Anda di halaman 1dari 15

Makalah Penegakan Hak Asasi Manusia pada Era Globalisasi

Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia pada Era Globalisasi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang
terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu
yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali
dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu
diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup
bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap
orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal
ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini
penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”.

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri
manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang
harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah
merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi
keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga
upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi
kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan
baik Sipil maupun Militer), dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar
hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM.

1.2 Perumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

3. Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia


4. Apa saja contoh-contoh pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)

1.3 Maksud dan Tujuan

Sesuai dengan perumusan diatas, makalah ini dibuat agar masyarakat mengerti tentang
Hak Asasi Manusia (HAM) yang dia punya dan contoh pelanggaran – pelanggaran apa saja yang
terdapat pada Hak Asasi Manusia (HAM) tersebut.

1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian ini dibuat dengan cara mengumpulkan data dari Internet, serta buku –
buku pengetahuan yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM)

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Metode Penelitian
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Instrumen HAM di Indonesia
2.2 Macam-macam Hak Asasi Manusia
2.3 Perkembangan dan Penegakan HAM di Indonesia
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
3.2 Hak Asasi Manusia (HAM) pada Tataran Global
3.3 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
3.4 Contoh-contoh Kasus Pelanggaran HAM
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Instrumen HAM di Indonesia


Beberapa instrumen HAM yang dimiliki NKRI yaitu :
1. Undang-undang Dasar 1945. Terdapat dalam pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945
yaitu pasal 28A sampai dengan 28J.
2. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM terdapat 8 bab yang mengatur tentang
HAM.
3. Undang-undang No.39 tahun 1999. Undang-undang ini mengatur tentang HAM seperti hak
hidup, hak berkeluarga dan lain-lain. Undang-undang sini juga mengatur tentang kewajiban asasi
manusia seperti kewajiban setiap warga untuk mematuhi peraturan perundang-undangan.
4. Undang-undang No.26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM. Pengadilan HAM digunakan untuk
menyelesaikan masalah pelanggaran HAM berat dan mengembalikan keamanan dan perdamaian
Indonesia.
2.2 Macam-macam Hak Asasi Manusia
Menurut dua instrumen HAM internasional (Konvenan Internasional tentang
Hak-hak Sipil dan Politik/ ICCPR dan konvenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi,
sosial, dan budaya/ ICESCR) :
1. HAM berkenaan dengan kehidupan sipil dan politik. Hak ini mewajibkan suatu negara agar
menahan diri dari tidakan dan campur tangan terhadap kehidupan individu-individu atau
kelompok masyarakat, misalnya hak hidup.
2. HAM berkenaan dengan kehidupan dibidang ekonomi, sosial dan budaya. Hak ini
mewajibkan suatu negara agar menyediakan sarana-prasarana karen individu tidak mampu
menyediakan sendiri, misalnya hak untuk memperoleh pkerjaan.
Menurut Franz Magnis-Suseno :
1. Hak asasi negatif atau liberal. Hak ini pada dasarnya menuntut agar kemandirian setiap orang
atas dirinya sendiri dihormati oleh pihak lain. Yang termasuk dalam hak ini antara lain : hak
untuk hidup.
2. Hak asasi aktif atau demokratis. Inti dari hak ini adalah bahwa setiap orang memiliki hak untuk
turut serta menentukan arah perkembangan masyarakat tempat ia hidup. Termasuk dalam hak ini
antara lain : memilih wakil rakyat.
3. Hak asasi positif. Menuntut prestasi-prestasi tertentu dari negara. Yang termasuk dalam hak ini
antara lain : hak atas perlindungan keamanan.
4. Hak asasi sosial. Hak ini pada dasarnya merupakan hak warga negara memperoleh keadilan
dibidang ekonomi, sosial dan budaya. Yang termasuk dalam hak ini antara lain : hak atas
jaminan sosial.
2.3 Perkembangan dan Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia

1. Pada abad ke-15 Ham telah ditulis dalam kitab-kitab adat bugis kuno (lontara) yang berisi
tentang hak hidup dan hak kebesasan.
2. Di Minangkabau dikenal hak protes terhadap kebijakan yang tidak adil.
3. Di jawa, dikenal hak untuk tinggal diwilayah lain sebagai protes kepada raja (nggogol).
4. RA. Kartini adalah orang pertama yang secara jelas mengungkapkan pemikiran mengenai
HAM, diungkapkan dalam surat-surat yang ditulis 40 tahun sebelum proklamasi.
5. Sidang BPUPKI. Dalam sidang ini, Moh. Yamin, Moh hatta dan Sukiman merupakan tokoh
yang gigih membela HAM yang diatur secara luas alam UUD 1945. Namun hanya sedikit yang
diatur dalam UUD 1945, tetapi diatur secara menyeluruh dalam konstitusi RIS dan UUDS 1950.
Kedua konstitusi ini hanya berlaku sementara.
6. Sidang konstituante (1956-1959). Dalam sidang ini, HAM di bahas sangat intens. Namun
sebelum sidang selesai, presiden mengeluarkan dekrit presiden 5 juli 1959. Sejak itu indonesia
kembalil menggunakan UUD 1945.
7. Pelaksanaan HAM berdasarkan UUD 1945 jauh dari memuaskan. Ini terjadi pada masa orde
lama dan orde baru. Pada masa ini, pelanggaran HAM mencapai puncaknya.
8. Tahun 1993 dibentuklah komnas HAM. Namun tidak dapat berfungsi dengan baik karena
keadaan politik yang tidak menentu. Pelanggaran terus terjadi dan hal tersebut mendorong
terjadinya reformasi.
9. Era reformasi. Ada kemajuan dalam penegakan HAM. Beberapa dokumen yang lahir antara
lain :
a. Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen.
b. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM terdapat 8 bab yang mengatur tentang
HAM.
c. Undang-undang No.39 tahun 1999, Undang-undang No.26 tahun 2000 tentang pengadilan
HAM.
10. Tahun 2005, pemerintah meratifikasi dua instrumen sangat penting dalam penegakan HAM yaitu
: Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Poitik/ ICCPR menjadi UU no. 11 tahun
2005 dan konvenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, sosial, dan budaya/ ICESCR
menjadi UU no.12 tahun 2005.
11. Upaya-upaya penegakan HAM pun terus dilakukan dengan cara pengcegahan dan penindakan.
12. Komnas HAM juga pengadilan HAM mulai berperan dengan baik pada masa ini.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu
manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.Menurut John Locke HAM adalah hak-
hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia”.

Ruang lingkup HAM meliputi:

a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;

b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;

c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta

d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga


keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati,
melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung
jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil
maupun Militer),dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan
tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar
hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM.
3.2 Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global
Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama
mengenai HAM ,yaitu:

a. Ham menurut konsep Negara-negara Barat

1) Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.

2) Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.

3) Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.

4) Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.

b. HAM menurut konsep sosialis;

1) Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat

2) Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada.

3) Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.

c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:

1.Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.

2.Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap kepala


keluarga

3.Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban
sebagai anggota masyarakat.

d. HAM menurut konsep PBB;

Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor
Roosevelt dan secara resmi disebut “ Universal Decralation of Human
Rights”.

Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang


mempunyai:

 Hak untuk hidup

 Kemerdekaan dan keamanan badan

 Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum


 Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana

 Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara

 Hak untuk mendapat hak milik atas benda

 Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan

 Hak untuk bebas memeluk agama

 Hak untuk mendapat pekerjaan

 Hak untuk berdagang

 Hak untuk mendapatkan pendidikan

 Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat

 Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.

3.3 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia

Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan


perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan,
baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal
1 (3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan
melalui sutu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati,
kesederajatan, dan hubungan antar negara serta hukum internasional yang berlaku.
Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi,
antitrorisme, serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh
sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif
dan konsisten.

Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:

1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009 sebagai
gerakan nasional

2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang fungsi
dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia
3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan hukum
melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/ menaati hukum
dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen

4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia dalam
rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat berjalan sewajarnya.

5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi Nasional


Pemberantasan Korupsi.

6. Peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana terorisme dan


penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.

7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta badan
pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.

8. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum dan HAM.

9. Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.

10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan proses
hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat.

Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:

1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009
sebagai gerakan nasional

2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang
fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia

3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan


hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/
menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen
BAB IV

PENUTUP

4.1 3.1 Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu
hal yang perlu kita ingat bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI,
dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau
suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM
sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

3.2 Saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan


memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.

contoh SURAT GUGATAN TALAK


3 Votes

SURAT GUGATAN TALAK

Yogyakarta, 23 Oktober 2006

Kepada Yang Terhormat,


Ketua Pengadilan Agama Yogyakarta
di –
YOGYAKARTA

Nomor : 03/Pdt.17/II/2006
H a l : Gugatan Talak, Nafkah dan Hak Hadlonah
Lamp. : Surat Kuasa Khusus

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini kami,

MUHAMMAD ANIS AFIQI, SH


FAUZAN YAZID, SH
KHATAM SEPTRIYOGA AZHARI, SH
Kesemuanya ADVOKAT
Berkantor pada KANTOR ADVOKAT MFK di Jl. Jend. Soedirman No. 23 Sleman Yogyakarta
53194, Telp. 0274 554438.

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 27 November 2008, bertindak baik bersama-sama
maupun sendiri-sendiri untuk dan atas nama klien kami,
N a m a : Muhammad Eboy bin Muhammad Salafudin
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S-1/Strata 1
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jl. Kaliurang Km. 12,5 Ngaglik Sleman Yogyakarta
Selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT.
Dengan ini mengajukan GUGATAN TALAK, NAFKAH dan HAL HADLONAH terhadap istri,
N a m a : Nabila Bila Salsa binti Muhammad Hasan
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : D-3/Diploma 3
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Mentri Soepeno No. 7 Kota Baru Yogyakarta
Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT.
Adapun gugatan talak ini kami ajukan dengan mendasarkan pada dalil-dalil sebagai berikut :
1. Bahwa pada tanggal 2 Januari 2000 telah dilangsungkan perkawinan yang sah antara
seorang laki-lakiyang bernama Muahamad Eboy bin Muahamad Salafudin (PENGGUGAT)
dengan seorang wanita yang bernama yang bernama Nabila Bila Salsa binti Muhamad Hasan
(TERGUGAT).
2. Bahwa perkawinan seperti tersebut dalam poin 1 di atas dilaksanakan berdasarkan agam
islam dan menuntut prosedur yang berlaku serta telah didaftarkan di KUA Kecamatan Akta
Nikah Porong Sidoarjo Surabaya, Jawa Timaur sebagaimana yang tercatat dalam Kkutipan Akta
Nikah Nomor 845/48/IV/2000 tertanggal 2 Januari 2000.
3. Bahwa perkawinan antara PENGGUAGAT dan TERGUGAT dilangsungkan berdasarkan
atas kehendak kedua belah pihak dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia
dan kekal berdasrkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
4. Bahwa dalam perkawinanya, PENGGUGAT dan TERGUGAT telah melakukan hubungan
suami istri dab dikaruniai 1 (satu) orang anak perempuan, yaitu : DINI, lahir pada 10 Oktober
2002 di Yogyakarta.
5. Bahwa di awal perkawinan, atas kesepakatan kedua belah pihak, PENGGUGAT dan
TERGUGAT tinggal satu rumah di Jl. Menteri Supeno No.180 Kota Baru Yogyakarta.
6. Bahwa sejak awal perkawinan PENGGUGAT dan TERGUGAT sebagaimana poin 1 di atas
ternyata telah sering terjadi perselisihan (SIQOQ)dan ketidakcocokan antara PENGGUGAT dan
TERGUGAT.
7. Bahwa keidakcocokan dan perselisihan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
adalah :
a. Antar PENGGUGAT dan TERGUGAT terdapat perbedaan dalam pemikiran.
b. TERGUGAT tidak dapat mengikuti gaya hidup PENGGUGAT yang memang seharusnya
diikuti pleh termohon TERGUGAT karena berkaitan degan aktivitas PENGGUGAT dalam
mencari nafkah.
8. Bahwa PENGGUGAT telah berulang kali memberikan pengertian-pengertian kepada
TERGUGAT agar TERGUGAT dapat merubah sikapnya seperti pada poin 7 tersebut di ata, baik
secara langsung maupun tidak langsung, misalnya dengan menganjurkan agar mengikuti kursus
kepribadian, kursus kecantikan atau yang lainnnya, agar dapat merubah atau menambah
penampilan TERGUGAT,namun saran dan anjuran tersebut tidak direspon dangan baik oleh
TERGUGAT. Hal ini lah yang menimbulakn perselisihan dengan TERGUGAT.
9. Bahwa hal-hal sebagaimana yang telah disebut dalam poin-poin di atas telah menyebabkan
SIQOQ dalam rumah tangga PENGGUGAT dan TERGUGAT secara terus menerus, maka hal
tersebut jualah yang telah menyebabkan disharmonisnya rumah tangga PENGGUGAT dan
TERGUGAT .
10. Bahwa kondisi SIQOQ secara terus menerus dalm rumsh tangga PENGGUGAT dan
TERGUGAT tersebut juga menyebabkan antara PENGGUGAT dan TERGUGAT telah pisah
ranjang.
11. Bahwa pisah ranjang tersebut telah dilakukan sejak TERGUGAT dalam kondisi hanil 6
(enam) bulan, yaitu lebih kurang pada bulan Juli 2002 sampai dengan saat ini.
12. Bahwa sejak terjadinya pisah ranjang antara PENGGUGAT dan TERGUGAT tersebut,
sejak itu pulalah keduanya tidak melakukan hubungan suami istri, yang berarti sudah kurang
lebih hampir 3 tahun.
13. Bahwa selama dalam masa pisah ranjang tersebut, PENGGUGAT masih tetap berupaya
untuk dapat menyelesaikan kemelut rumah tangganya, akan tetapi sampai gugatan ini diajukan
ternyata harmonisasi rumah tangga PENGGUGAT dan TERGUGAT tetap tidak dapat dicapai.
14. Bahwa upaya yang dilakukan PENGGUGAT tersebut ialah dengan tetap memberikan
pengertian kepada TERGUGAT, tetap memberikan nafkah lahir kepada TERGUGAT dan anak
PENGGUGAT TERGUGAT.
15. Bahwa dengan demikian nafkah lahir/biaya hidup TERGUGAT dan anak PENGGUGAT
TERGUGAT masih tetap dipenuhi PENGGUGAT sampai gugatan ini dimasukkan.
16. Bahwa dikarenakan anak PENGGUGAT dan TERGUGAT balum mumayyiz, maka
PENGGUGAT mengikhlaskan anak tersebut untuk diasuh oleh TERGUGAT, namun
PENGGUGAT tetap bertanggung jawab terhadap nafkah/biaya hidup dan sekolah anak
PENGGUGAT TERGUGAT sampai si anak dewasa, bahkan sampai nanti menikahkan anak
tersebut, walaupun nantinya rumah tangga PENGGUGAT dan TERGUGAT putus karena
adanya permohonan talak ini.
17. Bahwa melihat kondisi rumah tangga PENGGUGAT dan TERGUGAT yang jelas-jelas
sudah tidak harmonis tersebut maka berdasarkan pasal 1 Undang-Undang No. 1 tahunh 1974
tentang Perkawinan disebutkan bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk rumah
tangga yang bahagia lahir dan batin berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sedang dalam
Kompilasi Hukum Islam Pasal 3 INPRES Ni. 1 tahun 1991 bahwa tujuan perkawinan adalah
untuk mewujudkan kahidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Dengan
demikian tujuan tersebut diatas tidak mungkin tercapai dikarenakan perbuatan TERGUGAT, dan
oleh karenanya jalan satu-satunya dalam upaya kemaslahatan serta menyelamatkan kehidupan
PENGGUGAT dan TERGUGAT adalah mengajukan Permohonan Talak ini.
18. Bahwa PENGGUGAT juga bersedia memberikan nafkah-nafkah sesuai dengan
kemampuan PENGGUGAT yaitu, nafkah iddah sebesar Rp.500.000 (lima ratus ribu rupiah) per
bulan, yang berarti keseluruhan nafkah iddah tersebut adalah Rp.500.000 x 3 bulan yaitu sebesar
Rp.1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah) dan nafkah mut’ah sebesar Rp.1.000.000 (satu
juta rupiah) kepada TERGUGAT dalam mengajukan permohonan talak ini.

Berdasarkan hal-hal ini tersebut di atas, maka PENGGUGAT mohon agar Ketua Pengadilan
Agama Yogyakarta, berkenan menerima, memeriksa dan mengadili Permohonan Talak ini
sekaligus memberi putusan sebagai berikut :
PRIMER :
1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya.
2. Menyatakan secara hukum bahwa perkawinan antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT
yang telah dilakukan pada tanggal 02 Januari 2002 sebagaimana yang tercatat dalam Akta Nikah
Nomor 845/48/IV/2000 tertanggal 02 Januari 2002, KUA Kecamatan Porong Sidoarjo Jawa
Timur adalah Sah.
3. Menyatakan secara hukum bahwa anak yang bernama BUNGA CITRA LESTARI adalah
anak sah dari hasil perkawinan antara PENGGUGAT dan TERGUGAT.
4. Mengijinkan PENGGUGAT untuk mengucapkan ikrar talak kepada TERGUGAT di depan
siding Pengadilan Agama Yogyakarta.
5. Menetapkan bahwa TERGUGAT adalah penerima hak hadlanah dari anak PENGGUGAT dan
TERGUGAT yang masih belum mumayyiz yang bernama BUNGA CITRA LESTARI tersebut.
6. Menetapkan menurut hukum bahwa PENGGUGAT berkewajiban memberi nafkah hidup
kepada anak PENGGUGAT dan TERGUGAT yang bernama BUNGA CITRA LESTARI
sampai anak tersebut dewasa.
7. Menetapkan PENGGUGAT untuk membayar nafkah iddah sebesar Rp.1.500.000 (satu juta
lima ratus ribu rupiah) kepada termohon.
8. Menetapkan PENGGUGAT untuk membayar nafkah mut’ah sebesar Rp.1.000.000 (satu juta
rupiah) kepada TERGUGAT.
9. Menetapkan pembebanan biaya perkara ini menurut hukum.

SUBSIDER :
Mohon putusan sedail-adilnya.
Demikian Gugatan Talak ini kami ajukan atas perhatian dan perkenan Yang Terhormat Ketua
Pengadilan Agama Yogyakarta kami haturkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Hormat kami,

Kuasa Hukum PENGGUGAT


1. MUHAMMAD ANIS AFIQI, SH.
2. FAUZAN YAZID, SH
3. KHATAM SEPTRIYOGA AZHARI, SH

SURAT GUGATAN PERCERAIAN


Kepada Yth :

Bapak/Ibu Ketua Pengadilan Negeri/Agama Jakarta Selatan

Di Tempat

Dengan hormat

Bersama ini, saya Anggraeini, agama Islam, umur 25 tahun, pekerjaan swasta, beralamat di Jl.
ABC No 39 Petukangan, Jakarta Selatan, selanjutnya akan disebut sebagai PENGGUGAT

Dengan ini penggugat hendak mengajukan gugatan perceraian terhadap


Ali Mukti, agama Islam, umur 30 tahun, pekerjaan swasta, berlamat di Jl. Mukti Timur No 13,
Pesanggarahan Jakarta Barat, yang untuk selanjutnya akan disebut sebagai TERGUGAT

Adapun yang menjadi dasar-dasar dan alas an diajukannya gugatan perceraian adalah sebagai
berikut:
1. Pada 5 Januari 2005, Penggugat dan Tergugat telah melangsungkan perkawinan dan tercatat
di Kantor Urusan Agama Petukangan Jakarta Selatan dengan Akta Perkawinan dengan Nomor
845/48/IV/2005 tertanggaL 5 Januari 2005.
2. Selama melangsungkan perkawinan Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai 2 orang anak
yaitu : Nugroho Mukti, laki-laki, lahir di Jakarta Selatan, tanggal_______dengan Akta Kelahiran
No_____tertanggal_____ dan Sari Mukti, perempuan, lahir di Jakarta Selatan,
tanggal_____dengan Akta Kelahiran No_______tertanggal_____
3. Sejak awal perkawinan berlangsung, Tergugat telah memiliki kebiasaan dan sifat yang baru
diketahui oleh Penggugat saat perkawinan berlangsung yaitu mabuk, kasar, sering memukul serta
selalu pulang larut tanpa alasan yang jelas
4. Meski Tergugat bekerja, namun sebagian besar penghasilannya dipergunakan tidak untuk
kepentingan dan nafkah anak dan istrinya
5. Apabila Penggugat memberikan nasehat, Tergugat bukannya tersadar serta mengubah
kebiasaan buruknya namun melakukan pemukulan terhadap Penggugat di depan anak-anak
Penggugat/Tergugat yang masih kecil-kecil
6. Kebiasaan kasar Tergugat makin menjadi setelah kelahiran anak kedua dari
Penggugat/Tergugat
7. Tergugat juga tidak pernah mendengarkan dan membicarakan masalah ini secara baik
dengan Penggugat yang akhirnya mendorong Penggugat untuk membicarakan masalah ini
dengan keluarga Tergugat untuk penyelesaian terbaik dan pihak keluarga Tergugat selalu
menasehati yang nampaknya tidak pernah berhasil dan Tergugat tetap tidak mau berubah
8. Sikap dari Tergugat tersebut yang menjadikan Penggugat tidak ingin lagi untuk melanjutkan
perkawinan dengan Tergugat
9. Lembaga perkawinan yang sebenarnya adalah tempat bagi Penggugat dan Tergugat saling
menghargai, menyayangi, dan saling membantu serta mendidik satu sama lain tidak lagi
didapatkan oleh Penggugat. Rumah tangga yang dibina selama ini juga tidak akan menanamkan
budi pekerti yang baik bagi anak-anak Penggugat/Tergugat.
Berdasarkan uraian diatas, Penggugat memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara
ini untuk memutuskan
8. Menerima gugatan penggugat
9. Mengabulkan gugatan penggugat untuk keseluruhan
10. Menyatakan putusnya ikatan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana
dalam Akta Perkawinan No. 845/48/IV/2005 yang tercatat di Kantor Urusan Agama Petukangan
Jakarta Selatan
11. Menyatakan hak asuh dan pemeliharaan anak berada dalam kekuasaan penggugat
12. Menghukum Tergugat untuk memberikan uang iddah, nafkah anak sebesar Rp.
3.000.000,00 / bulan
13. Membebankan seluruh biaya perkara kepada Tergugat.
Apabila Majelis Hakim berkehendak lain, Penggugat mohon putusan yang seadil-adilnya

Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih

Jakarta,______

Hormat Penggugat

Anggraeini
About these ads

Anda mungkin juga menyukai