Anda di halaman 1dari 4

RESUME BAB VI

HAK ASASI MANUSIA

Ni Komang Dewinda Leony Putri (225010107111158)


Salsabil Aqila Tasnim (225010107111152)

A. Urgensi Pembahasan Hak Asasi Manusia


Bagi bangsa Indonesia yang memiliki Pancasila sebagai landasan filosofinya menyatakan
bahwa arti dan makna HAM terletak pada manusia yang secara kodrati diciptakan oleh Tuhan
dengan dikaruniai derajat, harkat, dan martabat yang sama sehingga manusia sebagai persona
memiliki hak dan kewajiban yang sama pula. Manusia dalam dimensi ontologi Pancasila juga
dipandang sebagai makhluk individu dan sosial, makhluk jasmani dan rohani.

B. Makna, Nilai Dasar dan Bentuk HAM


Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yang menyatakan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka HAM memiliki makna sebagai berikut:
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis (hakiki)
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik, asal usul sosial dan bangsa (universal)
3. Tidak dapat dicabut, artinya HAM tidak dapat dihilangkan atau diambil oleh pihak lain
secara sepihak, serta tidak dapat dibagi
4. HAM harus dihormati, dilindungi dan dijaga oleh individu, masyarakat dan negara. (TIM
ICCE, 2003: 201-202)
Bentuk-bentuk HAM dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Hak sipil (hak sipil terdiri dari: hak diperlakukan sama di muka hukum, hak bebas dari
kekerasan, hak khusus bagi kelompok anggota masyarakat tertentu dan hak hidup dan
kehidupan.
2. Hak politik (terdiri dari kebebasan berserikat dan berkumpul, hak kemerdekaan
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, dan hak menyampaikan pendapat di muka
umum)
3. Hak ekonomi (terdiri dari hak jaminan sosial, hak perlindungan kerja, hak perdagangan,
dan hak pembangunan berkelanjutan.
4. Hak sosial dan budaya (terdiri dari hak memperoleh kesehatan, dan hak memperoleh
perumahan dan pemukiman)
HAM memiliki nilai-nilai yang mendasar, antara lain:
1. Kesamaan
Nilai kesamaan dalam etika politik disebut “keadilan”. Keadilan merupakan keadaan di
mana manusia diperlakukan sama dalam situasi yang sama. Menurut Pembukaan UUD
1945, dalam mencapai tujuan negara haruslah berdasarkan keadilan sosial. Usaha
melaksanakan keadilam sosial tidak mungkin hanya dari penguasa, namun juga dari diri,
komunitas terpinggir dan terpojok oleh sistem.
2. Kebebasan
Kebebasan adalah setiap orang atau kelompok berhak mengurus dirinya sendiri dan tidak
didominasi pihak lain, namun dibatasi oleh orang lain.
3. Kebersamaan
Kebersamaan mengharuskan tatan hukum dengan menunjang sikap sesama anggota
masyarakat dengan senasib dan sepenanggungan. Dengan demikian, kita bertanggung
jawab atas kita semua, tidak boleh ada pembiaran, apalagi dikorbankan untuk kepentingan
penguasa.

C. Sejarah Hak Asasi Manusia


1. Sejarah HAM Dunia
Perjuangan mengenai HAM dalam rumusan hukum positif dimulai di Inggris
dengan penulisan tiga naskah, yaitu: Magna Charta (1215), Habeas Corpus Act (1679), dan
Bill of Rights (1689). Magna Charta merupakan dokumen yang berisi beberapa hak yang
diberikan oleh Raja John dari inggris kepada beberapa bangsawan dan gereja atas tuntutan
mereka. Dimana isi magna charta adalah menuntut kepada raja untuk bersikap adil kepada
rakyat dan pertanggung jawabannya, serta menuntut raja dikenakan pelanggaran apabila
melanggar aturan bersama. Dalam bill of rights yang ditandatangani oleh Raja Willem III
dan disetujui oleh parlemen Inggris (1969) memiliki pengaturan HAM sebagai berikut:
1. Kebebasan dalam pemilihan parlemen
2. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat
3. Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen
4. Hak warga negara untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.
5. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
Declaration of Human Rights PBB yang terbentuk pada 12 Desember 1948 di Jenewa,
merupakan usul dan kesepakatan seluruh anggota PBB. Piagam ini mencakup 20 hak yang
dimiliki manusia, seperti hak hidup, kebebasan, keamanan pribadi, hak atas benda, dan
lain-lain.
2. Sejarah Perkembangan HAM Indonesia
Perkembangan pemikiran mengenai HAM dibagi menjadi dua periode, yaitu
sebelum kemerdekaan (1908-1945) dan setelah kemerdekaan (1945 sekarang). Periode
sebelum kemerdekaan HAM, perkembangan mengenai pemikiran HAM dapat dijumpai
pada organisasi pergerakan seperti Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia, Sarekat Islam,
PKI, Indische Party, PNI, Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia. Pemikiran HAM
pada masa awal kemerdekaan masih memberi penekanan pada hal untuk merdeka, hak
kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan dan hak untuk
menyatukan pendapat. Pemikiran HAM pada masa Demokrasi Parlementer Mendapatkan
momentum yang membanggakan karena suasana kebebasan yang menjadi semangat
demokrasi liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan tempat di kalangan elit politik.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, terjadi pembatasan hak sipil dan politik warga negara.
Banyak partai politik dibubarkan. Pada masa-masa awal kepemimpinan Soeharto, berusaha
melindungi kebebasan dasar manusia, terjadi banyak Pemasungan HAM dengan kekerasan
oleh kekuasaan, dibentuknya komisi hak asasi manusia (KOMNAS HAM). Masa
pergantian Orde Baru ke Orde Lama, strategi penegakan HAM dilakukan melalui berbagai
penetapan perundangan HAM. Pada masa ini hak ekonomi, budaya, keamanan, hukum
diakui. Pada tahun-tahun setelah Reformasi, penegakan HAM ditandai dengan
ditetapkannya undang-undang RI No. 39 tahun 1999 tentang HAM. Pada masa ini
disahkannya juga beberapa konvensi HAM dan bahkan sejak 2001 hingga 2003 telah
diagendakan beberapa instrumen HAM.

D. Universalitas vs Relativitas HAM


HAM harus berlaku mutlak dan universal karena sifatnya yang melekat pada manusia
karena ia manusia dan bukan bersifat regional. Di sisi lain, kesadaran akan HAM timbul dalam
situasi sosial tertentu dan diperjuangkan oleh golongna tertentu. Rumusan HAM telah sesuai
dengan tuntutan martabat manusia tertentu dan bersifat konkret, sehingga tidak pernah sempurna
dan selalu bisa dikembangkan serta diperbaiki. Cara berpikir bahwa manusia harus dihormati,
dipedulikan, dan dijunjung tinggi martabatnya tanpa syarat apa pun melatarbelakangi munculnya
konsep HAM modern yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh PBB.
Dalam persoalan HAM, terdapat teori universalis dan teori relativisme. Teori universalis
berpandangan bahwa HAM dimiliki tiap individu, terlepas dari nilai atau budaya yang ada dalam
suatu masyarakat, sehingga HAM tidak memerlukan pengakuan dari otoritas mana pun.
Sebaliknya, teori relativisme berpandangan bahwa semua kebudayaan memiliki hak hidup dan
martabat yang sama yang harus dihormati. Secara esensi, HAM bersifat universal dan merupakan
karunia Tuhan, sehingga tidak ada orang atau penguasa yang berhak merampasnya. Secara
aktualisasinya, HAM bersifat partikular yang berarti pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi
dan kondisi lingkungan lokal.

E. Pancasila sebagai Landasan Filosofis HAM


Dalam kursus-kursus yang disampaikan Bung Karno tahun 1958, diterbitkan Departemen
Penerangan dengan judul Pancasila sebagai Dasar Negara, kembali diulangi pentingnya
perikemanusiaan untuk nasionalisme yang tidak chauvinistik. Kemanusiaan menjadi dasar
nasionalisme, sehingga tidak terjebak pada primordialisme dan egosentrik yang sempit. Ini artinya
bahwa dalam konteks sejarah, dapatlah dipahami bahwa problem kemanusiaan. Kemanusiaan
yang dimaksud dalam pancasila adalah kemanusiaan yang adil pada diri sendiri, terhadap sesama,
dan terhadap Tuhan, Karena itu kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung prinsip
perikemanusiaan atau internasionalisme yang terjelma dalam hubungan baik antar manusia, antar
bangsa, tanpa terjebak dalam ego kesukuan sempit.

F. Penjabaran HAM dalam UUD 1945


Poin-poin ataupun butir-butir dalam rumusan undang- undang secara implisit masuk ke
dalam rancangan pembukaan UUD 1945 sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
1. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea I dinyatakan bahwa: "Kemerdekaan adalah hak
segala bangsa...". dalam pernyataan ini terkandung pengakuan secara yuridis hak- hak asasi
manusia tentang kemerdekaan sebagaimana terkandung dalam deklarasi HAM PBB pasal
1
2. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea III dinyatakan:"...Atas berkat rahmat Allah yang
maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan ini kemerdekaannya.... Pernyataan ini
mengandung arti bahwa manusia adalah makhluk tuhan yang maha esa yang mengakui dan
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia
3. Dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea IV menyatakan: "Pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa...".
Pernyataan ini menganggap bahwa negara Indonesia merupakan persekutuan hidup
bersama, bertujuan untuk melindungi warga negaranya terutama dalam perlindungan hak-
hak asasi manusia.

G. Tantangan Penegakkan HAM di Indonesia


Problematika HAM hendaknya segera diselesaikan secepatnya, sehingga keadilan dalam
masyarakat dapat terpenuhi. Martabat korban pelanggaran HAM harus segera dipulihkan. Kasus
pelanggaran HAM di masa lalu setidaknya menyisakan beberapa masalah yang terus melanda
bangsa ini di antaranya:
1. Hak-hak korban pelanggaran HAM tidak pernah dipulihkan
2. Para pelaku kejahatan/pelanggaran HAM tidak pernah ditindak secara hukum
3. Para pelanggar HAM yang tidak segera diadili akan membuat preseden buruk.
Ada beberapa problem yang perlu segera dipecahkan dan patut diagendakan sebagai
agenda nasional dan runtutan mendesak, antara lain:
1. Kejelasan landasan-filosofis-yuridis bagi HAM.
2. Political will pemerintah terhadap penegakan HAM.
3. Pembentukan perangkat-perangkat dan kerja-kerja aktif dalam usaha penegakan HAM.

Anda mungkin juga menyukai