Anda di halaman 1dari 18

Pancasila Sebagai Karakteristik HAM dan Demokrasi

Agus Rahmansah Permana,S.Sos.,M.H

23.03.17
A. Pancasila Sebagai Karakteristik Hak Asasi Manusia (HAM)
I. Nilai-nilai Pancasila sebagai Landasan Dasar Pengakuan Hak Asasi Manusia (HAM)
Hubungan Antara Pancasila dengan Hak Asasi Manusia dapat dijabarkan sebagai berikut::
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, menjamin hak kemerdekaan untuk Memeluk agama, melaksanakan ibadah dan
menghormati perbedaan agama.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, menempatakan hak setiap warga negara pada kedudukan yang sama
dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan
Undang-Undang.
3. Sila Persatuan Indonesia, mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga negara dengan semangat
rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan,
hal ini sesuai dengan prinsip HAM dimana hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam
semangat persaudaraan.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dicerminkan
dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak setiap warga
negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang
membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengakui hak milik perorangan dan dilindungi
pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat.
HAM dalam Pancasila sesungguhnya telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 yang kemudian diperinci
di dalam batang tubuhnya yang merupakan hukum dasar, hukum yang konstitusional dan fundamental bagi
negara Republik Indonesia. Perumusan alinea pertama Pembukaan UUD 1945 membuktikan adanya
pengakuan HAM ini secara universal. Ditegaskan di awal Pembukaan UUD 1945 itu tentang hak kemerdekaan
yang dimiliki oleh segala bangsa di dunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dasar- dasar HAM tertuang dalam batang tubuh UUD 1945 yakni: Pasal 27 ayat (1): Kedudukan warga negara
dalam hukum dan pemerintahan; Pasal 28: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pendapat;
Pasal 29 ayat (2): Kebebasan memeluk agama; Pasal 30 ayat (1) : Warga negara berhak dan wajib dalam
Pembelaan Negara; Pasal 31 ayat (1) : Hak warga Negara mendapatkan pengajaran dan pendidikan .
II. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
• Hak asasi manusia (HAM) merupakan dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa.
• Yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah:
a. Hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Allah
SWT ( Musthafa Kemal Pasha),
b. Hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak ia hidup dan melekat dengan potensinya sebagai makhluk
wakil Tuhan (Gazali).
• Kesadaran akan HAM didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
derajat dan martabat yang sama. Artinya setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut hak asasi manusia.
Jadi, kesadaran akan adanya hak asasi manusia tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah
sama dan sederajat.
• Selama manusia belum mengakui adanya persamaan harkat dan martabat manusia, maka HAM belum bisa
ditegakkan. Hak dasar seseorang/kelompok tidak diakui dan dihargai selama mereka dianggap tidak memiliki
harkat dan derajat yang sama sebagai manusia. Bila HAM belum dapat ditegakkan maka akan terus terjadi
pelanggaran dan penindasan atas HAM (baik oleh masyarakat, bangsa, dan pemerintah suatu negara).
• Saat ini masih banyak manusia atau bangsa yang menindas manusia dan bangsa lain. HAM wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
• Hak asasi manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis (tidak perlu diberikan,dibeli atau diwariskan).
Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang (tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnik, kelas
sosial). HAM tidak boleh dilanggar (orang tetap memiliki HAM meskipun suatu negara membuat hukum yang
tidak melindungi bahkan melanggar HAM).
III. Sejarah Perkembangan HAM
Sejarah Pengakuan Hak Asasi Manusia
• Latar Belakang: Pada hakikatnya, muncul pemikiran manusia terhadap harga diri dan martabatnya, akibat dari
tindakan sewenang-wenang penguasa, penjajahan, perbudakan, kezaliman (tirani), dan ketidakadilan.
1. Perkembangan HAM pada Masa Sejarah
a. Perjuangan Nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan,
b. Hukum Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan keadilan bagi warga negara,
c. Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), para pelopor pengakuan HAM.
Mengajarkan untuk mengkritik Pemerintah yang tidak berdasarkan keadilan, cita-cita, dan kebijaksanaan,
d. Nabi Muhammad SAW yang memperjuangkan pembebasan bayi wanita dan wanita dari penindasan
bangsa Quraisy (Tahun 570-632 Masehi).
2. Perkembangan HAM di Inggris
e. Piagam Magna Charta (Piagam Agung) Tahun 1215,
f. Piagam Petition of Rights Tahun 1628,
g. “Habeas Corpus Act” Tahun 1679,
h. “Bill of Rights” Tahun 1689.
3. Perkembangan HAM di Amerika Serikat (Tahun 1776)
4. Perkembangan HAM di Prancis (Tahun 1789-1791)
5. Atlantic Charter (Tahun 1941)
• Muncul pada saat terjadi PD II, dipelopori oleh F.D. Roosevelt, menyebutkan The Four Freedom (empat macam
kebebasan) yang dianggap sebagai tiang penjaga HAM yang mendasar, diantaranya:
b. Kebebasan untuk beragama (freedom of religion),
c. Kebebasan berbicara dan berpendapat (freedom of speech and thought),
d. Kebebasan dari rasa takut (freedom of fear),
e. Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want).
6. Pengakuan HAM oleh PBB
– Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB mensahkan naskah tentang Universal Declaratin of Human Rights.
Isi pokok deklarasi tersebut tertuang dalam Pasal 1,yang menyatakan: “Sekalian orang dilahirkan merdeka
dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya
bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.”
• Deklarasi ini melambangkan komitmen moral dunia internasional pada hak asasi manusia. Dengan deklarasi ini
setiap negara mulai menunjukkan jaminan hak asasi manusia dalam konstitusi/Undang-Undang Dasarnya.
• Beberapa contoh hak dasar manusia (HAM) Menurut piagam PBB tentang Universal of Human Rights
Declaration 1948, meliputi;
a. Hak asasi pribadi (Personal Rights), misal, hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk
agama,
b. Hak asasi politik (Political Rights), yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara. Misal, hak memilih dan
dipilih, hak berserikat, hak berkumpul,
c. Hak asasi ekonomi (Property Rights), misal, hak memiliki sesuatu, hak mengadakan perjanjian, hak
bekerja, hak mendapat kehidupan layak,
d. Hak asasi sosial dan kebudayaan (Social and Cultural Rights), misal, mendapatkan pendidikan, hak
mendapat santunan, hak pensiun, hak mengembangkan kebudayaan, hak berekspresi,
e. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (Rights of Legal Equality),
f. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam tata cara peradilan dan perlindungan (Procedural
Rights).
• Konvensi-konvensi Internasional tentang HAM adalah wujud nyata kepedulian masyarakat internasional akan
pengakuan, perlindungan, dan penegakan HAM. Terdapat beberapa konvensi yang berhasil diciptakan/disahkan.
• Hasil Sidang Majelis Umum PBB
Tahun 1966: Diakuinya covenants on Human Rights dalam Hukum Internasional dan diratifikasi oleh
negara-negara anggota PBB, diantaranya:
1. The International on Civil and Political Rights,
2. The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights,
3. The Optional Protocol.
7. Deklarasi-deklarasi Internasional (Dunia) tentang HAM
1. 1984: Declaration on the Rights of Peoples to Peace (oleh negara dunia ketiga),
2. 1986: Declaration on the Rights to Development (oleh negara dunia ketiga),
3. 1981: African charter on Human and Peoples Rights (oleh negara Afrika/Persatuan Afrika),
4. 1990: Cairo Declaration on Human Rights in Islam (oleh negara OKI),
5. 1993: Bangkok Declaration (oleh negara-negara Asia),
6. 1993: Vienna Declaration (Deklarasi Universal negara-negara anggota PBB).

# Istilah Dunia Ketiga digunakan oleh Alfred Sauvy (ahli Demografi –Perancis) muncul selama Perang Dingin untuk
menentukan negara-negara yang tidak bersekutu/tidak selaras dengan baik dengan Blok Barat, Amerika Serikat,
Eropa Barat , disebut Dunia Pertama ataupun Blok Soviet/Blok Komunis/Blok Timur disebut Dunia Kedua, Uni
Soviet, Cina, Kuba.
IV. Pengakuan HAM di indonesia (berdasarkan Pancasila dan Peraturan Perundang-undangan)
A. Pengakuan HAM di Indonesia:
1. Sila Kedua Pancasila,
2. Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama,
3. Pembukaan UUD 1945 Alinea Keempat,
4. Batang Tubuh UUD 1945 Pasal 27-34 ,
5. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.
B. Perkembangan HAM di Indonesia
• Pengakuan HAM di Indonesia diamanatkan di dalam Sila Kedua Pancasila (Pancasila sebagai Landasan dasar
HAM di Indonesia)
• Kemudian pengakuan HAM tercantum di dalam pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama serta Pasal 27-34 (hak
dan kewajiban warga negara) dan Pasal 28 A-J UUD 1945 (semakin memperkuat jaminan HAM di Indonesia)
• Selanjutnya dalam peraturan perundang-undangan, HAM di Indonesia diatur dalam Ketetapan MPR No.
I/MPR/2003 tentang HAM, Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-undang No. 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan HAM.
• Pengadilan HAM adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat (kejahatan
genosida/perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa,ras, kelompok etnis, kelompok agama dan kejahatan terhadap kemanusiaan).
Pengadilan HAM merupakan salah satu Pengadilan Khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum.
• Pengadilan HAM berkedudukan di daerah Kabupaten atau daerah Kota yang daerah hukumnya meliputi daerah
hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
• Hak-hak Dasar Manusia yang ada dalam Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM, diantaranya:
Hak untuk hidup,
Hak untuk berkeluarga,
Hak untuk mengembangkan diri,
Hak untuk memperoleh keadilan,
Hak atas kebebasan pribadi,
Hak atas rasa aman,
Hak atas kesejahteraan,
Hak turut serta dalam pemerintahan,
Hak wanita
Hak anak.
C. Penegakan HAM di Indonesia:
• Dalam memberikan jaminan perlindungan HAM (selain aturan-aturan hukum), dibentuk kelembagaan yang
menangani masalah penegakan HAM, antara lain:
1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM),
2. Pengadilan Hak Asasi Manusia,
3. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
• LSM yang secara khusus dibentuk masyarakat untuk melindungi dan menegakan HAM di Indonesia,
diantaranya:
1. Komisi untuk orang hilang dan tindak kekerasan (KONTRAS),
2. Yayasan lembaga Bantuan hukum Indonesia (YLBHI),
3. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM),
4. Human Rights Watch (HRW).
D. Keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi Internasional:
• Beberapa konvensi Internasional tentang HAM yang diratifikasi (adopsi perjanjian Internasional) Indonesia:
1. Jenewa Convention 12 Agustus 1949 (diratifikasi dengan UU No. 59 Tahun 1958),
2. Convention on the Elimination of Discrimination Against Women (diratifikasi dengan UU No. 7 Tahun 1984
tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan),
3. Convention on the Rights of the child (diratifikasi dengan Keppres No.36 Tahun 1990 tentang Hak Anak),
4. Convention on the Prohibition of the Development, Production and Stockpiling of Biological and Toxic Weapons
and on their Destruction (diratifikasi dengan Keppres No. 58 Tahun 1991 tentang Pelarangan, Pengembangan,
Produksi, dan Penyimpanan Senjata Biologis dan Beracun serta Pemusnahannya),
5. Torture Convention (diratifikasi dengan UU No. 5 Tahun 1998 tentang Menentang Penyiksaan dan Perlakuan
atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia),
6. Convention on the Elimination of Racial Discrimination (diratifikasi dengan UU No. 29 Tahun 1999 tentang
Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial), dll
B. Pancasila sebagai Karakteristik Demokrasi
I. Pengertian dan Prinsip Demokrasi
A. Pengertian Demokrasi
Abraham Lincoln, 1863 (definisi/pengertian demokrasi yang paling populer):
✔ Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by
the people, and for the people).
✔ Pemerintahan dari rakyat artinya pemerintahan negara mendapat mandat dari rakyat untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Rakyat pemegang kedaulatan atau kekuasaan tertinggi dalam negara
demokrasi. Apabila pemerintah telah mendapat mandat dari rakyat untuk memimpin penyelenggaraan
bernegara, maka pemerintah tersebut sah. Seorang pemimpin (presiden, gubernur, bupati, pemimpin
politik yang telah dipilih rakyat, berarti mendapat mandat secara sah dari rakyat. (Pemerintahan
demokrasi sebab berasal dari mandat rakyat).
✔ Pemerintahan oleh rakyat artinya pemerintahan negara dijalankan oleh rakyat. Pemerintahan negara
diawasi oleh rakyat yang diwakili (dijalankan) oleh wakil rakyat. Wakil rakyat memilih dan menentukan
(kebijakan) pemerintah negara sekaligus mengawasi penyelenggaraan pemerintahan. (Rakyat secara
tidak langsung melalui wakil-wakilnya membentuk dan mengawasi jalannya pemerintahan).
✔ Pemerintahan untuk rakyat artinya pemerintahan menghasilkan dan menjalankan kebijakan-kebijakan
yang diarahkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Dalam negara demokrasi pemerintah harus
berusaha sebaik mungkin agar kebijakan yang dikeluarkan adalah aspirasi rakyat dan untuk kepentingan
rakyat. Pemerintah harus bertanggung jawab kepada rakyat dan diawasi oleh rakyat.
❖ Hakikat Demokrasi
• Secara etimologis (dari sudut bahasa), demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti
rakyat dan cratos/cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi, secara bahasa, demokrasi
(demos-cratos/demos-cratein) artinya pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
• Secara terminologis (definisi), banyak sekali definisi demokrasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli
politik. Masing-masing memberikan definisi dari sudut pandang yang berbeda, diantaranya:
– Hennry B. Mayo: Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
– International Commission for Jurist (organisasi internasional para ahli hukum) : Demokrasi adalah
suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik
diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan bertanggung
jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.
B. Prinsip Demokrasi
• Dalam demokrasi, kekuasaan pemerintahan negara berada di tangan rakyat. Rakyat adalah pemegang
kekuasaan tertinggi atau kedaulatan di negara tersebut. Pemerintahan yang menempatkan rakyat
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi disebut pemerintahan demokrasi. Secara substantif, prinsip
utama demokrasi ada dua (Maswadi Rauf, 1997), yaitu:
• Kebebasan dan persamaan (freedom and equality),
• Kedaulatan rakyat (people’s sovereignty).
II. Demokrasi sebagai Sistem Politik di Indonesia (Demokrasi Desa dan Demokrasi Pancasila) landasan
Sistem Politik di Indonesia
A. Demokrasi sebagai Sistem Politik
• Hampir semua negara di dunia meyakini demokrasi sebagai ‘tolak ukur’ dari keabsahan politik. Keyakinan bahwa
kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintah menjadi dasar tegaknya sistem politik demokrasi.
• Sistem politik sekarang ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu sistem politik demokrasi dan sistem politik
non-demokrasi (Huntington, 2001);
– Sistem politik non-demokrasi adalah sistem politik otoriter, totaliter, sistem diktator, rezim militer, rezim satu
partai, monarki absolut, dan sistem komunis.
– Sistem politik (pemerintahan) demokrasi adalah sistem pemerintahan dalam suatu negara yang
menjalankan prinsip-prinsip demokrasi
• Sistem politik kediktatoran adalah sistem pemerintahan dalam suatu negara yang menjalankan prinsip-prinsip
kediktatoran/otoritarian. Prinsip-prinsip kediktatoran/otoritarian adalah lawan dari prinsip-prinsip demokrasi.
• Negara baik bentuk kerajaan maupun bentuk republik dapat saja merupakan negara demokrasi atau negara
kediktatoran, tergantung dari prinsip-prinsip yang dijalankan dalam penyelenggaraan negara.
• Terdapat beberapa prinsip sistem politik demokrasi dan prinsip-prinsip sistem politik otoriter/totaliter.
1. Prinsip sistem politik demokrasi:
a) Pembagian kekuasaan,
b) Pemerintahan konstitusional (konstitusi/UUD yang demokratis),
c) Rule of law (aturan Hukum),
d) Pemilu,
e) Parpol lebih dari satu,
f) Pers bebas,
g) Pengakuan hak-hak minoritas,
h) Perlindungan HAM,
i) Peradilan bebas,
j) Pengawasan administrasi negara,
k) Kebijkan pemerintah dibuat badan perwakilan rakyat,
l) Jaminan kebebasan individu,
m) Mekanisme politik berubah,
n) Penyelesaian konflik dengan damai.
2. Prinsip sistem politik nondemokrasi (otoriter/totaliter, dsb) :
a) Pemusatan kekuasaan,
b) Pemerintahan tidak konstitusional,
c) Rule of power,
d) Pembentukan pemerintahan melalui dekrit,
e) Pemilu tidak demokratis,
f) Terdapat satu parpol,
g) Tidak mengakui hak minoritas dan menekan,
h) Tidak ada kebebasan pers, berpendapat, dan berbicara,
i) Tidak ada perlindungan HAM,
j) Badan peradilan yang tidak bebas,
k) Tidak ada pengendalian administrasi (birokrasi pemerintah sangat besar),
l) Tidak ada jaminan kebebasan individu,
m) Banyak berlaku doktrin (prinsip dogmatisme/ bersifat mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik
sama sekali),
n) Mekanisme politik tidak pernah berubah,
o) Penyelesaian konflik dengan kekerasan/paksaan.
B. Lembaga (Struktur) Demokrasi
• Untuk terwujudnya sistem politik demokrasi dibutuhkan lembaga-lembaga demokrasi yang menopang
sistem politik tersebut. Untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan lembaga-lembaga,
antara lain: (Mirriam Budiardjo, 1997)
a. Pemerintahan yang bertanggung jawab.
b. Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan dan kepentingan dalam masyarakat yang
dipilih melalui pemilihan umum yang bebas dan rahasia. Dewan ini melakukan pengawasan terhadap
pemerintah.
c. Suatu organisasi politik yang mencakup lebih dari satu partai (sistem dwipartai, multipartai). Partai
menyelenggarakan hubungan timbal balik dengan masyarakat.
d. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat.
e. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak asasi manusia dan mempertahankan keadilan.
• Untuk berhasilnya demokrasi dalam suatu negara, terdapat dua hal penting, yakni;
a. Tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai demokrasi yang menjadi sikap dan pola hidup masyarakat
dan penyelenggaraan negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (secara kultur),
b. Terbentuknya dan berjalannya lembaga-lembaga demokrasi dalam sistem politik dan pemerintahan
(secara struktur).
– Dua hal penting tersebut saling berkaitan dan menentukan. Nilai-nilai demokrasi yang telah tumbuh
dalam kehidupan masyarakat harus disalurkan ke dalam lembaga-lembaga demokrasi agar terwujud
sistem pemerintahan yang demokratis. Adanya lembaga-lembaga demokrasi didasari oleh nilai
demokrasi. Suatu negara yang memiliki lembaga-lembaga demokrasi tapi masyarakatnya masih jauh
dari sikap demokrasi , maka lembaga-lembaga itu tidak mampu berjalan dengan baik.
C. Demokrasi di Indonesia
1. Demokrasi Desa
• Bangsa Indonesia sejak dahulu telah mempraktikkan ide tentang demokrasi (masih sederhana dan bukan dalam
tingkat kenegaraan). Menurut Mohammad Hatta, desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi,
misalnya dengan pemilihan kepala desa dan adanya rembug desa. Itulah yang disebut “demokrasi asli”.
Demokrasi desa memiliki 5 (lima) unsur yaitu:
a. Rapat,
b. Mufakat,
c. Gotong royong,
d. Hak mengadakan protes bersama, dan
e. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut.
2. Demokrasi Pancasila
• Bersumber pada ideologinya, demokrasi yang berkembang di Indonesia adalah demokrasi Pancasila. (Pancasila
adalah ideologi nasional, yaitu seperangkat nilai yang dianggap baik, sesuai, dan menguntungkan bangsa).
• Nilai-nilai dari setiap sila pada Pancasila, sesuai dengan ajaran demokrasi bukan ajaran otoritarian atau
totalitarian. Pancasila merupakan dasar dan mendukung demokrasi di Indonesia.
• Nilai-nilai Pancasila yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi
modern. Nilai-nilai demokrasi tersebut adalah:
a. Kedaulatan rakyat,
b. Republik,
c. Negara berdasar atas hukum,
d. Pemerintahan yang konstitusional,
e. Sistem perwakilan,
f. Prinsip musyawarah,
g. Prinsip Ketuhanan.
• Demokrasi Pancasila dapat diartikan secara luas dan sempit.
a. Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
b. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Sesuai dengan konsep demokrasi Indonesia
yang modern, menurut Moh. Hatta, demokrasi Indonesia yang modern harus meliputi 3 (tiga) hal
tersebut.
D. Landasan Sistem Politik Demokrasi di Indonesia
• Sistem politik demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang demokratis.
Sistem politik demokrasi menjamin hak kebebasan warga negara, membatasi kekuasaan pemerintahan,
dan memberikan keadilan.
• Indonesia sejak awal berdiri menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem politiknya. Cita-cita demokrasi
menjadi cita-cita para pendiri negara. Landasan negara Indonesia sebagai negara demokrasi terdapat
dalam:
a. Pembukaan UUD 1945 pada Alinea 4 (“…maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu UUD Negara RI yang berkedaulatan rakyat….”).
b. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD).
Dari pasal ini jelas bahwa isi demokrasi Indonesia (demokrasi politik, ekonomi, dan sosial)
dijabarkan pada ketentuan-ketentuan UUD 1945.
III. Sendi-sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi di Indonesia
a. Ide Kedaulatan Rakyat
Yang berdaulat di negara demokrasi adalah rakyat (gagasan pokok demokrasi). Tercermin dalam Pasal 1 ayat
(2) UUD 1945.
b. Negara berdasar atas Hukum
Negara demokrasi adalah negara hukum, tercermin dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 (“Negara Indonesia
adalah negara hukum”).
c. Bentuk Republik
Negara Indonesia berbentuk republik yang memperjuangkan kepentingan umum (republika). Tercermin dalam
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 (“Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan, yang berbentuk republik”).
d. Pemerintahan berdasarkan Konstitusi
Penyelenggaraan pemerintahan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan dan berlandaskan
konstitusi/UUD yang demokratis. Tercermin pada Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 (“Presiden RI memegang
kekuasaan pemerintahan menurut UUD”).
e. Pemerintahan yang Bertanggung jawab
Pemerintah selaku penyelenggara negara adalah pemerintah yang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Berdasarkan demokrasi Pancasila, pemerintah bertanggung jawab ke bawah (kepada rakyat), dan ke atas
(secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa).
f. Sistem Perwakilan
Pemerintah menjalankan amanat rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan. Demokrasi yang dijalankan
adalah demokrasi perwakilan/tidak langsung (wakil rakyat dipilih melalui pemilu).
g. Sistem Pemerintahan Presidensil
Presiden penyelenggara negara tertinggi. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
h. Mekanisme Sistem Politik Demokrasi Indonesia
Yakni, merupakan;
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas ( di samping adanya pemerintah pusat
terdapat pemerintah daerah yang memiliki hak otonom).
2. Bentuk pemerintahan republik dan sistem pemerintahan presidensiil.
3. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih
langsung oleh rakyat.
4. Kabinet/menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. Presiden juga dibantu
dewan pertimbangan (selain menteri).
5. Pemilu diselenggarakan untuk memilih:
a) Presiden dan wakil presiden,
b) Anggota DPR,
c) Anggota DPD,
d) Anggota DPRD Provinsi, Kota, Kabupaten, dan
e) Kepala Daerah Provinsi, Kota, Kabupaten.
6. Sistem multi partai (1999: 48 partai politik, 2004: 24 partai politik, 2009: 38 partai politik nasional dan 6
partai politik lokal Aceh, 2014: 12 Partai Politik, 2019 : 16 partai politik).
7. Kekuasaan yudikatif ( dijalankan oleh Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, MA, MK).
8. Adanya Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Yudisial.

Anda mungkin juga menyukai