Anda di halaman 1dari 33

Pengertian hak asasi manusia (HAM) menurut Tilaar

(2001) adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia,


dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak
sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh besama dengan
kelahirannya atau kehadirannya di dalam kehidupan
masyarakat.

Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat umum atau


universal, karena diyakini beberapa hak yang di miliki
manusia tidak memandang bangsa, ras, atau jenis kelamin.
Dasar dari hak asasi adalah bahwa manusia harus
memperolehkesempatan untuk berkembang sesuai dengan
bakat dan cita-citanya. Secara definitive, “hak” merupakan
unsure normative yang befungsi sebagai pedoman
berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan, serta
menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga
harkat dan martabatnya.
Hak asasi mausia juga bersifat suoralegal, artinya tidak tergantung
pada negara atau undang-undang dasar, dan kekuasaan
pemerintah, bahkan HAM memiliki wewenang lebih tinggi
karena berasal dari sumber yag lebih tinggi, yaitu Tuhan. Di
Indonesia, hal ini ditegaskan dalam UU no.39/1999 tentang hak
asasi manusia yang mengdefinisikan hak asasi manusia sebagai
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan YME.

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM di atas, diperoleh


suatu kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat
pada siri manusia yang besifat kodrati dan fundamental sebagai
suatu anugerah Tuhan yang harus di hormati, dijaga, dan
dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, atu negara. Dengan
demikian, hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap
HAM ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh
melalui aksi keseimbangan, yaitu keseimbangna antara hak dan
kewajiban, serta keseimbangna antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM tersebut, dapat
ditarik kesimpulan tentang beberapa pokok hakikat
HAM, yaitu:
1.HAM tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun
diwarisi.HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.
2.HAM berlaku untuk semua orang tanpa
memandang jenis kelamin, ras, agama.
Pandangan politik, atau asal-usul sosial bangsa.
3.HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorang pun
mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar
hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansour
Fakih,2003).
Ruang lingkup HAM meliputi:
(1) hak sosial politik (hak alamiah), yang dibawa oleh
manusia sejak ia dilahirkan, contoh:hak hidup, hak milik,
dan hak untuk mengusahakan kebahagiaan
(2) hak sosial ekonomi-sosial budaya, yaitu hak yang
diperoleh manusia dari masyarakatnya, contohnya: hak
mendapatkan pekerjaan, hak menerima upah yang
layak, hak bersertifikat/berorganisasi, hak
mengemukakan pendapat (lisan dan tertulis), hak
mendapatkan pendidikan, dan hak mendapatkan
pelayanan kesehatan. Hak-hak ini bersifat nonuniversal.
B. Tujuan Hak Asasi Manusia

Tujuan pelaksanaan hak asasi manusia


adalah untuk mempertahankan hak-hak
warga negara dari tindakan sewenang-
wenang aparat negara, dan nendorong
tumbuh serta berkembangnya pribadi
manusia yang multi dimensional.
C. Perkembangan Pemikiran HAM

1. Perkembangan HAM di Dunia


Piagam mengenai perkembangan pemikiran dan perjuanngan HAM
adalah sebagai berikut:

a. Magna Charta (piagam Agung 1215)


Piagam Magna Charta ini adalah piagam penghargaan atas pemikiran dan
perjuangan HAM yang dilakukan oleh rakyat Inggis kepada Raja John yang
berkuasa pada tahun 1215. Isi piagam Magna Charta ini adalah:
a.Rakyat Inggis menuntut kepada raja agar berlaku adil kepada
rakyat
b.Menuntut raja apabila melanggar harus dihukum (didenda)
berdasarkan kesamaan dan sesuai dengan pelanggaran yang di
lakukannya
c.Menuntut raja menyampaikan pertanggungjawaban kepada rakyat
d.Menuntut raja untuk segera menegakkan hak dan keadilan bagi
rakyat
b. Bill of Rights (UU Hak 1689)
Bill of Rights adalah piagam penghargaan atas pemikiran dan
perjuangan HAM oleh rakyat kepada penguasa negara atau
pemerintah di Inggris pada tahun 1689. Inti dari tuntutan yang
diperjuangkannya adalah “rakyat Inggris menuntut agar rakyat
diperlakukan sama di muka hukum (equality before the law),
sehinggatercapai kebebasan.” Implikasi adanya tuntutan ini
memberi inspirasi kepada para ahli untuk menciptakan teori yang
berkenaan dengan kesamaan hak yang diperjuangkan di atas.
Para ahli yang mengemukakan teori tersebut adalah, J.J.Rousseu
dalam teori Kontrak Sosial (Social Contract theory), Montesque
dengan teori Trias Politika, John Locke dengan teori Hukum
Kodrati, dan F.D.Roosevelt dengan teori Lima Kebebasan Dasar
Manusia yang dicanangkannya.
c. Declaration Des Droits de L’homme et Citoyen (Deklarasi
Hak Asasi Manusia dan Warga Negara Prancis Tahun 1789)

Deklarasi ini kenal dengan Declaration Des Droits de


L’home et du Citoyen, diberlakukannya pernyataan HAM
dan hak warga negara Prancis. Isi deklarasi ini adalah
sebagai berikut :
1. Manusia dilahirkan merdeka
2. Hak milik dianggap suci dan tidak boleh diganggu
gugat oleh siapa pun
3. Tidak boleh ada penangkapan dan penahanan
dengan semena-mena atau tanpa alas an yang sah
serta surat ijin dari pejabat yang berwenang.
d. Bill Of Right (UU Hak Virginia 1789)
Undang-undang Hak Virginia Tahun 1776 yang
dimasdukkan kedalam UUD Amerika Serikat tahun
1791. Dikenal juga sebagai The Bill Of Right ini UU
HAM Amerika Serikat merupakam Amandemen
tambahan terhadap konstitusi Ameri Serikat yang
diatur secara tersendiri dalam 10 pasal tambahan,
meskipun secara prinsip hal mengenai ham telah
termuat dalam deklarasi kemerdekaan (Declaration of
Independence)Amerika Serikat.
e. Declarations Of Human Rights PBB
Piagam PBB lahir pada tanggal 12 desember 1948,di Jenewa yang merupakan
usul serta kesepakatan seluruh anggota PBB isi pembukaan piagam
Declarations Of Human Rights, PBB yang mencangkup 20 hak pribadi, hak
atas benda dan lain-lain.
Maksud dan tujuan PBB mendeklarasikan HAM seperti tertuang dalam
piagam Mukadimahnya :
1. Hendak menyelamatkan keturunan manusia yang ada dan yang akan
datang dari bencana perang.
2. Meneguhkan sikap dan keyakinan tentang HAM yang asasi, tentang
harkat dan derajat manusia, dan tentang persamaan kedudukan antara laki-
laki dan perempuan, juga antara banggsa yang besar dan yang kecil.
3. Menimbulkan suasana dimana keadilan dan penghargaan atas berbagai
kewajuban yang muncul dari segala perjanjian dan lain-lain sumber hukum
internasional menjadi dapat dipelihara.
4. Mamajukan masyarakat dan tingkat hidup yang lebih baik dalam suasana
kebebasan yang lebih leluasa
f. Piagam Atlantic Charter
Piagam ini merupakaan kesepakatan antara F. D. Roosevelt dan
Churchil pada tanggal 14 agustus 1941. Isinya adalah : “Bahwa selenyap
kekuasan Nazi yang zalim itu akn tercapai sesuatu keadaan damai yang
memungkinkan tiap-tiap negara hidup dan bekerja dengan aman
menurut batas-batas wilayahnya masing-masung serta jaminan kepada
setiap manusia suatu kehidupan yang bebas dari rasa takut dan
kesengsaraan. “Dalam pidatonya yang ditujukan kepada semua
manusia didunia pada bula juli 1940, F. D. Roosevel menyebutkan lima
kebebasan dasar manusia, yakni:
1. Freedom From fear (bebas dari rasa takut)
2. Freedom of Religion (bebas memeluk agama)
3. Freedom of expression( bebas menyatakan pendapat)
4. Freedom of information (bebas dalam hal pemberitaan)
5. Freedom from want (bebas dari kekurangan atau
kemelaratan)
C. Perkembangna Pemikiran HAM di Indonesia

1. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908 – 1945)


Perkembangan pemikiran HAM dalam periode ini dapat dijumpai dalam
organisasi pergerakan sebagai berikut:
a. Budi Oetoma, pemikirannya, “Hak Kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat.”
b. Himpunan Indonesia, pemikirannya “ Hak untuk menentukan nasib sendiri(
the right of self determination).”
c. Sarekat Islam, pemikirannya “ Hak penghidupan yang layak dan bebas dari
penindasan dan diskriminasi rasial.”
d. Partai Komunis Indonesia pemikirannya, “Hak sosial dan berkaitan dengan
alat-alat produksi.”
e. Indische Party, pemikirannya, “ Hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan
perlakuan yang sama.”
f. Partai Nasional Indonesia, pemikirannya, “Hak untuk memperoleh
kemerdekaan ( the right of self determination).”
g. Organisasi pendidikan Nasional Indonesia, pemikirannya, meliputi :
- Hak untuk menentukan nasib sendiri.
- Hak untuk mengeluarkan pendapat.
- Hak untuk berserikat dan berkumpul.
- Hak persamaan di muka hukum.
- Hak untuk turut dalam penyelenggaraan negara
2. Periode Sesudah Kemerdekaan (1945 – Sekarang)

2.1. Periode 1945 – 1950. Pemikiran HAM pada periode ini


menekankan pada Hak-hak mengenai :
a. Hak untuk merdeka (self determination).
b. Hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi
politik yang didirikan.
c. Hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat
terutama di parlemen.

Sebagai implementasi pemikiran HAM di atas,


pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal
3 November 1945, tentang Partai Politik dengan tujuan
untuk mengatur segala aliran yang ada dalam masyarakat
dan pemerintah berharap partai tersebut telah terbentuk
sebelum pemilu DPR pada bulan 1946.
2.2. Kebebasan Periode 1950 – 1959. Pemikiran HAM
dalam Periode ini lebih menekankan pada semangat
kebebasan demokrasi liberal yang berintikan
kebebasan individu. Implementasi pemikiran HAM pada
periode ini lebih member ruag hidup bagi tumbuhnya
lembaga demokrasi yang antara lain:
•Partai Politik dengan beragam idiologinya
•an Pers yang bersifat liberal.
•Pemilu dengan sistem multipartai
•Parlemen sebagai lembaga kontrol pemerintah
•Wanaca pemikiran HAM yang kondusif karena
pemerintahan memberikan kebebasan.
2.3. Periode 1959 – 1966. Pada periode ini pemikiran
HAM tidak mendapat ruang kebebasan dari
pemerintah atau dengan kata lain pemerintah
melakukan pemasungan HAM, yaitu hak sipil, seperti
hak untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pikiran dengan tulisan. Sikap pemerintah bersifat
restriktif (pembatasan yang ketat oleh kekuasaan)
terhadap hak sipil dan hak politik warga negara. Salah
satu penyebabnya adalah karena periode ini sistem
pemerintahan palementer berubah menjadi sistem
demokrasi terpimpin
2.4. Periode 1966 – 1998. Dalam periode ini pemikiran HAM dapat dilihat dalam tiga
kurun waktu yang berbeda.
Kurun waktu yang pertama tahun 1967 (awal pemerintahan Presiden Soeharto),
berusaha melindungi kebebasan dasar manusia yang ditandai dengan adanya hak uji
materiil (judicial review) yang diberikan kepada Mahkamah Agung.
Kedua, kurun waktu tahun 1970 – 1980, pemerintahan melakukan pemasugan HAM
dengan sikap defensive (bertahan), reprensif (kekerasan) yang dicerminkan dengan
produk HAM yang bersifat restriktif (membatasi) terhadap HAM.
Ketiga, kurun waktu 1990 – an, pemikiran HAM tidak lagi hanya bersifat wacana saja
melainkan sudah di bentuk lembaga penegakan HAM , seperti Komnasham
berdasarkan Keppres No.50 tahun 1993, tanggal 7 juni 1993. Selain itu, pemerintahan
amandemen, Piagam PBB , dan Piagam Mukadimah.

2.5. Periode 1998 – sekarang. Pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang resmi
dari pemerintah dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna menjamin HAM
dan menetapkan Undang – undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak asasi manusia.
Artinya bahwa pemerintah member perlindungan yang siginifikan terhadap
kebebasan HAM dalam semua aspek, yaitu aspek hak politik, sosial, ekonomi,
budaya, keamanan, hukum, dan pemerintahan.
D. HAM pada Tatanan Global dan di Indonesia

Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB, terdapat bebrapa konsep utama mengenai
HAM yang telah berkembang sebelumnya, yaitu:
1. HAM menurut konsep negara-negara Barat/ liberalism
a. Ingin meninggalkan konsep negara yang mutlak
b. Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas, negara sebagai koordinator dan
pengawas.
c. Filosofi dasar : Hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
d. Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan negara

2. HAM menurut konsep sosialis


a. Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat.
b. Hak asasi manusia tidak ada sebelum negara ada
c. Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.

3. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika


a. Tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama/sesuai dengan kodratnya.
b. Masyarakat sebagai keluarga besar artinya penghormatan utama untuk kepala
keluarga
c. Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban
anggota masyarakat.
4. HAM menurut konsep PBB
Respons terhadap pemasalahan hak asasi manusia pembangunan yang menghasilhan
konsep yang dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Eleanor Roosevelt
(10 Desember 1948) dan secara resmi disebut “Unversal Declaration of Human Right.”
Didalamnya menjelaskan tentang Hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan
kebudayaan yang dinikmati manusia di dunia yang mendorong penghargaan
terhadap hak-hak asasi manusia. Pada tahun 1957, konsep HAM tersebut di lengkapi
dengan tiga perjanjian , yaitu:

(1) Hak ekonomi sosial dan budaya


(2) Perjanjian internasional tentang Hak sipil dan politik
(3) Protokol opsional bagi perjanjian hak sipil dan politik internasional.
Pada sidang umum PBB tanggal 16 Desember 1966 ketiga domumen tersebut
diterima dan saat ini sekitar 100 negara dan bangsa telah meratifikasinya.
Unversal Declaration of Human Right menyatakan bahwa setiap orang
mempunyai
•Hak untuk hidup
•Kemerdekaan dan keamanan badan
•Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
•Hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain menurut
hukum.
•Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana seperti diperiksa
dimuka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah.
•Hak untuk masu dan keluar wilayah suatu negara.
•Hak untuk mendapat hak milik atas benda.
•Hak untuk bebas untuk mengutarakan pikiran dan perasaan.
•Hak untuk bebas memeluk agama serta mempunyai dan mengeluarkan
pendapat.
•Hak untuk mengeluarkan pendapat dan berkumpul.
•Hak untuk mandapat jaminan hukum.
•Hak untuk mendapatkan pekerjaan.
•Hak untuk berdagang.
•Hak untuk mendapatkan pendidikan.
•Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat.
•Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.
Dalam Deklarasi Universal tentang HAM (Universal Declarations of Human Rights)atau yang
dikenal dengan istilah DUHAM, hak asasi manusia terbagi kedalam beberapa jenis,yaitu hak
personal (hak jaminan kebutuhan pribadi)hak legal (hak jaminan adanya sumber daya untuk
menunjang kehidupan),serta hak ekonomi,hukum,dan budaya.
Hak personal,hak legal,hak sipil dan politik yang terdapat dalam pasal 3-21 dan DUHAM
tersebut memuat:
- Hak untuk hidup,kebebasan, dan keamanan pribadi.
- Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan.
- Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukum yang kejam,tak berperikemanusian maupun
merendahkan derajat manusia.
- Hak untuk memperoleh pengakuan hukum di mana saja secara pribadi.
- Hak untuk pengampunan hukum secara efektif.
- Hak bebas dari penangkapan,penahanan,atau pembuangan yang sewenang-wenang.
- Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak.
- Hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah.
- Hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap kukuasa-an pribadi,keluarga,,tempat
tinggal, maupun surat-surat.
- Hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik.
- Hak perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu.
- Hak bergerak.
- Hak memperoleh suaka.
- Hak atas satu kebangsaan.
- Hak untuk menikah dan membentuk keluarga.
- Hak untuk mempunyai hak milik.
- Hak bebas berpikir,berkesadaran,dan beragama.
- Hak bebas bepikir dan menyatakan pendapat.
- Hak untuk berhimpun dan berserikat.
- Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses yang sama terhadap pelayanan
masyarakat.
Sedangkan hak ekonomi,hukum, dan budaya berdasarkan pada pernyataan DUHAM
menyangkut hal-hal sebagai berikut,yaitu :
- Hak atas jaminan hukum.
- Hak untuk bekerja.
- Hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama.
- Hak untuk bergabung ke dalam serikat-serikat buruh.
- Hak untuk istirahatdab waktu senggang.
- Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan kesejahteraan.
- Hak atas pendidikan.
- Hak untuk berpatisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari
masyarakat.
Sementara itu HAM di Indonesia dinyatakan dalam UUD 1945 (amandemen I-IV
UUD 1945) yang memuat hak asasi manusia yang terdiri atas :
- Hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat.
- Hak kedudukan yang sama di dalam hukum/pemerintahan.
- Hak kebebasan berkumpul.
- Hak kebebasab beragama.
- Hak penghidupan yang layak.
- Hak kebebasan berserikat.
- Hak memperoleh pengajaran atau pebdidikan.
Selanjutnya secara operasional beberapa bentuk HAM yang terdapat dalam UU
Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM sebagai berikut :

- Hak hidup.
- Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
- Hak mengembangkan diri.
- Hak memperoleh keadilan.
- Hak atas kebebasan pribadi.
- Hak atas rasa aman.
- Hak atas kesejahteraan.
- Hak turut serta dalam pemerintahan
- Hak wanita.
- Hak anak.
E. HAM di Indonesia : Permasalahan dan Penegakannya

Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal 55 dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan
perlindungan HAM harus dilakukan melalui suatu konsep kerja sama
internasional yang berdasarkan pada prinsip saling ngenghormati,
kesederajata, dan hubungan antar negara serta hukum internasional yang
berlaku.
HAM di Indonesia didasarkan pada Konstitusi NKRI, yaitu : Pembukaan UUD
1945 (alenia I), Pancasila sila keempat, Batang tubuh UUD 1945 (Pasal 27,29,
dan 30), UU nomor 39/1999 tentang HAM dan UU Nomor 26/2000 tentang
Pengadilan HAM. HAM di Indonesia menjamin hak untuk hidup, hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak
memperoleh keadilan , hak atas kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas
kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita dan hak anak.
Program penegakkan hukum dan HAM (PP Nomor 7 tahun 2005), meliputi
pemberantasan korupsi, anti teroris, dan pembasmian penyalahgunaan
narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM
harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif, konsisten.
Kegiatan-kegiatan pokok penegakan HAM meliputi:
- Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi Tahun
2004 – 2009.
- Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari Tahun 2004-2009 sebagai gerakan nasional.
- Peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tidak pidana terorisme dan penyalahgunaan narkotika serta obat
berbahaya lainnya.
- Peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum maupun lembaga yang berfungsi dan tugasnya mencegah
dan memberantas korupsi.
- Peningkatan Peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum maupun lembaga yang fungsi dan tugasnya
menegakkan hak asasi manusia
- Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga negara di depan hukum melalui keteladanan kepala
negara dan pimpinan lainnya untuk mematuhi dan menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten dan konsekuen.
- Penyelenggaraan audit regular atas seluruh kekayaan pejabat pemerintah dan pejabat negara.
- Peninjauan serta penyempurnaan sebagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan proses hukum yang lebih sederhana, cepat,
tepat, dan dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
- Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia dalan rangka penyelenggarakan
ketertiban sosial agar dinamika masyaeakat dapat berjalan sewajarnya.
- Pembenahan system manajemen penanganan perkara yang menjamin akses pablik, pengembangan system pengawasan yang
transparan dan akuntabel.
- Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
- Penyelamatan barang bukti akuntabilitas kinerja yang berupa dokumen/arsip lembaga negara dan badan pemerintahan untuk
mendukung penegakan hukum dan HAM
- Peningkatan koordinasi dan kerjasama yang menjamin efektivitas penegakan hukum dan HAM
- Pembaharuan materi hukum yang terkait dengan pemberantasan korupsi.
- Peningkatan pengawasan terhadap lalu lintas orang yang melakukan perjalanan baik keluar maupun masuk wilayah Indonesia
- Peningkatan fungsi intelejen agar aktifitas terorisme dapat di cegah pada tahap yang sangat dini, serta meningkatkan berbagai
operasi keamanan dan ketertiban.
- Peningkatan penanganan dan tindakan hukum terhadap penyalahgunan narkotika dan obat berbahaya melalui indentifikasi
dan memutus jaringan peredarannya, meningkatkan penyidikan, penyelidikan, penuntutan, serta menghukum para
pengedarnya secara maksimal.
F. Lembaga Penegak Hukum
Untuk membatasi masalah penegakan HAM, maka dalam Bab VII Pasal 75 UU tentang
HAM, negara membentuk komisi hak asasi manusia atau KOMNAS HAM, dan Bab XIII
pasal 100-103.

1. Komnas HAM
Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang kedudukannya setingkat
dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan
pengkajian,penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.

Tujuan Komnas Ham


- Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia.
- Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya
berpatisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Wewenang Komnas HAM
1. Wewenag dalam bidang pengkajian penelitian
- Pengkajian dan penelitian berbagai intrumen internasional hak asasi
manusia dengan tujaun memberikan saran-saran mengenai
kemungkinan aksesi dan atau rafikasi.
- Pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan
untuk memberikan rekomendasi mengenai pembentukan , perubahan,
dan pencabuatan peraturan perundangan –undangan yang berkaitan
dengan hak asasi manusia.
- Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian.
- Studi kepustakaan, studi lapangan, dan studi banding di negara
lainnya mengenai hak asasi manusia.
- Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan,
penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.
- Kerja sama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga atau
pihak lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun internasional
dalam bidang hak asasi manusia.
2. Wewenang dalam bidang penyuluhan
- Penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia
kepada masyarakat Indonesia.
- Upaya peningkatan kesadaran masyarakat temtamg hak
asasi manusia melalui lembaga pendidikan formal dan
nonformal serta berbagai kalangan lainnya.
- Kerja sama dengan organisasi, lembaga, atau pihak
lainnya, baik di tingkat nasional, regional, maupu
internasioanl dalam bidang hak asasi manusia.
3. Wewenang dalam pemantauan
- Pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan hasil
pengamatan tersebut.
- Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam masyarakat
yang berdasrkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat penyelenggaraa hak
asasi manusia; Pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang
diadukan untuik dimintai dan didrngarkan keterangannya.
- Pemanggilan saksi untuk dimintai dan didengarkan kesaksian, dan kepada saksi
pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan.
- Peninjuan di tempat kejadian dan tempay lainnya yang dianggap perlu.
- Pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan secara secara
tertulis atau menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya dengan
persetujuan ketua pengadilan.
- Pemeriksaan setempat terhadap rumah,m pekarangan, bangunan, dan tempat-
tempat lainnya yang didudukli atau dimiliki pihak tertentu dengan persetujuan ketua
pengadilan.
- Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan terhadap
perkara tertentu yang sedang dalam proses peradialan, bilamana dalam perkara
tersebut terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah public dan acara
pemeriksaan oleh pengadilan yang kemudian pendapat Komnas HAM tersebut wajib
diberitahukan oleh hakim kepada para pihak.
4. Wewenang dalam bidang mediasi
- Perdamaian kedua belah pihak
- Penyelesaian perkaramelalui cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli
- Pemberian saran kepada para pihak untuk
menyelesaikan sengketa melalui pengadilan
- Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran
hak asasi manusia kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti
penyelesaiannya
- Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran
hak asasi manusia kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia untuk ditindaklanjuti
2. Pengadilan HAM
Dalam rangka penegakan HAM, maka Komnas HAM melakukan pemanggilan
saksi dan pihak kejaksaan yang melakukan penuntutan di pengadilan HAM.
Menurut pasal 104 UU HAM, untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia
yang berat di bentuk pengadilan HAM di lingkungan peradilan umum, yaitu
pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Proses pengadilan berjalan sesuai
fungsi badan pengadilan.
3. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam penegakan HAM diatur dalam pasal 100-103 UU tentang
HAM. Pertisipasi masyarakat dapat berbentuk sebagai berikut:
•Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam
perlindungan, penegakan dan pemajuan hak asasi manusia.
•Masyarakat juga berhak menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka
perlindungan , penegakan dan pemajuan hak asasi manusia.
•Masyarakat berhak mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijaksanaan yang
berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya.
•Masyarakat dapat bekerja sama dengan Komnas HAM melakukan penelitian,
pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia
G. Mengembangkan Pendidikan HAM
Pengajaran HAM sejak dini dilaksanakan tidak hanya bertujuan sebagai
pengetahuan (knowledge)tentang HAM tetapi juga mengembangkan sikap
(attitude) dan keterampilan (skills)
a. Pengetahuan tentang HAM mencakup hak dan kewajiban setiap manusia, hak-
hak anak, hak-hak perempuan, masalah keadilan dan pluralism
b. Pendidikan HAM juga mengembangkan keterampilan mahasiswa yang
dilakukan dengan meningkatkan keterampilan mendengarkan orang lain,
bekerja sama, berkomonikasi, memecahkan masalah, membuat analisis moral
dan bagaimana mengajukan kritik dengan baik
c. Tahap selanjutnya dari pendidikan HAM diharapkan mempunyai sikap yang
baik. Mahasiswa harus menyadari bahwa hak asasi setiap manusia adalah interen
yang dimiliki orang lain. Mahasiswa harus mau menghargai hak orang lain,
menyadari bahwa kerja sama lebih baikdaripada konflik dengan orang lain., dan
mampu bertanggung jawab atas tindakan yang diambil, serta mampu
memperbaiki kehidupan di masa mendatang
Penelitin yang dilakukan oleh Sutisno (2004) menunjukkan
bahwa:
•70 persen responden setuju pendidikan HAM sejak dini
dengan alas an sebagai dasar penanaman sikap, dan
mengurangi pelanggaran HAM di masa depan.
•Mareti yang perlu disampaikan dalam perkuliahan HAM,
menurut responden terdiri atas 40 persententang HAM
yang bersifat umum, 40 persen tentang HAM anak-anak,
perempuan, dan minoritas, dan 20 persen tentang
penyelesaian permasalahan HAM
•Metode pembelajaran HAM yang diharapkan dan disukai
secara berurutan adalah diskusi, role play, surah
pendapat, studi kasus, dan tutorial

Anda mungkin juga menyukai