– Hak asasi manusia ( HAM ) merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia sejak
dalam kandungan dan bersifat universal ( dimiliki semua manusia tanpa memandang jenis kelamin,
negara, ras, agama, dan budaya).
– Tujuannya untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat manusia serta menjaga
keharmonisan dengan lingkungan sekitarnya.
1) Budi Utomo (1908), organisasi ini memperjuangkan hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat
2) Sarekat Islam (1911), organisasi ini memperjuangkan hak penghidupan yang layak dan bebas dari
penindasan dan diskriminasi rasial
3) Indische Partij (1912), organisasi ini memperjuangkan hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan
perlakuan yang sama
4) Perhimpunan Indonesia (1925), organisasi ini memperjuangkan hak untuk menentukan nasib
sendiri.
5) Pendidikan Nasional Indonesia (1931), memperjuangkan hak untuk menentukan nasib sendiri,
hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka
hokum, dan hak turut serta dalam penyelenggaraan negara.
Legitimasi HAM secara formal tercantum dalam UUD NRI Tahun 1945 dan Maklumat Pemerintah 3
Nopember 1945
2). Periode 1950-1959
Periode ini lebih memberi ruang bagi perkembangan lembaga demokrasi, seperti:
kebebasan
Pada periode ini Indonesia menandatangani dan mengesahkan (ratifikasi) 2 Konvensi HAM
internasional ( Konvensi Genewa dan Konvensi tentang Hak Politik Perempuan)
– Periode ini awal demokrasi terpimpin, kekuasaan terpusat pada presiden. Pemerintah membatasi
dengan hak sipil, dan hak politik warga nrgara, seperti hak untuk berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pikiran dengan tulisan
Periode ini masa pemerintahan Orde Baru. Pemikiran HAM pada periode ini dalam 3 kurun waktu
yaitu:
a) Tahun 1967, pemerintah melindungi kebebasan dasar manusia dengan adanya hak uji material
yang diberikan kepada MA
b) Tahun 1970-1980, pemerintah cenderung melakukan pemasungan HAM dalam produk hukum
yang bersifat restriktif (membatasi) HAM.
– Pergantian pemerintah dari Orde Baru ke Orde Reformasi berdampak besar terhadap penegakan
dan perlindungan HAM di Indonesia.
– Pada periode ini pemerintah melakukan amandemen UUD NRI Tahun 1945 untuk menjamin HAM
– Pemerintah menetapkan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM
3. Makna HAM
a. Pengertian HAM
● John Locke berpendapat bahwa individu sesuai dengan kodratnya adalah makhluk yang bebas dan
setara. Manusia memiliki hak kodrati yang meliputi hak hidup (right to life), hak untuk merdeka
(right to liberty), dan hak untuk memperoleh/memiliki kekayaan (right to property). Hak ini tidak
dapat diganggu gugat atau bersifat mutlak
● UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ( HAM) : Pasal 1 (1)
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
● Prof. Darji Darmodiharjo mengatakan bahwa hak-hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang
dibawa mabusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak asasi itu menjadi
MATERI
– Jan Materson, anggota Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengartikan
HAM sebagai hak-hak yang melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu manusia tidak dapat
hidup sebagai manusia.
– Dari pengertian tersebut, maka pada hakekatnya dalam HAM terkandung dua makna, yaitu:
1. HAM merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri setiap manusia sejak ia dilahirkan ke dunia.
2. HAM merupakan instrumen atau alat untuk menjaga harkat dan martabat manusia sesuai dengan
kodrat kemanusiannya yang luhur
Thomas Jefferson, Hak dapat berupa: hak untuk hidup (rights of life), hak untuk kebebasan (liberty)
dan diikuti adanya tujuan dari hak itu, yaitu kebahagiaan/kesejahteraan manusia
1) Hakiki, yaitu ada pada setiap diri manusia sebagai makhluk Tuhan
2) Universal, yaitu hak itu berlaku untuk semua orang di mana saja, tanpa memandang status, ras,
harga diri, gender, atau perbedaan lainnya
3) Permanen atau tidak dapat dicabut, yaitu hak itu tetap selama manusia itu hidup dan tidak dapat
dihapus oleh siapapun
4) Tidak dapat dibagi, yaitu semua orang mendapatkan semua hak, apakah itu hak sipil atau hak
politik, ekonomi, social, dan budaya
❖ UU No. 39 Tahun 1999, Kewajiban asasi/kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban
yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana, dan tegaknya HAM
❖ Hak dan kewajiban merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keduanya memiliki hubungan sebab
akibat. Seseorang mendapatkan haknya setelah menjalankan kewajiban.
Nilai Dasar :
● Merupakan suatu nilai yang bersifat abstrak dan tetap, yang terlepas dari pengaruh perubahan
waktu. Nilai dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu, mencakup cita-cita, tujuan, tatanan
dasar, dan ciri khasnya.
● Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan, Nilai
Kerakyatan, dan Nilai Keadilan.
Hubungan antara hak dan kewajiban asasi manusia dalam nilai dasar Pancasila yaitu:
memberikan jaminan dan hak bagi setiap warga negara untuk memeluk agama, beribadah dan
menghormati perbedaan agama. Tidak boleh ada diskriminasi dan intimidasi terhadap kegiatan
keagamaan yang dilakukan.
Memberikan jaminan dan hak bagi setiap warga negara untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan
setara di hadpan hukum dan undang-undang maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hak
mendapatkan pendidikan, penghidupan yang layak dan kesejahteraan.
Menuntut kewajiban bagi warga negara untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Menanamkan rasa cinta tanah air, gerakan “100% Cinta Indonesia”.
Nilai instrumental :
● Merupakan penjabaran dari nilai dasar untuk kurun waktu dan kondisi tertentu. Nilai instrumental
dapat disesuaikan dengan kondisi tuntutan zaman, namun tetap mengacu pada nilai dasar yang
dijabarkannya.Nilai dasar merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana maupun
program yang menindak lanjuti nilai dasar.
● Perwujudan nilai instrumental umumnya berbentuk peraturan mulai dari Undang-Undang Dasar
hingga peraturan daerah.
a. UUD NRI Tahun 1945, Pasal 27, 28, 28 A – 28 J, 29, 30, 31, 32, 33, 34.
Pengadilan HAM
h. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2005 tentang Kovensi Internasional tentang
Hak-hak Sipil dan Politik
i. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2005 tentang Kovensi Internasional Hak- hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya.
k. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Korban dan
Saksi dalam pelanggaran HAM yang Berat.
l. Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2002 tentang Kompensasi,Restitusi, Rehabilitasi terhadap
Korban Pelanggaran HAM Berat
n. Keputusan Presiden Nomor 83 tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Nomor 87 tentang
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan untuk Berorganisasi
o. Keputusan Presiden Nomor 31 tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan HAM pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan Negeri Medan dan
Pengadilan Negeri Makasar
Nilai praksis :
● Merupakan nilai yang terdapat dalam kenyataan sehari-hari, berupa bagaimana warga
negara melaksanakan nilai-nilai Pancasila baik tertulis maupun tidak tertulis.
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat negara, baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh UU dan
tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku
- Kejahatan Biasa (ordinary crimes), contoh pemukulan, penganiayaan, pencemaran nama baik, dan
menghalangi orang untuk
mengekspresikan pendapatnya
- Kejahatan Luar Biasa (ekstraordinary crimes), adalah pelanggran HAM yang berat.
2) Kejahatan ini akan menimbulkan teror juga kekhawatiran dan kekuatan dalam diri masyarakat
3) Kejahatan ini diakui oleh dunia sebagai kejahatan yang paling serius yang harus diselesaikan oleh
seluruh negara danbahkan menjadi yuridiksi
Internasional.
● Kejahatan Genosida: adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk mengha-
curkan/me musnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa , ras, kelompok etnik, dan kelompok
agama.
Berupa:
meluas atau sistematik yang diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan langsung terhadap
penduduk sipil.
Berupa:
1. Pembunuhan
2. Pemusnahan
3. Perbudakan
6. Penyiksaan
– Sikap individualisme
– Penyalahgunaan kekuasaan
b. Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998, sebanyak 4 mahasiswa tewas. Tragedi Semanggi I pada
tanggal 13 November 1998, sebanyak 5 orang tewas. Kemudian terjadi
lagi tragedi Semanggi II pada tanggal 24 September 1999, sebanyak 5 orang tewas.
1) Perlindungan HAM
– Komnas HAM dibentuk pada tanggal 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993. Komnas
HAM merupakan lembaga negara mandiri setingkat lembaga negara lainnya yang berfungsi sebagai
lembaga pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi HAM.
– Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan penegakkan
HAM,biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga-lembaga penegak HAM, seperti
(Komnas HAM) dan Pengadilan HAM.
– Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan UU RI No. 26 Tahun 2000. Pengadilan HAM adalah
pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang diharapkan dapat melindungi HAM baik
perseorangan maupun masyarakat dan menjadi dasar dalam penegakan, kepastian
2) Pemajuan HAM.
3) Pemenuhan HAM
hokum. Aparat penegak hokum merupakan penyelenggara negara yang bertugas melindungi dan
memberikan jaminan HAM secara langsung kepada warga masyarakat.
menganut prinsip:
Peneyelidikan dilakukan oleh Komnas HAM, Penyidikan dilakukan oleh Jaksa Agung, dengan
mengangkat penyidik ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat
▪ Penuntutan dilakukan oleh Jaksa Agung dengan mengangkat penuntut umum ad hoc
▪ Pemeriksaan di pengadilan dilakukan oleh majelis hakim peradilan HAM
yang berjumlah 5 orang. Perkara diperiksa dan diputus paling lam 180 hari.
Kelas: XI-TITL 1