Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS

TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2023/2024 Ganjil (2023.2)

Nama Mahasiswa : YUAN BUDIARTO

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 045150716

Tanggal Lahir : 09 April 1981

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403 / Ilmu Perundang - Undangan

Kode/Nama Program Studi : 311 / Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 48 / Palangka Raya

Hari/Tanggal UAS THE : 21 Desember 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa

Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : YUAN BUDIARTO


NIM : 045150716
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403 / Ilmu Perundang - Undangan
Fakultas : FHISIP
Program Studi : 311 / Ilmu Hukum
UPBJJ-UT : 48 / Palangka Raya

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Pangkalan Bun, 21 Desember 2023

Yang Membuat Pernyataan

YUAN BUDIARTO

JAWABAN NO. 1
1. Kedudukan Konvensi Ketatanegaraan dalam sistem norma yang berlaku di Indonesia dapat dijelaskan sebagai
berikut:

 Pelengkap Norma Hukum Konstitusi Tertulis: Konvensi Ketatanegaraan berfungsi sebagai pelengkap
norma hukum konstitusi tertulis, seperti UUD 1945. Meskipun tidak secara eksplisit tertulis dalam teks
konstitusi, konvensi tersebut menjadi bagian dari praktik-praktik hukum yang diterima dan diakui oleh
masyarakat.

 Penyempurna dan Pengubah Norma Hukum: Konvensi Ketatanegaraan dapat menyempurnakan atau
bahkan mengubah interpretasi dan aplikasi norma hukum tertulis. Praktik-praktik yang berkembang dalam
konvensi dapat menciptakan norma baru atau memberikan interpretasi yang lebih kaya terhadap norma
konstitusi tertulis.

 Menyatakan Tidak Berlaku Substansi Konstitusi Tertulis: Dalam beberapa situasi, Konvensi
Ketatanegaraan dapat menyatakan tidak berlaku substansi konstitusi tertulis. Hal ini dapat terjadi jika
terdapat perubahan dalam praktik atau kebijakan yang secara de facto diakui dan dijalankan, meskipun
tidak secara eksplisit tertuang dalam teks konstitusi.

2. Contoh bentuk Konvensi Ketatanegaraan di Indonesia:

 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden: Meskipun tidak diatur secara rinci dalam UUD 1945, terdapat
konvensi bahwa presiden dan wakil presiden dipilih melalui pemilihan umum. Konvensi ini menjadi norma
yang diakui dalam praktik politik di Indonesia.

 Pembentukan Kabinet: Konvensi ketatanegaraan terkait pembentukan kabinet, di mana presiden biasanya
membentuk kabinet yang mencerminkan koalisi politik dan diversitas regional. Meskipun tidak diatur
secara rinci dalam UUD 1945, konvensi ini diakui dalam praktik pembentukan kabinet.

 Pembagian Kekuasaan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: Konvensi terkait pembagian kekuasaan antara
pemerintah pusat dan daerah, walaupun diatur dalam UUD 1945, seringkali membutuhkan interpretasi dan
praktik yang berkembang untuk menjalankannya. Konvensi ini dapat mencakup pengembalian sebagian
kekuasaan kepada daerah untuk menjaga otonomi daerah.

JAWABAN NO. 2
Ada 19 poin perubahan dilakukan dalam UU 13 tahun 2022 tentang Perubahan Kedua UU 12 tahun 2011
tentang Pembentukan PUU. Perubahan dan perbaikan aturan pembuatan Peraturan Perundang-Undangan
memang bagus sejauh itu dipatuhi dan dilaksanakan sendiri dengan sungguh-sungguh oleh pembuat Peraturan
tersebut. UU ini memiliki lampiran yang panjang selain penjelasannya. Salah satu hal penting adalah Menteri
yang mengundangkan adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan Kesekretariatan Negara, pada metode
omnibus.

Dalam Perubahan Kedua UU 12 tahun 2011 ini terdapat tambahan metode omnibus, perbaikan kesalahan
teknis setelah persetujuan bersama antara DPR dan Presiden dalam rapat paripurna dan sebelum pengesahan
dan pengundangan, memperkuat keterlibatan dan partisipasi masyarakat yang bermakna, membentuk PUU
secara elektronik, mengubah sistem pendukung dari peneliti menjadi pejabat fungsional lain yang ruang
lingkup tugasnya terkait Pembentukan PUU, mengubah teknik penyusunan Naskah Akademik, dan mengubah
teknik penyusunan PUU.

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan disahkan di Jakarta oleh Presiden Joko Widodo. Dan
diundangkan oleh Menkumham Yasonna H. Laoly pada tanggal 16 Juni 2022.

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ditempatkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 143. Penjelasan ditempatkan pada Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6801. Agar setiap orang mengetahuinya.

Pertimbangan dalam UU 13 tahun 2022 tentang Perubahan Kedua UU 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
PUU adalah:
 Bahwa Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dalam mendukung tercapainya arah dan tujuan
pembangunan hukum nasional dilaksanakan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan untuk
mewujudkan kepastian hukum dan kedaulatan berada di tangan rakyat sebagaimana diamanatkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

 Bahwa untuk mewujudkan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang terencana, terpadu, dan
berkelanjutan dibutuhkan penataan dan perbaikan mekanisme Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan sejak perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan hingga pengundangan
dengan menambahkan antara lain pengaturan mengenai metode omnibus dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan serta memperkuat keterlibatan dan partisipasi masyarakat yang bermakna;
 Bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan masih memerlukan
penyempurnaan untuk dapat menampung kebutuhan hukum masyarakat mengenai aturan Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang baik sehingga perlu diubah;

 Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

Dasar hukum UU 13 tahun 2022 tentang Perubahan Kedua UU 12 tahun 2011 tentang Pembentukan PUU
adalah:

 Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6398);

JAWABAN NO. 3
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) memiliki peran yang terbatas dalam pembentukan Undang-Undang, sesuai
dengan ketentuan dalam UUD 1945. Meskipun DPD tidak memiliki hak inisiatif mandiri dalam pembuatan
undang-undang, ada beberapa materi kewenangan yang diberikan kepada DPD dalam konteks pembentukan
Undang-Undang, yaitu:

 Pemberian Pertimbangan: DPD memiliki hak untuk memberikan pertimbangan terhadap rancangan
undang-undang yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). DPD dapat memberikan pandangan,
saran, atau pertimbangan terkait dampak atau implikasi rancangan undang-undang terhadap daerah-daerah
atau kepentingan khusus yang diwakilinya.

 Keterlibatan dalam Pembahasan: Meskipun tidak memiliki hak inisiatif, DPD dapat terlibat dalam
pembahasan rancangan undang-undang di tingkat panitia atau rapat bersama antara DPR dan DPD.
Partisipasi ini memungkinkan DPD untuk menyuarakan pandangan dan kepentingan daerah yang
diwakilinya.

 Pemantauan Pelaksanaan UU: DPD memiliki kewenangan untuk memantau pelaksanaan undang-undang di
daerah-daerah. DPD dapat memberikan masukan terkait pelaksanaan undang-undang dan memberikan
saran untuk perbaikan atau penyesuaian sesuai dengan kebutuhan daerah.

Meskipun DPD tidak memiliki peran utama sebagai pembentuk undang-undang, kewenangan-kewenangan
tersebut memberikan ruang bagi representasi kepentingan daerah dalam proses pembuatan undang-undang di
tingkat nasional.

JAWABAN NO. 4
Muatan pertimbangan atau unsur yang dijabarkan dalam konsideran suatu peraturan perundang-undangan dapat
mencakup beberapa hal yang mencerminkan pokok pikiran, pertimbangan, dan alasan pembentukan regulasi
tersebut. Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, angka 17 sampai 27, lampiran 2, urutan muatan pertimbangan
yang biasanya dijabarkan dalam konsideran melibatkan:

 Ketentuan Hukum yang Mendukung: Menjabarkan ketentuan hukum atau peraturan yang mendukung
pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut. Misalnya, menyebutkan pasal-pasal UU atau
peraturan lain yang menjadi dasar hukum.

 Kondisi Sosial dan Ekonomi: Menimbang kondisi sosial dan ekonomi yang menjadi latar belakang
pembentukan regulasi. Hal ini mencakup permasalahan atau keadaan tertentu yang memerlukan intervensi
hukum.

 Kepentingan Umum: Menjelaskan kepentingan umum yang menjadi landasan pembentukan peraturan. Hal
ini dapat mencakup perlindungan masyarakat, keamanan, kesehatan, atau kepentingan nasional lainnya.

 Tujuan dan Sasaran: Menyebutkan tujuan dan sasaran dari peraturan perundang-undangan yang dibuat. Hal
ini mencakup hasil yang ingin dicapai melalui penerapan regulasi tersebut.

 Sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945: Menyatakan bahwa peraturan perundang-undangan yang dibuat
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Hal ini menunjukkan keselarasan dengan ideologi
negara dan konstitusi.
 Asas-asas Hukum: Menyebutkan asas-asas hukum yang menjadi dasar dalam pembentukan peraturan.
Misalnya, asas keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.

 Pelibatan Masyarakat: Menimbang keterlibatan masyarakat atau pemangku kepentingan dalam proses
penyusunan peraturan. Hal ini mencerminkan prinsip demokrasi dan partisipasi publik.

 Pengaruh Terhadap Daerah: Menyebutkan pengaruh atau dampak peraturan terhadap daerah. Ini relevan
jika regulasi memiliki implikasi pada tingkat daerah.

 Perbandingan dengan Peraturan Sejenis: Menyebutkan peraturan sejenis yang mungkin ada, dan
membandingkannya untuk menunjukkan perbedaan atau penyesuaian yang dibuat.

 Ketentuan Peralihan (Jika Ada): Jika peraturan memiliki ketentuan peralihan, menjelaskan alasan dan
pertimbangan untuk pengaturan tersebut.

Setiap konsideran bisa mencakup beberapa atau seluruh muatan pertimbangan tersebut, tergantung pada
kompleksitas dan konteks pembentukan regulasi.

Anda mungkin juga menyukai