Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wulandari

NIM : 11210950000058

Kelas : Biologi B

Resume PPKN HAM

A. Pengertian HAM
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak hidup, misalnya, adalah
klaim untuk memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang dapat membuat
seseorang tetap hidup. Tanpa hak tersebut eksistensinya sebagai manusia akan hilang.
Menurut UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia hak asasi manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

B. Konsep HAM dalam Islam


Terdapat dua konsep tentang hak dalam islam, yaiu hak asasi manusia (haq al insan)
dan hak Allah. Satu dan lainnyasaling terkait dan saling melandasi. Hak Allah
melandasi hak manusia demikian juga sebaliknya, sehingga dalam praktiknya tidak
bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Misalnya, dalam pelaksanaan hak Allah
berupa ibadah shalat, seorang Muslim yang taat memiliki kewajiban untuk
mewujudkan pesan moral ibadah shalat dalam kehidupan sosial-Nya. Uapan
menggunakan nama Allah (takbir) di awal sholat dan uapan salam (Kesejahteraan) di
akhir shalat adalah tuntutan bagi setiap muslim untuk menebar keselamatan bagi
orang sekelilingnya atas dasar keagungan Allah. Dengan ungkapan lain, hak Tuhan
dan Hak manusia dalam Islam terkandung dalam ajaran ibadah sehari-hari. Islam
tidak memisahkan antara hak Allah dan hak manusia. (A. Ubaidillah, dkk, 2000).

C. Sejarah Perkembangan HAM


1. Sebelum Deklarasi Universal HAM 1948
Para ahli HAM menyatakan bahwa sejarah perkembangan HAM bermula dari
kawasan Eropa dan telah populer di masa kejayaan Islam. Sejak lahirnya Magna
Charta (1215), raja yang melanggar aturan kekuasaan harus diadili dan
mempertanggungjawabkan kebijakan pemerintahannya di hadapan parlemen.
Sekalipun kekuasaan para raja masih sangat dominan dalam hal pembuatan
undang-undang, Magna Charta telah menyulut ide tentang keterikatan penguasa
kepada hukum dan pertanggung jawaban kekuasaan mereka kepada rakyat.
Lahirnya Magna Charta merupakan cikal bakal lahirnya monarki konstitusional.

Pada 1689, lahir Undang-Undang Hak Asasi Manusia (HAM) di Inggris. Pada
masa itu pula muncul istilah equality before the law, kesetaraan manusia di muka
hukum. Pandangan ini mendorong timbulnya wacana negara hukum dan negara
demokrasi pada kurun waktu selanjutnya. Pada 1789 lahir deklarasi Perancis.
Deklarasi ini memuat aturan-aturan hukum yang menjamin hak asasi manusia
dalam proses hukum, seperti larangan penangkapan dan penahanan seseorang
secara sewenang-wenang tanpa alasan yang sah atau penahanan tanpa surat perintah
yang dikeluarkan oleh lembaga hukum yang berwenang.

2. Setelah Deklarasi Universal HAM 1948


Generasi pertama, merupakan generasi yang mendefinisikan HAM hanya
berpusat pada bidang hukum dan politik. Hak-hak yuridis, seperti hak untuk hidup,
hak untuk tidak menjadi budak, hak untuk tidak disiksa dan ditahan, hak kesamaaan
dan keadilan dalam proses hukum, hak praduga tidak bersalah, dan sebagainya.
Selain dari hak-hak tersebut, hak nasionalitas, hak pemilikan, hak pemikiran, hak
beragama, hak pendidikan, hak pekerjaan, dan kehidupan budaya.

Generasi kedua, merupakan generasi yang berpikiran bahwa HAM tidak saja
menuntut hak yuridis, tetapi juga menyerukan hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan
budaya. Lahir dua konvensi HAM Internasional di bidang ekonomi, sosial, dan
budaya, serta konvensi bidang sipil dan hak-hak politik sipil (international covenant
on economic, social, and cultural rights dan international covenant on civil and
political rights). Kedua konvensi tersebut disepakati dalam sidang umum PBB 1966.

Generasi ketiga. Generasi ini menyerukan wacana kesatuan HAM antara hak
ekonomi, sosial, budaya, politik, dan hukum dalam satu bagian integral yang
dikenal dengan istilah hak- hak melaksanakan pembangunan (the rights of
development), sebagaimana dinyatakan oleh Komisi Keadilan Internasional
(International Comission of Justice). Peranan negara tampak begitu dominan.
Generasi keempat, ditandai oleh lahirnya pemikiran kritis HAM. Pemikiran HAM
generasi keempat dipelopori oleh negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun
1983 melahirkan deklarasi HAM yang dikenal dengan Declaration of the Basic
Duties of Asia People and Government.

D. Perkembangan HAM di Indonesia


a. Sebelum Kemerdekaan (1908-1945)
Pemikiran Ham dalam periode ini dapat dijumpai dalam kemunculan organisasi
pergerakan nasional seperti Budi Oetomo, Sarekat Islam, Partai Komunis Indonesia,
Partai Nasional Indonesia, Indische Partij, dan Perhimpunan Indonesia.

b. Setelah kemerdekaan Periode 1945-1950


Pemikiran Ham pada periode ini masih menekankan pada wacana hak untuk
merdeka, hak kebebasan berserikat melalui organisasi politik serta hak kebebasan
menyampaikan pendapat.

c. Setelah kemerdekaan Periode 1950-1959


Pemikiran Ham Pada masa ini dicatat sebagai masa yang sangat kondusif bagi
sejarah perjalanan HAM di Indonesia. Sejalan dengan prinsip demokrasi liberal di
masa itu, suasana kebebasan mendapat tempat dalam kehidupan politik nasional.

d. Setelah kemerdekaan Periode 1959-1966


Pada masa ini merupakan sistem demokrasi terpimpin di mana kekuasaan
terpusat di tangan Presiden presiden tidak dapat dikontrol oleh parlemen sebaliknya
parlemen dikendalikan oleh presiden. Kekuasaan presiden bersifat absolut. Akibat
langsung dari model pemerintahan ini adalah pemasungan hak-hak asasi warga
negara semua pandangan politik masyarakat diarahkan harus sejalan dengan
kebijakan pemerintah yang otoriter.

e. Setelah kemerdekaan Periode 1966-1998


Pada Orde Baru telah banyak terjadi pelanggaran HAM. Orde Baru memandang
HAM dan demokrasi sebagai produk barat yang individualis dan bertentangan
dengan prinsip gotong royong dan kekeluargaan yang dianut bangsa Indonesia.
Komitmen Orde Baru terhadap pelaksanaan HAM secara murni masih jauh dari
harapan masyarakat. Masa pemerintahan orde baru masih sarat dengan pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh aparat negara atas warga negara.

f. Pasca Orde Baru


Pada masa ini pengkajian terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru yang
bertentangan dengan prinsip HAM mulai dilakukan kelompok reformis dengan
membuat perundang- undangan baru yang menjunjung prinsip-prinsip HAM dalam
kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan. Pemerintah di era ini melakukan
ratifikasi terhadap instrumen HAM internasional untuk mendukung pelaksanaan
HAM di Indonesia.

E. Pelanggaran dan Pengadilan HAM


Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang, dan tidak
didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Pelanggaran HAM
dikelompokkan pada dua bentuk yaitu: pelanggaran HAM berat dan pelanggaran
HAM ringan. Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan
kemanusiaan. Adapun bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk
pelanggaran HAM berat tersebut. Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang
dilakukan dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, etnis, dan agama.

Pengadilan HAM berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran


HAM oleh warga negara Indonesia yang berada dan dilakukan di luar batas teritorial
wilayah NKRI. Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah
18 tahun Pada saat kejahatan dilakukan. Pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara pengadilan HAM sebagaimana terdapat dalam
undang-undang pengadilan HAM. Upaya mengungkap pelanggaran HAM dapat juga
melibatkan peran serta masyarakat umum. Kepedulian warga negara terhadap
pelanggaran HAM dapat dilakukan melalui Upaya pengembangan komunitas ham
atau penyelenggaraan tribunal tentang pelanggaran HAM.
DAFTAR PUSTAKA

Ubaedillah, A. (2017). PANCASILA, DEMOKRASI, & PENCEGAHAN KORUPSI. Jakarta:


PRENADAMEDIA GROUP.

Anda mungkin juga menyukai