Anda di halaman 1dari 32

Bab 1 ham

a.Konsep Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) merupakan anugerah Tuhan kepada manusia yang diberikan
sejak lahir yang bersifat universal, yaitu tidak mengenal batasan umur, jenis kelamin,
negara, ras, agama, dan budaya. Hal ini menjadi landasan manusia untuk berinteraksi
dengan tujuan menjamin keberadaan harkat dan martabat, serta menjaga keharmonisan
dengan lingkungan.

1. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia


di Dunia Perkembangan hak asasi manusia tidak dapat terlepas dari sejarah penindasan
dan perlakuan sewenang-wenang pihak penguasa kepada kaum yang lemah, seperti
perlakuan diskriminatif. Tindakan penindasan menimbulkan penderitaan, baik korban jiwa
maupun harta benda. Kesadaran manusia untuk lepas dari penindasan melahirkan gerakan
perlawanan dan pemberontakan. untuk memperjuangkan hak asasi

Lahirnya HAM secara tertulis berawal di Inggris pada tahun 1215 dengan adanya Magna
Charta. Pada saat itu, masyarakat Inggris menentang kepemimpinan Raja John yang
sewenang-wenang terhadap rakyat sehingga melahirkan Magna Carta atau Piagam Agung
yang menjadi inspirasi lahirnya perlindungan HAM di tempat lain. Magna Charta diikuti
munculnya piagam- piagam lain, yaitu:

1. aPettition of Rights pada pemerintahan Charles I di Inggris,


2. Habeas Corpus Act pada pemerintahan Charles II di Inggris,
3. Bill of Rights pada pemerintahan William III di Inggris,
4. Declaration of Independence di Amerika Serikat,
5. Declaration Des Droits de L'homme et du Citoyen pada Revolusi Prancis di bawah
pimpinan Laffayete,
6. Atlantic Charter yang dilakukan berdasarkan kesepakatan antara F.D. Roosevelt dan
Winston Churchill, serta
7. Universal Declaration of Human Rights yang dikeluarkan oleh PBB menyerukan
jaminan dan pengakuan hak asasi manusia yang dimuat dalam konstitusi tiap negara
di seluruh dunia

2.Sejarah Perkembangan HAM di Indonesia


a. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908-1945) Periode ini ditandai kemunculan berbagai
organisasi pergerakan nasional
yang tidak lepas dari sejarah pelanggaran HAM yang pernah dilakukan oleh para penjajah.
Organisasi pergerakan nasional tersebut, yaitu:
1. Budi Utomo (1908) memperjuangkan hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat,
2. Sarekat Islam (1911) memperjuangkan hak penghidupan yang layak,bebas
penindasan dan diskriminasi,
3. Indische Partij (1912) memperjuangkan hak mendapatkan kemerdekaan dan
perlakuan yang sama,
4. Perhimpunan Indonesia (1925) memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri,
serta
5. Pendidikan Nasional Indonesia (1931) memperjuangkan hak menentukan nasib
sendiri, mengemukakan pendapat, berserikat dan berkumpul, persamaan hukum,
dan hak dalam penyelenggaraan negara.

B.Periode Sesudah Kemerdekaan (1945-sekarang)

1) Periode 1945-1950
Pada periode ini, hal yang ditekankan adalah hak untuk merdeka, kebebasan berserikat dan
berkumpul melalui organisasi politik, dan kebebasan menyampaikan pendapat, terutama di
parlemen. Legitimasi HAM secara formal tercantum dalam UUD NRI tahun 1945 dan
Maklumat Pemerintah 3 November 1945 yang memberikan keleluasaan kepada rakyat
untuk mendirikan partai politik.

2) Periode 1950-1959
Periode ini merupakan masa pemerintahan parlementer dengan menganut prinsip
demokrasi liberal yang memberi ruang bagi perkembangan lembaga demokrasi.
Perkembangan tersebut meliputi kemunculan partai politik dengan ideologi yang beragam,
adanya kebebasan pers, sistem multipartai dalam pemilu, kendali parlemen atas
pemerintahan, dan wacana pemikiran HAM yang kondusif. Pada periode ini, Indonesia juga
turut menandatangani dan mengesahkan Konvensi Geneva dan Konvensi tentang Hak
Politik Perempuan.

3) Periode 1959-1966
Periode ini merupakan masa demokrasi terpimpin yang pemerintahannya terpusat pada
presiden, parlemen tidak lagi berwenang mengontrol presiden. Tidak ada pemikiran HAM
pada model pemerintahan ini karena pemerintah membatasi hak sipil dan hak politik warga
negara, seperti hak untuk berkumpul dan berserikat.

4) Periode 1966-1998
Periode ini merupakan masa pemerintahan Orde Baru yang memiliki pemikiran HAM
berbeda dalam tiga kurun waktu. Pada tahun 1967, pemerintah mengadakan hak uji material
yang diberikan kepada Mahkamah Agung untuk melindungi kebebasan dasar manusia.
Pada tahun 1970-1980, HAM yang dianggap produk Barat mengalami pemasungan karena
ada pembatasan terhadap produk hukum yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur
budaya bangsa. Pada tahun 1990-an, dibentuk lembaga penegakan HAM, yaitu Komisi
Nasional HAM pada tahun 1993.

5) Periode 1998-sekarang
Periode ini merupakan masa pemerintahan reformasi yang memberikan dampak berarti
pada penegakan dan perlindungan HAM. Pada periode ini, pemerintah melakukan
amandemen UUD NRI tahun 1945 untuk menjamin HAM, menetapkan UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, serta membangun
Kantor Menteri Negara Urusan HAM yang kemudian digabung dengan Departemen Hukum
dan Perundang-undangan menjadi Departemen Kehakiman dan HAM (sekarang
Kemenkumham). Terdapat pula Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia (RANHAM)
tahun 1998-2003 yang dicanangkan oleh Presiden BJ. Habibie. Pada 22 Juni 2015,
ditandatangani Perpres Nomor 75 tentang RANHAM tahun 2015-2019 berdasarkan
pertimbangan RANHAM tahun 2011-2014. RANHAM adalah dokumen yang memuat
sasaran, strategi, dan fokus kegiatan prioritas rencana aksi nasional HAM Indonesia.
RANHAM menjadi acuan kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah dalam
molaksanakan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan, dan pemajuan HAM
bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama,
moral, adat istiadat, budaya, keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.

3. Makna Hak Asasi Manusia

A.pengertian HAM
Secara umum, hak asasi manusia bersifat kodrati dan dimiliki oleh setiap orang yang
berlaku di mana pun dan kapan pun. Ada beberapa pengertian mengenai HAM.
1. Menurut John Locke, sesuai dengan kodratnya, manusia sebagai individu
merupakan makhluk yang bebas dan setara. Manusia memiliki hak kodrati yang tidak
dapat diganggu gugat, meliputi hak hidup, hak merdeka, dan hak memperoleh atau
memiliki kekayaan.
2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa hak asasi
manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, serta dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan, serta perlindungan harkat dan martabat manusia
3. Menurut Prof. Darji Darmodiharjo, hak asasi manusia merupakan hak dasar yang
dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan yang menjadi dasar dari hak dan
kewajiban-kewajiban yang lain.

B. Macam-macam HAM
Perkembangan kehidupan manusia berhubungan pula dengan perkembangan pemaknaan
terhadap HAM dengan tujuan mempertahankan atau mendapatkan hidup yang lebih baik.
Berikut beberapa macam HAM.
1. Hak asasi pribadi, seperti kebebasan mengeluarkan pendapat, serta memilih,
memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan.
2. Hak asasi politik, seperti hak untuk memilih dan dipilih, berkumpul dan berserikat,
serta kebebasan mendirikan partai politik.
3. Hak asasi ekonomi, seperti kebebasan memilih pekerjaan dan mengumpulkan
kekayaan.
4. Hak asasi hukum, seperti hak mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.
5. Hak asasi sosial dan budaya, seperti hak mendapat pendidikan, kesehatan,
berpartisipasi dalam kebudayaan, serta hak mendapat perlindungan terhadap karya
cipta.
6. Hak asasi dalam tata cara peradilan dan perlindungan, seperti hak mendapat
peradilan dan perlindungan dalam penahanan,penangkapan, peradilan, penyitaan,
atau penggeledahan.

C.Makna HAM
HAM merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri setiap manusia sejak dilahirkan ke
dunia yang disesuaikan dengan kodrat manusia sebagai insan merdeka. Tidak ada yang
diperkenankan merampas hak tersebut dari tangan pemiliknya. Hal yang perlu dipahami
adalah HAM tidak bersifat mutlak karena memiliki batasan tertentu. Batas HAM seseorang
adalah HAM yang melekat pada orang lain. Adanya HAM menjadi alat yang berfungsi
menjaga harkat dan martabat manusia sesuai kodratkemanusiaan. Adapun ciri khusus HAM
antara lain:
1. hakiki (ada pada diri manusia sebagai makhluk Tuhan),
2. universal (berlaku untuk semua orang tanpa memandang perbedaan),
3. permanen (tidak dapat dicabut selama manusia itu hidup), dan
4. tidak dapat dibagi (semua orang berhak mendapatkan hak sipil, ekonomi, sosial,
dan budaya).

D. Makna Kewajiban Asasi Manusia


Selain hak asasi, manusia juga mempunyai kewajiban dasar antarmanusia, masyarakat
secara keseluruhan, serta kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kewajiban
asasi adalah kewajiban dasar manusia yang ditekankan dalam UU No. 30 tahun 1909
sebagai seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan
terlaksana, dan tegaknya HAM.

Substansi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Pancasila


Pancasila

Pancasila mengandung nilai-nilai yang memiliki keterkaitan dengan hak dan kewajiban asasi
manusia. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.

1. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Dasar Pancasila


Nilai dasar berkenaan dengan eksistensi suatu hal, mencakup cita-cita, tujuan, tatanan
dasar, dan ciri khasnya. Berikut penjabaran hubungan hak dan kewajiban asasi manusia
dalam nilai dasar Pancasila.

1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan jaminan untuk memeluk agama,
beribadah, dan menghormati perbedaan agama.
2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan jaminan untuk mendapatkan
perlakuan yang adil dan setara, baik di hadapan hukum dan undang-undang maupun
dalam kehidupan sehari-hari, serta mendapatkan pendidikan, penghidupan yang
layak, dan kesejahteraan.
3. Nilai Persatuan Indonesia menuntut kewajiban seluruh warga negara untuk
memelihara persatuan dan kesatuan Indonesia dengan menanamkan rasa cinta
tanah air, melalui sekolah, budaya, dan gerakan-gerakan sosial.
4. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dibuktikan dengan adanya sistem demokrasi yang
baik. Setiap warga negara memiliki hak untuk berpartisipasi di bidang pemerintahan.
5. Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menegaskan hak yang harus
diterima oleh setiap warga negara berupa keadilan dalam pendidikan, kesempatan
mengembangkan diri, berpendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan hak dasar
manusia.

2.Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Pancasila


Nilai instrumental dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman, tetapi tetap mengacu
pada nilai dasar karena merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana,
dan program yang menjadi tindak lanjut nilai dasar. Wujud nilai instrumental ini berupa
peraturan, mulai dari undang-undang dasar hingga peraturan daerah. Beberapa peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia antara lain sebagai berikut.
1. UUD NRI Tahun 1945 beserta amandemennya yang tecermin dalam pembukaan,
Pasal 27, 28, 30, 31, 32, 33, dan 34.
2. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia yang di
dalamnya berisi Piagam HAM.
3. UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan
atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat
Manusia.
4. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat.
5. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. f. UU Nomor 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
6. UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. h. UU Nomor 11 Tahun 2005
tentang Konvensi Internasional yang berisi Hak-Hak Sipil dan Politik.
7. UU Nomor 12 Tahun 2005 tentang Konvensi Internasional yang berisi Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya,
8. UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang

3. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Pancasila


Nilai praksis diwujudkan dalam bentuk tindakan sebagai suatu penerapan nilai-nilai
Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Nilai
praksis berkaitan dengan hak dan kewajiban asasi manusia sesuai sila pertama dapat
diwujudkan dalam bentuk tindakan menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
agama dan kepercayaan masing-masing. Pada nilai praksis, sila kedua dapat diwujudkan
dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Hak dan kewajiban asasi manusia dalam sila
ketiga dapat diwujudkan dengan memelihara ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pada nilai praksis, sila keempat dapat diwujudkan
dengan menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah dengan iktikad baik dan
penuh tanggung jawab, Perwujudan hak dan kewajiban asasi manusia dalam sila kelima
dapat berupa tindakan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

C. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

1. Pengertian dan Jenis Pelanggaran HAM


Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan individu atau kelompok, termasuk aparat
Negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang melawan hukum
dengan mengurangi, menghalangi, dan mencabut hak asasi manusia yang dijamin oleh
negara, serta tidak mendapat atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum
yang adil dan benar bedasarkan mekanisme yang berlaku. Ada dua jenis pelanggaran HAM
berdasarkan pelakunya, yaitu pelanggaran horizontal yang dilakukan oleh individu kepada
individu lain, serta pelanggaran vertikal yang dilakukan oleh aparat negara kepada rakyat.

Jenis pelanggaran HAM berupa kejahatan biasa (ordinary crime) dan kejahatan luar biasa
(extraordinary crime). Contoh pelanggaran HAM yang termasuk kejahatan biasa dapat
berupa pencemaran nama baik, pemukulan, penganiayaan, atau menghalangi kebebasan
berekspresi. Di sisi lain, pelanggaran HAM berupa kejahatan berat meliputi beberapa hal
berikut:
1. Kejahatan terhadap kemanusiaan yang bermotif kekuasaan yang dilakukan secara
sistematis dan meluas.
2. Kejahatan yang menimbulkan teror, kekhawatiran, dan ketakutan dalam diri
masyarakat.
3. Kejahatan yang diakui oleh dunia sehingga harus diselesaikan oleh diselesaikan
pada tingkat nasional.seluruh negara, bahkan menjadi yurisdiksi internasional jika
tidak dapat

2. Penyebab Pelanggaran HAM Penyebab pelanggaran HAM karena adanya faktor internal
dan eksternal.

Faktor internal dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:


1. tidak seimbangnya pelaksanaan hak dan kewajiban asasi yang dapat disebabkan
oleh tidak adanya pihak yang mau mengalah dalam hal menghormati, menjamin, dan
melindungi hak asasi manusia lain sehingga memicu untuk melakukan pelanggaran
HAM;
2. belum adanya kesepahaman mengenai konsep HAM yang bersifat universal,padahal
setiap bangsa memiliki paham dan pelaksanaan yang berbeda dengan bangsa lain;
3. sikap individualisme yang berorientasi pada kepentingan individu, tanpa
memperhatikan kepentingan orang lain;
4. kurangnya kesadaran tentang HAM yang cenderung tidak mengindahkan
5. hak-hak orang lain, terutama jika berbeda pandangan mengenai HAM itu sendiri:
6. rendahnya sikap toleransi sehingga seseorang tidak ragu saat mengambil hak orang
lain atau melakukan pelanggaran HAM.

Selain faktor internal, pelanggaran HAM juga dapat disebabkan oleh faktor eksternal berikut:
1. . lemah dan kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegak hukum, seperti polisi,
jaksa, dan pengadilan sehingga tidak dapat menjamin tegaknya.hukum bagi kasus
pelanggaran HAM;
2. penyalahgunaan kekuasaan yang berkaitan dengan kepentingan yang
menaunginya, baik kepentingan individu maupun kelompok:
3. kemajuan teknologi melalui media televisi, surat kabar, telepon, dan internet yang
tidak jarang berdampak pada mental dan psikologis seseorang akibat kekerasan
verbal, seperti hinaan atau cacian.

3.Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

Beberapa kasus pelanggaran HAM terjadi di Indonesia, bahkan setelah dirumuskan standar
hak asasi manusia yang diterima secara luas oleh bangsa- bangsa di dunia pada paruh
kedua abad ke-20. Kasus polanggaran HAM di Indonesia tersebut adalah sebagai berikut.

a Peristiwa Tanjung Priok (1984).


Tanggal 12 September tahun 1984, terjadi sebuah peristiwa yang dipicu oleh masalah SARA
hingga muncul dugaan pembunuhan, penangkapan dan penahanan yang sewenang-
wenang, penyiksaan, serta penghilangan secara paksa.
Peristiwa Aceh (1990-1998).
Peristiwa ini dipicu oleh politik saat terjadi Daerah Operasi Militer (DOM), yaitu keinginan
pihak. pihak tertentu untuk menjadikan Aceh sebagai negara merdeka sehingga
unsur-unsur. banyak tindakan kekerasan dialami rakyat Aceh.

Kasus terbunuhnya Marsinah (1993). Dalam kasus ini, seorang buruh pabrik yang aktif
memperjuangkan nasib kaum buruh dalam unjuk rasa. Marsinah ditemukan meninggal
dengan luka bekas penyiksaan dan penganiayaan selang beberapa hari setelah unjuk rasa.

d. Kasus terbunuhnya Udin (1996).


Dalam kasus ini, seorang wartawan berpemikiran kritis yang meninggal akibat diserang dua
lelaki tidak dikenal Diduga bahwa penyerangan disebabkan oleh penyelidikan dan tulisan
Udin tentang kasus korupsi dan manipulasi.

e. Tragedi Trisakti dan Semanggi (1998). Dalam peristiwa ini, banyak mahasiswa dan
rakyat sipil meninggal akibat aksi demonstrasi (menuntut kestabilan ekonomi dan menolak
hasil sidang pemerintah) hingga tindakan anarkistis berupa penjarahan dan perusakan.
Rentetan peristiwa 1998 adalah Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I, dan Tragedi Semanggi
II, merupakan salah satu kasus kekerasan terburuk yang pernah terjadi di Indonesia.

F.Peristiwa kekerasan Timor Timur (1999). Peristiwa ini terjadi pascajajak pendapat pada
tanggal 30 Agustus dengan hasil Timor Timur merdeka. Hal tersebut membuat kondisi
memanas hingga terjadi pelanggaran HAM meliputi pembunuhan dan perusakan gedung.

Bab 2 dinamika demokrasi


A.Hakikat Demokrasi

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang biasanya berkembang di negara-negara


yang berbentuk republik atau federal. Paham demokrasi ini memiliki berbagai bentuk karena
digunakan dengan menyesuaikan latar belakang, kondisi, dan kebutuhan suatu negara.

1. Makna Demokrasi

a. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos yang berarti
'masyarakat (rakyat)' dan krotos yang berarti 'aturan atau kekuasaan'. Jadi, demokrasi
berarti kekuasaan di tangan rakyat atau pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Ada beberapa pandangan mengenai pengertian demokrasi sebagai berikut.
1. Menurut Mohammad Hatta, demokrasi merupakan pergantian kedaulatan raja
menjadi kedaulatan rakyat yang dianggap sebagai indikator perkembangan politik
suatu negara.
2. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat,oleh
rakyat, dan untuk rakyat.
3. Philippe C. Schmitter mengemukakan bahwa dalam sistem pemerintahan
demokrasi, pemerintah bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan di wilayah
publik atas permintaan rakyat secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja
sama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.
4. Dalam Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila, demokrasi diartikan
sebagai 'pola pemerintahan yang menempatkan kekuasaan untuk memerintah di
tangan mereka yang diperintah.
5. Menurut Henry Mayo, sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan
kebijakan umum yang ditentukan atas mayoritas wakil- wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan berkala berdasarkan prinsip kesamaan politik dan
jaminan kebebasan politik.
6. Solly Lubis menjelaskan bahwa dalam demokrasi, kekuasaan negara terletak di
tangan sejumlah besar rakyat yang dijalankan untuk kepentingan semua orang.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa negara demokrasi yang
menganut sistem kedaulatan rakyat atas negara senantiasa mengingat kepentingan dan
keinginan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, penentu keputusan, dan
pengontrol pelaksanakan pemerintahan

b. Ciri Pokok Berjalannya Proses Demokrasi

1. Pemerintah menjalankan kehendak dan kepentingan rakyat.


2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pemerintah.
3. Adanya mekanisme tanggung jawab dari pemerintah.

C. Kriteria Menentukan Situasi Demokrasi

1. Kekuasaan, yakni pelaksanaan kekuasaan pemerintah yang demokratis harus


menghormati hak warganya untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik dan
pemerintahan. adanya perlakuan yang sama di depan hukum bagi setiap
2. Keadilan, yakni warga negara.
3. Kesejahteraan, yakni adanya kesempatan yang sama untuk menikmati hasil
pembangunan dan penghidupan yang layak sesuai kemanusiaan.
4. Peradaban, yakni adanya kesempatan pengembangan pendidikan,kreativitas, dan
kebebasan dalam berkarya atau berinovasi.
5. Afeksi, yakni adanya hubungan antara rakyat dan wakil rakyat di lembaga perwakilan
yang bertujuan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat di parlemen.
6. Kebebasan, yakni adanya kebebasan berpikir, berbicara, dan mengemukakan
pendapat sesuai aturan yang berlaku.
7. Keamanan, yakni adanya jaminan bagi seluruh warga negara untuk hidup aman dan
selamat.

2.Klasifikasi Demokrasi
Pelaksanaan demokrasi di berbagai negara belum tentu sama karena pemaknaan dan
muatan yang berbeda dalam hal menyesuaikan kondisi dan kebutuhan dari negara tersebut.
Demokrasi diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal berikut.
3.Cara Menyampaikan Pendapat
1. Demokrasi langsung dilaksanakan dalam suatu negara yang rakyatnya tidak terlalu
banyak. Rakyat dapat menyalurkan hak dan pendapatnya tanpa perwakilan dengan
mengikuti proses pengambilan keputusan.
2. Demokrasi tidak langsung tetap menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi dengan memilih para wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat
dalam pemilihan umum untuk menyalurkan aspirasi dan membuat keputusan politik.
3. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat
memosisikan rakyat sebagai pengawas pelaksanaan pemerintahan oleh wakil rakyat
yang telah dipilih dalam lembaga perwakilan rakyat melalui. referendum. Adapun
referendum yang dapat dijalankan, yaitu referendum wajib (permintaan persetujuan
rakyat terhadap hal yang dianggap penting atau mendasar), referendum tidak wajib
(diajukan dalam waktu tertentu setelah suatu RUU diumumkan), dan referendum
konsultatif (permintaan persetujuan).

b. Titik Berat
1. Demokrasi formal (demokrasi liberal) merupakan sistem demokrasi yang menjunjung
tinggi persamaan dalam bidang politik, tanpa mengurangi atau menghilangkan
kesenjangan dalam bidang ekonomi. Demokrasi formal diterapkan di negara liberal.
(Yang dipimpin Presiden)
2. Demokrasi materiil merupakan sistem demokrasi yang memandang setiap manusia
mempunyai kesamaan dalam bidang sosial-ekonomi sehingga persamaan bidang
politik tidak menjadi prioritas. Demokrasi materiil diterapkan di negara berpaham
sosialis komunis. (Sistemnya)
3. Demokrasi campuran (demokrasi gabungan) merupakan sistem demokrasi yang
berupaya mengambil kebaikan dan membuang keburukan dari demokrasi formal dan
materiil. Demokrasi ini diterapkan di negara yang tidak berpaham liberal ataupun
sosialis komunis. (Non blok)

c. Wewenang dan Hubungan Antaralat Kelengkapan negara


1. Demokrasi parlementer menempatkan parlemen pada kedudukan yang lebih tinggi
dan kuat daripada pemerintah sehingga para menteri bertanggung jawab pada
parlemen. Pada demokrasi ini, kedudukan kepala negara dianggap sebagai simbol
dan tidak dapat diganggu gugat.
2. Demokrasi presidensial menempatkan presiden sebagai pelaku pemerintahan
sehingga kekuasaan eksekutif dijalankan berdasarkan kedaulatan yang dipilih dari
dan oleh rakyat secara langsung ataupun melalui badan perwakilan. Presiden
mempunyai kekuasaan mengangkat dan memberhentikan menteri. Presiden dan
parlemen mempunyai kedudukan

3. Ciri-Ciri dan Prinsip Demokrasi

A.Ciri-Ciri Demokrasi

Ciri utama demokrasi adalah tegaknya hukum di masyarakat (Jaw enforcement) dan
diakuinya HAM oleh setiap anggota masyarakat di suatu negara. Ada beberapa ciri-ciri
demokrasi dari sejumlah nilai yang dikemukakan oleh Henry B. Mayo, yaitu sebagai berikut.
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan melembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
sedang berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai nilai minimum.
5. Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman masyarakat.
6. Menjamin tegaknya keadilan.

Di sisi lain, G. Bingham Powell menyebutkan lima kriteria terwujudnya demokrasi sebagai
berikut.
1.
2. Legitimasi pemerintah berdasarkan klaim mewakili keinginan para warga negara.
3. Klaim pemerintah berdasarkan pemilu yang kompetitif dan dilaksanakan secara
berkala.
4. Kebanyakan orang dewasa ikut serta dalam proses pemilu, bak sebagai pemilih
maupun calon yang dipilih.
5. Para pemilih tidak dapat dipaksa dan suara mereka bersifat rahasia
6. Para warga negara memiliki kebebasan pers, berbicara, berkumpul berorganisasi,
serta membentuk partai politik.

B. Prinsip Demokrasi

Menurut Melvin L. Urofsky, terdapat 11 prinsip dasar yang harus dimiliki suatu negara, yaitu:

1. konstitusionalisme, penggunaan metode tertentu yang telah disepakati untuk


membentuk hukum, pembuatan, dan perubahan undang-undang:
2. pemilihan yang demokratis, pemilihan pemimpin secara bebas oleh rakyat lewat
pemilihan umum dengan cara yang dianggap terbuka dan adil;
3. negara dan pemerintah daerah, pemerintahan sebagian besar dijalankan oleh
pemerintah daerah sebagai wakil rakyat, terutama pada negara dengan wilayah luas
dan masyarakat heterogen;
4. pembuatan hukum dengan mempertimbangkan masukan dan masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung;
5. peradilan yang independen melalui pengadilan yang menjadi lembaga independen
dan bebas dari intervensi, serta tekanan pihak lain;
6. kekuasaan presiden, cara presiden menjalankan kewenangan dengan penuh
tanggung jawab, jangan sampai memicu kediktatoran
7. media yang bebas, kebebasan rakyat untuk menyampaikan sekaligus mendapatkan
akses informasi seluas-luasnya tentang pemerintahan melalui pers;
8. peran kelompok kepentingan, rakyat membentuk kelompok tertentu (kelompok lobi,
kelompok advokasi kepentingan publik dan swasta, serta organisasi nonpemerintah)
untuk menyuarakan aspirasi;
9. hak publik untuk tahu sebagai prinsip akuntabilitas aktivitas pemerintah,
transparansi pemerintah berkaitan dengan kebijakan yang dilakukan;
10. melindungi hak-hak minoritas, kedudukan semua rakyat sama di hadapan hukum
dan pemerintahan;
11. kontrol sipil terhadap militer yang menekankan perannya sebagai pelayan
masyarakat dan melindungi demokrasi, bukan sebagai penguasa masyarakat.

4. Tingkat Persamaan dalam Masyarakat


Tingkat persamaan merupakan hal yang tidak kalah penting dalam sistem pemerintahan
demokrasi yang selalu diusahakan oleh pemerintah. Terdapat Ima ide terpisah atau
kombinasi yang berkenaan dengan masalah tingkat persamaan di dalam masyarakat
sebagai berikut.

A Persamaan Politik
Mencakup persamaan hak suara dan persamaan untuk dipilih sebagai pejabat pemerintah
dengan persyaratan tertentu. Berkaitan dengan persamaan hak suara, setiap individu harus
mempunyai akses mudah dan pantas ke tempat pemilihan; bebas menentukan pilihan
sesuai dengan keinginannya; setiap suara harus diberi nilai yang sama ketika diadakan
perhitungan.

b. Persamaan di Depan Hukum


Hukum menjadi kekuatan yang menyamaratakan semua anggota masyarakat dan
ditetapkan secara adil untuk menerima dan mematuhi konsekuensi yang berlaku.

C.Persamaan Kesempatan
Tidak ada hal yang menghalangi seorang pun untuk bekerja keras guna mencapai prestasi
tertinggi sehingga kehidupan masyarakat dapat mengalami peningkatan atau penurunan
dalam strata atau status sosial.

d. Persamaan Ekonomi
Masyarakat dapat mengelola atau memproduksi barang/jasa untuk mendapatkan tingkat
pendapatan dan kesejahteraan yang memadai, berta adanya dukungan pemerintah berupa
pemberian jaminan minimum keamanan ekonomi.

E.Persamaan Sosial
Hal ini mengacu pada tidak adanya perbedaan status dan kelas di yarakat, serta mencakup
aspek-aspek persamaan kesempatan dalam hal sosial

B. Dinamika Penerapan Demokasi di Indonesia

1. Prinsip-Prinsip Demokrasi di Indonesia

A. Membangun Sistem Politik Demokrasi


Sejak pernyataan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia sudah membangun
sistem pemerintahan demokrasi dengan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi negara yang mengatur hubungan negara
dan masyarakat. Selain itu, ditetapkan pula Pancasila sebagai dasar negara, "Indonesia
Raya sebagai lagu kebangsaan, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, bendera
Merah Putih sebagai bendera nasional, dan presiden-wakil presiden, yaitu Soekarno-Hatta.
Hal-hal tersebut menjadi perangkat kenegaraan yang dilengkapi pembentukan Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada tanggal 29 Agustus 1945
sebagai DPR/MPR

b. Demokrasi Indonesia

Langkah awal demokratisasi di Indonesia dimulai saat diterbitkannya Maklumat Wakil


Presiden No. X Tanggal 3 November 1945 yang berisi anjuran untuk membentuk partai
politik. Selanjutnya, pemerintah merencanakan pelaksanaan pemilu untuk memilih anggota
DPR yang akan diselenggarakan pada tahun 1946, tetapi gagal diselenggarakan hingga
satu dekade setelah kemerdekaan karena belum siapnya perangkat negara. Pada tahun
1953, lahirlah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953 yang menetapkan pelaksanaan pemilu
pertama di Indonesia yang diselenggarakan pada tahun 1955 yang dikuti oleh lebih dari 30
peserta dari perorangan (independen) dan partai polit. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia
ini mengalami pasang surut melalui penerapan tiga model, yaitu demokrasi parlementer
(liberal), demokrasi terpimpin, dan demokrasi Pancasila.

c. Prinsip-Prinsip Demokrasi di Indonesia


Prinsip-prinsip demokrasi di Indonesia mengacu pada sepuluh pilar demokrasi konstitusional
Indonesia menurut Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 sebagai berikut

1. 1) Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa; segala sistem dan perilaku dalam
menyelenggarakan kenegaraan RI taat asas, konsisten, serta sesuai dengan
nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi dengan kecerdasan; mengatur dan menyelenggarakan demokrasi
berdasarkan UUD NRI Tahun 1945 dengan kecerdasan rohaniah, kecerdasan
aqliyah, kecerdasan rasional, dan kecerdasan emosional
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat; memegang prinsip bahwa rakyat memegang
kedaulatan karena kekuasaan tertinggi ada padanya.
4. Demokrasi dengan rule of law; kekuasaan negara mengandung melindung, dan
mengembangkan kebenaran hukum, memberi keadilan hukum, menjamin kepastian
hukum, serta mengembangkan manfaat dan kepentingan hukum
5. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara; penguatan demokrasi melalui
pemisahan kekuasaan negara yang diserahkan kepada badan- badan negara yang
bertanggung jawab disertai sistem pengawasan dan perimbangan.
6. Demokrasi dengan HAM; pengakuan HAM dengan tujuan menghormati dan
meningkatkan martabat dan derajat manusia seutuhnya.
7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka; memberi peluang seluas- luasnya
kepada semua pihak yang berkepentingan untuk mencari dan menemukan hukum
yang seadil-adilnya.
8. Demokrasi dengan otonomi daerah; pembentukan daerah otonom pada provinsi dan
kabupaten/kota untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan pemerintah sebagai
urusan rumah tangga sendiri yang diserahkan Pemerintah Pusat kepadanya.
9. Demokrasi dengan kemakmuran; membangun kemakmuran negara oleh dan untuk
sebesar-besarnya rakyat Indonesia.
10. Demokrasi yang berkeadilan sosial; penyamarataan keadilan sosial di antara
berbagai kelompok, golongan, dan lapisan masyarakat.

2. Periodisasi Perkembangan Demokrasi di Indonesia


a. Demokrasi Liberal (1950-1959)
Demokrasi ini dilaksanakan setelah Maklumat Pemerintah 14 November 1945 dikeluarkan.
Kepala pemerintahan dalam sistem ini diduduki oleh seorang perdana menteri, sementara
presiden menduduki posisi sebagai kepala negara. Perdana menteri dan menteri-menteri
bertanggung jawab kepada parlemen. Pada saat itu, Sutan Syahrir merupakan perdana
menteri pertama yang diangkat dalam kabinet parlementer ini.

Setelah Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, terbentuklah Negara Republik
Indonesia Serikat (RIS) yang menerapkan demokrasi liberal. Pada masa ini, terjadi
beberapa kali pergantian kabinet sebagai berikut.

1. Kabinet Natsir (6 September 1950-27 April 1951) merupakan kabinet pertama yang
lahir pada masa demokrasi liberal yang menjalankan beberapa program, yaitu:
menggiatkan usaha keamanan dan ketenteraman, mencapai konsolidasi dan
menyempurnakan susunan pemerintahan, menyempurnakan organisasi angkatan
perang, mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat, serta memperjuangkan
penyelesaian masalah Irian Barat.
2. Kabinet Sukiman-Soewirjo (27 April 1951-3 April 1952) menjalankan program, yaitu:
menjamin keamanan dan ketenteraman, mengusahakan kemakmuran rakyat dan
memperbarui hukum agrarian agar sesuai dengan kepentingan petani, mempercepat
persiapan pemilihan umum, menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif, serta
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RL.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953) merintis sistem zaken kabinet yang
dibentuk oleh para ahli sesuai bidangnya dengan menjalankan program dalam negeri
berupa penyelenggaraan pemilu meningkatkan kemakmuran dan pendidikan rakyat,
serta pemulihan keamanan. Ada pula program luar negeri yang dijalankan, yaitu
penyelesaian masalah Indonesia Belanda, pengembalian Irian Barat, dan
menjalankan politik luar negeri bebas-aktif
4. Kabinet Ali I atau Kabinet Al-Wongso (31 Jul 1953-12 Agustus 1955) merupakan
kabinet terakhir sebelum diadakan pemilu dan berhasi menyelenggarakan
Konferensi Asia Afrika pada bulan April 1955.
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956) berhad
menyelenggarakan pemilu yang demokratis untuk pertama kali yatu pada 29
September 1955, untuk pemilihan anggota DPR dan pada 15 Desember 1955 untuk
pemilihan anggota Konstituante. Dari 27 partal yang lolos seleksi, ada empat partai
yang mendapat suara terbanyak, yaitu PNI, NU. Masyumi, dan PKI
6. Kabinet A #1 (20 Maret 1956-14 Maret 1957) memiliki program yang disebut
Rencana Pembangunan Lima Tahun, yakni meliputi perjuangan pengembalian Inan
Barat, pembentukan daerah otonom dan percepatan pembentukan DPRD, perbaikan
nasib kaum buruh dan pegawa menyehatkan perimbangan keuangan negara, serta
mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
7. Kabinet Juanda (9 April 1957-10 Juli 1959) merupakan zaken kabinet yang
mengalami pergantian hingga dikeluarkan Dekret Presiden 1959 yang
dilatarbelakangi kegagalan Badan Konstituante dalam menetapkan UUD baru

b. Demokrasi Terpimpin (1959-1956)


Demokrasi liberal dirasa tidak cocok dengan sistem politik Indonesia karena bertentangan
dengan Pancasila (sila ketiga dan keempat), serta ketidakmampuan Konstituante dalam
menyelesaikan masalah kenegaraan Adapun Dekret Presiden yang dikeluarkan pada tahun
1959 menyatakan UUDS 1950 tidak berlaku lagi. Ketentuan pokok yang terdapat dalam
dekret tersebut adalah pembubaran Konstituante, pemberlakuan kembali UUD NRI Tahun
1945, serta pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat Setelah itu, lahirlah sistem
demokrasi terpimpin dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) berupa manifesto
politik, yaitu USDEK (UUD NRI Tahun 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia). Praktik demokrasi terpimpin yang terpusat
pada presiden adalah sebagai berikut.
1. Kewenangan presiden berada di bawah MPR yang tetap tunduk pada presiden.
Presiden dapat menentukan hal yang harus diputuskan MPR
2. Pembubaran DPR hasil pemilu tahun 1960 yang digantikan Dewan Perwakilan
Rakyat Gotong Royong yang diduduki oleh partai besar yang dianggap mewakili
semua golongan.
3. Pengangkatan Presiden Soekarno sebagai presiden seumur hidup dalam Sidang
UMUM MPRS tahun 1963,
4. Pengusulan prinsip Nasakom untuk melanggengkan kedudukan presiden sebagai
pemimpin besar revolusi.

Konsep nasakom ini memberi peluang kepada PKI untuk memperluas dan mengembangkan
pengaruh hingga puncaknya terjadi pemberontakan oleh PKI dengan Gerakan 30
September 1965 (G30S/PKI). Rakyat pun memunculkan gerakan menurunkan Presiden
Soekarno dari jabatan. Turunnya Soekarno sebagai presiden digantikan oleh Mayjen
Soeharto pada tahun 1966. Dengan demikian, Indonesia memasuki era politik Orde Baru
(Orba).

c. Demokrasi Pancasila pada Orde Baru (Orba) (1966-1998)

Pada masa ini, pelaksanaan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 hendak dilakukan secara
murni dan konsekuen dalam menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan
stabilitas nasional dengan mengedepankan ekonomi di segala bidang demi mempercepat
proses pembangunan bangsa. Sebagai pengganti Soekarno pasca-Orde Lama, Presiden
Soeharto resmi dilantik pada tahun 1968. Selanjutnya, pada masa Orde Baru, pemerintah
berhasil menyelenggarakan pemilu sebanyak enam kali, yaitu pada tahun 1971, 1977, 1985,
1987, 1992, dan 1997.

Proses pembangunan sesuai koridor Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 berjalan hingga
tahun 1970-an, tetapi pada akhir tahun 1980-an dan 1990-an, pembangunan ekonomi
berubah menjadi sistem mercusuar dan panglima. Ini menyebabkan kesenjangan ekonomi
atau tingkat kesejahteraan tidak merata. Selain itu, praktik KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotisme) semakin tumbuh, baik dalam masyarakat maupun tubuh pemerintah. Masa Orba
ini berakhir pada tahun 1998 yang dipicu munculnya gerakan perlawanan rakyat, yaitu
Gerakan Reformasi Mei 1998, Pemerintahan Presiden Soeharto pun berakhir setelah
selama 32 tahun memimpin Indonesia.

d. Demokrasi Era Reformasi


Era ini berlangsung setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri dan diganti oleh Presiden
BJ. Habibie hingga saat ini. Indikator demokrasi diwujudkan kembali, yaitu pemberian
kebebasan pers dan pemberlakuan sistem multipartai dalam pemilu. Pasca-Orba, Indonesia
melaksanakan pemilu pada 7 Juni 1999 yang diikuti 48 parpol. Selain itu, terjadi pergantian
presiden pada 20 Oktober 1999 yang dilakukan secara voting oleh MPR dengan hasil
Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden.
Dalam perkembangannya, pada 23 Juli 2001, MPR/DPR mengadakan pemilihan presiden
dan wakil presiden karena mandat yang diberikan kepada Presiden Abdurrahman Wahid
dicabut oleh MPR. Hasil dari pemilihan tersebut adalah Megawati Soekarnoputri menjadi
presiden dan Hamzah Haz sebagai

oleh rakyat yang diikuti oleh 24 parpol dan dilaksanakan dalam tiga tahap. Pada tahun 2004,
Indonesia menyelenggarakan pemilu secara langsung Tahap pertama dilakukan pemilihan
DPR, DPRD provinsi, DPRD kota/kabupaten, dan DPD pada tanggal 5 April. Tahap kedua
dilakukan pemilihan presiden dan wakil presiden tahap pertama pada tanggal 5 Juli. Tahap
ketiga dilakukan pemilihan presiden dan wakil presiden tahap kedua pada tanggal 20
September. Hasil pemilu presiden dan wakil presiden periode 2004-2009 ini dimenangkan
oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Pemilihan dengan sistem
langsung ini juga dilakukan pada tahun 2009 yang menghasilkan Susilo Bambang
Yudhoyono dan Boediono sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2009-2014.
Pemilu pun berlanjut pada tahun 2014 yang menempatkan Joko Widodo sebagai presiden
dan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden periode 2014-2019.

Adapun demokrasi yang terjadi pada era reformasi ini menunjukkan bahwa kebebasan
masyarakat dalam menggunakan haknya menjadi semakin terbuka dan meluas. Dengan
demikian, masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap pemerintahan secara
terbuka dan kritis.

C. Membangun Kehidupan yang Demokratis di Indonesia

1. Pentingnya Kehidupan yang Demokratis


Paham demokrasi yang diusung bangsa Indonesia berpedoman pada nilai-nilai Pancasila.
Sila keempat menjadi dasar filsafat negara dan dasar politik negara yang mengandung
unsur kerakyatan, permusyawaratan, dan kedaulatan rakyat. Untuk mewujudkan hal
tersebut, tidaklah mudah. Oleh karena itu, semua komponen masyarakat dan pemerintah
harus berperan aktif untuk mendukung tegaknya nilai-nilai yang demokratis.

2. Perilaku yang Mendukung Tegaknya Nilai-Nilai Demokratis


Mewujudkan kehidupan yang demokratis tentu didukung dengan perilaku yang demokratis
pula. Hal ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari hingga menjadi suatu kebiasaan.
Adapun perilaku demokratis yang dapat dilakukan, di antaranya menjunjung tinggi
persamaan, menjaga keseimbangan hak dan kewajiban, membudayakan sikap bijak dan
adil, membiasakan musyawarah dalam mengambil keputusan, serta mengutamakan
persatuan dan kesatuan nasional, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun
sekolah.
Bab 3 sistem hukum peradilan
A. Sistem Hukum di Indonesia

1. Makna dan Karakteristik Hukum

a. Pengertian Hukum

Berbagai pengertian hukum yang dikemukakan oleh para ahli berikut dapat dijadikan
pegangan untuk memahami hukum. Menurut Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan
syarat yang karenanya kehendak bebas seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
kehendak bebas orang lain menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan. Adapun E.
Utrecht menyatakan bahwa hukum merupakan himpunan petunjuk hidup yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat untuk selalu ditaati agar tidak terjadi pelanggaran.
Adapun definisi lain juga dikemukakan oleh J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto
yang menyebut hukum sebagai Peraturan yang bersifat memaksa dan menentukan tingkah
laku manusia,dibuat oleh badan resmi yang berwajib sehingga jika terjadi pelanggaran akan
mendapat hukuman tertentu. Adapun S.M. Amin, S.H. merumuskan hukum sebagai
peraturan yang terdiri atas norma, sanksi, dan tujuan hukum, yaitu mewujudkan ketertiban
dan keamanan dalam masyarakat. Selain itu, Mochtar Kusumaatmadja mendefinisikan
hukum sebagai keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur ketertiban meliputi lembaga
dan proses agar diberlakukan secara nyata dalam kehidupan.

b. Unsur, Cirl, Kaldah, dan Sifat Hukum

Unsur hukum terdiri atas peraturan mengenai tingkah laku manusia, pengadaan peraturan
dilakukan oleh badan resmi berwajib, bersifat memaksa, serta pemberlakuan sanksi tegas
terhadap pelanggaran. Selain terdiri atas unsur tertentu, hukum memiliki ciri-ciri, yaitu
adanya perintah atau larangan yang harus dipatuhi oleh setiap orang. Adapun jika ditinjau
dari isinya, kaidah hukum terdiri atas perintah, larangan, dan perkenan yang tidak
mengandung perintah atau larangan, tetapi bersifat mengikat secara, hukum. Berdasarkan
kaidah tersebut, hukum memiliki sifat mengatur dan memaksa agar selalu ditaati, jika tidak,
akan mendapat sanksi.

2. Penggolongan Hukum
Hukum dapat dibagi berdasarkan sumber, bentuk, tempat berlaku, waktu berlaku, cara
mempertahankan, sifat, wujud, pribadi yang diatur, dan isi masalah yang diatur.

1. Menurut sumbernya, hukum terbagi atas hukum undang-undang, hukum adat dan
hukum kebiasaan, hukum yurisprudensi, dan traktat.
2. Menurut bentuknya, hukum terbagi atas hukum tertulis dan tidak tertulis.
3. Menurut tempat berlakunya, hukum terbagi atas hukum nasional, hukum
internasional, dan hukum asing.
4. Menurut waktu berlakunya, hukum terbagi atas hukum positif yang berlaku
sekarang, hukum negatif yang berlaku mendatang, dan hukum universal yang
menyangkut hukum asasi atau hukum alam.
5. Menurut cara mempertahankannya, hukum terbagi atas hukum materia dan hukum
formal.
6. Menurut sifatnya, hukum terbagi atas hukum memaksa dan hukum melengkapi
7. Menurut wujudnya, hukum terbagi atas hukum objektif dan hukum subjektif. h.
Menurut pribadi yang mengaturnya, hukum terbagi atas hukum satu golongan,
hukum antar golongan, dan hukum semua golongan.
8. Menurut isi masalah yang diaturnya, hukum terbagi atas hukum publik dan hukum
privat. Adapun perbedaan hukum publik dan hukum privat adalah sebagai berikut.

Hukum publik
1. Mengutamakan pengaturan kepentingan umum
2. Mengatur hal bersifat umum.
3. Dipertahankan oleh negara melalui jaksa.
4. Tidak mengenal asas perdamaian.
5. Gugatan tidak dapat dicabut.
6. Sanksi umum berupa hukuman mati, penjara kurungan, denda, dan hukuman
tambahan.

Hukum privat
1. Mengutamakan kepentingan individu
2. Mengatur hal bersifat khusus. Dipertahankan oleh individu.
3. Mengutamakan asas perdamaian yang diupayakan oleh hakim.
4. Gugatan dapat ditarik setiap saat.
5. Sanksi perdata berupa denda atau penjara kurungan sebagai ganti denda.

3. Tujuan Hukum
Tujuan hukum bersifat universal, yaitu menciptakan ketertiban, ketenteraman, kedamaian,
kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. O. Notohamidjojo
mengemukakan tiga tujuan hukum, yaitu menciptakan tata tertib dan kedamaian dalam
masyarakat, mewujudkan keadilan, serta memanusiakan manusia.

4. Fungsi Hukum
Hukum memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai pengatur tata tertib hubungan masyarakat, sarana
mewujudkan keadilan lahir batin, dan penggerak pembangunan.

5. Sumber Hukum Indonesia


Sumber hukum merupakan segala hal yang menimbulkan aturan dengan kekuatan
memaksa untuk memberlakukan sanksi tegas kepada pelanggarnya. Adapun sumber
hukum formal yang merupakan perwujudan isi atau materi hukum material yang
menentukan keberlakuan hukum itu sendiri. Sumber hukum formal terbagi atas
undang-undang, hukum tidak tertulis, keputusan hakim, traktat, dan doktrin.

a. Undang-Undang (UU) atau Statuta


Dalam arti material, UU merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan isi
yang mengikat secara umum dan berlaku bagi semua warga negara, seperti UUD, perpu,
dan perda. Dalam arti formal,UU merupakan peraturan yang disebut UU karena bentuknya.

b. Hukum Tidak Tertulis atau Kebiasaan


Hukum tidak tertulis berdasarkan kebiasaan merupakan perbuatan terhadap hal yang sama
diulang-ulang, serta diterima dan diakui oleh masyarakat yang juga disebut konvensi. Hal ini
dapat digunakan oleh hakim untuk memutuskan perkara yang belum pernah diatur dalam
UU.

c. Keputusan Hakim atau Yurisprudensi Hal ini berarti penggunaan keputusan hakim
terdahulu sebagai pedoman oleh hakim lain untuk memutuskan perkara serupa yang tidak
diatur oleh UU. Dengan demikian, hakim yang sedang menangani perkara tersebut
menafsirkan dan membentuk hukum baru dengan mempelajari putusan hakim terdahulu.

d.Traktat
Traktat merupakan perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih berkaitan dengan
persoalan tertentu antarnegara. Ada dua jenis traktat, yaitu traktat bilateral yang dibuat oleh
dua negara secara tertutup serta traktat multilateral yang dibuat oleh lebih dari dua negara
dan bersifat terbuka.

e. Doktrin
Doktrin berasal dari pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas
penting hukum beserta penerapannya. Doktrin dapat menjadi sumber hukum formal melalui
yurisprudensi.

6. Tata Hukum Indonesia


Aturan-aturan hukum yang ditata sedemikian rupa sehingga saling berhubungan dan
menentukan diberlakukan dalam suatu negara berdasarkan pengesahan yang dilakukan
oleh presiden disebut tata hukum. Tata hukum di Indonesia tentu saja tidak bertentangan
dengan UUD NRI Tahun 1945. Hal ini juga berlaku terhadap peraturan-peraturan yang ada
sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, tetapi hanya bersifat sementara karena belum
ada peraturan baru yang sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945.

B. Mencermati Sistem Peradilan di Indonesia

1. Pengertian dan Tujuan

Sistem peradilan Indonesia yang bertujuan mewujudkan keadilan hukum ini merupakan
suatu mekanisme dari keseluruhan komponen peradilan nasional, pihak dalam proses
peradilan, hierarki kelembagaan peradilan, serta komponen lain yang bersifat prosedural
mencakup proses penyelidikan, penuntutan, dan pemeriksaan. Dengan demikian, peradilan
selalu berkaitan dengan pengadilan. Bahkan, istilah peradilan ini tercantum dalam UU No.
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang mengandung beberapa unsur.
Pertama, peradilan dinyatakan sebagai suatu sistem atau proses penegakan hukum dan
keadilan. Kedua, penegakan hukum dan keadilan tersebut dilakukan berdasarkan Pancasila.

2. Dasar Hukum
Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi hukum sehingga masyarakat dan para
penyelenggara pemerintahan mendasarkan setiap kegiatan dan kebijaksanaan pada hukum
yang berlaku. Pada hakikatnya, sistem hukum yang berlaku di Indonesia ini berasal dari
percampuran antara sistem hukum Eropa (Belanda), hukum agama, dan hukum adat. Di
samping itu, sistem peradilan yang berlaku di Indonesia tentu berdasarkan Pancasila,
terutama sila kelima yang diturunkan ke dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 24 ayat (2) dan
(3).

3. Klasifikasi Lembaga Peradilan


Menurut UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan UU lain yang berkaitan,
badan peradilan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis peradilan berikut
1. Peradilan umum terdiri atas pengadilan negeri, pengadilan tinggi, serta pengadilan
khusus yang mencakup pengadilan anak, niaga, HAM, tindak pidana korupsi,
hubungan industrial, dan perikanan. Pengadilan negeri bertugas memeriksa dan
memutuskan perkara pada tingkat pertama dari segala perdata dan pidana sipil
untuk semua golongan. Di sisi lain, pengadilan tinggi bertugas dan berwenang
mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat banding.
2. Peradilan agama terdiri atas pengadilan agama, pengadilan tinggi agama, dan
pengadilan khusus yang mencakup peradilan syariah Islam di Aceh. Pengadilan
agama bertugas memeriksa dan memutuskan perkara-perkara yang timbul antara
rakyat yang beragama Islam dalam hal perkawinan, warisan, wasiat, hibah, wakaf,
zakat, infak, sedekah, dan ekonomi syariah.
3. Peradilan militer terdiri atas pengadilan militer, pengadilan militer tinggi,pengadilan
militer utama, dan pengadilan militer pertempuran. Terdapat istilah oditurat dalam
peradilan militer, yaitu badan TNI yang melaksanakan kekuasaan pemerintahan
negara dalam hal penuntutan dan penyidikan di Lingkungan angkatan bersenjata
berdasarkan pelimpahan Panglima TNI
4. Peradilan tata usaha negara terdiri atas pengadilan tata usaha negara,pengadilan
tinggi tata usaha negara, dan pengadilan khusus yang mencakup pengadilan pajak.

4. Perangkat Lembaga Peradilan


Selain menjadi pedoman pengklasifikasian badan peradilan, UU No. 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman juga menjelaskan beberapa hal berikut.
1. Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Agung beserta badan
peradilan yang berada di bawahnya dan Mahkamah Konstitusi.
2. Mahkamah Agung (MA) memiliki kewenangan untuk mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan perundang-undangan, dan kewenangan lain yang diatur dalam
UU. Hal tersebut terjadi karena MA merupakan pengadilan negara tertinggi di semua
lingkungan peradilan, serta lepas dari pengaruh pemerintah.
3. Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki kewenangan untuk menguji UU terhadap UUD
NRI Tahun 1945, dan memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
diberikan oleh UUD NRI Tahun 1945. MK melakukan kekuasaan kehakiman secara
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.
4. Komisi Yudisial mempunyai kewenangan untuk mengusulkan pengangkatan hakim
agung, serta menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan
perilaku hakim untuk dilaporkan kepada MA, MK, DPR, dan presiden. Komisi Yudisial
bersifat mandiri dan bebas dari pengaruh kekuasaan lain

5. Peran Lembaga Peradilan


Berdasarkan Pancasila, lembaga peradilan berperan untuk menerapkan, serta menegakkan
hukum dan keadilan. Adapun penerapan hukum dan keadilan tersebut harus dilaksanakan
berdasarkan asas-asas berikut.
1. . Memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara dengan hadirnya terdakwa atau
adanya ketentuan lain UU.
2. Tidak menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara dengan dalih
tidak ada hukum atau kurang jelas.
3. Tidak membeda-bedakan orang.
4. Membantu pencari keadilan dan mengatasi hambatan terselenggaranya peradilan.
5. Meminta banding kepada pengadilan tinggi oleh pihak yang bersangkutan setelah
putusan pengadilan tingkat pertama.
6. Menganggap setiap orang yang dihadapkan di depan pengadilan tidak bersalah
sebelum ada keputusan.
7. Penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dilakukan atas perintah
tertulis dari pemilik kekuasaan sah. h. Menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan,khususnya hakim.
8. Memberikan hak ganti rugi, rehabilitasi, dan kekuatan hukum tetap kepada orang
yang diadili tanpa alasan berdasarkan UU atau terjadi kekeliruan.
9. Menghadapkan seseorang ke pengadilan berdasarkan ketentuan UU k. Setiap orang
yang tersangkut masalah berhak memperoleh bantuan hukum.
10. Melakukan kasasi kepada MA setelah putusan pengadilan tingkat banding.
11. Pihak yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada MA setelah
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

C. Menampilkan Sikap yang Sesuai dengan Hukum

Hukum dibuat untuk dipatuhi, bukan dilanggar. Kepatuhan terhadap hukum mengandung arti
bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk memahami peraturan perundang-undangan
yang berlaku, mempertahankan tertib hukum

yang ada, serta menegakkan kepastian hukum. Sikap yang sesuai dengan

ketentuan hukum diwujudkan dengan menaati semua hukum dan norma yang

berlaku, serta diterapkan dalam berbagai hal dan ruang, seperti keluarga,

sekolah, masyarakat, dan negara.

Selain kepatuhan terhadap hukum dan norma, masih saja ada pihak yang memiliki sikap
yang bertentangan dengan hukum tersebut. Hal ini dapat timbul karena kurangnya
kesadaran hukum dan ketidakpatuhan terhadap hukum berupa pelanggaran hukum yang
dianggap biasa atau ketidaksesuaian hukum yang diberlakukan. Perilaku yang bertentangan
dengan hukum ini telah diatur dalam KUH Pidana atau KUH Perdata.

Menurut Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), ada dua jenis hukuman
atau pidana yang dijatuhkan kepada pelanggar hukum, yaitu pidana pokok dan pidana
tambahan, Pidana pokok meliputi pidana mati, pidana penjara seumur hidup dan sementara,
pidana kurungan, pidana denda, serta pidana tutupan yang dijatuhkan berdasarkan alasan
politik. Pidana tambahan meliputi pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang/aset
tersentu, dan pengumuman keputusan hakim.

Bab 4 peran indonesia dalam


perdamaian
A. Peran Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui
Hubungan Internasional

1. Makna Hubungan Internasional


Hubungan internasional ini dapat diartikan secara umum dan mendalam sebagai berikut.
Secara umum, hubungan internasional merupakan hubungan antarbangsa, mulai dari warga
negara, badan hukum, hingga negara itu sendiri. Secara mendalam, hubungan internasional
dipahami sebagai suatu interaksi aktif beberapa pihak dari berbagai negara yang
berpartisipasi dalam politik internasional dengan wadah kerja sama negara berupa
organisasi internasional. Oleh karena itu, hubungan internasional ini juga dapat diartikan
sebagai suatu hubungan kerja sama antarbangsa,

2. Pentingnya Hubungan Internasional bagi Indonesia


Tidak ada negara yang dapat hidup tanpa berhubungan dengan negara lain hingga memiliki
ketergantungan tertentu satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan internasional
menjadi suatu hal yang mutlak diperlukan oleh suatu negara. Ini terjadi karena beberapa
faktor, baik internail maupun eksternal. Faktor internal yang membuat hubungan
internasional penting adalah kekhawatiran adanya acaman-terhadap kelangsungan hidup
suatu negara. Di sisi lain, faktor eksternal perlunya menjalin hubungan internasional adalah
kebutuhan untuk meminta bantuan dan bekerja sama dengan negara lain guna
memecahkan berbagai masalah, baik ekonomi, politik, maupun sosial.

Selain kedua faktor tersebut, secara umum, menjalin hubungan internasional ini dilakukan
demi kepentingan nasional meliputi ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan,
dan kedaulatan wilayah. Konsep kepentingan nasional ini menjadi tujuan fundamental yang
mendasari penentuan tindakan dan kebijakan luar negeri. Lebih dari itu, hubungan
internasional juga merupakan usaha memelihara perdamaian dunia. Untuk menyukseskan
terjalinnya hubungan internasional tersebut, suatu negara dapat memanfaatkan kekuatan
dan keamanan negara.

3. Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menjalin Hubungan Internasional

Setiap negara mempunyai kebijakan tersendiri untuk melaksanakan politik luar negeri, tidak
terkecuali Indonesia yang berpegang pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Alinea
keempat. Hal tersebut menjelaskan bahwa Indonesia memiliki tujuan, yaitu ikut serta dalam
perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Pelaksanaan politik luar negeri beserta pola hubungan internasional Indonesia dijelaskan
sebagai berikut.

a.Politik Luar Negeri Bebas Aktif

Prinsip politik luar negeri yang diusung Indonesia adalah bebas dan aktif. Hal ini berarti
bahwa Indonesia tidak mengikatkan diri pada salah satu blok, yaitu blok barat dan blok
timur, melainkan bebas bergaul dengan negara mana pun untuk aktif bekerja sama
mewujudkan perdamaian dunia. Berkaitan dengan ketidakberpihakan terhadap blok tertentu,
Indonesia memiliki garis besar politik sebagai berikut.

1. Tidak terikat pada pakta-pakta militer, serta menghapuskan atau mengurangi


ketegangan internasional.
2. Menghindari penyelesaian konflik dengan cara kekerasan, melainkan melalui
perundingan.
3. Menghapuskan penjajahan sehingga hubungan antarnegara berdasarkan prinsip
hidup berdampingan secara damai.

Indonesia tidak memilih salah satu kelompok, tetapi menekankan pada peran atau kontribusi
yang dapat diberikan dalam hubungan internasional. Peran Indonesia dalam hubungan
internasional, antara lain memprakarsai Konferesi Asia-Afrika tahun 1955 dan Gerakan
Non-Blok tahun 1961.mengirim pasukan Garuda untuk misi perdamaian PBB, aktif dalam
berbagai organisasi regional maupun internasional seperti ASEAN dan APEC, serta menjadi
anggota dewan HAM PBB. Internasional

B.Pola Hubungan Internasional Indonesia Pola hubungan internasional yang dilakukan


Indonesia adalah kerja sama bilateral, regional, dan multilateral. Beberapa bentuk kerja
sama bilateral pernah dilakukan oleh Indonesia dengan Vietnam, India, Jepang, Argentina,
Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Di sisi lain, kerja sama regional yang pernah dilakukan
Indonesia, yaitu terselenggaranya East Asia Summit (EAS) dan Southwest Pasific Dialogue
(SwPD). Selain itu, kerja sama multirateral yang pernah dilakukan Indonesia meliputi
penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika dan Peacebuilding Commission (PBC).

4. Sarana Hubungan Internasional


Sarana hubungan internasional menurut J. Frankel adalah diplomasi, regoisasi, lobi,
propaganda, serta bidang aktivitas ekonomi dan kekuatan militer. Diplomasi merujuk pada
seluruh kegiatan pelaksanaan politik luar negeri melalui komunikasi antarpelaku politik
internasional dan instrumen untuk mencapai tujuan kebijakan politik luar negeri suatu
negara. Negosiasi dilakukan untuk menyelesaikan masalah antara dua negara tanpa
melibatkan orang ketiga melalui perundingan. Lobi dilakukan untuk memengaruhi negara
tertentu dengan memastikan pandangan negaranya tersampaikan dengan baik dan dapat
dijalankan dengan lancar. Di sisi lain, propaganda dilakukan untuk memengaruhi pikiran,
emosi, dan tindakan demi kepentingan masyarakat umum. Sarana ekonomi dapat
diterapkan saat masa damai dengan menyerahkannya kepada lembaga-lembaga
internasional. Namun, saat terjadi perang, sarana ekonomi digunakan untuk membatasi
hubungan perdagangan. Kekuatan militer yang kuat penting untuk menumbuhkan keyakinan
dan kepercayaan diri suatu negara dalam menjalin hubungan internasional
B. Peran Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui
Organisasi Internasional

Organisasi internasional merupakan wadah kerja sama yang melibatkan beberapa negara
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Beberapa organisasi internasional
yang diikuti oleh Indonesia meliputi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Asosiasi
Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), serta terlibat dalam Gerakan Non-Blok (GNB)..

1. Peran Indonesia dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa


24 Orteler 1395 anggota ke-60. Namun, Indonesia sempat keluar dari PBB pada tahun
Indonesia secara resmi menjadi anggota PBB pada tahun 1950, sebagai 1965-dan
bergabung kembali pada 28 September 1966. Keikutsertaan Indonesia sebagai anggota
dikarenakan Indonesia telah merasakan peran PBB untuk mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia, di antaranya dalam pembentukan KTN (Komisi Tiga Negara) yang
mengawasi Perjanjian Renville, pembentukan UNCI untuk menyelesaikan sengketa antara
Indonesia dan Belanda melalui Perundingan Roem-Royen, serta pembentukan UNTEA
sebagai administrator sementara Irian Barat.

Bertolak dari peran PBB tersebut, Indonesia juga berperan aktif dalam kegiatan PBB.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Adam Malik, pernah menjabat sebagai ketua sidang ke-26
Majelis Umum PBB. Selain itu, Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB sebanyak tiga kali. Indonesia juga menjadi anggota sejumlah lembaga di bawah
naungan PBB. Bahkan, Indonesia menjadi anggota dewan penasihat pusat penanggulangan
terorisme PBB dan berpartispasi aktif dalam pengembangan dan implementasi norma
perlindungan HAM, serta mengemban berbagai misi perdamaian PBB

2. Peran Indonesia dalam ASEAN

ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi ASEAN. Berdirinya ASEAN
dilatarbelakangi oleh persamaan nasib sebagai negara jajahan, kecuali Thailand(karena
tidak pernah diusik oleh negara eropa).Saat ini, ASEAN memiliki 10 anggota negara di Asia
Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam,
Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. torena nego Po

Di ASEAN, Indonesia berperan aktif dalam berbagai hal, di antaranya sebagai pemrakarsa
berdirinya ASEAN, menjadi lokasi kesekretarian ASEAN, mendorong penyelesaian sengketa
batas wilayah di Laut Tiongkok Selatan, serta membentuk berbagai program ASEAN.
Adapun program ASEAN tersebut meliputi ASEAN-RCEP untuk mempertahankan
sentralitas ASEAN di kawasan Asia Pasifik, ASEAN-AFEED untuk mencapai kesetaraan
pembangunan ekonomi, ASEAN-AHA Centre untuk menangani isu kebencanaan,
perlindungan terhadap migran di kawasan ASEAN, dan penyusunan ASEAN-US untuk
menghadapi perundingan perubahan iklim. tonferti

3. Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok(dulu kaa)


Indonesia merupakan perintis dan pemrakarsa lahirnya Gerakan Non-Blok yang merupakan
alternatif bagi negara-negara yang tidak ingin terlibat dalam perang dingin antara blok barat
dan blok timur. Pada umumnya, negara yang bergabung dalam GNB merupakan negara
berkembang. Berkaitan dengan peran dalam GNB, Indonesia aktif dalam mempersiapkan
penyelenggaraan KTT GNB yang pertama di Beograd, Yugosavia pada tahun 1981. Pada
KTT GNB yang ke-10 tahun 1992, Indonesia berperan sebagai tuan rumah. Bahkan,
Presiden Soeharto pernah menjabat sebagai ketua GNB pada periode 1992-1995.

C. Perjanjian Internasional yang Dilakukan Indonesia

1. Definisi Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional dilakukan berdasarkan kesepakatan antara negara-negara sebagai


anggota organisasi bangsa-bangsa hingga menjadi suatu ikatan hukum. Tujuannya adalah
melaksanakan hukum tertentu yang mempunyai akibat hukum tertentu pula, contohnya
Piagam PBB. Menurut Oppenheimer-Lauterpacht, diperlukan beberapa hal dalam perjanjian
internasional, yaitu adanya negara-negara yang bergabung dalam organisasi, kesediaan
mengadakan ikatan hukum, adanya kesepakatan untuk melakukan suatu hal, serta
kesediaan menanggung akibat hukum.

2. Istilah-istilah dalam Perjanjian Internasional

Dalam perjanjian internasional, terdapat istilah-istilah yang sering digunakan oleh setiap
anggota organisasi Internasional seperti berikut.
1. a. Traktat, perjanjian formal berisi persetujuan dua negara atau lebih yang
mencakup bidang ekonomi dan politik.
2. Konvensi, persetujuan formal yang tidak berurusan dengan kebijaksanaan tingkat
tinggi dan bersifat multirateral.
3. Protokol, persetujuan tidak resmi, umumnya tidak dibuat oleh kepala negara.
4. Persetujuan, perjanjian yang bersifat teknis dan administratif.
5. Perikatan, perjanjian yang digunakan untuk transaksi bersifat sementara.
6. Proses verbal, catatan-catatan berkaitan dengan suatu pemufakatan hasil konferensi
diplomatik yang tidak diratifikasi.
7. Piagam, himpunan peraturan yang ditetapkan berdasarkan persetujuan
internasional.
8. Deklarasi, perjanjian internasional berbentuk traktat dan dokumen tidak resmi.
9. Modus vivendi, dokumen berisi catatan persetujuan internasional.
10. Pertukaran nota, metode tidak resmi yang dilakukan oleh negara dan menimbulkan
suatu kewajiban pada pihak yang terlibat.
11. Ketentuan penutup, ringkasan hasil konvensi.
12. Ketentuan umum, traktat yang dapat bersifat resmi maupun tidak resmi.
13. Charter, perjanjian internasional yang digunakan untuk mendirikan suatu badan
yang melakukan fungsi administratif.
14. Pakta, persetuan yang bersifat khusus dan membutuhkan ratifikasi.
15. Covenant, berarti sama dengan piagam yang mengacu pada perjanjian internasional
sebagai konstitusi suatu organisasi internasional.
Bab 5.mengawasi ancaman terhadap
nkri
A. Ancaman terhadap Integrasi Nasional

Ancaman memiliki berbagai bentuk, tujuan, dan cara melakukannya sehingga dapat
dikatakan bahwa ancaman bersifat majemuk. Menurut UU Republik Indonesia No. 17 Tahun
2011 tentang Intelijen Negara, ancaman adalah setiap upaya, pekerjaan, kegiatan, dan
tindakan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dinilai dan/atau dibuktikan dapat
membahayakan keselamatan bangsa, keamanan, kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI, dan
kepentingan nasional di berbagai aspek. Berikut contoh ancaman negara.

1. Ancaman di Bidang Ideologi


Berkaitan dengan bidang ideologi, beberapa kelompok melakukan perlawanan untuk
menumbangkan Pancasila dan menggantinya dengan ideologi yang diusung kelompok.
Salah satu ancaman yang pernah terjadi di Indonesia adalah pemberontakan Partai
Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan pertama terjadi di Madiun, Jawa Timur, pada
September 1948 yang dipimpin oleh Musso. Pemberontakan ini dapat diakhin dengan
operasi militer yang dipimpin Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel Sungkono. Pemberontakan
kedua terjadi pada 30 September 1965 (G30S/PKI) dengan tujuan mengambil alih
kekuasaan. Terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap sejumlah perwira tinggi AD
(Angkatan Darat), serta penguasaan terhadap RRI Pusat dan gedung telekomunikasi.
Gerakan ini berhasil ditumpas oleh Mayor Jendral Soeharto yang menjabat sebagai
Panglima Kostrad.

Selain ancaman dari PKI, Indonesia juga pernah mendapat ancaman dari Gerakan Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang berasal dari gagasan Kartosuwiryo untuk
membentuk Negara Islam Indonesia. Gerakan ini muncul sebagai bentuk penolakan isu
Perjanjian Renville, yaitu TNI dan para laskar harus meninggalkan wilayah yang telah
dikuasai. Kartosuwiryo dan kawan-kawannya menolak meninggalkan Jawa Barat. Selain di
Jawa Barat, DITII juga berkembang di berbagai wilayah, seperti di Sulawesi Selatan yang
dipimpin Kahar Muzakar, di Aceh yang dipimpin Daud Beureueh, dan di Kalimantan Selatan
yang dipimpin Ibnu Hajar. Untuk menumpas gerakan ini, pemerintah melalui TNI melakukan
operasi militer ke daerah yang menjadi pusat gerakan. Hasilnya, Kartosuwiryo ditangkap
pada 4 Juni 1962 dan Ibnu Hajar ditangkap pada Juni 1963. DI/TII di Sulawesi Selatan
berhasil ditumpas pada 3 Februari 1965 dengan terbunuhnya Kahar Muzakar, sedangkan
DITII di Aceh dapat dilumpuhkan secara bertahap.

2. Ancaman di Bidang Politik

Ancaman di bidang politik berupa gerakan separatis yang dilakukan oleh beberapa
kelompok masyarakat yang ingin memisahkan wilayahnya dari NKRI. Aksi yang dilakukan
dapat berupa tindakan kejahatan dan kekerasan sehingga menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan masyarakat. Ada beberapa gerakan separatis yang terjadi di Indonesia,
salah satunya gerakan Republik Maluku Selatan (RMS). Gerakan yang dipimpin oleh Dr.
Soumokil ini merupakan wujud penolakan terhadap integrasi dan ingin membentuk negara
sendiri. RMS beranggapan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari
pemerintah Jepang. Selain itu, mereka juga menolak kedatangan APRIS/ TNI yang hendak
melucuti senjata bekas tentara Belanda. Pergerakan RMS diawali dengan penangkapan
rakyat Maluku yang mendukung NKRI. Namun, gerakan ini berhasil ditumpas pada 3
November 1950 oleh APRIS/TNI dengan merebut Benteng Nieuwe Victoria dan menguasai
Ambon.

Ancaman di bidang politik lainnya dilakukan oleh gerakan separatis di Makassar yang
dipimpin oleh Andi Aziz, mantan perwira KNIL yang tergabung dalam APRIS/KNIL, Andi Aziz
hendak mempertahankan Negara Indonesia Timur (NIT) yang menjadi bagian dari Republik
Indonesia Serikat (RIS). Namun, RIS hanya berlangsung selama 8 bulan pada 27 Desember
1949-17 Agustus 1950. Pasukan APRIS dengan kekuatan KNIL kerap melakukan provokasi
dan konflik dengan APRIS/TNI, serta melakukan tindak kekerasan. Akhirnya tentara
APRIS/KNIL berhasil dikalahkan dalam pertempuran melawan APRIS/ TNI pada 5 Agustus
1950. Gerakan separatis lain terjadi karena ketidakharmonisan hubungan

pemerintah pusat dan daerah berkaitan dengan otonomi daerah dan perimbangan
keuangan, terutama di Sumatra dan Sulawesi. Di Sumatra, gerakan Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) diproklamasikan oleh Achmad Husain pada 16
Februari 1958. Di sisi lain, Letnan Kolonel Ventje Sumual memproklamasikan berdirinya
Perjuangan Rakyat Semesta (Permosta) pada 2 Maret 1957 di Sulawesi. PRRI dan
Permesta sempat bergabung dalam Republik Persatuan Indonesia, tetapi tidak bertahan
lama. PRRI dan Permesta yang semakin menguat membuat pemerintah segera mengambil
tindakan berupa operasi militer yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Yani di Sumatra,
sedangkan di Sulawesi dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat.

3. Ancaman di Bidang Ekonomi

Ancaman di bidang ekonomi dikelompokkan menjadi ancaman internal dan ancaman


eksternal. Ancaman internal meliputi inflaal, pengangguran, infrastruktur, dan kebijakan
ekonomi. Inflasi yang cenderung tinggi memengaruhi laju perekonomian negara. Hal ini
dapat diatasi dengan meningkatkan pajak, pengawasan harga, serta meningkatkan
pengaturan pengeluaran dan penerimaan negara oleh pemerintah. Pengangguran secara
langsung dan tidak langsung dapat memengaruhi produktivitas dan pendapatan negara. Hal
ini dapat diatasi dengan cara memperbaiki pasar tenaga kerja, mengadakan pelatihan, dan
menciptakan program padat karya. Infrastruktur yang menjadi ancaman di bidang ekonomi
ini berkaitan dengan tidak meratanya pertumbuhan dan perkembangan di berbagai daerah.
Kebijakan ekonomi yang mungkin menjadi ancaman ini disebabkan belum jelasnya
kebijakan tersebut sehingga menyebabkan kegamangan ketika melakukan perilaku
ekonomi.

Ancaman eksternal di bidang ekonomi berkaitan dengan pengaruh dari luar negara, seperti
ketergantungan terhadap pihak asing, daya saing yang rendah, dan kinerja ekonomi yang
belum baik. Ketergantungan terhadap pihak asing menyebabkan perekonomian dikuasai
oleh pemodal asing dan semakin terdesaknya produk dalam negeri karena maraknya
penggunaan barang-barang impor.
4. Ancaman di Bidang Sosial

Ancaman di bidang sosial didorong oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,


dan ketidakadilan yang dapat menyerang persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme,
dan patriotisme. Watak kekerasan dikhawatirkan dapat memicu konflik antarmasyarakat dan
konflik vertikal antara pemerintah pusat dan daerah. Hal tersebut dapat berproses secara
meluas hingga menghasilkan efek domino yang akan melemahkan kualitas bangsa
Indonesia.

5. Ancaman di Bidang Budaya

Ancaman di bidang budaya muncul bersamaan dengan dinamika kehidupan dalam era
globalisasi, Nilai-nilai budaya Indonesia bercampur aduk dengan nilai-nilai budaya asing
sehingga keberadaan nilai-nilai luhur bangsa semakin melemah, bahkan perlahan-lahan
menghilang. Hal ini juga didukung kemajuan teknologi sebagai media transfer informasi
yang secara tidak langsung menyebabkan pengaruh asing sulit dikontrol. Pengaruh negatif
globalisasi ini meliputi tertanamnya sikap konsumtif, hedonistis, individualistis, dan gejala
westernisasi. Hal inilah yang menyebabkan munculnya kebudayaan yang tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku.

6. Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan

Ancaman dalam bidang ini mengacu pada ancaman militer. Menurut Buku Putih Pertahanan
Indonesia 2008 (BPPI), ancaman militer dilakukan mengunakan kekuatan bersenjata dan
terorganisasi serta dapat membahayakan kedauatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa. Ancaman ini dapat berupa agresi, pelanggaran wilayah,
pemberontakan bersenjata, sabotase dan spionase, aksi teror bersenjata, ancaman
keamanan laut dan udara, sorta konflik komunal. Agresi dapat berbentuk invasi yang
dilakukan dengan mengerahkan kekuatan militer bersenjata untuk menyerang dan
menduduki wilayah suatu negara yang berlangsung secara eskalatif atau penambahan
tekanan sehingga kondisi negara tersebut semakin melemah. Selain agresi, ancaman
berupa pelanggaran wilayah juga kerap terjadi, terutama pada negara yang memiliki wilayah
luas dan terbuka seperti Indonesia.

Ancaman berupa pemberontakan bersenjata pernah dialami oleh bangsa Indonesia yang
dilakukan oleh gerakan G30S/PKI, DI/TII, dan PRRI Permesta. Ancaman tersebut dapat
merobohkan kewibawaan negara dan laju pemerintahan. Selain berasal dari pihak dalam
negeri, pemberontakan juga tidak jarang disokong oleh kekuatan asing. Ancaman yang
terjadi dapat berupa sabotase dan spionase. Sabotase dilakukan untuk mengincar objek
vital nasional dan instalasi strategis, sedangkan spionase dilakukan oleh agen rahasia untuk
mencari atau memperoleh rahasia pertahanan negara dengan memanfaatkan teknologi. Jika
sabotase dapat diatasi dengan meningkatkan kewaspadaan yang didukung teknologi,
spionase dapat diatasi dengan penanganan khusus dengan pendekatan kontraspionase.

Mengancam keselamatan bangsa dengan menebarkan ketakutan hingga menimbulkan


korban tanpa rasa kemanusiaan disebut terorisme, termasuk aksi teror bersenjata.
Perkembangannya dilakukan dengan mengikuti perkembangan politik, iptek, dan lingkungan
strategis. Terorisme yang terjadi di Indonesia mengadopsi pola terorisme internasional yang
juga menjadi ancaman global. Ancaman lainnya berupa gangguan terhadap stabilitas
keamanan wilayah yurisdiksi nasional Indonesia, terlebih kondisi Indonesia yang berada di
perlintasan transportasi dunia (maritim ataupun dirgantara). Bentuk ancaman ini berupa
penyelundupan, perompakan, pencurian kekayaan laut, hingga pencemaran lingkungan.
Selain itu, ancaman berupa konflik komunal juga menjadi gangguan keamanan dalam negeri
yang dapat diatasi dengan cara pendekatan penegakan hukum untuk mencegah
merebaknya konflik.

Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap Bidang Ideologi,


Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, serta Pertahanan dan Keamanan
dalam Membangun Integrasi Nasional

1. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Ideologi


Usaha mengatasi ancaman di bidang ideologi dapat dilakukan dengan kebijakan dan
langkah politik yang tepat dan intensif untuk memperkuat ideologi Pancasila dan mencegah
meluasnya pengaruh ideologi lain.

2. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Politik


Mengatasi ancaman di bidang politik dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu
pendekatan ke dalam dan pendekatan ke luar. Pendekatan e dalam dititikberatkan pada
pembangunan dan penataan sistem politik dalam negeri yang sehat dan dinamis dalam
kerangka demokrasi dengan menghargai pluralisme. Di sisi lain, pendekatan ke luar
diarahkan pada strategi yang dinamis dan upaya diplomatik untuk membangun kerja dengan
negara lain sehingga tercipta kondisi yang tepat untuk mencegah dan mengurangi konflik
antarnegara.

3. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Ekonomi


Melalui penataan sistem ekonomi yang sehat dan berdaya saing, Indonesia dapat
mengatasi ancaman di bidang ekonomi, baik yang berdimensi internal maupun eksternal.
Ancaman ekonomi berdimensi internal dititikberatkan pada prioritas kebijakan ekonomi
untuk memberantas kemiskinan dan mengoptimalkan produktivitas manusia. Di sisi lain,
ancaman ekonomi berdimensi eksternal dapat diatasi dengan membangun dan menjaga
hubungan dengan negara- negara utama dalam tatanan ekonomi global.

4. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Sosial Budaya


Transfer budaya dan nilai-nilai merupakan hal yang paling disoroti sebagai ancaman di
bidang sosial dan budaya akibat perkembangan teknologi, serta munculnya isu kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Cara mengatasi ancaman tersebut adalah
dengan menggalakkan program untuk meningkatkan rasa cinta terhadap bangsa dan
negara, memberi dorongan pelestarian budaya lokal, serta memberi batasan terhadap
media yang memberi dampak buruk terhadap bangsa.

5. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan


Ancaman yang berdampak langsung pada kedaulatan dan keutuhan wilayah ini dapat
diatasi atau ditanggulangi dengan menyelenggarakan lapis diplomasi yang didukung oleh
lapis perlawanan tidak bersenjata dan lapis pertahanan militer dengan menyiagakan
segenap kekuatan TNI di seluruh Indonesia. Upaya yang juga tidak kalah penting adalah
menumbuhkan dan embangkitkan nasionalisme bangsa Indonesia

C. Ketahanan Nasional

1. Perspektif Ketahanan Nasional

Ada tiga perspektif atau sudut pandang mengenai konsepsi ketahanan nasional yang
dijelaskan sebagai berikut.
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi Kondisi ideal memungkinkan suatu negara
memiliki kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga mampu
menghadapi segala bentuk ancaman dan gangguan.
2. Ketahanan nasional sebagai pendekatan metode atau cara
Sebagai pendekatan yang integral, ketahanan nasional mencerminkan segala aspek,
baik saat membangun maupun pemecahan masalah kehidupan.
3. Ketahanan nasional sebagal doktrin Konsepsi khas Indonesia berupa ajaran
konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaran bernegara.

2. Gagasan Ketahanan Nasional

Berbagai ancaman yang telah dialami Indonesia menumbuhkan banyak gagasan mengenai
pertahanan nasional. Konsepsi mengenai ketahanan nasional Indonesia ini berawal dari
konsepsi kekuatan nasional yang dikembangkan oleh kalangan militer. Pada tahun 1968,
pemikiran tersebut muncul di lingkungan SSKAD yang dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga
Pertahanan Nasional). Gagasan tersebut berkaitan dengan manifestasi ketahanan nasional
dalam bentuk tameng yang terdiri atas unsur-unsur ideologi, ekonomi, sosial, dan militer.
Pada tahun 1972, konsepsi ketahanan nasional dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional.

Bab 6. Persatuan dan kesatuan


bangsa
A. Makna Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia diartikan sebagai bersatunya bangsa dengan
keberagaman suku, bahasa, dan adat istiadat yang mendiami wilayah Indonesia menjadi
suatu kebulatan yang utuh dan serasi. Indonesia telah melalui proses yang panjang untuk
mencapai persatuan dan kesatuan hingga memperoleh kemerdekaan yang diproklamasikan
pada 17 Agustus 1945. Hal ini bermula saat bangsa Indonesia melakukan perlawanan
terhadap penjajah yang selalu dapat dilumpuhkan karena perlawanan dilakukan terpisah di
berbagai tempat. Oleh karena itu, untuk merdeka, bangsa Indonesia perlu menyatukan
kekuatan untuk melawan penjajah.

Terbentuknya Boedi Ootomo pada tanggal 20 Mei 1908 menjadi semangat awal bangsa
untuk mencapai kemerdekaan sehingga memicu tumbuhnya semangat kebangsaan bagi
organisasi lain. Selanjutnya, pada tanggal 27-28 Oktober 1928, diselenggarakan Kongres
Pemuda II di Jakarta yang melahirkan Sumpah Pemuda. Ikrar pemuda Indonesia untuk
bersatu dalam Sumpah Pemuda memiliki makna sebagai berikut:

1. awal tumbuhnya kesadaran hidup berbangsa dan bernegara,


2. menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu,
3. menandai adanya lambang pemersatu bangsa, yaitu bendera Merah Putih I dan lagu
"Indonesia Raya", dan
4. menggalang dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa

Ada beberapa prinsip yang dipegang untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan sebagai
bangsa. Pertama, Bhinneka Tungal Ika merupakan semboyan bangsa untuk tetap bersatu
dalam NKRI dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Kedua, nasionalisme
merupakan paham kesetiaan tertinggi. seseorang yang dibenkan kepada negara dan
bangsanya hingga tumbuh rasa cinta bangsa dan tanah air. Ketiga, kebebasan yang
bertanggung jawab mengacu pada etika dan norma di masyarakat sebagai hal yang
membatasi kebebasan tersebut. Keempat, wawasan nusantara menjadi cara pandang
bangsa terhadap diri dan lingkungan berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mengatasi segala bentuk ancaman.
Kelima, semangat persatuan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi, yaitu mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

B. Kehidupan Bernegara dalam Konsep Negara Kesatuan Republik


Indonesia

Berdasarkan UUD NRI Tahun 1945, Indonesia menganut sistem pembagian kekuasaan,
bukan sistem pemisahan kekuasaan. Hal ini terbukti dari lembaga kenegaraan yang berdiri
sendiri jika dilihat secara konstitusional, tetapi tidak terlepas secara mutlak dari lembaga lain
ketika menjalankan kekuasaan dan wewenangnya. Sebelum adanya perubahan UUD NRI
Tahun 1945, sistem pemerintahan Indonesia menganut sistem pemerintah presidensial.
Hampir semua kewenangan presiden yang diatur dalam UUD NRI Tahun 1945 dilakukan
nyaris tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Oleh
karena itu, pada era reformasi, dilakukan perubahan atau amandemen atas UUD NRI Tahun
1945 yang diharapkan mampu membentuk sistem pemerintahan yang lebih baik

Berbagai perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan perubahan


amandemen ini disusun agar dapat memperbaiki sistem presidensial. Dalam hal ini,
unsur-unsur dari sistem pemerintahan parlementer diambil, selain melakukan pembaharuan.
Perubahan baru tersebut meliputi pemilihan secara langsung, sistem bikameral (DPD dan
DPR), mekanisme check and balance, serta pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada
DPR untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran Sistem pemerintahan yang
dijalankan oleh pemerintah Indonesia disebut sistem pemerintahan demokrasi,

. Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan Kesatuan


Bangsa Indonesia

1. Faktor Pendorong Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia


Persatuan dan kesatuan bangsa tentu sangat penting bagi keberlangsungan dan masa
depan suatu negara. Beberapa hal berikut menjadi faktor pendorong terwujudnya persatuan
dan kesatuan yang harus dipahami oleh seluruh rakyat Indonesia.

1. Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa yang mengandung


nilai-nilai luhur bangsa dan perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap
warga negara Indonesia.
2. Sumpah pemuda, ikrar yang menyatakan pentingnya persatuan dan kesatuan
bangsa, bahkan telah ditanamkan sejak Indonesia dalam masa penjajahan dan tetap
relevan dengan keadaan Indonesia hingga masakini.
3. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, hal yang perlu dipegang teguh oleh bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan multikultural agar tetap satu.
4. Semangat kebersamaan, dengan melakukan perilaku gotong-royong, menjaga
solidaritas, dan memiliki toleransi keagamaan

2. Faktor Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia


Di samping faktor pendorong, ada pula faktor penghambat yang sebaiknya dihindari agar
persatuan dan kesatuan tetap terjaga. Faktor penghambat persatuan dan kesatuan bangsa
meliputi beberapa hal berikut.

1. Keberagaman masyarakat Indonesia, meskipun merupakan sebuah anugerah,


keberagaman tersebut juga dapat menjadi kelemahan karena prasangka tertentu
terhadap kelompok yang berbeda dapat memicu perselisihan
2. . Indonesia memiliki wilayah yang luas dengan ribuan pulau, kondisi ini dapat
menimbulkan banyak kekhawatiran, salah satunya adanya daerah yang hendak
memisahkan diri dari NKRI, terutama pada daerah yang jauh dari pusat atau memiliki
kekayaan alam yang besar,
3. Ketidakpuasan terhadap ketimpangan ekonomi dan tidak meratanya pembangunan
ekonomi, biasanya terjadi pada daerah yang memiliki potensi tertentu, tetapi tidak
mendapat keuntungan atau justru merugi.

D. Perilaku yang Menunjukkan Sikap Menjaga Keutuhan Negara


Kesatuan Republik Indonesia

Menjaga keutuhan NKRI merupakan salah satu kewajiban warga negara Indonesia.
Keutuhan NKRI merupakan modal utama untuk menjadi bangsa yang tangguh, terlebih di
era globalisasi ini. Sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab, kita dapat
melakukan perilaku antara lain sebagai berikut.
1. Mengembangkan nasionalisme, mencintai tanah air tidak secara tetapi juga tetap
terbuka terhadap adanya keberagaman masyarakat.
2. Bertoleransi dalam kehidupan agama, menciptakan kehidupan yang damai
berlebihan,dan harmonis dengan berinteraksi secara baik dalam masyarakat.
3. Mengembangkan kesadaran sosial, selektif terhadap pengaruh asing sehingga
kearifan lokal tetap terjaga dan terpelihara.
4. Menghargai semua budaya yang terdapat dalam masyarakat, tidak memandang
sebelah mata suatu kebudayaan karena setiap budaya pasti memiliki nilai-nilai luhur
yang baik.
5. Menyelesaikan konflik dengan akomodatif melalui mediasi, kompromi, dan ajudikasi
untuk menghindari pecahnya konflik, bahkan kekerasan.

Perilaku tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena kita dapat terlibat
langsung dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai generasi
penerus bangsa, sudah sewajarnya kita memiliki sikap dan tindakan menjaga keutuhan
bangsa. Hal tersebut dapat diterapkan di berbagai ruang, seperti keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

Beberapa tindakan tersebut antara lain saling menghargai dan menghormati pemeluk
agama dan penganut kepercayaan dan adat istiadat yang berbeda, menggunakan bahasa
Indonesia saat berhubungan dan berkomunikasi dengan suku bangsa lain, berteman dan
bergaul dengan tidak membeda-bedakan suku bangsa, serta memperingati Hari
Kemerdekaan dan Sumpah Pemuda dengan berbagai aktivitas bermanfaat yang dapat
mengembangkan rasa cinta tanah air.

Anda mungkin juga menyukai