Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Guntur Adi Pangestu

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 045086445

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403/ Ilmu Perundang-Undangan

Kode/Nama UPBJJ : 41/ Purwokerto

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
LEMBAR JAWABAN

1. Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah membantah tudingan yang menyebutkan


pembahasan Rancangan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja dilakukan dengan tidak
transparan dan diam-diam. Pembahasan payung hukum Omnibus Law telah melalui
proses panjang.
Selain itu, aturan ini juga telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden (Perpres)
87/2014 tentang peraturan pelaksanaan UU 12/2011 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan. Penyusunan awal RUU Cipta Kerja dilakukan dengan pembahasan
substansi. Ini dilakukan dengan melibatkan berbagai stakeholder yang pelaksanaannya
sudah dilakukan sejak jauh hari sebelum RUU Cipta Kerja disampaikan kepada Presiden.
Pembahasan tidak hanya dilakukan di kalangan pemerintah (kementerian/ lembaga),
namun juga bersama kalangan akademisi dan serikat kerja maupun pengusaha dalam
bentuk tripartite pembahasan, mengingat substansi dari RUU tersebut terkait dengan
ketenagakerjaan. Menko Perekonomian sebagai pemrakarsa pembentukan UU Cipta
Kerja, telah membentuk kelompok kerja yang terdiri dari pengusaha maupun serikat
kerja. Sehingga substansi UU ini sudah melibatkan berbagai macam stakeholder.
Pertanyaan:
Berikan analisis anda peran pemrakarsa dalam pembentukan suatu undang-undang.

Jawaban :
Peran Pemrakarsa dalam pembentukan suatu Undang-Undang yaitu sebagai menteri atau
pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang mengajukan usul penyusunan
Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden.
Pemrakarsa menyampaikan permohonan pengharmonisasian, pembulatan, dan
pemantapan konsepsi Rancangan Undang-Undang yang telah mendapatkan paraf
persetujuan anggota panitia. Pemrakarsa dalam menyusun Rancangan Undang-Undang
dapat terlebih dahulu menyusun Naskah Akademik mengenai materi yang akan diatur
dalam Rancangan Undang-Undang. Pada tahap penyempurnaan Rancangan Undang –
Undang, pemrakarsa menyampaikan rancangan Undang – Undang kepada presiden guna
penyampaiannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

2. Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Advokasi untuk Demokrasi mengungkapkan bahwa


naskah akademik dan draf Rancangan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja (RUU
Ciptaker) dibuat secara simultan atau bersamaan. Padahal idealnya, naskah RUU dibuat
setelah ada naskah akademik. Mereka mengatakan Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dan Kemenkumham sudah melakukan asesmen untuk Omnibus Law
Ciptaker sejak bulan September 2019. Dengan kata lain sebelum Presiden Joko Widodo
berpidato mengenai rencana pembuatan aturan baru tersebut.
Pertanyaan:
Berdasarkan kasus di atas, berikan analisis pentingnya naskah akademik dalam suatu
rancangan undang-undang.

Jawaban :
Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2011, naskah akademik merupakan naskah hasil
penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah
tertentu, yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang.
Naskah Akademik memiliki makna penting dalam suatu rancangan peraturan perundang-
undangan yaitu antara lain :
a. Naskah awal sebagai potret yang memberikan gambaran atau penjelasan tentang
berbagai hal yang terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang hendak
dibentuk, yakni meliputi :
➢ Latar belakang, sasaran yang akan diwujudkan, identifikasi masalah, tujuan
dan kegunaan, serta metode penelitian;
➢ Kajian teoretis dan praktik empiris;
➢ Evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait;
➢ Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis;
➢ Jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup Materi muatan undang-
undang, peraturan daerah provinsi, atau peraturan daerah kabupaten/kota.
b. Sebagai sarana untuk melembagakan atau memformalkan apa yang telah ada dan
berjalan di masyarakat ke dalam Peraturan Perundang-undangan dengan
mengindentifikasi dan menyelasaikan permasalahan hukum yang sedang terjadi
dalam masyarakat serta menganitisipasi permasalahan yang akan terjadi pada masa
yang akan datang;
c. Merupakan media nyata bagi peran serta masyarakat dalam proses pembentukan atau
penyusunan peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan hukum aspiratif dan
responsif sehingga manghasilkan produk peraturan perundang-undangan yang dapat
ditegakkan dan diterima oleh masyarakat.

Sumber Referensi :
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undangundang, Rancangan Peraturan Pemerintah Dan Rancangan
Peraturan Presiden.
2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.
3. BMP HKUM4403 Ilmu Perundang Undangan Modul 8.

Anda mungkin juga menyukai