Anda di halaman 1dari 10

Tugas PPKN

Nama:may Sarah

Kelas:12

.
PENDAHULUAN

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam

penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang

terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.Hak juga merupakan

sesuatu yang harus diperoleh.Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali

dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi

dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu

diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup

bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM

terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita

sendiri.

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu

dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita

sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai

manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena

pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak

tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi

diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak

yang tidak dapat diabaikan.

Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak

asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat

universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil

oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat

kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul.


. Hak Asasi Manusia dalam Pancasila

1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Ada berbagai versi definisi mengenai HAM. Setiap definisi menekankan pada segi-segi tertentu dari
HAM. Berikut beberapa definisi tersebut. Adapun beberapa definisi Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
sebagai berikut:

a. UU No. 39 Tahun 1999

Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

b. Oemar Seno Aji

HAM adalah hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu holy area.

c. Kuncoro

HAM adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya dan tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya.

d. G.J.Wollhof

HAM adalah sejumlah hak yang berakat pada tabi’at setiap pribadi manusia, dan tidak dapat dicabut
oleh siapapun.

e. Miriam Budiardjo

Miriam Budiardjo membatasi pengertian hak-hak asasi manusia sebagai hak yang dimiliki manusia yang
telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam masyarakat.

Jadi kesimpulan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).

2. Macam-Macam HAM

Secara garis besar hak-hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi enam macam sebagai berikut:
a. Hak-hak ekonomi (property right) hak untuk memiliki sesuatu, membeli atau menjual serta
memanfaatkannya.

b. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan atau
(Right of legal Equality).

c. Hak-hak asasi politik (Political right)yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan.

d. Hak-hak asasi sosial dan budaya(social and culture right)misalnya hak untuk memilih pendidikan.

e. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan(procedura
rights)peratuaran dalam hal penangkapan.

3. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Pemahaman Ham di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di masyarakat dan acuan
bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup lama. Secara garis besar Prof. Bagir Manan pada
bukunya Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia ( 2001 ), membagi perkembangan
HAM pemikiran HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu periode sebelum Kemerdekaan ( 1908-
1945 ), periode setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang ).

a. Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 )

1) Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah memperlihatkan
adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi – petisi yang dilakukan kepada
pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM
Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.

2) Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri.

3) Sarekat Islam, menekankan pada usaha – usaha unutk memperoleh penghidupan yang layak dan
bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.

4) Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme lebih condong pada
hak – hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu – isu yang berkenan dengan alat produksi.

5) Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan
serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.

6) Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.

7) Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik yaitu hak untuk
mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan berkumpul, hak
persamaan di muka hukum serta hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara.

8) Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara
Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak lain.
Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah hak
persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk
memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan
pikiran dengan tulisan dan lisan.

b. Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang )

1) Periode 1945 – 1950

Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk
berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk untuk menyampaikan
pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara formal karena telah
memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar Negara ( konstitusi ) yaitu, UUD 45.
komitmen terhadap HAM pada periode awal sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah
tanggal 1 November 1945. Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk
mendirikan partai politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.

2) Periode 1950 – 1959

Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode Demokrasi
Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini menapatkan momentum yang sangat membanggakan,
karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi liberal atau demokrasi parlementer
mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Seperti dikemukakan oleh Prof. Bagir Manan pemikiran
dan aktualisasi HAM pada periode ini mengalami “ pasang” dan menikmati “ bulan madu “ kebebasan.
Indikatornya menurut ahli hukum tata Negara ini ada lima aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh
partai – partai politik dengan beragam ideologinya masing – masing. Kedua, Kebebasan pers sebagai
pilar demokrasi betul – betul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari
demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair ( adil ) dan demokratis. Keempat, parlemen atau
dewan perwakilan rakyat resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai
wakil rakyat dengan melakukan kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan
pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang
memberikan ruang kebebasan.

3) Periode 1959 – 1966

Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin

reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem demokrasi Parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi
terpimpin ) kekuasan berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi
terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran supratruktur politik maupun
dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak asasi
masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik.

4) Periode 1966 – 1998


Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat untuk menegakkan
HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar
tentang HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan tentang perlunya
pembentukan Pengadilan HAM, pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk wilayah Asia.
Selanjutnya pada pada tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II yang merekomendasikan
perlunya hak uji materil ( judical review ) untuk dilakukan guna melindungi HAM. Begitu pula dalam
rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS 1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan
rumusan yang akan dituangkan dalam piagam tentang Hak – hak Asasi Manusia dan Hak – hak serta
Kewajiban Warganegara. Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an
persoalan HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan ditegakkan.
Pemerintah pada periode ini bersifat defensif dan represif yang dicerminkan dari produk hukum yang
umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah tercermin dalam ungkapan bahwa HAM
adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai dengan nilai –nilai luhur budaya bangsa yang tercermin
dalam Pancasila serta bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang
dalam rumusan UUD 1945 yang terlebih dahulu dibandingkan dengan deklarasi Universal HAM. Selain
itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh
Negara – Negara Barat untuk memojokkan Negara yang sedang berkembang seperti Inonesia. Meskipun
dari pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan kemunduran, pemikiran HAM nampaknya terus
ada pada periode ini terutama dikalangan masyarakat yang dimotori oleh LSM ( Lembaga Swadaya
Masyarakat ) dan masyarakat akademisi yang concern terhaap penegakan HAM. Upaya yang dilakukan
oleh masyarakat melalui pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran HAM
yang terjadi seprti kasus Tanjung Priok, kasus Keung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di Irian Jaya, dan
sebagainya.

Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an nampak memperoleh hasil yang
menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi pemerintah dari represif dan defensif menjadi ke
strategi akomodatif terhadap tuntutan yang berkaitan dengan penegakan HAM. Salah satu sikap
akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan HAM adalah dibentuknya Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia (KOMNAS HAM ) berdasarkan KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993.
Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyeliiki pelaksanaan HAM, serta memberi pendapat,
pertimbangan, dan saran kepada pemerintah perihal pelaksanaan HAM.

5) Periode 1998 – sekarang

Pergantian rezim pemerintahan pada tahan 1998 memberikan dampak yang sangat besar pada
pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap
beberapa kebijakan pemerintah orde baru yang beralwanan dengan pemjuan dan perlindungan HAM.
Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan
pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari
pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang
terkait dengan penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional dalam bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status penentuan dan
tahap penataan aturan secara konsisten. pada tahap penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan
perundang – undangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara ( Undang – undang Dasar
1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ), Undang – undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan
perundang – undangam lainnya.

4. Pengertian Pancasila

Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berarti “lima” dan sila yang berarti “dasar”.
Dengan demikian pancasila artinya lima dasar.

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin
yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Sifat dari pancasila adalah
imperative atau memaksa, siapa saja yang berada diwilayah NKRI, wajib mentaati pancasila serta
mengamalkan dengan tanpa persyaratan. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara
Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik
Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Pancasila Hak-
hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan terperinci di dalam
batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional dan fundamental tentang dasar
filsafat negara Republik Indonesia serat pedoman hidup bangsa Indonesia, terdapat pula ajaran pokok
warga negara Indonesia. Yang pertama ialah perumusan ayat ke 1 pembukaan UUD tentang hak
kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa didunia. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.Kebulatan lima dasar dalam
Pancasila, mengemukakan Pancasila seperti dikemukakan Notonegoro dalam Pidato Dies Universitas
Airlangga pada 10 Nopember 1955 secara filsafat kenegaraan, dan istilah “Pancasila” oleh Dr. Sumantri
Harjoprakoso dalam “Indonesisch mensbeeld als basis ener psychotherapie” (Leiden, Juni 1956) yang
juga digunakan dalam bidang kebatinan yang menyebut lima tabiat manusia guna mencapai pendirian
hidup sempurna, yaitu: 1. Rela, 2. Narimo (Jawa), 3. Temen (Jujur), 4. Sabar, dan 5. Budi luhur. Lima
tabiat ini agar dapat melaksanakan sandaran hidup yang dinamakannya “Tri Sila” yakni: a. eling
(beriman), b. percaya dan c. mituhu (setia). “Pancasila” juga dikemukakan Prof. Dr. Priyono, Menteri PP
dan KK pada Seminar Ilmu dan Kebudayaan di Yogyakarta (29 Juni 1956) sebagai “Panca Sila” Bahasa
Indonesia.

5. Pancasila sebagai sumber nilai

Dalam Pancasila terkandung tiga Nilai sebagai berikut :

1) Nilai Dasar

adalah asas-asas yang berasal dari nilai budaya bangsa Indonesia yang bersifat abstrak dan umum, relatif
tidak berubah namun maknanya selalu dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Artinya nilai
dasar itu bisa terus menerus ditafsirkan ulang baik makna maupun implikasinya. Melalui penafsiran
ulang itulah akan didapat nilai baru yang lebih operasional sesuai dengan tantangan zaman. Adapun
nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila adalah Ketuhanan, kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan,
dan Keadilan.

2) Nilai Instrumental

Nilai berlaku untuk kurun waktu dan kondisi tertentu, lebih bersifat kontekstual (menyesuaikan dengan
perkembangan zaman), wujudnya berupa kebijakan/peraturan, strategi, program, organisasi, sistem,
rencana. Seperti UUD 1945, Tap MPR, UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, UU No. 2 Tahun 1999
tentang partai politik, UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, dll.

3) Nilai Praksis

Adalah nilai yang dilaksanakan dalam kenyataan hidup sehari-hari yang menandakan apakah nilai dasar
atau instrumental masih hidup di tengah masyarakat, berbangsa dan bernegara. Contoh nilai praksis
seperti saling menghormati, toleransi, kerja sama, kerukunan, bergotong royong, menghargai, dan lain-
lain. Nilai ini sifatnya dinamis, penerapan nilai-nilai dalam kenyataan sehari-hari baik oleh lembaga
kenegaraan/organisasi dan warga negara

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila:

a. Nilai Ketuhanan, mengandung arti pengakuan dan keyakinan terhadap Tuhan YME sebagai
pencipta alam semesta.

b. Nilai Kemanusiaan, mengandung arti kesadaran akan sikap/perilaku sesuai dengan nilai moral dan
penghormatan HAM.

c. Nilai Persatuan, mengandung arti kesadaran untuk membina persatuan dengan semangat
Bhinneka Tunggal Ika.

d. Nilai Kerakyatan, mengandung arti mengembangkan musyawarah mufakat dan nilai-nilai


demokrasi.

e. Nilai Keadilan, mengandung arti kesadaran bersama mewujudkan keadilan bagi diri dan sesama
manusia.

Contoh perbuatan yang menunjukan pengamalan nilai-nilai Pancasila.

1) Menghindari diskriminasi dalam pergaulan.

2) Membantu teman yang terkena musibah atau bencana.

3) Melakukan donor darah.

4) Menghargai hak dan kewajiban orang lain.

PERTEMUAN 2

1. Macam-macam nilai menurut Notonegoro yaitu:


a. Nilai material, segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia;

b. Nilai vital, segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau
aktivitas

c. Nilai kerohanian, segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai rohani ada 4 yaitu:

1) Nilai kebenaran yang bersumber dari akal (rasio, budi, cipta) manusia;

2) Nilai keindahan/estetika yang bersumber dari pada unsur perasaan (emotion) manusia;

3) Nilai kebaikan/nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa, will) manusia;4) Nilai
religius yang merupakan nilai tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan/keyakinan
manusia.2. Nilai-Nilai yang terkandung dalam Pancasila

a. Nilai dasar yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang sifatnya
universal, nilai-nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar.Cita-
cita dan tujuan dari negara kita tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu alinea II dan IV.

b. Nilai instrumental yaitu nilai yang merupakan penjabaran dari nilai yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 , pelaksanaan dari nilai dasar yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan.

c. Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam bentuk pengamalan yang bersifat
nyata,dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Penutup

Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi Manusiahttp://kumpulanmakalhttps://makalah-


update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusiahttps://international.sindonews.com/read/13714

10/45/kasus-pelanggaran-ham-besar-internasional-

1547736836https://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia/77617-

lima-kasus-besar-pelanggaran-ham-di-indonesia.
Wikipedia Indonesia. 2007. Hak Asasi Manusia. id.wikipedia.Org/wiki/HakAsasi Manusia-

26k.Diakses 02 Desember 2011

Surbakti, K. (2018). FOSTERING OF FEMALE PRISONERS IN TANJUNG GUSTA

PENITENTIARY OF MEDAN. PROCEEDING: THE DREAM OF MILLENIAL

GENERATION TO GROW, 216-225.

Surbakti, K., & Si, M. (2019). KAJIAN MENGENAI PENTINGNYA BASIS DATA BAGI

Anda mungkin juga menyukai