (BPPI), ancaman militer dilakukan mengunakan kekuatan bersenjata dan
terorganisasi serta dapat membahayakan kedauatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa. Ancaman ini dapat berupa agresi, pelanggaran wilayah,
pemberontakan bersenjata, sabotase dan spionase, aksi teror bersenjata, ancaman
keamanan laut dan udara, sorta konflik komunal. Agresi dapat berbentuk invasi yang
dilakukan dengan mengerahkan kekuatan militer bersenjata untuk menyerang dan
menduduki wilayah suatu negara yang berlangsung secara eskalatif atau penambahan
tekanan sehingga kondisi negara tersebut semakin melemah. Selain agresi, ancaman
berupa pelanggaran wilayah juga kerap terjadi, terutama pada negara yang memiliki wilayah
luas dan terbuka seperti Indonesia.
Ancaman berupa pemberontakan bersenjata pernah dialami oleh bangsa Indonesia yang
dilakukan oleh gerakan G30S/PKI, DI/TII, dan PRRI Permesta. Ancaman tersebut dapat
merobohkan kewibawaan negara dan laju pemerintahan. Selain berasal dari pihak dalam
negeri, pemberontakan juga tidak jarang disokong oleh kekuatan asing. Ancaman yang
terjadi dapat berupa sabotase dan spionase. Sabotase dilakukan untuk mengincar objek
vital nasional dan instalasi strategis, sedangkan spionase dilakukan oleh agen rahasia untuk
mencari atau memperoleh rahasia pertahanan negara dengan memanfaatkan teknologi. Jika
sabotase dapat diatasi dengan meningkatkan kewaspadaan yang didukung teknologi,
spionase dapat diatasi dengan penanganan khusus dengan pendekatan kontraspionase.
C. Ketahanan Nasional
Ada tiga perspektif atau sudut pandang mengenai konsepsi ketahanan nasional yang
dijelaskan sebagai berikut.
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi Kondisi ideal memungkinkan suatu negara
memiliki kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga mampu
menghadapi segala bentuk ancaman dan gangguan.
2. Ketahanan nasional sebagai pendekatan metode atau cara
Sebagai pendekatan yang integral, ketahanan nasional mencerminkan segala aspek,
baik saat membangun maupun pemecahan masalah kehidupan.
3. Ketahanan nasional sebagal doktrin Konsepsi khas Indonesia berupa ajaran
konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaran bernegara.
Berbagai ancaman yang telah dialami Indonesia menumbuhkan banyak gagasan mengenai
pertahanan nasional. Konsepsi mengenai ketahanan nasional Indonesia ini berawal dari
konsepsi kekuatan nasional yang dikembangkan oleh kalangan militer. Pada tahun 1968,
pemikiran tersebut muncul di lingkungan SSKAD yang dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga
Pertahanan Nasional). Gagasan tersebut berkaitan dengan manifestasi ketahanan nasional
dalam bentuk tameng yang terdiri atas unsur-unsur ideologi, ekonomi, sosial, dan militer.
Pada tahun 1972, konsepsi ketahanan nasional dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia diartikan sebagai bersatunya bangsa dengan
keberagaman suku, bahasa, dan adat istiadat yang mendiami wilayah Indonesia menjadi
suatu kebulatan yang utuh dan serasi. Indonesia telah melalui proses yang panjang untuk
mencapai persatuan dan kesatuan hingga memperoleh kemerdekaan yang diproklamasikan
pada 17 Agustus 1945. Hal ini bermula saat bangsa Indonesia melakukan perlawanan
terhadap penjajah yang selalu dapat dilumpuhkan karena perlawanan dilakukan terpisah di
berbagai tempat. Oleh karena itu, untuk merdeka, bangsa Indonesia perlu menyatukan
kekuatan untuk melawan penjajah.
Terbentuknya Boedi Ootomo pada tanggal 20 Mei 1908 menjadi semangat awal bangsa
untuk mencapai kemerdekaan sehingga memicu tumbuhnya semangat kebangsaan bagi
organisasi lain. Selanjutnya, pada tanggal 27-28 Oktober 1928, diselenggarakan Kongres
Pemuda II di Jakarta yang melahirkan Sumpah Pemuda. Ikrar pemuda Indonesia untuk
bersatu dalam Sumpah Pemuda memiliki makna sebagai berikut:
Ada beberapa prinsip yang dipegang untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan sebagai
bangsa. Pertama, Bhinneka Tungal Ika merupakan semboyan bangsa untuk tetap bersatu
dalam NKRI dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Kedua, nasionalisme
merupakan paham kesetiaan tertinggi. seseorang yang dibenkan kepada negara dan
bangsanya hingga tumbuh rasa cinta bangsa dan tanah air. Ketiga, kebebasan yang
bertanggung jawab mengacu pada etika dan norma di masyarakat sebagai hal yang
membatasi kebebasan tersebut. Keempat, wawasan nusantara menjadi cara pandang
bangsa terhadap diri dan lingkungan berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mengatasi segala bentuk ancaman.
Kelima, semangat persatuan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi, yaitu mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan UUD NRI Tahun 1945, Indonesia menganut sistem pembagian kekuasaan,
bukan sistem pemisahan kekuasaan. Hal ini terbukti dari lembaga kenegaraan yang berdiri
sendiri jika dilihat secara konstitusional, tetapi tidak terlepas secara mutlak dari lembaga lain
ketika menjalankan kekuasaan dan wewenangnya. Sebelum adanya perubahan UUD NRI
Tahun 1945, sistem pemerintahan Indonesia menganut sistem pemerintah presidensial.
Hampir semua kewenangan presiden yang diatur dalam UUD NRI Tahun 1945 dilakukan
nyaris tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Oleh
karena itu, pada era reformasi, dilakukan perubahan atau amandemen atas UUD NRI Tahun
1945 yang diharapkan mampu membentuk sistem pemerintahan yang lebih baik
Menjaga keutuhan NKRI merupakan salah satu kewajiban warga negara Indonesia.
Keutuhan NKRI merupakan modal utama untuk menjadi bangsa yang tangguh, terlebih di
era globalisasi ini. Sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab, kita dapat
melakukan perilaku antara lain sebagai berikut.
1. Mengembangkan nasionalisme, mencintai tanah air tidak secara tetapi juga tetap
terbuka terhadap adanya keberagaman masyarakat.
2. Bertoleransi dalam kehidupan agama, menciptakan kehidupan yang damai
berlebihan,dan harmonis dengan berinteraksi secara baik dalam masyarakat.
3. Mengembangkan kesadaran sosial, selektif terhadap pengaruh asing sehingga
kearifan lokal tetap terjaga dan terpelihara.
4. Menghargai semua budaya yang terdapat dalam masyarakat, tidak memandang
sebelah mata suatu kebudayaan karena setiap budaya pasti memiliki nilai-nilai luhur
yang baik.
5. Menyelesaikan konflik dengan akomodatif melalui mediasi, kompromi, dan ajudikasi
untuk menghindari pecahnya konflik, bahkan kekerasan.
Perilaku tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena kita dapat terlibat
langsung dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai generasi
penerus bangsa, sudah sewajarnya kita memiliki sikap dan tindakan menjaga keutuhan
bangsa. Hal tersebut dapat diterapkan di berbagai ruang, seperti keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Beberapa tindakan tersebut antara lain saling menghargai dan menghormati pemeluk
agama dan penganut kepercayaan dan adat istiadat yang berbeda, menggunakan bahasa
Indonesia saat berhubungan dan berkomunikasi dengan suku bangsa lain, berteman dan
bergaul dengan tidak membeda-bedakan suku bangsa, serta memperingati Hari
Kemerdekaan dan Sumpah Pemuda dengan berbagai aktivitas bermanfaat yang dapat
mengembangkan rasa cinta tanah air.