Universitas Brawijaya
Malang
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang dimiliki dan melekat dalam diri setiap
individu manusia dalam suatu Negara. Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum,
Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia .
Artinya, dengan adanya ketentuan mengenai Hak Asasi Manusia tersebut, Negara wajib hadir
untuk melindungi setiap hak individu warga negaranya, sehingga dapat secara bebas untuk
memperoleh kehidupan yang layak, mengembangkan diri, mengekspresikan gagasan dan
kreativitasnya, serta mengoptimalkan peran dan sumbangsihnya terhadap kesejahteraan hidup
manusia secara luas.Pada dasarnya pemerintah merupakan penanggung jawab utama kewajiban
melaksanakan hak asasi manusia dalam suatu Negara. Pemerintah dengan kekuasaan yang
dimilikinya berhak untuk menegakkan keadilan Hak Asasi Manusi adi Indonesia. Dimana, dalam
hal ini berarti pemerintah berhak melakukan tindakan tegas apabila ada suatu pelanggaran HAM
yang terjadi di Indonesia dan bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam Pancasila
dan UUD 1945. Selain itu, pemerintah juga bertanggung jawab dalam mengemban kewajiban
untuk melaksanakan hak asasi manusia. Pemerintah juga sebagai pelengkap pelaksanaan
kewajiban pemenuhan hak asasi manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dan sejarah Hak Asasi Manusia di Indonesia?
2. Apa saja dasar-dasar konstitusional pelaksanaan prinsip-prinsip HAM di Indonesia?
3. Bagaimana pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam relasi hukum dan kekuasaan?
4. Apa contoh kasus pelanggaran HAM?
C. TUJUAN
1. Mampu menjelaskan pengertian dan sejarah Hak Asasi Manusia di Indonesia.
2. Mampu menjelaskan dasar-dasar konstitusional pelaksanaan prinsip-prinsip HAM di
Indonesia.
3. Mampu menjelaskan pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam relasi hukum dan
kekuasaan.
4. Mampu memberikan contoh kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
BAB II
PEMBAHASAN
Hak Asasi Manusia memiliki nilai-nilai yang mendasar yaitu sebagai berikut:
1) Kesamaan
Nilai kesamaan dalam etika politik disebut keadilan. Keadilan adalah keadaan ketika
antarmanusia diperlakukan sama dalam situasi yang sama. Pembukaan UUD 1945 menjamin
bahwa dalam mencapai tujuan negara haruslah antara lain berdasarkan keadilan sosial.
Keadilan sosial merupakan keadilan yang pelaksanaannyatergantung dari struktur ekonomis,
sosial, politik, budaya dan ideologis. Struktur-struktur tersebut merupakan struktur
kekuasaan yang menyebabkan segolongan orang tidak dapat memperoleh hak mereka atau
tidak dapat bagian yang wajar dari harta kekayaan dan hasil pekerjaan masyarakat secara
keseluruhan.
2) Kebebasan
Inti kebebasan adalah setiap orang atau kelompok berhak mengurus dirinya sendiri lepas
dari dominasi pihak lain. Kebebasan bukan berarti orang berhak hidup atas dasar
kemauannya sendiri, tetapi tetap dibatasi oleh orang lain karena manusia adalah makhluk
sosial. Kebebasan yang dimaksud yaitu tindakan bebas tanpa tekanan dari pihak lain yang
menguasainya.
3) Kebersamaan
Pengakuan terhadap solidaritas atau kesetiakawanan ini mengharuskan tatanan hukum
untuk menunjang sikap sesama anggota masyarakat sebagai senasib dan sepenanggungan.
Oleh karena itu tatanan hukum mengharuskan kita untuk bertanggung jawab atas kita semua,
tidak boleh ada pembiaran, apalagi dikorbankan untuk kepentingan penguasa.
Pergantian masa Orde Baru ke Orde Reformasi memberikan dampak yang besar bagi
perlindungan HAM di indonesia. Strategi penegakan HAM pada masa ini dilakukan melalui
berbagai penetapan perundangan HAM seperti amandemen UUD 1945, Ketetapan MPR,
Undang-undang, peraturan pemerintah, dan ketentuan perundang-undangan lainnya. Pada masa
ini hak pemerintah, hak politik, hak sosial, hak ekonomi, hak budaya, hak keamanan, hak hukum
di akui.
Setelah reformasi proses penegakan HAM ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang
Republik Indonesia No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang terdiri atas 105 pasal.
Undang-undang tersebut meliputi berbagai hukum tentang hak asasi manusia, perlindungan
HAM, pembatasan terhadap kewenangan pemerintah, serat peneguhan KOMNAS HAM sebagai
lembaga pelaksana perlindungan hak asasi manusia di Indonesia. Selain itu ditambahkan pula
pasal HAM yang lebih rinci dalam Amandemen UUD 1945 tahun 2002.
Pada masa ini juga telah disahkan dan diratifikasi sejumlah konvensi HAM, di antaranya:
1) Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan kejam melalui UU No. 5/1999.
2) Konvensi ILO No. 87 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk
berorganisasi dengan Keppres No. 83/1998.
3) Konvensi ILO No. 105 tentang penghapusan Kerja Paksa dengan UU No. 19/1999.
4) Konvensi ILO No. 111 tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan dengan UU No.
21/1999.
5) Konvensi ILO No. 138 tentang usia minimum umtuk diperbolehkan bekerja dengan UU No.
20/1999.
Bahkan sejak 2001 hingga 2003 juga telah diagendakan untuk meratifikasi beberapa
instrumen HAM, menurut Al Hakim (2013;86-7) di antaranya sebagai berikut:
1) Konvensi internasional tentang hak ekonomi sosial budaya.
2) Konvensi internasional tentang hak sipil dan politik dengan protokolnya.
3) Konvensi pencegahan dan penghukuman kejahatan genosida.
4) Konvensi penghentian perdagangan manusia dan eksploitasi prostitusi.
5) Konvensi menentang perbudakan.
6) Konvensi perlindungan hak pekerja migran dan anggota keluarganya.
7) Konvensi persetujuan perkawinan, usia minimum untuk menikah dan regristrasi perkawinan.
8) Konvensi tentang kasus pengungsi.
1. Pengakuan pancasila dalam HAM mempunyai harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pengakuan pancasila dalam HAM mengetahui bahwa kita sederajat dan sama dalam
mengembangkan kewajiban dan memiliki hak yang sama serta menghormati sesame manusia
tanpa membedakan menurut keturunan, agama, kepercayaan, jeniskelamin, kedudukan social,
warnakulit, suku dan bangsa.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa, dan sikap tidak
sewenang-wenang terhadap orang lain.
4. Selalu bekerjasama, hormat menghormati dan selalu berusaha menolong sesama.
5. Mengembangkan sikap berani kepada diri sendiri dan kepada sesame membela kebenaran dan
keadilan serta sikap adil dan jujur.
6. Menyadari bahwa manusia sama derajatnya sehingga manusia Indonesia merasa dirinya
bagian dari seluruh umat manusia
Persamaan kedudukan warga Negara dalam hokum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1)
yaitu berbunyi: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hokum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hokum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”
Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2) yaitu berbunyi: “Tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal 28) yaitu berbunyi: “Setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”
Hak mengeluarkan pikiran dengan lisan atau tulisan (pasal 28): “(1) Setiap orang berhak
membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”
Kebebasan memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaan yaitu
(pasal 29 ayat 2) yaitu berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing danu ntuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaan yaitu.”
Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran (pasal 31 ayat 1) yang berbunyi: “Setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan.”
BAB XA pasal 28 a s.d 28 j tentang Hak Asasi Manusia
Bahwa setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggungjawab untuk
menghormati HAM orang lain secara timbale balik.
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan oleh UU.
Adapun hak-hak yang ada dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 199 tersebut antara
lain sebagai berikut :
Untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan HAM serta
memberikan perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan aman kepada masyarakat, perlu
segera dibentuk suatu pengadilan HAM untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yang berat.
UU Nomor 5 Tahun 1998, tentang ratifikasi konvesi pada anti penyiksaan, perlakuan atau
penghukuman yang kejam, tidak manusiawi sampai merendahkan martabat orang.
UU Nomor 9 Tahun 1998, berkaitan membahas tentang kebebasan menyatakan pendapat.
UU Nomor 11 Tahun 1998, berhubungan tentang pembahasan amademen UU Nomor 27
tahun 1997 tentang hubungan perubahan.
UU Nomor 8 Tahun 1999, menjelaskan tentang perlindungan konsumen.
UU Nomor 19 Tahun 1999, tentang ratifikasi konvensi ILO Nomor 105 tentang
penghapusan pekerja secara paksa
UU Nomor 20 Tahun 1999, sama tentang ratifikasi konvensi ILO Nomor 138 tentang usia
yang minimum bagi seorang pekerja.
UU Nomor 21 Tahun 1999, tentang ratifikasi konvensi ILO Nomor 11 tentang
deksriminisasi pada pekerjaan.
UU Nomor 26 Tahun 1999, berkaitan tentang pencabutan UU Nomor 11 tahun 1963
tentang tindakan pidana pada subversi.
UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang ratifikasi konvensi penghapusan segala macam apapun
bentuk-bentukdekriminasi.
UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang pembahasan pers.
UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang pengadilan untuk HAM.
UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang peradilan dalam tata usaha negara.
Ternyata Presiden juga mengatur Hak Asasi Manusia dalam kebijakan pemerintah,
Presiden yang mengalami keputusan juga dalam mengatur Hak Asasi Manusia yang dimiliki
oleh setiap orang sebagai berikut:
Pola hubungan hukum dan kekuasaan ada dua macam. Pertama, hukum adalah
kekuasaan itu sendiri. Van Apeldron mengemukakan bahwa hukum adalah kekuasaan, akan
tetapi ini berarti bahwa hukum tidak lain daripada kekuasaan belaka. Hukum adalah kekuasaan,
akan tetapi kekuasaan tidak semuanya hukum. Sebagai contoh yaitu pencuri berkuasa atas
barang yang dicurinya akan tetapi tidak berarti bahwa ia berhak atas barang itu. Kedua, adalah
bahwa hukum tidak sama dengan kekuasaan. Artinya hukum dan kekuasaan merupakan dua hal
yang terpisah, tapi ada hubungan yang erat diantara keduanya. Hubungan itu dapat berupa
hubungan dominatif dan hubungan resiprokal (timbal balik). Contohnya kekuasaan sebagai
sarana untuk membentuk hukum, khususnya pembentukan undang-undang (law making).
Kekuasaan untuk membentuk hukum dinamakan kekuasaan legislatif (legislatif power), yang
merupakan kekuasaan parlemen atau badan perwakilan. Kekuasaan legislatif sebagai kekuasaan
pembentuk undang-undang berasal dari pemikiran John Locke dan Montesquieu.
Keterkaitan antara hak asasi manusia, hukum dan kekuasaan adalah keterkaitan yang
erat. Sejarah perkembangan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia sudah ada sejak lama.
Indonesia adalah negara berdasarkan hukum bukan berdasarkan atas kekuasaan, hal ini dapat
kita lihat dengan tegas di dalam penjelasan UUD tahun 1945. Dalam negara hukum
mengandung pengertian setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di hadapan
hukum, tidak ada satu pun yang mempunyai kekebalan dan keistimewaan terhadap hukum.
Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari salah satu tujuan dari hukum adalah untuk menciptakan
keadilan di tengah-tengah pergaulan masyarakat, sedangkan keadilan adalah salah satu refleksi
dari pelaksanaan hak asasi manusia. Munculnya keterkaitan yang erat tersebut karena dalam
pelaksanaan hak asasi manusia adalah masuk ke dalam persoalan hukum dan harus diatur
melalui ketentuan hukum.
Dalam negara kesatuan RI sumber dari tertib hukum adalah Pancasila artinya dalam
pembuatan suatu produk hukum haruslah berlandaskan dan sesuai dengan kaidah Pancasila.
Mengenai persoalan hak asasi manusia dalam pandangan Pancasila bahwa manusia sebagai
mahkluk Tuhan ditempatkan dalam keluhuran harkat dan martabatnya dengan kesadaran
mengemban kodrat sebagai mahluk individu dan mahkluk sosial yang dikaruniai hak,
kebebasan dan kewajiban asasi di dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat
haruslah mewujudkan keselarasan hubungan:
1. Antara manusia dengan penciptanya.
2. Antara manusia dengan manusia.
3. Antara manusia dengan masyarakat dan negara.
4. Antara manusia dengan lingkungannya.
5. Antara manusia dalam hubungan antar bangsa.
Bentuk pelanggaran HAM yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Sesuai dengan data
yang ada, terdapat korban yang meninggal dunia atas nama Haringga Sirla akibat mengalami
tindak kekerasan yang berujung pada kematian atau kehilangan hak untuk hidup. Berdasarkan
hal tersebut, maka telah terjadi pelanggaran terhadap hak untuk hidup yang sebagaimana
dijamin dalam pasal 28 I ayat (1) UUD 1945 tentang Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
Polisi telah menetapkan delapan orang tersangka terkait kasus penganiayaan Haringga
Sirla. Mereka adalah Budiman (41), Goni Abdulrahman (20),Chepy Gunawan (20), Aditya
Anggara (19), Dadang Supriatna (19), Joko Susilo (31), SM (17), dan DF (16). Dari peristiwa
tersebut para pelaku harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Polisi telah mengenakan
Pasal 170 KUHP ayat (2) huruf 3e. Pasal tersebut berbunyi : "Barangsiapa terang-terangan dan
dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut,"
Kesimpulan
. HAM merupakan persoalan yang bersifat universal, tetapi sekaligus juga kontekstual.
Setiap negara mempunyai sejarah perjuangan dan perkembangan HAM yang berbeda, oleh
karena itu konsepsi dan implementasi HAM dari suatu negara tidak dapat disamaratakan.
Adanya HAM menimbulkan konsekuensi adanya kewajiban asasi, di mana keduanya berjalan
secara paralel dan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Pengabaian salah satunya
akan menimbulkan pelanggaran HAM.Perkembangan dan perjuangan dalam mewujudkan
tegaknya HAM di Indonesia terutama terjadi setelah adanya perlawanan terhadap penjajahan
bangsa asing, sehingga tidak bisa dilihat sebagai pertentangan yang hanya mewakili kepentingan
suatu golongan tertentu saja, melainkan menyangkut kepentingan bangsa Indonesia secara
utuh.Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu
kita ingat bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam kehidupan
bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk
pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau
bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM
menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM. Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan
dan memperjuangkan HAM kita sendiri.
Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain. Sebagai rakyat Indonesia yang baik, kita
harus dapat menjunjung tinggi pelaksanaan HAM secara baik sesuai dengan aturan dalam
negara. Segala bentuk permasalahan individu yang terjadi harus diselesaikan secara rasional,
hingga tidak menimbulkan permasalahan seperti pelanggaran HAM. Tidak hanya rakyat saja
yang melakukan pelaksanaan HAM dengan baik, namun pemerintah juga harus dapat menjamin
bahwa pelaksanaan HAM di Indonesia suda berjalan secara maksimal. Aturan hokum yang ada
hendaknya tidak hanya dijadikan pajangan saja, tetapi juga harus diimplementasikan dalam
lingkungan masyarakat secara nyata, agar HAM dapat terjamin dan tidak menimbulkan
permasalahan pelanggaran yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA