Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembentukan peraturan perundang-undangan harus senantiasa berdarkan pada


ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Peraturan tersebut adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2005
tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan program Legislasi Nasional, Peraturan
Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-
Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peraturan Peraturan Presiden,
serta Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan. 1

Tahap perencanaan merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mencapai


tujuan pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.. Salah satu kegiatan
perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan adalah penyusunan Naskah
Akademik. Melalui kajian dan penyusunan Naskah Akademik, diharapkan peraturan
perundang-undangan yang dibentuk dapat memenuhi pencapaian tujuan pembentukan, dapat
dilaksanakan dan ditegakkan. Berdasarkan pada Undang-undang 12 Tahun 2011, dalam
proses pembentukan undang-undang harus didahului dengan Naskah Akademik yang
merupakan suatu persyaratan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan. Naskah
Akademik sebagai suatu hasil kajian yang bersifat akademik, tentu Naskah Akademik sesuai
dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, yaitu: rasional, kritis, objektif, dan impersonal.
Karena itu, pertimbangan-pertimbangan yang melatarbelakanginya tentulah berisi ide-ide
normatif yang mengandung kebenaran ilmiah dan diharapkan terbebas dari kepentingan-
kepentingan yang bersifat pribadi atau kelompok, kepentingan politik golongan, kepentingan
politik kepartaian, dan sebagainya. 2

1
Delfina Gusman, 2011, Urgensi Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
yang Baik, Jurnal MMH Volume 40 Nomor 3 Juli 2011, hlm 298
2
Ismet Hadi, 2014. Kegunaan Naskah Akademik Dalam Penyusunan Rancangan Undang-Undang, Magister
Tesis, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, hlm 5

1
Naskah Akademik bukan merupakan hal baru dalam kerangka pembentukan suatu
peraturan perundang-undangan di Indonesia, hal ini sebelumnya telah ada Keputusan
Presiden (keppres) Nomor 188 Tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-
undang yang dikeluarkan pada tahun 1998. Dalam keppres tersebut istilah Naskah Akademik
disebut “Rancangan Akademik”.27 Istilah atau terminologi “Naskah Akademik” bukan
merupakan hal baru dalam kerangka proses pembentukan undang-undang di Indoensia. Pada
tanggal 29 Desember 1994, Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), menerbitkan
sebuah petunjuk teknis penyusunan Naskah Akademik, melalui Surat Keputusan Kepala
Badan Pembinaan Hukum Nasional No.G-159.PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan yang, antara lain,
menjelaskan mengenai nama/istilah, bentuk dan isi, kedudukan serta format dari Naskah
Akademik.3

Naskah Akademik merupakan salah satu cara meminimalisir permbentukan peraturan


perundang-undangan yang saling tumpang tindih. Naskah Akademik yang baik, akan sangat
membantu bagi para perancang peraturan perundang-undangan dalam membuat norma
hukum, para pengambil kebijakan (decision maker), serta para hakim untuk memutuskan
perkara khususnya yang berkaitan dengan judicial review, karena dapat ditelusuri
perdebatannya sampai kepada suatu norma .

Kemudian dikuatkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor


68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-undang, Rancangan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan
Rancangan Peraturan Presiden, disebutkan bahwa Naskah Akademik adalah naskah yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang,
tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek atau arah
arah pengaturan rancangan undang-undang. Naskah Akademik dalam proses penyusunan
RUU merupakan potret ataupun peta tentang berbagai hal terkait dengan peraturan
perundang-undangan yang hendak diterbitkan. Dari potret itu dapat ditentukan apakah
peraturan tersebut akan melembagakan apa yang telah ada dan berjalan di masyarakat.

Berdasarkan penjelasan mengenai Naskah Akademik di atas, penulis melakukan


kegiatan PKL pada Pusat Penelitan Bidang Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR RI,
penulis tertarik mengangkat topik ini karena Naskah Akademik dibuat oleh para peneliti

3
Ibid,. hlm 8

2
melalui penelitian, pengkajian dan analisis. Betapa peran supporting system yakni para
peneliti menjadi panting dalam Penyusunan Rancangan Undang-Undang.

Para Peneliti dari Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR
RI sebagai supporting system anggota DPR RI menjalankan fungsinya sebagai anggota DPR
RI, Puslit juga melakukan pengkajian sesuai dengan pelaksanaan fungsi DPR RI, pemenuhan
kebutuhan data dan informasi bagi Anggota DPR RI yang sejalan dengan pelaksanaan tugas
dan wewenang DPR RI, analisis terhadap kebijakan Pemerintah, serta memenuhi kebutuhan
data dan informasi kepada masyarakat mengenai pelaksanaan fungsi DPR RI, analisis
terhadap kebijakan pemerintah, serta memenuhi kebutuhan data dan informasi kepada
masyarakat mengenai pelaksanaan fungsi DPR RI. Serta memiliki tugas berpartisipasi dalam
pembuatan Naskah Akademik untuk menunjang pembentukan rancangan undang-undang
yang didalamnya secara komperhensif menjelaskan argumentasi filosofis, sosiologis dan
yuridis pengusulan suatu RUU serta kelengkapan mengenai rumusan materi muatan RUU
yang didukung kerangka akademis yang memadai. Karena para peneliti pada Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI merupakan supporting system, mereka membantu melakukan
penelitian, pengkajian dan analisis. Terkait dengan Rancangan Undang-Undang yang ingin
dibuat atau diajukan oleh Komisi DPR RI.

Dalam kasus yang diangkat dalam Laporan PKL ini, Naskah Akademik yang
digunakan adalah pembahasan mengenai Naskah Akademik Tentang Praktik Pekerjaan
Sosial. Komisi VIII DPR RI yang membidangi bidang agama dan sosial, ingin membuat
rancangan Undang-Undang mengenai Praktik Pekerjaan Sosial, yang menjadi latar belakang
Naskah Akademik untuk menunjang RUU tersebut ialah karena selama ini bahwa praktik
Pekerjaan Sosial di Indonesia tak lepas dari kondisi Indonesia yang sering terjadi
permasalahan sosial, baik yang terjadi akibat bencana alam maupun akibat konflik
kepentingan manusia. Praktik Pekerjaan Sosial yang sering dilakukan, juga dilatarbelakangi
oleh kondisi masyarakat yang memiliki nilai kegotongroyongan. Namun Praktik Pekerjaan
Sosial yang dilakukan sering kali tidak didasarkan pengetahuan ilmiah dan keterampilan yang
sesuai. Praktik Pekerjaan Sosial yang dilakukan oleh pekerja sosial harus mengutamakan
keberadaan atau keselamatan klien. Fokus utama dari Praktik Pekerjaan Sosial adalah untuk
membantu memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosial klien. Oleh karena itu,
dalam melaksanakan tugasnya, pekerjaan sosial didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan

3
keterampilan dalam menjalin relasi antara manusia sehingga dapat membantu klien dalam
mencapai keberfungsian sosial.
Di Indonesia pekerja sosial dibutuhkan untuk mengatasi berbagai persoalan dampak
urbanisasi dan industrialisasi seperti kemiskinan dan masalah pribadi akibat dampak
modernitas. Persoalan tersebut diiringi dengan kondisi perubahan ekonomi, politik yang
makin rumit yang berdampak makin banyaknya masalah kesejahteraan sosial di Indonesia.
Masalah kesejahteraan sosial tersebut menuntut solusi yang jelas dan tegas serta
berkelanjutan, karenanya dituntut pekerja sosial yang mampu menangani secara profesional.
Untuk saat ini jumlah pekerja sosial yang disebut profesional di Indonesia juga perlu
mendapat perhatian.
Penulisan tujuan dan kegunaan penyusunan Naskah Akademik disesuaikan dengan
ruang lingkup permasalahan yang ada dijelaskan dalam Naskah Akademik. Oleh karena itu,

1.2 Rumusan Permasalahan

Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis berupaya untuk
memfokuskan pada Peran Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI dalam Rancangan
Undang-Undang dengan Pembuatan Naskah Akademik . Adapun rumusan permasalahan
yang diangkat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana alur pembuatan Naskah Akademik Pekerjaan Sosial oleh Puslit sebagai
penunjang pengusulan Rancangan Undang-Undang?
2. Bagaimana peran Peneliti Puslit sebagai supporting system bagi Anggota DPR RI?
1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam tulisan ini antara
lain :
1. Mendeskripsikan alur pembuatan Naskah Akademik Pekerjaan Sosial oleh Puslit
sebagai penunjang pengusulan Rancangan Undang-Undang.
2. Mendeskripsikan peran Puslit sebagai supporting system bagi Anggota DPR RI.

1.4. Tujuan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Berikut beberapa tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan PKL ini untuk
memenuhi Mata Kuliah dan pengalaman penulis, yaitu :
A. Secara umum, tujuan dilakukannya PKL adalah mengenalkan mahasiswa/i dalam
dunia empiris sesungguhnya dan mempersiapkan mahasiswa/i memasuki dunia kerja

4
di masyarakat. Selain itu, agar mahasiswa/i dapat memiliki dan mengasah
kemampuan sosial sesuai dengan konsentrasi PKL;
B. Sebagai tugas laporan akhir PKL dan syarat wajib dalam memenuhi kelulusan jenjang
S1 studi Sosiologi Pembangunan UNJ, juga sebagai penyesuaian teori terhadap
praktek kasus di lapangan yang selama ini telah di dapati di bangku kuliah yang telah
dipelajari oleh penulis di pendidikan formal;
C. Mengembangkan kepekaan sosial di dunia kerja dan mengembangkan pengetahuan
persoalan kasus yang terjadi dalam penelitian dan pengabdian masyarakat yang
dilakukan oleh dosen dengan didanai oleh Kementerian, serta berpartisipasi dalam
membantu di kerja dalam direktorat di tempat PKL atau Praktek Kerja Lapangan, dan
memahami Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia khususnya
pada Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial. Pusat Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dalam mendukung DPR RI dalam melaksanakan tugas,
wewenang, dan fungsinya dengan melakukan penelitian dan kajian analisis krisis
dengan topic yang terkait dengan isu-isu bidang sosial, termasuk sosiologi, agama,
pendidikan, gender, kesehatan, lingkungan dan psikologi.
D. Untuk mengetahui peran Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan
Keahlian DPR RI dalam menunjang tugas, wewenang, dan fungsi DPR RI sebagai
tenaga ahli.
E. Mengenal struktur kerja Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan
Keahlian DPR RI.
F. Memahami budaya organisasi di Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan
Keahlian DPR RI.

1.5. Manfaat Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


1.5.1. Manfaat Kegiatan Praktek Kerja Lapangan bagi Mahasiswa/i
A. Mengenal lebih jauh realitas ilmu yang telah diterima selama perkuliahan
dengan kenyataan yang ada di dunia kerja secara nyata;
B. Menguji kemampuan diri dalam berkomunikasi dengan baik;
C. Memperoleh pengetahuan tentang cara berkomunikasi dengan baik, dan
memperoleh pengetahuan tentang cara memberikan solusi terbaik dari kasus-
kasus yang ada;

5
D. Mampu memahami dan menjadikan budaya organisasi sebagai bekal menjadi
seorang pekerja di masa mendatang;
E. Memperluas jaringan sosial.

1.5.2. Manfaat Kegiatan Praktek Kerja Lapangan bagi Jurusan Sosiologi


Universitas Negeri Jakarta
A. Memperluas jaringan kerja dan kerjasama antar lembaga terkait;
B. Dapat mengikuti perkembangan terkini mengenai kondisi aktual dibidang
konsentrasi praktek kerja lapangan;
C. Memperkenalkan Instansi Jurusan Sosiologi, Program Studi Sosiologi
Pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta kepada
lembaga yang membutuhkan lulusan atas tenaga kerja yang dihasilkan oleh
Universitas Negeri Jakarta;
D. Mencetak wisudawan dan wisudawati yang telah siap dalam bersaing di dunia
kerja.

1.5.3 Manfaat Kegiatan Praktek Kerja Lapangan bagi Pusat Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR RI.
A. Membantu tugas dari para peneliti di Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan
Sosial Badan Keahlian DPR RI.
B. Mendapatkan gagasan atau wawasan baru dari peserta praktek kerja lapangan
dengan bidang keilmuan yang dimiliki.

1.6. Kerangka Konseptual

1.6.1. Konsep Peran

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Pengertian peran menurut
Soerjono Soekanto4, yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan

4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Rajawali Press, 2006) ,hlm. 213.

6
dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat
merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat.
Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi,
seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.
Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang
menempati suatu posisi di dalam status sosial, syarat-syarat peran mencangkup 3 (tiga) hal,
yaitu : (1) Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. (2) Peran adalah
suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat
sebagai organisasi. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi
struktur sosial masyarakat. (3) Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan
karena suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup
berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota
masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi
diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah
apa yang dinamakan peran (role).
Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan
sebelumnya disebut sebagai peranan normatif.5 Sebagai peran normatif dalam hubungannya
dengan tugas dan kewajiban Pusat Penelitan Badan Keahlian DPR RI mempunyai arti
pelaksanaan tugas penuh sebagai supporting system bagi anggota DPR RI. Sedangkan peran
ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan
tersebut. Misalnya Pusat Penelitan Badan Keahlian DPR RI sebagai suatu organisasi formal
tertentu diharapkan berfungsi dalam melakukan kegiatan supporting seperti melakukan
penelitian, pengkajian, pembuatan Naskah Akademik, analisis dalam menunjang fungsi DPR.
artinya peranan yang nyata.
Berdasarkan pengertian peran dan peranan diatas dapat disimpulkan bahwa peran
adalah suatu tindakan atau aktivitas yang diharapakan oleh masyarakat atau pihak lain untuk
dilakukan oleh seseorang sesuai dengan status yang mereka miliki sehingga peran atau
peranan tersebut dapat dirasakan pengaruhnya dalam lingkup kehidupan.

5
Ibid., hlm.243.

7
1.6.2 Naskah Akademik

Naskah Akademik merupakan pedoman bagi pembentuk undang-undang untuk


membahas dan menetapkan apakah substansi atau materi yang terkandung dalam naskah
akademik layak diatur atau dimasukkan dalam peraturan perundang-undangan. Menurut
Harry Alexander yang dimaksud dengan Naskah Akademik adalah merupakan naskah awal
yang memuat gagasan-gagasan pengaturan dan materi muatan perundang-undangan bidang
6
tertentu. Menurut Theodora, Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu
Rancangan UndangUndang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan
hukum masyarakat.7 Menurut Raegen, Naskah Akademik adalah hasil penelitian ilmiah yang
sudah tentu banyak melibatkan kalangan akademisi yang merupakan pusat kalangan
cendekiawan. Membentuk suatu Perda Kabupaten/Kota bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah, oleh karena perkembangan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, menuntut kemampuan legislasi yang berbobot, mampu menampung aspirasi
masyarakat, dan berwawasan jauh ke depan.8
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2005 tentang tata cara
mempersiapkan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden, dalam
Pasal 1 angka 7 disebutkan bahwa : Naskah Akademik adalah naskah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan
penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah
pengaturan rancangan undang-undang. Didalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
definisi Naskah Akademik secara tegas dinyatakan pada Pasal 1 angka 11 ialah, Naskah
Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya
terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai
pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan

6 Sirajuddin, Fatkhurohman, Zulkarnain, Legislative Drafting Pelembagaan Metode Partisipatif dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, Malang: In-Trans Publishing , 2007, hlm 171
7 Theodora Lydita Miata, Ekesistensi Naskah Akademik Dalam Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Berdasarkan

Pasa 56 Ayat (2), Pasal 57 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dan Pasal 18,20,30 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 1 Tahun 2014 (Studi di Kabupaten Bengkayang), Jurnal Nestor Magister Hukum, 2016, Hlm 10
8 Raegen Mic Arthur, Kedudukan dan Fungsi Naskah Akademik dalam Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Menurut UU No. 12 Tahun 2011, Jurnal Lex Crimen Vol. V No. 4, 2016, hlm 22

8
Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat. 9
Bentuk dan isi Naskah Akademik memuat gagasan pengaturan suatu materi hukum
bidang tertentu yang telah ditinjau secara holistic futuristic dan dari berbagai aspek ilmu,
dilengkapi dengan referensi yang memuat urgensi, konsepsi, landasan, dasar hukum, prinsip-
prinsip yang digunakan serta pemikiran tentang norma-norma yang telang dituangkan ke
dalam bentuk pasal-pasal yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu hukum dan politik
hukum yang digariskan.10 Identifikasi masalah dalam suatu Naskah Akademik mencakup
empat pokok masalah, yaitu:11 pertama, permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat serta bagaimana permasalahan tersebut dapat
diatasi. Kedua mengapa perlu Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah
sebagai dasar pemec-ahan masalah tersebut, yang membenarkan peli-batan Negara dalam
penyelesaian masalah tersebut. Ketiga, apa yang menjadi pertimbangan atau landasan
filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Pera-
turan Daerah. Keempat, apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan dan arah pengaturan.
Fungsi Naskah Akademik menurut Harry Alexander, mengatakan bahwa kedudukan
Naskah Akademik merupakan12 pertama, bahan awal yang memuat gagasan-gagasan tentang
urgensi, pendekatan, luas lingkup dan materi muatan suatu peraturan daerah; kedua, bahan
pertimbangan yang dipergunakan dalam permohonan izin prakarsa penyusunan
Raperda/Rancangan Produk Hukum Daerah lainnya kepada Kepala Daerah; ketiga, bahan
dasar bagi penyusunan Raperda /Rancangan Produk Hukum Daerah lainnya.

1.6.3 Pekerja Sosial

Pekerja sosial adalah agen perubahan bagi individu, keluarga, komunitas, dan
masyarakat yang menjadi penerima manfaat. Praktik pekerjaan sosial menggabungkan
beragam sistem nilai, teori dan beragam bentuk praktik. Sebagai agen perubahan, pekerja
sosial dalam melakukan praktiknya fokus terhadap pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

9
Ibid,. hlm 12
10
Harry Alexander, 2004, Panduan Perancangan Undang-Undang di Indonesia, Jakarta : XSYS Solusindo,
hlm 171
11
Ni Made Jaya Senastri, Luh Putu, Fungsi Naskah Akademik (NA) Dalam Pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah, Junrnal Kertha Wicaksana Vol. 12 No. 1, 2018, hlm 42
12
Ibid,. hlm 13

9
dan mengembangkan potensinya.13 Secara akademik, praktik pekerjaan sosial didasarkan
pada ilmu kesejahteraan sosial yang bersifat eklektik karena ilmu kesejahteraan sosial
dibangun dari tiga teori utama yaitu sosiologi, psikologi, dan antropologi. Dalam Praktik
Pekerjaan Sosial, seorang pekerja sosial menggunakan kerangka pemikiran teoritik dari
sosiologi, psikologi, dan antropologi, yang digunakan untuk memahami dan menganalisis
kasus-kasus yang dihadapi kliennya. Zastrow mendefinisikan pekerjaan sosial sebagai
berikut:14
“Social work is the professional activity of helping individuals, groups, or communities
to enhance or restore their capacity for social functioning and to create societal conditions
favorable to their goals.”

Sebagai aktivitas profesional, pekerjaan sosial didasari oleh 3 (tiga) komponen dasar,
yaitu: kerangka pengetahuan, kerangka keahlian, dan kerangka nilai. Sementara fokus
perhatian pekerjaan sosial adalah keberfungsian sosial, yang meliputi interaksi antara
manusia dengan lingkungan sosialnya. Siporin (1975), Johnson (1989), Zastrow (1982),
maupun Morales (1983) menjelaskan bahwa keberfungsian sosial mengacu pada berbagai
fokus yang luas yang meliputi:15
 Kemampuan menghadapi atau memecahkan masalah yang dihadapi sesuai
dengan situasi dan kondisi, serta lingkungannya.
 Kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya, baik
dalam pendidikannya, pekerjaannya, keluarganya, kelompoknya, masyarakatnya,
dan lain sebagainya secara konstruktif.
 Pelaksanaan tugas-tugas serta peran-peran dalam kehidupannya sesuai dengan
usianya, status, serta tanggung jawab yang disandangnya.
 Berperilaku secara memadai dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
 Keberfungsian sosial menunjukkan suatu kondisi pertukaran yang seimbang,
dalam kebaikan, serta adaptasi timbal balik, antara manusia sebagai individu
dengan lingkungannya.
Menurut Asosiasi Nasional Pekerja Sosial Amerika Serikat (NASW) tujuan
Praktik Pekerjaan Sosial adalah:16

13
BASW, the Code of Ethics for Social Work: Statement of Principles, Birmingham: BASW, 2014. hlm 5-6
14
Charles Zastrow, Introduction to Social Welfare, Institutions: Sosial Problems, Services, and Current Issues,
(Illinois: The Dorsey Press, 1982), hlm. 12.
15
Naskah Akademik Pekerja Sosial, Oktober 2017, hlm 15-16
16
Fahruddin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Refika Aditama, 2012), hlm. 66-67.

10
1. Meningkatkan kemampuan-kemampuan orang untuk memecahkan masalah,
mengatasi, perkembangan.
2. Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang memberikan kepada mereka
sumber-sumber, pelayanan-pelayanan, dan kesempatan-kesempatan.
3. Memperbaiki keefektifan dan bekerjanya secara manusiawi dari sistem-sistem
yang menyediakan orang dengan sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan.
4. Mengembangkan dan memperbaiki kebijakn sosial.
17
Menurut Ife ada beberapa peranan pekerja sosial; pertama, peranan fasilitatif ,
peranan praktek yang dikelompokan ke dalam peranan fasilitatif merupakan peranan yang
dicurahkan untuk membangkitkan semangat atau memberi dorongan kepada individu-
individu, kelompok-kelompok dan masyarakat untuk menggunakan potensi dan sumber yang
dimiliki untuk meningkatkan produktivitas dan pengelolaan usaha secara efisien. Melakukan
mediasi dan negosiasi, yaitu pekerja sosial memerankan diri sebagai mediator dalam
pemanfaatan lahan dengan pihak lain untuk memperluas aktivitas kerjasama dengan
menguntungkan pihak-pihak yang terlibat. Memberikan support/dukungan, yaitu memberikan
dukungan untuk memperkuat, mengakui dan menghargai nilai yang dimiliki oleh individu-
individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menghargai kontribusi dan kerja mereka.
Dukungan ini dapat bersifat formal dan informal. Membangun konsensus dengan sesama
pihak untuk melakukan kerjasama dalam rangka pengembangan potensi individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat. Memfasilitasi individu-individu, kelompok-kelompok
dan masyarakat dalam meningkatkan produktivitas dan pemasaran hasil produksi. Kedua,
peranan educational , pekerja sosial memainkan peranan dalam penentuan agenda, sehingga
tidak hanya membantu pelaksanaan proses peningkatan peningkatan produktivitas akan tetapi
lebih berperan aktif dalam memberikan masukan dalam rangka peningkatan pengetahuan,
keterampilan serta pengalaman bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.
Peran pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran, memberikan informasi,
mengkonfrontasikan, melakukan pelatihan bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat.
Ketiga, peranan-peranan representasional , pekerja sosial melakukan interaksi dengan
badan-badan di masyarakat yang bertujuan bagi kepentingan individu-individu, kelompok-
kelompok dan masyarakat. Peranan ini dilakukan, antara lain dengan : mendapatkan sumber-

17
Jim Ife, Community Development Cerating, Community, Alternatif Vision Analysis and Pratice, 1995,
Australia : Pearson Education Australia, hlm 117-127

11
sumber dari luar tetapi dengan berbagai pertimbangan yang matang, seperti bantuan modal
usaha, pelatihan pengembangan potensi dan produktivitas dari berbagai donator. Melakukan
advokasi untuk membela kepentingan-kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok
dan masyarakat seperti mendukung upaya implementasi program dan berupaya
merealisasikan program tersebut. Memanfaatkan media massa untuk memperkenalkan hasil
produksi. Selain itu juga bertujuan menerima dukungan dari pihak lain yang lebih luas;
membuka jaringan kerja, dengan mengembangkan relasi dengan berbagai pihak, kelompok
dan berupaya mendorong mereka untuk turut serta dalam upaya pengembangan potensi,
seperti pemerintah, pengusaha, dan masyarakat’ selain itu pula, pekerja sosial berbagi
pengetahuan dan pengalaman dengan stakeholder. Keempat peranan teknis , disini pekerja
sosial melakukan pengumpulan dan analisis data, kemampuan menggunakan komputer,
kemampuan melakukan presentasi secara verbal maupun tertulis, manajemen serta
melakukan pengendalian finansial, dan melakukan need assessment terhadap pengembangan
potensi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peran-peran ini dapat
dilakukan pekerja sosial bersama individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat melakukan mendapatkan informasi dan data yang dapat digunakan baik untuk
mengundang perhatian dari stakeholders untuk mengembangkan potensi tetapi juga
membantu mempromosikan. Dengan demikian, pekerjaan sosial memiliki peran yang sangat
penting dalam pengembangan potensi individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat.

Undang-undang No.6 Tahun 1974 Tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan


Sosial, pekerjaan sosial didefinisikan sebagai semua keterampilan teknis yang dijadikan
sebagai wahana bagi pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial. Jika definisi pekerjaan sosial
dikaji dengan seksama, maka dapat diperoleh beberapa pengertiannya yaitu sebagai berikut
:18 pertama, pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional. Artinya, kegiatan tersebut
berlandaskan pada ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai ilmiah.. Kedua, kegiatan
pekerjaan sosial adalah kegiatan pertolongan atau pelayanan sosial agar orang yang ditolong
dapat menolong dirinya sendiri dan tidak tergantung pada bantuan yang diterimanya atau
pertolongan orang lain secara terus-menerus. Ketiga, kegiatan dari pekerjaan sosial adalah
seseorang, basik sebagai individu mau pun kolektivitas (keluarga, kelompok, organisasi dan
masyarakat)yang mengalami permasalahan dalam menjalankan interaksi sosial dengan

18
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial diakses dari https://ngada.org/uu6-1974.htm pada 28 Oktober 2019

12
lingkungannya. Empat dalam menjalankan pekerjaan sosial diperlukan metode tertentu
seperti, social case work, social group work dan community organization yang merupakan
metode pokok. . Kelima, dalam pekerjaan sosial mengarahkan untuk meningkatkan
kemampuan dan kemauannya secara optimal. Keenam, pekerjaan sosial selalu mengarah pada
terciptanya kesejahteraan sosial, baik secara khusus (kepada orang yang ditolong dan
lingkungan sosialnya), maupun secara umum (kepada umat manusia secara keseluruhan)

1.7. Kerangka Teori


1.7.1. Teori Struktural Fungsional
Dalam penelitian ini menggunakan Teori fungsional struktural yang pencetusnya adalah
Talcott Parson. Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, salah satu paham atau
prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri
dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tidak dapat
berfungsi tanpa adanya hubungan dengan bagian yang lainnya. Kemudian perubahan yang
terjadi pada satu bagian akan menyebabkan ketidakseimbangan dan pada giliranya akan
menciptakan perubahan pada bagian lainya. Perkembangan fungsionalisme didasarkan atas
model perkembangan sistem organisasi yang di dapat dalam biologi, asumsi dasar teori ini
ialah bahwa semua elemen harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat bisa
menjalankan fungsinya dengan baik.19
Masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai
kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaanperbedaan
sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional
terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat adalah merupakan
kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan.20
Menurut pandangan ini, masalah fungsional utama adalah bagaimana cara individu
memotivasi dan menetapkan individu pada posisi mereka yang “tepat”. Dalam sistem
stratifikasi, hal ini dapat diturunkan menjadi dua masalah. Pertama, bagaimana cara
masyarakat menanamkan kepada individu yang “tepat” itu keinginan untuk mengisi posisi
tertentu? Kedua, setelah individu berada pada posisi yang tepat, lalu bagaimana cara individu
menanamkan keinginan kepada mereka untuk memenuhi persyaratan posisi mereka.21

19
Bernard Raho,SVD , Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka 2007), hlm 48
20
Richard Grathoff, Kesesuaianantara Alfred Schutzdan Talcott Parsons:TeoriAksiSosial, (Jakarta: kencana,
2000), hlm 67-87
21
George Ritzer, Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.118.

13
Fungsi dikaitkan sebagai segala kegiatan yang diarahkan kepada memenuhi kebutuhan
atau kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. Ada empat persyaratan mutlak yang harus ada
supaya termasuk masyarakat bisa berfungsi. Keempat persyaratan itu disebutnya AGIL.
AGIL adalah singkatan dari Adaption, Goal, Attainment, Integration, dan Latency. Demi
keberlangsungan hidupnya, maka masyarakat harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut,
yakni:22
1. Adaptasi (adaptation): sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat.
Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu
dengan kebutuhannya.
2. Pencapain tujuan (goal attainment): sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai
tujuan utamanya.
3. Integrasi (integration): sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang
menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting
lainnya (A,G,I,L).
4. Latency (pemeliharaan pola): sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan
memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan
menopang motivasi.
Sistem organisasi biologis dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi
yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan
kebutuhan. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan
tujuan dan mengerakan segala sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan.
Sistem sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen
pembentukan masyarakat. Akhirnya sistem kebudayaan berhubungan dengan fungsi
pemeliharaan pola-pola atau struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai
yang memitivasi mereka dalam melakukan suatu tindakan.23 Inti pemikiran Parsons
ditemukan didalam empat sistem tindakan ciptaannya. Dengan asumsi yang dibuat Parsons
dalam sistem tindakannya, berhadapan dengan masalah yang sangat diperhatikan Parsons dan
telah menjadi sumber utama kritikan atas pemikirannya. Problem Hobbesian tentang
keteraturan yang dapat mencegah perang sosial semua lawan semua – menurut Parsons tak
dapat dijawab oleh filsuf kuno. Parsons menemukan jawaban problem didalam
fungsionalisme struktural dengan asumsi sebagai berikut:24

22
Ibid, hlm. 121.
23
Op.cit. Bernard Raho, hlm. 54
24
Op.cit. George Ritzer, hlm. 123

14
1. Sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung.
2. Sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan diri atau keseimbangan.
3. Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang teratur.
4. Sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk bagian-bagian lain.
5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya.
6. Alokasi dan integrasi merupkan dua proses fundamental yang diperlukan untuk
memelihara keseimbangan sistem.
7. Sistem cenderung menuju ke arah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi
pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan
sistem, mengendalikan lingkungan yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan
untuk merubah sistem dari dalam.
1.8. Metode Penelitian
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan
tujuan mendapatkan gambaran untuk mengkaji suatu fenomena yang terjadi dalam
masyarakat secara mendalam. Metode yang digunakan adalah Data Deskriptif berupa kata-
kata atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang di amati. Fenomena sosial yang di teliti pada
kajian ini berupa informasi yang di dapat mengenai berbagai hal yang relevan dan sesuai
dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan metode
observasi, wawancara, kajian dokumen dan wawancara khusus. Dalam penelitian jenis ini
peneliti berusaha untuk mengembangkan konsep dan menghimpun data dengan cermat tanpa
melakukan pengujian hipotesis, tetapi penulis hanya mendeskripsikan data dan fakta yang
diperoleh, kemudian dilakukan interpretasi data dan analisis data.
1.9. Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Nama Instansi : Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan
Rakyat Indonesia : Bidang Kesejahteraan Sosial
Alamat Instansi : Gedung Nusantara 1, Lantai 2
Jalan Jend. Gatot Subroto, Senayan
Jakarta Pusat
Telepon : (021)-5715409
Kode Pos : 10270
Faks : (021)-5715245
Website : http://www.dpr.go.id/
https://puslit.dpr.go.id

15
Email : puslit@dpr.go.id

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, saya memilih lokasi di Pusat Penelitian
Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Bidang Kesejahteraan Sosial
yang terletak di Jalan Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat sebagai lokasi PKL
karena beberapa alasan yaitu: Pertama, Puasat Penelitian Badan Keahlian DPR RI sebagai
bagian dari supporting system yang ada di DPR RI sesuai dengan keahlian para peneliti
sehingga saya akan bisa mendapatkan banyak ilmu terkait penelitian sosial dari lembaga ini.
Kedua, Saya merasa terdapat kesesuaian antara lembaga ini dengan jurusan yang sedang
saya tempuh saat ini yaitu Sosiologi karena dalam Sosiologi berbagai praktik lapangan dan
teori berkaitan dengan bidang kerja di Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia Bidang Kesejahteraan Sosial. Bidang kerja di Bidang
Kesejahteraan sejalan dengan jurusan Sosiologi, karena kepakaran para peneliti di bidang
tersebut yang sesuai, pekerjaan yang mereka lakukan sejalan dengan perkuliahan yang selama
ini saya jalani, yakni melakukan penelitian sosial sesuai kepakaran melalui kepakaran
tersebut Puslit sebagai supporting system DPR RI menunjang tugas dan fungsi DPR RI
melalui kajian dan penelitian. Ketiga, Saya juga mengharapkan dapat menuangkan inspirasi-
inspirasi pemikiran sosial saya jika nantinya dibutuhkan di tempat PKL. Lebih mengetahui
bagaimana metode penelitian yang benar diaplikasikan di dunia kerja dan standar penulisan
ilmiah yang digunakkan di dunia kerja dengan bidang peneliti sosial.

1.10. Waktu Pelaksanaan PKL dan Rencana Praktek Kerja Lapangan


Dalam rencana kegiatan PKL ini penulis menyusun agenda berdasarkan deskripsi kerja
yang dilakukan selama mengikuti kegiatan PKL di Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi. Tujuan penyusunan agenda kerja ini, agar penulis dapat menjalani
kegiatan PKL secara optimal dan berjalan dengan baik sehingga program kerja yang dibuat
dapat menghasilkan output yang sesuai harapan dan memenuhi target yang ingin dicapai oleh
penulis. Agenda kerja penulis disusun berdasarkan jangka waktu PKL, yaitu selama dua
bulan sesuai dengan kebijakan lembaga terhitung sejak 2 September 2019- 29 November
2019. Penulis melakukan kegiatan PKL dari hari Senin sampai hari Jumat, mulai pukul 08.00
WIB – 16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00 WIB - 13.00 WIB

16
Tabel 1.225
Matriks Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
No Rencana September Oktober November Desember
Kerja 2019 2019 2019 2019
I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV
1. Orientasi
Kerja
2. Pengenalan
Tempat
Magang
3. Pelaksanaan
Magang
4. Konsultasi
dengan
Dosen
Pembimbing
5. Pencarian
Data untuk
Laporan
6. Penyusunan
Laporan
7. Revisi
Laporan
8. Penyelesaian
Penyerahan
Laporan
Akhir

1.11. Indikator Keberhasilan Praktek Kerja Lapangan


Berdasarkan maksud dan tujuan pelaksanaan PKL tersebut, maka berikut ini indikator
keberhasilan peserta PKL di Badan Keahlian Bidang Kesejahteraan Sosial Dewan Perwakilan
Republik Indonesia sebagai tempat PKL yang dituju oleh peserta PKL (mahasiswa) meliputi :
1. Peserta PKL (mahasiswa) mampu berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan PKL.
Dan peserta PKL bekerja sama dengan peserta PKL yang lainnya agar lebih solid dan
mampu beradaptasi dengan pekerjaan.
2. Peserta PKL dapat berperan aktif dalam menjalankan tugas pekerjaan. Seperti
membantu pengecekkan direksi jurnal, dan mencari bahan literature penunjang

25
Sumber : Di buat oleh penulis, 2019.

17
penelitian peneliti Bidang Kesejahteraan Sosial, serta pembuatan artikel ilmiah yang
sesuai dengan standar.
3. Peserta PKL dapat mengetahui program kerja, peran Badan Keahlian Bidang
Kesejahteraan Sosial dalam memberikan dukungan keahlian kepada DPR RI, baik
dalam pelaksanaan fungsi legislasi, fungsi anggaran, maupun fungsi pengawasan.

Berikut tabel 1.2 dibawah menggambarkan indikator dan keberhasilan PKL mahasiswa.
Tabel 1.2
Matriks Usulan Indikator Keberhasilan Kerja PKL26

No Rencana Kerja Output

a. Mendapatkan informasi mengenai job description


yang ada di tempat PKL
b. Mampu mengendalikan dan mempergunakan alat-alat
1
yang menunjang kegiatan kerja
c. Mencari tema untuk dijadikan penulisan dalam laporan
Orientasi Kerja
PKL
d. Mendapatkan informasi terkait pekerjaan yang
dilakukan Badan Keahlian Bidang Kesejahteraan
Sosial DPR RI yang sesuai dengan pembelajaran
perkuliahan.
a. Mengenal lingkungan kerja di tempat PKL

b. Mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan PKL

c. Mampu mengetahui kondisi lingkungan kerja


d. Dapat mengenal komisioner karyawan/staff di tempat
2 Pengenalan Tempat PKL
PKL
e. Mengetahui struktur organisasi pada dilakukan Badan
Keahlian Bidang Kesejahteraan Sosial DPR RI dan
siapa yang akan bekerja bersama penulis selama
kegiatan PKL berlangsung

26
Sumber : Dibuat oleh penulis, 2019

18
f. Mengenal lebih lanjut terkait tatanan dan mekanisme
organisasi yang ada di dilakukan Badan Keahlian
Bidang Kesejahteraan Sosial DPR RI
a. Mendapatkan ilmu baru mengenai fungsi peneliti
dalam menunjang fungsi-fungsi DPR RI melalui
penelitian dan kajian
3 Pelaksanaan PKL b. Mampu bekerjasama dengan karyawan lain di tempat
PKL
c. Meningkatkan softskill dan juga penyelesaian tugas
atau pekerjaan yang diberikan di tempat PKL
a. Mencari data sesuai dengan analisis sosiologis dan
tema penulisan laporan berdasarkan bidang di tempat
PKL.
Pengkayaan Data Untuk
4 b. Pencarian sumber pustaka di lemari dokumen tempat
Laporan PKL
PKL

c. Mengidentifikasi minat dan ketertarikan penulis


selama proses PKL berjalan

Analisis dalam konteks a. Mampu menulis laporan kegiatan PKL dengan


5
sosiologis menggunakan konsep sosiologis.

Bimbingan PKL,
penyusunan laporan dan a. Mendapatkan masukan dalam penyusunan laporan
6
revisi laporan dengan PKL.
dosen pembimbing
7  a. Mampu mempresentasikan suatu fenomena yang di
Sidang Laporan Akhir
PKL teliti dengan menggunakan analisis sosiologi.

1.12. Sistematika Penulisan


- Bab I, di dalam bab ini merupakan pendahuluan. Terdapat Latar Belakang
Permasalahan yang akan diteliti, Rumusan Masalah merupakan perumusan masalah
dari latar belakang, tujuan signifikansi penulis, manfaat kegiatan PKL, kerangka
konsep dan kerangka teori yang relevan terhadap permasalahan yang ada, waktu

19
dan tempat PKL yang di sisipkan matriks pelaksanaan PKL, dan indikator
keberhasilan kerja yang di sertai matriks rencana kerja penulis.
- Bab II, di dalam bab ini merupakan profil tempat PKL penulis, Profil Badan
Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Profil Pusat Penelitian
Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Produk Pusat
Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
- Bab III, di dalam bab ini menjelaskan aktivitas sehari-hari selama mengikuti PKL
yang dilampiri matriks. Matriks tersebut merupakan proses PKL dari apa yang
dikerjakan (input) dan hasil yang telah dikerjakan (output) penulis.
- Bab IV, di dalam bab ini merupakan analisis penulis dengan menggunakan teori.
Mulai dari gambaran mengenai Naskah Akademik, Alur Pembuatan dan analisis
dengan Teori.
- Bab V, di dalam bab ini merupakan bab penutup berupa kesimpulan dari
permasalahan yang akan penulis bahas.

20
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1 Profil Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Undang-undang No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyarwaratan Rakyat,


Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, yang mengalami dua kali perubahan, terakhir dengan UU No. 2 Tahun 2018 telah
memberikan landasan hukum bagi pengembangan sistem pendukung Dewan Perwakilan
Raktar Republik Indonesia (DPR RI). Pengembangan sistem tersebut dilakukan melalui
pembentukan Badan Keahlian DPR RI. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 413 ayat (2)
bahwa untuk mendukung kelancaran pelaksanaan wewnang dan tugas DPR RI, dibentuk
Badan Keahlian DPT RI yang diatur dengan Peraturan Presiden. Dengan pembentukan
Badan Keahlian DPR RI, dukungan keahlian terhadap DPR RI dapat dilaksanakan secara
lebih fokus dan optimal.

Amanat undang-undang untuk membentuk Badan Keahlian DPR RI direalisasikan


dengan ditetapkannya Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderan
dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Peraturan Presiden no. 27 Tahun 2015 kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan


Sekrerariat Jenderal DPR RI No. 6 Tahun 2915 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. Berdasarkan Peraturan tersebut, Badan
Keahlian terdiri atas (1) Pusat Penelitian ; (2) Pusat Perancangan Undang-Undang ; (3) Pusat

21
Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang; (4) Pusat Kajian Anggaran; (5) Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara; (6) Kelompok Jabatan Fungsional dan (7) Bagian Tata
Usaha Badan Keahlian.

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Keahlian DPR RI tersebut
dibentuk pusat-pusat, yang terdiri dari : pertama, Pusat Perancangan Undang-Undang dengan
tugas pokok memberikan dukungan keahlian pada perancangan undang-undang. Kedua,
Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang- Undang dengan tugas pokok memberikan dukungan
keahlian pada pemantauan pelaksanaan undang-undang dengan tugas pokok memberikan
dukungan keahlian pada pemantauan pelaksanaan undang-undang dan pemberian keterangan
DPR untuk persidangan Mahkaman Konstitusi. Ketiga, Pusat Kajian Anggaran dengan tugas
pokok memberikan dukungan keahlian pada analisis anggaran. Keempat, Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara dengan tugas pokok memberikan dukungan keahlian pada
analisis akuntabilitas keuangan negara. Kelima, Pusat Penelitian dengan tugas pokok
memberikan dukungan keahlian pada pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan melalui penelitian, pengkajian, dan pembangunan ilmu pengetahuan.

2.2 Profil Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia

Pusat Penelitian merupakan salah satu unit kerja di lingkungan Badan Keahlian DPR
(BKD). Pusat Penelitian bertugas melaksanakan pengkajian dan analisis situasi dan
perkembangan kedewanan. Tugas ini dilaksanakan oleh sebuah tim yang terdiri dari para
penelti yang merupakan salah satu kelompok jabatan fungsional yang terdapat di BKD.

Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia


memiliki visi dan misi untuk mencapai tujuan. Visi Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia adalah menjadi Pusat Peneliti yang professional,
netral, andal dan akuntabel dalam mendukung terwujudnya parlemen modern. Berdasarkan
Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI No. 6 Tahun 2015, ditetapkan bahwa Pusat Penelitian
(Puslit) mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penelitian untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPR RI. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Puslit menyelenggarakan fungsi (bagian dari visi Puslit) :

a. Perumusan dan evaluasi Rencana Strategis (Renstra) Puslit;


b. Perumusan dan evaluasi program kerja tahunan Puslit;

22
c. Perumusan dan evaluasi rencana kegiatan dan anggaran Puslit;
d. Koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas unit organisasi di
lingkungan Puslit;
e. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dalam pelaksanaan pengkajian dan
penelitian;
f. Pelaksanaan kebijakan di bidang dukungan penelitian;
g. Pelaksanaan dukungan evaluasi penelitian;
h. Pelaksanaan kegiatan pengkajian dan peneltian;
i. Pelaksanaan tata usaha Puslit;
j. Penyusunan laporan kinerja Puslit; dan
k. Pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi kepada Kepala Badan Keahlian.

Untuk itu, Puslit sebagai unsur pendukung dalam kelancaran pelaksanaan wewenang
dan tugas DPR RI di bidang keahlian merumuskan sebagai berikut: “Menjadi Pusat Penelitian
yang Profesional, Netral, Andal dan Akuntabel dalam Mendukung Terwujudnya Parlemen
Modern”. Sehubungan dengan pemberian dukungan keahlian dalam pelaksanaan fungsi
legislasi, pengawasan, dan anggaran dalam rangka pelaksanaan representasi serta
menjalankan peran diplomasi parlemen DPR RI menuju Parlemen Modern, Puslit harus
mampu memberikan dukungan tersebut melalui hasil penelitian, pengkajian dan
pengembangan.

Pengertian yang dimaksud dari kata professional, andal dan akuntabel sebagaimana
termuat dalam visi Puslit mengandung makna-makna sebagai berikut. Profesional berarti
mempunyai kepakaran dan kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPR
RI secara baik danbenar, serta berkomitmen untuk terus meningkatkan kemampuan serta
kualitas SDM. Netral berarti mampu menjalankan tugasnya untuk mendukung pelaksanaan
tugas dan wewenang DPR RI dengan tidak berpihak pada pengaruh dan kepentingan apapun.
Andal berarti mampu melakukan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi rencana-rencana
kerja sesuai dengan pelaksanaan fungsi DPR RI dalam mendukung terwujudnya Parlemen
modern. Akuntabel berarti mampu bertanggung jawab atas setiap tindakan, keputusan, dan
kebijakan, termasuk di dalamnya pemberian informasi kepada public sesuai tugas dan fungsi
DPR RI dalam mendukung pelaksanaan fungsi legislasi, pengawasan dan anggaran.

Kemudian untuk mewujudkan dan mendukung tercapainya visi Puslit dalam rangka
memberikan dukungan keahlian kepada pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang DPR RI

23
maka ditetapkan Misi Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia sebagai berikut; pertama, mengoptimalkan dukungan keahlian melalui kegiatan
penelitian yang professional, netral dan akuntabel. Kedua, memberikan dukungan keahlian
melalui kegiatan pengkajian yang professional, netral dan akuntabel. Ketiga, Melakukan
pengembangan kepakaran dan kopetensi SDM yang andal.

Misi merupakan langkah utama sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Puslit yang
disusun untuk mencapai visi: “Menjadi Pusat Penelitian yang Profesional, netral, andal,
akuntabel dalam mendukung terwujudnya parlemen modern.” Pada misi mengoptimalkan
dukungan keahlian melalui kegiatan penelitian yang professional dan akuntabel, Puslit
melakukan penelitian yang sesuai dengan pelaksanaan fungsi legislasi, pengawasan dan
anggaran DPR RI dalam rangka terwujudnya Parlemen Modern. Untuk itu, tahapan penelitian
yang dilakukan oleh Puslit berupa perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian,
penyusunan laporan penelitian, dan sosialisasi hasil penelitian, dilakukan secara professional
dan akuntabel.

Selain penelitian, Puslit juga melakukan pengkajian sesuai dengan pelaksanaan fungsi
DPR RI, pemenuhan kebutuhan data dan informasi bagi Anggota DPR RI yang sejalan
dengan pelaksanaan tugas dan wewenang DPR RI, analisis terhadap kebijakan Pemerintah,
serta memenuhi kebutuhan data dan informasi kepada masyarakat mengenai pelaksanaan
fungsi DPR RI, analisis terhadap kebijakan pemerintah, serta memenuhi kebutuhan data dan
informasi kepada masyarakat mengenai pelaksanaan fungsi DPR RI. Kegiatan pengkajian
yang dilakukan Puslit dilakukan secara professional, netral, andal, dan akuntabel yang
diwujudkan secara ilmiah dalam bentuk penulisan pada jurnal ilmiah dan buku, Info Singkat
atau pointers kebijakan, baik secara tercetak maupun online, serta diskusi atau seminar
ilmiah di lingkungan internal Puslit maupun berskala nasional.

Untuk misi melakukan pengembangan kepakaran dan kompetensi SDM yang andal,
Puslit melakukan pengembangan kepakaran dan kopetensi SDM peneliti dan tata usaha Puslit
yang sejalan dengan dinamika dukungan keahlian terhadap pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenang DPR RI. Pengembangan SDM Puslit dilakukan dalam upaya meningkatkan
kualitas maupun kualitas SDM Puslit. Hal tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan
formal, pendidikan dan pelatihan kepakaran, serta mengikuti berbagai kegiatan pertemuan
ilmiah, baik di dalam maupun di luar negeri. Sedangkan pengembangan kuantitas SDM Puslit

24
dilakukan melalui penyesuaian jumlah SD Puslit yang sejalan dengan perbandingan rasio
kecukupan dukungan keahlian terhadap pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPR RI.

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, Puslit memiliki tujuan yakni;
pertama, tercapainya dukungan keahlian melalui kegiatan penelitian yang professional,
netral, dan akuntabel. Kedua, tercapainya dukungan keahlian melalui kegiatan pengkajian
yang professional, netral dan akuntabel. Ketiga, tercapainya pengembangan kepakaran dan
kompetensi SDM yang andal. Tujuan pertama dan kedua berupa penelitian dan pengkajian
merupakan penjabaran dari visi dan misi Puslit untuk meningkatkan kesesuaian hasil kerja
(output) kualitas dukungan keahlian, yang sesuai dengan pelaksanaan fungsi legislasi,
pengawasan, dan anggaran agar DPR RI dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
baik. Sedangkan tujuan ketiga berupa pengembangan kepakaran dan kopetensi SDM, baik
kualitas maupun kuantitas, sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan fungsi DPR RI.

Tugas pokok Puslit memberikan dukungan keahlian kepada DPR RI, baik dalam
pelaksanaan fungsi legislasi, fungsi anggaran, maupun fungsi pengawasan. Untuk itu,
keberadaan tujuh puluh dua orang peneliti memiliki peran yang sangat penting, walaupun
jumlahnya berbanding terbalik dengan jumlah Anggota DPR yang berjumlah 560 orang.
Artinya, 1 orang peneliti harus dapar memberikan dukungan substansi kepada sekitar 7-8
orang Anggota DPR RI. Di bidang legislasi, dukungan keahlian para peneliti diberikan
dalam bentuk pendampingan pada saat penyusunan dan pembahasan RUU di AKD dan
Pansus bersama-sama dengan para Perancang Undang-Undang. Demikian pula dengan
dukungan dalam pelaksanaan fungsi anggaran.

Selain itu, para peneliti juga mendampingi tim yang dibentuk oleh DPR RI dalam
rangka pelaksanaan fungsi pengawasan. Disamping itu, para peneliti juga dilibatkan dalam
tim yang dibentuk oleh unit kerja lain dilingkungan Setjen dan Badan Keahlian DPR RI.
Peneliti akan dilibatkan dalam kegiatan penyusunan Naskah Akademik dan RUU di Pusat
Perancangan Undang-Undang. Peneliti juga terlibat dalam kegiatan pemantauan pelaksanaan
undang-undang yang menjadi tugas dari Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang. Di
lingkungan Setjen DPR RI, peneliti dilibatkan dalam berbagai tim yang dibentuk oleh unit-
unit kerja, misalnya dalam penyusunan Renstra Setjen dan Badan Keahlian DPR RI. Para
peneliti di Puslit merupakan pejabat fungsional, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Para fungso bagian dari supporting system di Badan Keahlian DPR
RI maupun sebagai peneliti yang merupakan pejabat fungsional.

25
Adapula sasaran strategis yang harus dicapai oleh Puslit. Sasaran strategis adalah
kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh Puslit yang mencerminkan pengaruh yang
ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari satu atau berbagai program. Adapun sasaran
strategis Puslit adalah pertama, tercapainya dukungan keahlian melalui kegiatan penelitian
yang professional, netral, dan akuntabel. Kedua, tercapainya dukungan keahlian melalui
kegiatan pengkajian yang professional, netral dan akuntabel. Ketiga, tercapainya
pengembangan kepakaran dan kompetensi SDM yang andal.

Sasaran startegis dari terwujudnya dukungan keahlian melalui kegiatan penelitian


yang professional dan akuntabel yang dilakukan oleh Puslit adalah dengan menyesuaikan
hasil kerja yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan dengan apa yang menjadi
kebutuhan riil (outcome) dari pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang DPR RI. Oleh karena
itu, dukungan keahlian melalui kegiatan penelitian harus bersumber dari materi yang berasal
dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas) maupun materi yang berasal dari permintaan
Alat Kelengkapan DPR RI (AKD) yang mencerminkan pelaksanaan fungsi pengawasan
dan/atau anggaran yang akan atau sedang dibahas. Untuk itu, penyelesaian maupun
penyerahan hasil penelitian diupayakan sejalan dengan dinamika substansi/isu dan/atau
waktu penyeleseaian dari pelaksanaan fungsi DPR RI. Kondisi ini menjadi penting agar
setiap hasil penelitian yang dihasilkan Puslit memiliki hasil guna kemanfaatan (outcome)
yang tinggi untuk mendukung fungsi, tugas, dan wewenang DPR RI serta mempercepat
tercapainya DPR RI sebagai Parlemen Modern.

Sasaran strategis dari terwujudnya dukungan keahlian melalui kegiatan pengkajian


yang professional dan akuntabel, perlu dilakukan dengan memastikan bahwa hasil kerja
Puslit dapat digunakan mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang AKD. Pengkajian
terhadap berbagai masalah yang sedang dibahas oleh DPR RI dan/atau kebijakan yang akan
atau sudah ditetapkan Pemerintah, pada akhirnya akan menjadi sumber data dan/atau
informasi bagi Anggota DPR RI untuk mendukung tugas dan fungsinya.

Terwujudnya pengembangan kepakaran dan kompetensi SDM yang andal sebagai


sasaran strategis juga sangat penting. Hal ini merupakan upaya untuk memaksimalkan
dukungan keahlian Puslit terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi oleh Anggota DPR RI.
Untuk itu, keseuaian kualitas kompetensi SDM Puslit akan selalu diupayakan demi
memaksimalkan dukungan keahlian dalam mendukung tugas dan fungsi DPR RI.

26
Fungsi tersebut dilaksanakan oleh sumberdaya manusia (SDM) di Puslit yang terdiri
dari para peneliti di Pusat Penelitian yang berjumlah 72 orang, terdiri atas 8 orang Doktor dan
64 orang bergelar Magister yang merupakan lulusan dalam dan luar negeri, berasal dari
berbagai disiplin ilmu, baik politik, hubungan internasional, hukum, ekonomi maupun sosial.
Tim peneliti bekerja dalam 5 (lima) kelompok bidang kajian, yaitu :

Bidang Kajian Doktor Kandidat Magister Sarjana


Doktor
Politik Dalam Negeri 1 5 1
Hukum 2 13
Hubungan Internasional 1 1 5
Ekonomi dan Kebijakan Publik 6 30
Kesejahteraan Sosial 5 1 13
Jumlah 8 8 56 1
Tabel 2.1 Jumlah Tim Peneliti dalam 5 Kelompok Bidang Kajian

kelembagaan Puslit memiliki struktur sesuai Pengaturan Sekretaris Jenderal DPR RI


No. 6 Tahun 2015 sebagaimana yang tergambar dalam Bagan

Pusat Penelitian
Subbagian Tata
Usaha

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Bidang Bidang Bidang Bidang


Bidang
Ekonomi dan Politik Hubungan Kesejahteraan
Hukum
Kebijakan Dalam Internasional sosial
Publik Negeri

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Pusat Penelitian

Pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh pusat penelitian antara lain; pertama,
meneliti berbagai topic yang relevan dengan perkembangan kedewanan untuk dijadikan
usulan kepada Alat Kelengkapan Dewan, dan Komisi. Kedua, menyusun berbagai kajian atas
permintaan pimpinan-pimpinan Dewan, Alat Kelengkapan Dewan, dan Komisi. Ketiga,
menerbitkan Jurnal Ilmiah KAJIAN secara berkala ( tiga bulan sekali) dan Jurnal Politica,

27
Jurnal Negara Hukum, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, serta Jurnal Aspirasi yang juga
diterbitkan secara berkala (masing-masing enam bulan sekali) sebagai sarana publikasi hasil
penelitian maupun kajian yang telah dilakukan oleh peneliti untuk diberikan kepada Anggota
Dewan sebagai masukan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Keempat, menerbitkan
buku-buku hasil penelitian atau kajian terhadap isu-isu yang berkembang untuk diberikan
kepada Anggota DPR RI sebagai masykan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kelima,
menyelenggarakan seminar/workshop/diskusi tentang berbagai isu yang sedang berkembang
untuk bahan masukan kepada DPR RI.

Pelaksanaan tugas dan fungsi Puslit perlu didukung dengan mekanisme kerja yang
jelas. Dalam lingkup internal Puslit, saat ini sudah terdapat beberapa Standard Operating
Procedure (SPO) yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Puslit. SOP yang sudah
disusun antara lain SOP tentang pelaksanaan penelitian individu dan kelompok; SOP tentang
penerbitan buku, Info Singkat, dan Jurnal Ilmiah; serta SOP tentang pelayanan data. Terkait
dengan unit kerja lain yang melaksanakan dukungan keahlian, baik di lingkungan Badan
Keahlian DPR RI maupun Setjen DPR RI, telah disusun standar mekanisme kerja dengan
Peraturan Kepala Badan Keahlian DPR RI Nomor 01 Tahun 2018 tentang Mekanisme Kerja
Peneliti pada Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indoneia.

2.2.1 Produk Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia

Produk yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian ialah; pertama, informasi dan bahan
pertanyaan untuk rapat-rapat seperti Rapat Kerja, Rapat Dengar Pendapat, dan Rapat Dengar
Pendapat Umum DPR. Kedua, Background papers untuk kebutuhan tertentu. Ketiga, kajian
dan analisis singkat terhadap isu tertentu. Keempat, analisis mendalam (In-depth Analysis).
Kelima, riset atas topic-topik yang dibutuhkan DPR. Keenam, Pendampingan dalam
pembahasan RUU, Tim Pengawas, pembahasan anggaran dan pelakasanaan diplomasi
parlemen. Kemudian ada produk dari 5 bidang dari Puslit yakni Jurnal Ilmiah KAJIAN
secara berkala ( tiga bulan sekali) dan Jurnal Politica, Jurnal Negara Hukum, Jurnal Ekonomi
dan Kebijakan Publik, serta Jurnal Aspirasi yang juga diterbitkan secara berkala (masing-
masing enam bulan sekali) sebagai sarana publikasi hasil penelitian maupun kajian yang telah
dilakukan oleh peneliti untuk diberikan kepada Anggota Dewan sebagai masukan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Lalu ada buku-buku hasil penelitian atau kajian terhadap

28
isu-isu yang berkembang untuk diberikan kepada Anggota DPR RI sebagai masukan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Kemudian ada Info Singkat, Policy brief dan penelitian.

Untuk jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Bidang Kesejahteraan Sosial, yakni Jurnal
Aspirasi. Jurnal Aspirasi merupakan salah satu jurnal yang diterbitkan Puslit yang berisi
tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian analisis kritis mengenai topic yang
berkaitan dengan fungsi-fungsi DPR, terutama yang terkait isu-isu bidang sosial, termasuk
sosiologi, agama, pendidikan, gender, kesehatan, lingkungan, dan psikologi. Penerbitan
Jurnal Aspirasi juga merupakan salah satu bentuk kontribusi dukungan keahlian yang
diberikan oleh Peneliti Bidang Kesejahteraan Sosial kepada DPR RI dalam melaksanakan
tugas, wewenang, dan fungsinya.

Jurnal KAJIAN dikelola oleh para peneliti dari berbagai bidang yang ada di Puslit,
yakni Bidang Hubungan Internasional, Bidang Politik Dalam Negeri, Bidang Kesejahteraan
Sosial, Bidang Hukum, serta Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik. Pada tahun 2018, Jurnal
KAJIAN telah menerbitkan 4 (empat) volume, yaitu: Vol.23 No.1, Maret 2018; Vol. 23 No.2,
Juni 2018; Vol. 23 No. 3, September 2018; dan Vol. 23 No.4, Desember 2018. Setiap naskah
yang masuk ke redaksi akan melalui 2 tahap review, yakni review pertama dilakukan oleh
Redaksi Kajian untuk melakukan pengecekan teknis kesesuaian naskah terhadap format
penulisan. Review kedua dilakukan oleh Mitra Bestari atau peer external reviewers untuk
menilai substansi naskah

Grafik 2.1 Alur Penerbitan Jurnal Kajian


Sumber : LAK Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI 2018

29
Selain jurnal KAJIAN produk Pusat Penelitian selanjutnya yaitu buku. Kegiatan
penerbitan buku merupakan salah satu tugas pokok yang dilakukan oleh para peneliti Puslit,
baik Peneliti Muda, Peneliti Madya, maupun Peneliti Utama. Kegiatan penerbitan buku
menjadi hal yang sangat penting agar penyebarluasan hasil penelitian dan pengembangan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui media buku dapat disampaikan kepada
Anggota DPR RI pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Kegiatan penerbitan
buku Puslit dilakukan oleh Tim Koordinasi Penerbitan Buku Puslit (Tim Buku). Adapun
tujuan penerbitan buku yang dilakukan oleh Tim Buku adalah untuk : (1) menjadi masukan
bagi DPR RI dalam membuat kebijakan sesuai dengan fungsi legislasi, anggaran dan
pengawasan; (2) menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi ilmuwan, akademisi,
dam masyarakat umum (diseminasi); (3) meningkatkan gairah penulisan buku; dan (4)
menunjang kepakaran para peneliti Puslit.
Produk penerbitan buku Puslit terdiri dari buku individu, buku tim/bidang, dan buku
lintas tim/bidang. Buku individu merupakan buku yang ditulis secara perorangan oleh
peneliti. Buku tim/bidang adalah buku bunga rampai yang ditulis oleh beberapa penulis Puslit
uang masih berada dalam satu bidang. Sedangkan buku lintas tim/bidang merupakan buku
bunga rampai yang ditulis oleh beberapa penlis Puslit yang berasal lebih dari satu bidang.
Selanjutnya, produk ketiga puslit yakni Info Singkat yang terbit sejak 2009 dengan
periode penerbitan setiap dua minggu sekali. Majalah ini memuat artikel dari 5 (lima) bidang
penelitian di Puslit dan memuat kajian singkat terhadap isu aktual dan strategis yang perlu
mendapat perhatian DPR RI. Penerbitan Info Singkat bertujuan untuk memberikan bahan
informasi atau masukan bagi pelaksanaan tugas Anggota DPR RI (di bidang legislasi,
anggaran, dan pengawasan). Sementara bagi peneliti, tulisan dalam Info Singkat merupakan
salah satu Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang memiliki angka kredit. Adapun alur kerja
penerbitan Majalah info singkat:

30
Publikasi &
Tata Letak & Distribusi
Percetakan
Pengeditan Info Singkat
layouter
editor mendesain tata versi Pdf
Revisi mengedit letak dan dipublikasikan
Rapat naskah Info membuat melalui situs
penulis merevisi Singkat yang
Redaksi tulisan dummy. Dummy Resmi Pusat
telah dipeeriksa Penelitian dan
setiap bulan berdasarkan diperiksa
pada hari masukan penulis dan Info Singkat
oleh redaksi direvisi
jum'at redaksi Indo lokal Info versi cetak
minggu ke- Singkat. Hasil layouter didistribusikan
Singkat sebelum dikirim
1 dan ke-3 revisi dikirim kepada anggota
Draft Awal untuk kembali kepada kepercetakan
DPR
paling lambat memberika redaksi lokal
diterima hari n masukan Info Singkat.
kamis minggu pada draf
ke 1 dan ke 3 awal Info
tiap bulan Singkat

Grafik 2.2 Alur Penerbitan Info Singkat


Sumber : LAK Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
2018

Pada tahun 2018, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Puslit telah menerbitkan Info
Singkat sebanyak 24 edisi, yang terbit secara berkala dua kali sebulan, dengan setiap edisi
berisi lima artikel sesuai bidang kajian yang ada di Puslit. Selanjutnya produk keempat puslit
ialah Policy Brief. Policy Brief merupakan produk baru dari Pusat Penelitian. Produk ini
merupakan improvisasi atau pengembangan dari produk yang telah ada sebelymnya, yaitu
Info Singkat. Penerbitan Policy Brief pada tahun 2018 dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali
pada bulan April dan Desember. Berbeda dengan Info Singkat, setiap terbitan Policy Brief
mengangkat satu tema khusus (tematik). Tema/ topik untuk setiap penerbitan tersebut
ditentukan oleh Redaksi. Demikian pula dengan penulis, yang diutamakan berasal dari
peneliti yang telah memiliki jabatan Peneliti Utama dan Peneliti Madya. Untuk meningkatkan
kualitas tulisan, dalam rangka pendalaman susbtansi, dapat dilakukan pencarian data dalam
kota.

Selanjutnya produk kelima Puslit, yakni penelitian, penelitian merupakan salah satu
tugas dan fungsi pokok yang dilaksanakan oleh para peneliti Pusat Penelitian. Hal ini sejalan

31
dengan salah satu misi Pusat Penelitian, yaitu mengoptimalkan dukungan keahlian melalui
kegiatan penelitian yang professional, netral, dan akuntabel. Penelitian dilakukan sesuai
dengan tahapan penelitian yang telah ditentukan oleh Tim Koordinasi Penelitian. Penelitian
tersebut didasarkan pada tema, topik, atau bidang masalah yang relevan dengan pelaksanaan
fungsi dan wewenang Anggota DPR RI. Pelaksanaan penelitian dikoordinasikan oleh Tim
Koordinasi Penelitian. Tim Koordinasi Penelitian ini bekerja berdasarkan Surat Keputusan
Sekertaris Jenderal DPR RI No. 377/SEKJEN/2018 tentang Pembentukan Tim Koordinasi
Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tahun Anggaran
2018. Dalam SK Sekjen tersebut tidak disebutkan tugas atau wewenang TKP, tetapi
disebutkan tugas penanggung jawab, ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota. Tugas ketua
tim adalah mengarahkan Anggota TKP untuk memeriksa setiap rancangan proposal kegiatan
penelitian yang diajukan oleh para peneliti agar sesuai dengan bidang kepakarannya dan
sesuai dengan prinsip ilmiah dalam penelitian sampai dengan selesainya seluruh kegiatan
penelitian yang dilakukan oleh para peneliti. Penentuan tema dan topik penelitian didasarkan
pada beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Daftar RUU dalam Prolegnas


b. Fungsi pengawasan dan fungsi anggaran DPR
c. Masukan dari Alat Kelengkapan DPR
d. Usulan kelompok penelitian/ para peneliti.

Semua kegiatan penelitian pada Pusat Penelitian BKD dilakukan melalui 3 (tiga)
tahapan, yaitu pra-penelitian, peneltian, dan pasca penelitian. Seluruh kegiatan penelitian
tersebut telah memberikan output berupa laporan penelitian, executive summary, dan
infografis meskipun ada beberapa yang mengalami keterlambatan waktu dalam memenuhi
kewajibannya. Executive summary penelitian kelompok telah disampaikan kepada Kapuslit
untuk diteruskan kepada Tim Buku untuk dicetak menjadi buku. Percetakan executive
summary penelitian kelompok ini telah telah dilakukan oleh Tim Buku. Hasil penelitian juga
sudah diunggah pada website Pusat Penelitian BKD sebagai bentuk keterbukaan informasi
public, transparansi, dan akuntabilitas.

Produk Puslit yang keenam adalah website Pusat Penelitian. Pusat Penelitian terus
berupaya dalam mengembangkan dan meningkatkan pelayanan berbasis elektronik dalam
rangka peningkatan kualitas layanan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel kepada
Anggota DPR RI dan masyarakat luas. Bentuk pelayanan berbasis elektronik tersebut yaitu

32
melalui website (www. Puslit.dpr.go.id), yang merupakan media informasi dan komunikasi
dari Pusat Penelitian kepada public. Kehadiran website Pusat Penelitian bertujuan untuk
mendukung eksistensi Pusat Penelitian sebagai lembaga yang berhubungan langsung dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Gambar 2.1 Website Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI


Sumber : http://puslit.dpr.go.id/

Perannya semakin penting seiring dengan momentum era digital dan keinginan DPR RI untuk
mewujudkan parlemen modern. Website Pusat Penelitian menyajikan seluruh produk kajian
dan peneltiian serta kegiatan lainnya dari Pusat Penelitian sehingga menjadi lebih mudah
untuk diketahui, diakses, dimanfaatkan dan disebarluaskan kepada penggunanya, khususnya
bagi Anggota DPR RI. Pengembangan dan peningkatan kualitas website Pusat Penelitian
diharapkan dapar mengakomodasi Anggota DPR RI dan masyarakat untuk memperoleh
informasi yang lebih andal, terpercaya, mudah didapat, dan tersaji secara informative.
Sementara itu, dalam proses pengembangan dan peningkatan kualitasnya, website Pusat
Penelitian juga memungkinkan menjadi wahana pengembangan kapasitas sumber daya
manusia yang mengelolanya.

33
Output dari kegiatan Tim Pengelola Website Pusat Penelitian:

Gambar 2.2 Infografis dan Policy Brief pada Website Pusat Penelitian
Sumber : http://puslit.dpr.go.id/

2.3 Profil Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR RI

Dalam bidang kesejahteraan sosial, memiliki beberapa isue yang menjadi bagian dari
bidang kesejahteraan sosial, bidang kesejahteraan sosial melakukan penelitian, pengkajian,
dan analisis mengenai; pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), pendidikan,
kebudayaan, kesenian dan agama, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,
kepemudaan dan olahraga, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan
hidup, kependudukan, tenaga kerja, transmigrasi, pembangunan pedesaan, dan perkembangan

34
perkotaan, kesejahteraan masyarakat: kesehatan, jaminan sosial, masyarakat terasing, konflik
dan diskriminasi, dan masalah masalah sosial lain.

Dalam bidang kesejahteraan sosial badan keahlian DPR RI memiliki beberapa kepakaran dari
para peneliti, kepakaran tersebut ialah;

⁃ Sosiologi Legislasi

⁃ Sosiologi Umum ( Struktur Dan Perubahan Sosial)

⁃ Peran Masyarakat Madani Dalam Pembangunan

⁃ Kesejahteraan Sosial (Jaminan Sosial)

⁃ Sosiologi Politik (Masyarakat Dan Kebijakan Publik)

⁃ Kebijakan Lingkungan

⁃ Kebijakan Dan Manajemen Kesehatan

⁃ Agama Dan Masyarakat

⁃ Pengembangan Budaya Desa-Kota

⁃ Studi Pendidikan

⁃ Sosiologi Perkotaan

⁃ Psikologi

⁃ Kesehatan Masyarakat

Bidang kesejahteraan sosial memiliki terbitan jurnal sendiri seperti bidang lainnya
dari Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Jurnal tersebut adalah Jurnal ASPIRASI,
jurnal Aspirasi merupakan salah satu jurnal yang diterbitkan okeh Puslit ya g berisi tulisan
yang diangkat dari gasil penelitian dan kajian analisis kritis mengenai topik yang berkaitan
dengan fungsi-fungsi DPR, terutama yang terkait isu-isu bidang sosial, termasuk sosiologi,
agama, pendidikan, gender, kesehatan, lingkungan dan psikologi. Penerbitan Jurnal Aspirasi
juga merupakan salah satu bentuk kontribusi dukungan keahlian yang diberikan oleh Peneliti
Bidang Kesejahteraan Sosial kepada DPR RI dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan
fungsinya.

Jurnal Aspirasi terbit pertama kali pada 1 Juni 2010. Kemudian secara rutin terbit 2
kali pertahun tiap bulan Juni dan Desember. Pada tahun 2018 Jurnal Aspirasi terbit dalam 2

35
edisi, yakni Volume 9 No. 1 yang terbit pada Juni 20 18 dan Voulume 9 No. 2 yang terbit
pada Desember 2018. Pada tiap edisi Jurnal Aspirasi konsisten menerbitkan 8 buah tulisan.
Jurnal Aspirasi online dapat diakses pada alamat http;//jurnal.dpr.go.id/aspirasi. Pentunjuk
penulisan, tahapan pengelolaan naskah maupun artikel yang sudah diterbitkan dapat diakses
di alamat tersebut. Demikian juga informasi terbaru seperti callof papers disampaikan di
website tersebut. Bagi penulis yang akan mengirimkan naskahnya dapat melakukan register
dengan mengakses alamat http;//jurnal.dpr.go.id/aspirasi/user/register.

Adapun alur pengelolaan Jurnal Aspirasi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.3 Alur Pengelolaan Jurnal Aspirasi


Sumber : LAK Puslit Badan Keahlian DPR RI 2018

Saat ini, Jurnal Aspirasi telah terdaftar dalam keanggotaan Google Scholar dan Mendeley. Di
samping itu, Redaksi juga telah mengajukan pendaftara ke Directory of Open Acess Journal
(DOAJ) dan Cross Reff dan saat ini masih menunggu approval.

36
BAB III

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI PUSAT PENELITIAN BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL BADAN


KEAHLIAN DPR RI

Dalam bab ini, penulis ingin menjelaskan kegiatan-kegiatan pada saat pelaksanaan
kegiatan PKL yang dilakukan oleh penulis dari satu Instansi Pemerintah yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat Indonesia pada Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan
Keahlian DPR RI. Kegiatan PKL ini dilakukan guna untuk memenuhi mata kuliah wajib
yang ada di Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.

Dalam menjalani aktivitas PKL, penulis dan rekan PKL yang lain melakukan adaptasi
terhadap lingkungan Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial, dan berinteraksi dengan
semua anggota yang berada di dalam Puslit Bidang Kesejahteraan Sosial tempat bekerja
penulis. Kegiatan PKL yang dilakukan, penulis rasa sangat bermanfaat dan dapat menunjang
kemampuan penulis saat memperoleh pengetahuan baru mengenai Pusat Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR RI, menjadi bagian dari Pusat Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial melakukan tugas seperti pengerjaan info singkat, pengecekkan redaksi
jurnal para peneliti, mencari bahan penunjang peneliti bagi penelitiannya untuk menjadi
bagian dari supporting system dari DPR RI . Berikut adalah laporan kegiatan PKL harian
(Jurnal Harian) penulis di Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan K:

Tabel 3.127
Matriks Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (Jurnal Harian)
dari 02 September 2019 - 29 November 2019
No. Hari, Tanggal Kegiatan Output

1. Senin-Selasa 2-3 Menunggu Konfirmasi mentor oleh


September 2019 Tata Usaha Pusat Penelitian Badan
Keahlian DPR RI
2. Rabu, 4 1. 1. Mendapat Konfirmasi Mentor 1. 1. Mengetahui mentor selama
September 2019 PKL
2.Pengarahan dari mentor terkait 2. Mengetahui tempat bekerja
penempatan selama PKL
3. Pengenalan oleh mentor kepada 3. Mengetahui Lingkungan
para peneliti di Puslit Bd Puslit Bidang Kesejahteraan
Kesejahteraan Sosial Sosial dan perkenalan dengan

27
Sumber : dikelola oleh penulis

37
seluruh peneliti
3. Kamis, 5 Izin Sakit
September 2019
4. Jumat -6 1.Memberikan dan Membahas 1. Mengetahui hal-hal apasaja
September 2019 tujuan dan target selama melakukan yang dapat dilakukan selama
PKL dengan para mentor PKL sesuai dengan tujuan dan
target yang dibahas
1a. Menetepkat deadline tugas-
tugas
5. Senin, 9 Melakukan Perkuliahan TJSO di
September 2019 Kampus
6. Selasa , dan Jumat Diarahkan untuk mengerjakan skripsi
10, 13 September karena mentor (satu tim) sedang
2019 penelitian di Bali
7. Rabu, 11 Izin kegiatan di Kampus
September 2019
8. Kamis, 12 Mengunjungi museum DPR RI Mengetahui sejarah mengenai
September 2019 DPR RI
9. Senin, 16 Melakukan Perkuliahan TJSO di
September 2019 Kampus
10. Selasa 17 Pengerjaan Skripsi
September 2019
11. Rabu, 18 1.Menghadiri Diskusi Publik Fraksi 1.Mengetahui informasi terkait
September 2019 PKS mengenai “Rencana rencana pemindahan ibukota
Pemindahan Ibukota Negara negara
Perspektif Politik dan Ekonomi”
2.Pembahasan dan diskusi dengan 2. Mengetahui tugas apa saja dan
seluruh mentor terkait target, deadline pengumpulan
deadline, dan bentuk konkrit kegiatan
12. Kamis-Jumat 19- Membaca referensi Info Singkat Mengetahui format penulisan
20 September karena ditugaskan mengerjakan Info Info Singkat yang diterbitkan
Singkat terkait isu-isu terkini Pusat Penelitian BK DPR RI
13. Senin, 23 Melakukan Perkuliahan TJSO di
September 2019 Kampus
14. Selasa, 24 Diliburkan oleh mentor karena
September 2019 kondisi kantor tidak aman akibat
demo
15. Rabu 25 Mendapatkan tugas mengenai 1. Mengetahui standarisasi
September 2019 pengecekkan Redaksional Jurnal penulisan ilmiah yang sesuai
yang ditulis oleh peneliti dengan dengan standar Pusat Penelitian
judul “ANALISIS LOCATION bidang Kesejateraan Sosial
QUOTIENT DAN SHIFT SHARE Badan Keahlian DPR RI
PASCABENCANA ALAM DI
PROVINSI JAWA TENGAH
(Location Quotient and Shift Share
Analysis After Natural Disaster in
Central Java) “ berdasarkan kriteria
yang diberikan
16. Kamis-Jumat 26- Pengerjaan Info Singkat mengenai
27 September Dampak Land Clearing Kelapa Sawit
2019 pada Lingkungan dan Masyarakat
(Topik pribadi)
17. Senin, 30 1. Melakukan Perkuliahan TJSO di

38
September 2019 Kampus
2.Mengumpulkan Info Singkat 2. Artikel Ilmiah mengenai isu
berupa artikel ilmiah via grup terkini (Karhutla) dan
whatsApp memberikan saran sesuai dengan
3 fungsi DPR
18. Selasa-Kamis 1-3 Pengerjaan outline laporan magang
Oktober 2019 sesuai dengan hal yang didiskusikan
oleh para mentor
19. Jumat, 4 Oktober Bimbingan mengenai Laporan 1.Fiksasi topik laporan magang
2019 magang denhan pembimbing PKL
20. Senin, 7 Oktober Melakukan Perkuliahan TJSO di
2019 Kampus
21. Selasa, 8 Oktober Mencari konsep mengenai Kota, 1.Mengetahui kebutuhan untuk
2019 Masyarakat Kota, perbedaan Kota menunjang kebutuhan penelitian
dan Desa guna menunjang kebutuhan peneliti
penelitian peneliti
22. Rabu-Jumat, 9-11 Mengerjakan skripsi dan laporan
Oktober 2019 magang sesuai saran para mentor
23. Senin, 14 Oktober Melakukan Perkuliahan TJSO di
2019 Kampus
24. Selasa, 15 Oktober 1.Meghadiri pemberian materi terkait 1.Mengetahui tentang DPR RI ,
2019 DPR RI oleh Prof. Dr. Ujianto proses pembentukan UU, sejarah
Singgih dan lain-lain.
2.Membahas mengenai topik magang 2.Mengetahui sumber informasi
yang ingin diangkat dan pemberian terkait laporan maggang sesuai
saran oleh para mentor di tempat dengan topik yang diangkat
PKL
25. Rabu, 16 Oktober Mendapatkan tugas mengenai 1.Mempelajari lebih dalam
2019 Metode Penelitian Sosial dari Prof. mengenai Metode Penelitian
Dr. Mohammad Mulyadi
26. Kamis, 17 Menghadiri Focus Group Discussion 1.Mengetahui materi mengenai
Oktober 2019 mengenai materi penerbitan buku penerbitan buku
27. Jumat, 18 Oktober Izin Sakit
2019
28. Senin, 21 Oktober Melakukan Perkuliahan TJSO di
2019 Kampus
29. Selasa-Kamis 22- Mengerjakan skripsi dan laporan
24 Oktober 2019 magang sesuai saran para mentor
30. Jum’at 25 Oktober Izin Sakit
2019
31. Senin, 28 Oktober Melakukan Perkuliahan TJSO di
2019 Kampus
32. Selasa-Rabu 29-30 Mengerjakan skripsi dan laporan
Oktober 2019 magang sesuai saran para mentor
33. Kamis, 31 Izin ke kampus untuk melakukan
Oktober 2019 bimbingan skripsi dan menghadiri
SPS
34. Jumat, 1 Diskusi dengan mentor di tempat 1.Mengetahui hal apa yang harus
November 2019 PKL mengenai saran skripsi dilakukan terkait keberlanjutan
skripsi
35. Senin, 4 Melakukan Perkuliahan TJSO di
November 2019 Kampus
36. Selasa-Jumat 5-8 Mengerjakan skripsi dan laporan

39
November 2019 magang sesuai saran para mentor
37. Senin, 11 Melakukan Perkuliahan TJSO di
November 2019 Kampus
38. Selasa, 12 1.Menghadiri Focus Group 1. Mengetahui informasi
November 2019 Discussion mengenai : terkait materi yang
 Administrasi Publik di Era dipaparkan.
4.0 2. Merasakan suasana
 Global Economic Risk diskusi dengan para
 Ekonomi Syariah dan peneliti dan pemateri
Pengadilan Agama dari luar DPR RI.
 Kondisi Sosial Politik Pasca
Pelantikan Indonesia Maju
2. Menghadiri Diskusi Publik Fraksi 1.Mengetahui Informasi terkait
PKS dalam rangka Hari Kesehatan BPJS
Nasional mengenai “Sehatkan BPJS,
Sehatkan Indonesia”
39. Rabu, 13 Izin sakit
November 2019
40. Kamis, 14 1.Menghadari Rapat Dengar 1.Mengetahui saran dari Badan
November 2019 Pendapat Komisi X dengan Badan Keahlian DPR RI mengenai
Keahlian DPR RI mengenai undang-undang yang harus
“Omnibus Law dan Hasil dibuat Komisi X sesuai dengan
Pemantauan Undang-Undang penelitian, lalu Komisi X
Bidang Komisi X” meminta saran mengenai daftar
UU yang ingin mereka buat.
41. Juma’at 15 Mengerjakan skripsi dan laporan
November 2019 magang sesuai saran para mentor
42. Senin, 18 Melakukan Perkuliahan TJSO di
November 2019 Kampus
43. Selasa,- Rabu 19- Menyiapkan presentasi proposal PPT Proposal dan BAB I Skripsi
20 November penelitian (pribadi) karena bagian (penelitian pribadi)
2019 dari tugas PKL yang diberikan
mentor
44. Kamis, 21 1.Menghadiri Focus Group 1.Mengetahui materi mengenai
November 2019 Disucussion mengenai “Plagiarisme plagiarisme dalam penulisan dan
dalam Publikasi Ilmiah” publikasi ilmiah.
2.Presentasi Proposal Skripsi didepan 2. Mengetahui saran dari para
para mentor mentor terkait penelitian skripsi
45. Juma’at 22 Izin
November 2019
46. Senin, 25 Melakukan Perkuliahan TJSO di
November 2019 Kampus
47. Selasa, 26 Mencari data terkait laporan PKL
November 2019
48. Rabu, 27 Menghadiri Rapat Dengar Pendapat
November 2019 Komisi X DPR RI
Mengenai :
- Pandangan dan masukan
terhadap kondisi dan
permasalahan pendidikan .
- Tantangan pendidikan dalam
skala global dan era revolusi
Industri 4.0.

40
- Pandangan dan masukan
terhadap regulasi yang
diperlukan untuk
pengembangan pendidikan di
Indonesia.

49. Kamis, 28 Hari terakhir PKL


November 2019

3.1 Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


3.1.1 Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR RI
Kegiatan PKL dilaksanakan mulai tanggal 2 September 2019- 29 November
2019. Dalam melaksanakan kegiatan PKL peserta (mahasiswa) masuk setiap harinya
dengan waktu yang disamakan dengan jam kerja staff lainnya (peneliti) , yaitu masuk
pukul 08.00 WIB sampai selesai pukul 16.30 WIB dan pada hari Jumat masuk pada
jam yang sama tetapi waktu pulang lebih lama 30 menit yakni menjadi pukul 17.00
WIB. Jam kerja berlaku secara fleksibel bagi para peneliti pun, mereka bekerja dan
istirahat pada rentan waktu 11.00-13.00. Selama melakukan kegiatan PKL ini, peserta
mendapatkan bimbingan dari para peneliti Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan
Sosial DPR RI dengan beberapa kepakaran. Ada empat mentor yang mengarahkan dan
membimbing kami selama kegiatan magang. Para mentor tersebut ialah Prof. Dr.
Ujianto Singgih dengan kepakaran Sosilogi Legislasi, Studi Masyarakat dan Sosiologi
Perkotaan, Dr. Lukman Nul Hakim, S.Psi., MA kepakaran Psikologi, Sulis Winuri
s.Psi., M.Psi. , Dinar Wahyuni S.Sos., M.Si kepakaran Sosiologi.
Selama kegiatan PKL, penulis di tempatkan di ruangan bersama para peneliti
lainnya dengan berbagai kepakaran di Puslit Bidang Kesejahteraan Sosial. Kami
membawa leptop sendiri setiap harinya, untuk melakukan tugas-tugas kami. Di sana
terdapat Wifi sehingga jika penulis ingin mencari data di internet tidak terhambat
karena sudah ada koneksi internet yang cepat. Contoh misalnya mencari bahan bacaan
terkait tema penelitian penulis dan tugas-tugas di tempat PKL terkait dengan kajian
literatur, isu-isu terkini terkait dengan pembuatan artikel ilmiah untuk Info Singkat.
Selama kurang lebih tiga bulan mengikuti kegiatan PKL, penulis merasa senang
sekali dan merasa bersyukur bisa memiliki kesempatan PKL di Pusat Penelitian bidang
Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR RI karena bisa merasakan atmosfer kerja
peneliti yang dianggap sebagai sumber daya manusia fungsional. Peneliti merupakan
pejabat fungsional, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Para

41
peneliti sebagai bagian dari supporting system di Badan Keahlian DPR RI maupun
sebagai peneliti yang merupakan pejabat fungsional. Mereka melakukan penelitian dan
kajian guna menjadi supporting system bagi anggota DPR RI. Banyak mengetahui
penelitian apa saja yang para peneliti lakukan, dari hasil output buku, naskah akademik,
info singkat, dan lain-lain. Penulis biasa dilibatkan dalam proses diskusi Focus Group
Discussion, membaca dan mengecek redaksional tulisan peneliti, menulis artikel ilmiah
sejenis Info Singkat. Para peneliti sebagai bagian dari supporting system bagi anggota
DPR RI untuk menjalankan fungsinya, biasanya melakukan penelitian sesuai topic
rancangan undang-undang yang ingin dibuat, jika anggota DPR RI memberikan surat
permohonan pada Tata Usaha Pusat Penelitian, lalu diberitahukan pada bidang yang
sesuai untuk melakukan penelitian tersebut. Biasanya, bidang kesejahteraan sosial
menjadi bagian dari supporting system dari komisi VII, IX, X tapi tidak menutup
kemungkinan untuk menjadi supporting system dari komisi lain karena peneliti
merupakan jabatan fungsional. Pada komisi VII , ruang lingkup tugasnya di bidang
agama dan sosial, komisi IX mempunyai ruang lingkup tugas di bidang; kesehatan dan
ketenagakerjaan, dan untuk komisi X, mempunyai ruang lingkup tugas di bidang;
pendidikan, olahraga, sejarah, kebudayaan.

Selama kegiatan PKL dijalankan penulis banyak melakukan kegiatan menulis,


dan diarahkan untuk melakukan penulisan penelitian pribadi yakni skripsi para peserta
PKL, para mentor memberikan saran atas penelitian yang ingin diangkat oleh para
peserta PKL, sesekali penulis menghadiri rapat dengar pendapat antara badan keahlian
dan komisi mengenai rekomendasi undang-undang yang baiknya dikerjakan lebih
dahulu dan untuk dibicarakan pada prolegnas. Melalui kegiatan PKL ini, penulis dapat
merasakan manfaat untuk pembekalan diri penulis, antara lain: dapat meningkatkan
daya sosialibilitas dan adaptif dalam lingkungan kerja yang selama ini penulis tidak
mengetahui bagaimana dunia kerja, aktif dalam pekerjaan, komunikatif dengan orang
lain, mengetahui pekerjaan yang sebenarnya dilakukan para peneliti, karena selama ini
penulis ingin mengetahui bagaimana bekerja sebagai peneliti di suatu instansi
pemerintahan.

3.1.2 Refleksi Kritis

Selama masa PKL penulis mendapatkan banyak sekali manfaat serta ilmu
pengalaman juga mengenai bagaimana para peneliti di Pusat Penelitian Bidang

42
Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR RI bekerja sebagai peneliti yang memiliki
jabatan fungsional. Selama masa PKL peneliti memahami babagaimana seorang
peneliti dengan berbagai kepakaran membantu anggota DPR RI menampung aspirasi
masyarakat dan memberikan gambaran real masyarakat melalui penelitian-penelitian
yang dilakukan. Para peneliti juga berpartisipasi dalam pembuatan naskah akademik
yang dijadikan penunjang dalam pembuatan rancangan undang-undang bagi setiap
komisi. Tetapi tidak seluruh saran dari para peneliti digunakan dalam perancangan
undang undang. Dalam pembuatan RUU, ada tiga proses yakni penyusunan,
pembentukan, pengesahan. Pada tahap penyusunan semua kebutuhan rancangan ada
disini, uji publik juga dilakukan. Uji publik yang dimaksudkan adalah pengujian
undang-undang yang akan dirancang apakah sudah relevan atau belum dengan
keadaan masyarakat. Pada saat ini para peneliti di Pusat Penelitian berperan untuk
melakukan penelitian lokal di beberapa daerah di Indonesia terkait dengan rancangan
undang-undang apa yang ingin dibuat. Para supporting system hanya berperan sampai
pada pembentukan karena uji publik dan revisi sudah dilakukan Naskah Akademik
Rancangan Undang-Undang telah siap diberikan kepada komisi DPR RI. Tetapi pada
saat pengesahan presiden DPR, swasta dan pihaklainnya menegosiasikan RUU dan
pada saat itu kesepakatan atas negosiasi disahkan melalui sidang paripurna.

Penulis juga merasakan pertama kali bagaimana bekerja didalam dunia yang
sesungguhnya, bagaimana komunikasi dengan rekan kerja ataupun dengan para
peneliti yang memiliki pengalaman dalam penelitian dan penulisan ilmiah sesuai
dengan bidang perkuliahan yang penulis tempuh. Selama melakukan PKL penulis
merasa mengetahui cara kerja real peneliti di instansi pemerintah, walau tidak ikut
serta dalam turun lapangan langsung, tetapi penulis merasakan bagaimana atmosfer
kerja para peneliti sebagai pejabat fungsional dan supporting system bagi pada
anggota DPR RI dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada keempat mentor yakni Ujianto Singgih dengan
kepakaran Sosilogi Legislasi, Studi Masyarakat dan Sosiologi Perkotaan, Dr. Lukman
Nul Hakim, S.Psi., MA kepakaran Psikologi, Sulis Winuri s.Psi., M.Psi. , Dinar
Wahyuni S.Sos., M.Si kepakaran Sosiologi selama pelaksanaan PKL telah
membimbing dan memberikan saran kepada penelitian skripsi dan laporan magang.
Kepada ibu Dr. Hartini Retnaningsih, M.Si, Yulia Indahri S.Pd, M.A, dan Elga
Andina, S.Psi, M.Psi yang senantiasa dengan sabar memberikan jawaban atas

43
pertanyaan-pertanyaan terkait puslit dan penelitian pribadi penulis. Kepada bapak Dr.
Achmad Muchaddam F., S.Ag., M.A yang telah meminjamkan buku-buku terkait
agama dan masyarakat kepada penulis untuk menunjang penelitian skripsi penulis.
Kepada Prof. Dr. Mohammad Mulyadi terimakasih atas ilmu mengenai metode
penelitian sosial dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penulis dan teman-teman
PKL terkait dengan metode penelitian.
Faktor hambatan yang perlu dihadapi adalah pekerjaan peneliti yang cenderung
individual mereka melakukan penelitian kelompok tetapi lebih sering bekerja sendiri,
karena setiap peniliti memiliki tanggung jawab tinggi terhadap penelitian yang mereka
tulis. Akibat hal tersebut suasana kantor lebih terasa sepi dan tidak terasa seperti di
kantor pada umumnya, tidak ada televisi dan lain-lain. Terlebih setiap tim atau individu
dalam satu bulan sering melakukan tugas luar ke luar kota demi kepentingan penelitian
atau hal lainnya. Maka dari itu dibeberapa saat penulis dan teman-teman PKL agak
kebingungan untuk melakukan pekerjaan apa, karena tanggung jawab yang dipikul
lebih sering secara individual. Mereka merasa penelitian yang mereka lakukan bersifat
privat hanya dibeberapa kali kesempatan penulis diminta membantu mencari bahan
kajian untuk penelitian para peneliti.
Hambatan selanjutnya kurang proaktifnya para mentor untuk memberikan tugas-
tugas, penulis sering mencari acara-acara tertentu untuk mengisi waktu luang ketika
tidak diberikan tugas oleh para mentor. Tetapi mentor tetap aktif memberikan saran dan
membimbing para peserta PKL terkait dengan penelitian pribadinya. Hambatan
selanjutnya, untuk mencari acara-acara seminar yang dilakukan fraksi juga cukup sulit
karema tidak semua acara terbuka bagi umum.

3.2 Pembelajaran yang diambil secara keahlian, sosiologis dan sosial kepribadian
Dalam mengikuti aktivitas magang di Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan
Sosial Badan Keahlian DPR RI, memiliki banyak manfaat atau pembelajaran yang
dapat diaambil oleh saya sebagai penulis. Karena dengan mengikuti aktivitas magang
ini adalah untuk lebih memantapkan bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai
penelitian-penelitian yang telah dipelajari selama perkuliahan sehingga ilmu yang telah
didapat dari perkuliahan dapat diaplikasikan dalam kegiatan penelitian dan pekerjaan
yang sesungguhnya. Berikut beberapa pembelajaran yang dapat diambil baik secara
keahlian, sosiologis, maupun sosial kepribadian.

44
3.2.1 Keahlian
Secara keahlian, pembelajaran yang dapat penulis ambil dari kegiatan pelaksanaan
magang di Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI ini yaitu:
1. Dapat mengakumulasikan antara konsep atau teori-teori yang telah dipelajari dan
diaplikasikan ke dalam pekerjaan di Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial
DPR RI.
2. Mempelajari tahapan-tahapan melakuka penelitian sesuai dengan pekerjaan para
peneliti di Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR RI.
3. Mampu Membuat artikel ilmiah sesuai dengan standar Pusat Penelitian Badan
Keahlian DPR RI.
3.2.2 Sosiologis
Secara sosiologis, pembelajaran yang dapat penulis ambil dari kegiatan
pelaksanaan magang di Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian
DPR RI, ini yaitu:
1. Dapat lebih memahami bagaimana pelaksanaan penelitian dengan metode
kualitatif dan kuantitif dilakukan para peneliti pada dunia kerja yang nyata.
2. Pengaplikasian teori-teori sosiologis dalam mengkaji suatu persoalan, misalnya
dalam pembuatan naskah akademik yang digunakan sebagai penunjang
pembuatan rancangan undang-undang.
3.2.3 Sosial Kepribadian
Secara sosial kepribadian, pembelajaran yang dapat penulis ambil dari kegiatan
pelaksanaan magang di Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian
DPR RI, ini yaitu:
1. Mendapatkan pemahaman dan pengalaman di Pusat Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR RI.
2. Menjadi pribadi yang memiliki unsur kedewasaan dalam berpikir, bertindak, dan
bertutur kata, terlebih di dalam dunia kerja.
3. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan disiplin dalam melaksanakan tugas
yang diberikan sehingga dapat mengumpulkan tugas secara tepat waktu.
4. Melatih inisiatif mahasiswa dalam melakukan pekerjaan.
5. Mendapatkan wawasan dan pengetahuan secara teoritis maupun praktis
khususnya di bidang penelitian

45
6. Mendapatkan bentuk pengalaman kerja nyata serta permasalahan yang dihadapi
dunia kerja.
7. Membangun mental mahasiswa terhadap lapangan pekerjaan yang sesungguhnya
dalam kesiapan menghadapi tugas yang diberikan.

46
BAB IV

Peran Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Sebagai Supporting System dalam
Perancangan Undang-Undang melalui Naskah Akademik

4.1 Penjelasan Susunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang28

4.1.1 Bagian Pertama Naskah Akademik

Pada bagian Pendahuluan Naskah Akademik (NA) ini, akan memuat latar belakang,
identifikasi masalah atau perumusan masalah, tujuan dan kegunaan, serta metode
penyusunan. Bagian ini termasuk pada BAB I yakni Pendahuluan yang terdiri dari;

A. Latar Belakang

Latar belakang penulisan karya akademik perlu dimulai dengan penjelasan mengenai
pentingnya penyusunan naskah akademik melalui suatu kajian yang mendalam dan
komperhensif dalam pembentukan Undang-Undang (UU). Disamping itu secara subsrantif
menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1. Uraian secara umum mengenai permasalahan yang dihadapi saat ini terkait susbtansi
NA;
2. Uraian secara umum urgensi pembentukan atau perubahan UU; dan
3. Pernyataan perlunya solusi secara hukum untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
melalui pembentukan atau perubahan UU

Permasalahan yang diuraikan tidak hanya terkait dengan aturan (rule) tetapi juga berbagai
faktor dalam sistem hukum seperti struktur hukum dan budaya hukum. Urgensi pembentukan
UU diuraikan dalam latar belakang dapat dilihat juga sebagai konsekuensi dari permasalahan
yang dihadapi saat ini. Dalam kasus-kasus tertentu, pembentukan atau perubahan suatu UU
dapat disebabkan oleh adanya Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengakibatkan adanya
kekosongan hukum. Oleh karena itulah, dalam latar belakang dapat dijelaskan secara singkat
mengenai isi Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut.

B. Identifikasi Masalah

28
Pedoman Penyusunan Naskah Akademik RUU , Pusat Peramcangan UU BK DPR RI

47
Dalam Lampiram I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan),
perumusan masalah di sebut sebagai identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah dalam
pedoman NA ini dibantu dengan serangkaian pertanyaan yang jawabannya akan ditulis dalam
bab-bab NA yang tersusun secara sistematis, yaitu pertama mengenai teori dan praktik
empiris; kedua, analisis dan evaluasi peraturan perundang-undangan terkait; ketiga, landasan
filosofis, sosiologis, dan yuridis; serta keempat, sasaran yang akan diwujudkan, jangkauan,
arah pengaturan, dan ruang lingkup pengaturan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan NA

Penulisan tujuan dan kegunaan penyusunan NA disesuaikan dengan ruang lingkup


permasalahan yang akan dijelaskan dalam NA adalah pertama, mengetahui perkembangan
teori dan praktik empiris dari materi undang-undang; kedua, melakukan evaluasi dan analisis
terhadap peraturan perundang-undangan terkait susbtansi UU; ketiga, merumuskan landasan
filosofis, landasan sosiologis, dan yuridis UU, serta keempat, merumuskan sasaran yang akan
diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan, dan ruang lingkup materi muatan UU.

D. Metode Penyusunan NA

Bagian terpenting dalam metode penyusunan NA adalah mengenai data yang diperlukan,
proses pengumpulan data serta teknik analisis data. Data yang diperlukan dapat berupa data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber pertama. Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelusuran
pustaka; berupa buku, jurna dan hasil penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan secara
kualitatif yaitu melalui studi kepustakaan/literatur, workshop, focus group discussion, diskusi
panel, seminar, dan wawancara.

1. Studi kepustakaan/ literatur adalah penelaahan terhadap peraturan perundang-


undangan, putusan pengadilan/ Mahkamah Konstitusi, perjanjian internasional, buku,
kamus, ensiklopedia, atau hasil penelitian/pengkajian yang ada hubungannya dengan
permasalahan dalam NA
2. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) adalah diskusi yang di design untuk
memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan
dan pengalaman yang di kehendaki peserta terhadap materi NA.

48
3. Disuki panel adalah pertemuan untuk melakukan pertukaran pemikiran dengan
mendengarkan percakapan antara 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) orang panelis yang
mengemukakan topik tertentu atau spesifik terkait dengan substansi NA.
4. Seminar adalah suatu pertemuan ilmiah yang membahas substansi NA yang diikuti
banyak peserta dan mereka yang ahli di bidang nya untuk memperoleh padangan
mengenai substansi NA.
5. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan melalui tanya jawab dengan tatap
muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara.

Data dianalisis dan disusun secara sistematis sesuai dengan sistematika NA dalam
Lampiran I UU Pembentukan Peraturan perundang-undangan. Pada bagian metode
penyusunan NA dapat dijelaskan pula mengenai instrumen analisis lainnya, seperti, Rule,
Opportunity, Capacity, Communication, Interest, Process, dan Ideology (ROCCIPI), RIA
Regulatory Impact Assessment (RIA), dan Cost and Benefit Analysis (CBA).

Metode ROCCIPI merupakan inisiatif untuk membentuk Undang-Undang baru biasanya


didasarkan pada adanya permasalahan yang dihadapi dalam masyarakat. Namun,
permasalahan tersebut, tidak selamanya disebabkan oleh faktor adanya peraturan perundang-
undangan (rule). Oleh karena itu, perlu dianalisis sebab-sebab terjadinya suatu masalah.
Unsur-unsur terpenting dalam ROCCIPI dapat dijelaskan secara detail sebagai berikut:

a. Rule (peraturan), berhubungan dengan hukum, aturan atau norma yang ada.
b. Opportunity (kesempatan), berhubungan dengan kondisi, keadaan, kesempatan,
dan kemungkinan yang mengakibatkan stakeholder terlibat dalam
permasalahan sosial lalu tunduk atau melanggar peraturan.
c. Capacity (kemampuan), berhubungan dengan kemampuan/ ketidakmampuan
atau kesanggupan yang mengakibatkan stakeholder terlibat dalam
permasalahan sosial untuk kemudian tunduk atau melanggar peraturan.
d. Communication (komunikasi), berhubungan dengan efektivitas peraturan
dalam stakeholder, ketika stakeholder tidak mengetahui adanya suatu aturan,
“bagaimana mereka akan bertindak sesuai aturan”
e. Interest (kepentingan) berhubungan dengan motivasi stakeholder yang
menyebabkannya terlibat dalam suatu permasalahan.

49
f. Process (proses) berhubungan dengan kriteria atau prosedur dalam
pengambilan keputusan oleh stakeholder yang mengakibatkan dirinya terlibat
dalam suatu permasalahan.
g. Ideology (ideology) berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip dan tingkah
laku yang membentuk seseorang melihat dunia dan mengambil keputusan

Metode Regulatory Impact Assesment (RIA), berbeda dengan ROCCIPI, metode ini
sudah masuk dalam ruang analisis terhadap suatu peraturan. Artinya, apabila dalam ROCCIPI
kita belum menentukan solusinya dalam bentuk peraturan (rule), dengan metode RIA
penyusunan Naskah Akademik sudah memasuki pilihan perlunya membentuk peraturan.
Selanjutnya, yang dilakukan dalam metode RIA adalah mencari rumusan norma atau
peraturan yang tepat serta menganalisis dampak dari setiap pilihan norma. Dengan metode
ini, kita akan memiliki rumusannya yang benar-benar efektif dalam menyelesaikan masalah
dan dapat mengantisipasi impilikasi dari setiap rumusan yang dipilih.

Metode RIA adalah suatu cara atau teknik untuk menganalisis dampak dari suatu
regulasi. RIA membantu pembuat kebijakan untuk menentukan alternative mana yang paling
baik dengan memperkirakan biata yang harus dikeluarkanfan manfaat yang diperoleh jika
suatu regulasi dilaksanakan. RIA merupakan sebuah metode yang bertujuan untuk menilai
secara sistematis pengaruh negative dan positif regulasi yang sedang diusulkan ataupun
sedang berjalan. Analisis RIA melibatkan konsultasi dengan stakeholders yang terkena
pengaruh dari sebuah regulasi yang akan digulirkan. Hasil analisis RIA ditulis dalams sebuah
laporan yang disebut RIA Statement yang dilampirkan pda rancangan regulasi yang diajukan.

Tahapan Analisis RIA:

1. Perumusan masalah
2. Perumusan tujuan
3. Perumusan alternatif tindakan
4. Pelaksanaan analisis biaya dan manfaat
5. Strategi implementasi
6. Konsultasi publik dengan stakeholders dilakukan pada setiap tahapan
7. Penulisan laporan RIA

Metode RIA memberikan kepastian bahwa suatu regulasi dan kebijakan telah tersusun
melalui proses yang terintegrasi, mencakup tahapan perumusan masalah, perumusan

50
alternative, analisis manfaat dan biaya, dan konsultasi stakeholders sampai dengan strategi
implementasi.

Penerapan metode RIA

Gambar 4.1 Kerangka Pikir Penyusunan NA


Sumber : Pedoman Penyusunan Naskah Akademik RUU , Pusat Peramcangan UU BK DPR RI

Cost and Benefit Analysis (CBA) adalah suatu pendekatan sistematis untuk
mempertimbangkan sejumlah biata (cost) dan manfaat (benefit) terhadap pilihan yang ada.
Metode Cost Benefit Analysis digynakan untuk menilai kelayakan proposal kebijakan.
Metode CBA Mengkonversi dampak-dampak kebijakan secara finansial didasari pada
pemikiran bahwa setiap kebijakan pasti memiliki dampak secara ekonomi.
CBA terhadap suatu regulasi atau kebijakan merupakan analisis terhadap biaya dan
manfaat yang akan ditimbulkan dan dibentuknya atau dibuatnya suatu peraturan atau
kebijakan agar dapat diperkirakan apakah dengan dan yang peraturan atau kebijakan tersebut
menimbulkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang timbul dalam proses
pembentukan peraturan dan kebijakan tersebut.

51
Adapun prosedur CBA harus memperhatikan :
1. Penetapan urgensi atau tujuan dikeluarkan suatu peraturan atau kebijakan.
2. Mengkaji seluruh akibat dan keterkaitannya terhadap biaya dan manfaat yang
ditimbulkan atas suatu kebijakan atau peraturan serta melakukan penetapan
perspektif yang digunakan (identifikasi pemangku pementingan yang terlibat);
3. Mengidentifikasi biaya dan manfaat dibuatnya suatu peraturan dalam nominal uang;
4. Mengkaji, menghitung, mengestimasi, mengkuantifikasi dan mengukur kebutuhan
suatu peraturan dalam masyarakat dari sisi ekonomi;
5. Memperhitungkan jangka waktu (discount factor) atas biaya dan manfaat yang
ditimbulkan dari suatu peraturan di masa depan yang kemudian dituangkan kedalam
suatu formulasi yang tepat dan
6. Menghitung, mengestimasi, melaksanakan dan mengkuantifikasi biaya dan manfaat.

4.1.2 BAB II Kajian Teoritis dan Praktik Empiris

Bab ini memuat kajian mengenai teori pemikiran serta konsep, asas/prinsip, praktik empiris,
permasalahan yang dihadapi, implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam UU
terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan
negara.

A. Kajian Teoritis

Kajian teoritis memuat berbagai teori dan kerangka konsepsional terkait dengan substansi
atau materi muatan yang akan diatur dalam suatu UU. Kerangka teori dan konsepsional
tersebut akan menjadi benchmark atau acuan bagi sistem baru yang akan dituangkan dalam
UU. Teori (pendapat ahli) dan kerangka konsepsional ditempatkan sebagai sumber hukum
baru yang akan dituangkan dalam UU.

B. Kajian terhadap Asas/Prinsip yang Berkaitan dengan Penyusunan Norma

Kajian ini menganalisis terhadap penentuan asas dengan memperhatikan berbagai aspek
kehidupan yang berkaitan dengan UU yang akan dibentuk Asas/prinsip yang terkandung dan
tertuang dalam NA merupakan nilai dasar dalam ruang lingkup pengaturan. Selain itu,
adas/prinsip bersifat universal dan relevan dengan isu dalam UU yang akan dibentuk, seperti
prinsip perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia yang berlandaskan pada sila ke-2
Pancasila, yaitu “kemanusiaan yang adil dan beradab”

52
C. Kajian terhadap praktik Penyelenggaraan, kondisi yang ada, permasalahan yang
dihadapi masyarakat, dan perbandingan dengan negara lain

Kajian terhadap penyelenggaraan, kondisi yang ada, permasalahan yang dihadapi


masyarakat merupakan gambaran fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan
kebutuhan yang terjadi di masyarakat. Fakta empiris dapat diperoleh antara lain data
primer melalui pengumpulan data lapangan. Kajian ini menjadi penting terkait dengan
landasan sosiologis pembentukan UU.

Selain itu dalam sub bab ini, dapat diuraikan pula perbandingan dengan praktik empiris di
negara lain yang didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di negara tersebut untuk menjadi sumber referensi yang dapat diadopsi sesuai dengan
aspek sosial dan budaya masyarakat.

D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam
undang-undang terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya
terhadap keuangan negara

Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen Regulator Impact Assesment. Instrumen ini digunakan untuk menganalisis
dampak dari sebuah regulasi serta membantu pembuat kebijakan menentukan alternatif
terbaik dengan memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh
( Cost and Benefits Analysis) jika suatu regulasi diterapkan. Pada bagian ini dipetakan
aspek positif dan aspek negatif yang mungkin akan timbul.

Kajian dan pemetaan juga dapat dilakukan lebih jauh dengan memperhitungkan aspek
beban keuangan negara terkait dengan pengaturan yang akan dibuat dalam Undang-
Undang (UU). Kajian ini dapat berupa simulasi dari aspek keuangan negara jika
peraturan diimplementasikan. Sebagai contoh : jika suatu UU mengamanatkan
pembentukan suatu lembaga atau badan baru yamg dibiayai APBN atau APBD maka
kajian tersebut harus bisa memaparkan biaya yang dibutuhkan untuk membentuk lembaga
tersebut agar lembaga tersebut bekerja dengan baik. Sebaliknya, kajian yang sama juga
menggambarkan apa yang akan didapatkan oleh negara dengan biaya yang dikeluarkan
tersebut.

53
4.1 3 BAB III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait

Evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait merupakan bagian yang


akan menentukan argumentasi yuridis pembentukan suatu undang-undang (UU). Evaluasi
dan analisis peraturan perundang-undangan yang mengatur proses pengharmonisasian,
pemantapan, dan pembulatan konsepsi UU yang baru dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 ( UUD NRI Tahun 1945) dan UU lainnya.

Evaluasi dan analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi hukum atau peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang substansi atau materi yang akan diatur. Evaluasi
dan analisis peraturan perundang-undangan terkait juga bertujuan untuk menghindari agar
peraturan perundang-undangan tidak saling bertentangan dan tumpang tindih sehingga
peraturan perundang-undangan dapat memberikan kepastian hukum. Evaluasi dan analisis
peraturan perundang-undangan dilakukan antara lain dengan menguraikan peraturan
perundang-undangan yang ada saat ini terkait dengan substansi NA.

Jika rancangan UU tersebut merupakan UU perubahan atau UU penggatian maka UU


yang diubah atau diganti tetap dievalusi dan dianalisis karena UU yang diubah tetap berlaku
dan menjadi bagian dari peraturan perundang-undangan. Jika perubahan UU tersebut dalam
rangka mengakomodasi Putusan Mahkamah Konstitusi maka intisari Putusan Mahkamah
Konstitusi dimasukkan ke dalam evaluasi dan analisis UU yang akan diubah atau diganti.

Evaluasi dan analisis dilakukan dengan mencari isu penting dan menjelaskan
keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Setiap evaluasi dan analisis
harus ada kesimpulan (closing statement) mengenai keterkaitannya tersebut. Hasil dari
evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait akan berkontribusi bagi
perumusan landasan filosofis dan yuridis pembentukan rancangan UU dalam Bab IV NA.

4.1.4 Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa


UU yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita hukum
yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari

54
Pancasila dan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Gagasan landasan filosofis adalah
perpaduan dari susbtansi BAB II dan BAB III terutama landasan filosofis terkait dengan
ketentuan dalam UUD NRI Tahun 1945. Landasan filosofis akan menjadi dasar dalam
menyusun salah satu konsiderans menimbang (unsur filosofis) dalam UU yang dibentuk.

B. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan


bahwa UU yang dibentuk demi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai
aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai
perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Landasan sosiologis
bersumber dari substansi yang telah diuraikan dalam Bab II. Landasan sosiologis akan
menjadi dasar dalam menyusun salah satu konsiderans menimbang (unsur sosiologis) dalam
UU yang dibentuk.

C. Landasan Yuridis

landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa


peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan
hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan
dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. landasan yuridis
menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan susbstansi atau materi yang diatur
sehingga perlu dibentuk peraturan perundang-undangan yang baru.

Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan,
peraturan yang tidak harmonis atau tumpah tindih, kedudukan peraturan yang lebih rendah
dari undang-undang sehingga daya berlakunya memang sama sekali belum ada. Landasan
yuridis akan menjadi dasar dalam menyusun salah satu konsiderans menimbang (unsur
yuridis) dalam UU yang dibentuk.

4.1.5 BAB V Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi Muatan
Undang-Undang

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan

Naskah Akademik (NA) pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi
muatan rancangan UU yang akan dibentuk. Ciri khas dari NA dengan dokumen ilmiah yang

55
bersifat umum terletak pada BAB IV dan Bab V, yaitu bab tentang landasan filosofis,
sosiologis, dan yuridis serta BAB V mengenai jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup
materi muatan UU. BAB I, BAB II, dan BAB III, masih memiliki kesamaan dengan laporan
hasil penelitian pada umumnya.

Bagian pertama yang diuraikan dalam BAB V ini adalah mengenai sassaran yang
akan diwujudkan, arah, dan jangkauan pengaturan yang akan menjadi norma dalam tujuan
ruang lingkup dari UU yang dibentuk.

Gambar 4.2 Contoh Sasaran, Jangkauan, dan Arah Pengaturan


Sumber : Pedoman Penyusunan Naskah Akademik RUU , Pusat Peramcangan UU BK DPR RI

B. Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang

Sejalan dengan arah pengaturan, rancangan UU memuat materi muatan yang didasarkan
pada hal-hal yang telag diuraikan dalam BAB I sampai dengan BAB IV NA. uraian
mengenai ruang lingkup materi muatan pada dasarnya mencakup ketentuan umum, materi
yang akan diatur, ketentuan sanksi dan ketentuan peralihan.
Ketentuan umum menguraikan pengertian dari istilah yang digunakan dalam UU yang
dibentuk, sedangkan materi muatan yang diatur diuraikan diatur secara sistematis sesuai
dengan rancangan sistematika rancangan UU. Uraian substansi dituangkan secara jelas dan
lengkap dalam bentuk narasi sehinggadapat mempermudah dalam perumusan norma sesuai
dengan teknik perancangan UU. Uraian juga diperkuat dengan alasan dan argumentasi dari
setiap materi muatan yang akan diatur dalam rancangan undang-undang.

56
4.1.6 BAB VI Penutup
Bab penutup terdiri atas sub bab simpulan dan saran:
A. Simpulan
Simpulan memuat rangkuman jawaban atas identifikasi masalah dalam BAB I NA. Simpulan
dituangkan dalam bentuk tabulasi.
B. Saran
Saran memuat antara lain:
1. Perlunya pemilahan substansi NA dalam suatu peraturan perundang-undangan atau
peraturan perundang-undangan di bawahnya.
2. Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan rancangan UU dalam Program
Legislasi Nasional ( Diselenggarakan oleh Badan Legislasi DPR dan Pemerintah)
3. Kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung penyempurnaan penyusunan NA lebih
lanjut.

4.2 Proses Penyusunan Naskah Akademik dan Rancangan Undang-Undang


Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia memiliki target yang dijadikan prioritas oleh
para komisi di DPR RI. Mereka harus memiliki target memberikan rancangan undang-undang
yang ingin dibuat pada Program Legislasi Nasional. Proses Pembuatan Naskah Akademik :

Gambar 4.3 Proses Pembuatan Naskah Akademik


Sumber : Bahan Presentasi Prof. Ujianto Singgih Mengenai DPR RI pada Selasa, 15 November 2019

57
Untuk itu, komisi melakukan pembuatan rancangan undang-undang sesuai dengan hasil rapat
dengar pendapat dengan badan keahlian, kira-kira Undang-Undang apa yang lebih memiliki
urgensi dan bermanfaat bagi masyarakat. Setalah komisi mengeluarkan pernyataan ingin
membuat RUU maka para peneliti dan legal drafter (penyusun naskah akademik) bekerja
melakukan penelitian dengan mencari data primer dan sekunder yang sesuai dengan RUU
yang ingin diangkat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yaitu melalui studi
kepustakaan/literature, workshop, focus group discussion. Para peneliti melakukan analisis
dengan beberapa metode yang sesuai dengan panduan penyusunan naskah akademik. Dalam
naskah akademik terdapat pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi materi
muatan rancangan Undang-Undang. Pengaharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan
konsepsi materi muatan UU dimaksudkan untuk terpenuhinya beberapa asas dalam
pembentukan Undang-Undang, asas hirarki dan asas kesesuaian jenis dan materi muatan.
Terdapat pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi materi muatan
rancangan Undang-Undang dengan Pancasila. Pancasila mengandung kaidah-kaidah dasar
yang bersifat esensial, umum dan abstrak serta menyeluruh mengenai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang secara deduktif perlu dijabarkan ke dalam
peraturan peraturan perundang-undangan untuk membentuk sistem hukum nasional
Indonesia. Hal yang diperhatikan dalam pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan
konsepsi materi muatan rancangan Undang-Undang dengan Pancasila:
a. Menimbang RUU, apakah mencantumkan unsut filosofis sebagai pencerminan
nilai-nilai Pancasila;
b. Periksa penjelasan umum RUU apakah unsur filosofis dijelaskan lebih lanjut
dengan benar;
c. Cermati pasal-pasal RUU yang memuat asas, maksud dan tujuan apakah sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila baik sendiri-sendiri maupun berpasangan;
d. Pastikan bahwa tidak ada pasal atau pasal-pasal dalam RUU yang bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila.
Selain itu, ada pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi materi muatan
rancangan Undang-Undang dengan UUD NRI Tahun 1945. Yang diupayakan dalam
pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi materi muatan rancangan Undang-
Undang dengan UUD NRI 1945 ialah:
a. Memastikan pasal atau pasal-pasal UUD yang menjadi dasar kewenangan
pembentukan RUU dicantumkan dengan benar.

58
b. Memastikan pasal atau pasal-pasal UUD yang relevan dengan materi muatan
yang diatur dalam RUU;
c. Telaah secara mendalam apakah pasal-pasal dalam RUU sudah selaras dengan
prinsip-prinsip penyelenggaraan negara yang sudah diatur dalam UUD.

4.3 Naskah Akademik Praktik Pekerjaan Sosial29


Penanganan permasalahan kesejahteraan sosial masih menghadapi berbagai
kendala, seperti SDM yang belum memiliki kompetensi untuk meningkatkan
keberdayaan dan membantu memecahkan masalah; belum terdapat standar pelayanan
kesejahteraan sosial dan kurang optimalnya sinergi antar pemangku kepentingan. Selain
itu belum ada mekanisme yang baku dalam penanganan PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial) melalui Praktik Pekerjaan Sosial, seperti tumpang tindih tugas
dan fungsi pekerja sosial profesional, tenaga kesejahteraan sosial, relawan sosial, dan
penyuluh sosial, sehingga mengakibatkan sulitnya mewujudkan keberfungsian sosial
PMKS di masyarakat.
Selama ini Praktik Pekerjaan Sosial di Indonesia tak lepas dari kondisi Indonesia
yang sering terjadi permasalahan sosial, baik yang terjadi akibat bencana alam maupun
akibat konflik kepentingan manusia. Praktik Pekerjaan Sosial yang sering dilakukan,
juga dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat yang memiliki nilai kegotongroyongan.
Namun Praktik Pekerjaan Sosial yang dilakukan sering kali tidak didasarkan
pengetahuan ilmiah dan keterampilan yang sesuai. Praktik Pekerjaan Sosial yang
dilakukan oleh pekerja sosial harus mengutamakan keberadaan atau keselamatan klien.
Fokus utama dari Praktik Pekerjaan Sosial adalah untuk membantu memperbaiki dan
meningkatkan keberfungsian sosial klien. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
tugasnya, pekerjaan sosial didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan keterampilan dalam
menjalin relasi antara manusia sehingga dapat membantu klien dalam mencapai
keberfungsian sosial.
Di Indonesia pekerja sosial dibutuhkan untuk mengatasi berbagai persoalan
dampak urbanisasi dan industrialisasi seperti kemiskinan dan masalah pribadi akibat
dampak modernitas. Persoalan tersebut diiringi dengan kondisi perubahan ekonomi,
politik yang makin rumit yang berdampak makin banyaknya masalah kesejahteraan

29
Naskah Akademik Rancangan Undang-undang Tentang Praktik Pekerjaan Sosial, Pusat Perencanaan UU,
Badan Keahlian DPR RI, 2017.

59
sosial di Indonesia. Masalah kesejahteraan sosial tersebut menuntut solusi yang jelas
dan tegas serta berkelanjutan, karenanya dituntut pekerja sosial yang mampu
menangani secara profesional.
Untuk saat ini jumlah pekerja sosial yang disebut profesional di Indonesia juga
perlu mendapat perhatian. Menurut Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan
Kesejahteraan Sosial Regional II Bandung, M. Nur Soleh, jumlah tenaga profesional
pekerja sosial di Indonesia masih jauh dari angka ideal. Saat ini hanya ada 15.522
pekerja sosial di Indonesia dari kebutuhan 155.000. Artinya, kebutuhan pekerja sosial
baru terpenuhi 10% saja. Jadi masih dibutuhkan sedikitnya 139.000 pekerja sosial di
Indonesia, untuk memenuhi ratio pekerja sosial dengan Keluarga PMKS minimal 1
(satu) berbanding 100 (seratus).
Kekurangan jumlah pekerja sosial yang hampir 90% tersebut memang menjadi
keprihatinan tersendiri, di tengah kondisi Indonesia yang secara demografis berada di
“ring of fire” yang setiap saat dapat terjadi bencana, selain juga banyaknya masalah
sosial lain yang terjadi. Dengan demikian, masalah jumlah pekerja sosial di Indonesia
memang perlu ditindaklanjuti.
Tuntutan terhadap kuantitas dan kualitas pekerja sosial patut ditujukan kepada
institusi pendidikan dibidang pekerjaan sosial. Banyak institusi pendidikan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan pekerja sosial di Indonesia, menurut data Kementerian
Sosial Republik Indonesia terdapat 35 perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial. Data tersebut merupakan indikasi
kesadaran kalangan akademik akan tuntutan masyarakat terhadap pekerja sosial.
Nomenklatur yang digunakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
pekerjaan sosial dan menghasilkan pekerja sosial adalah program studi kesejahteraan
sosial atau pekerjaan sosial dengan jenjang S1 dan jenjang Diploma IV. Jenjang inilah
yang akan mempersiapkan calon pekerja sosial yang profesional. Mengingat pekerjaan
sosial merupakan profesi maka pekerja sosial sepatutnya diselenggarakan melalui
pendidikan profesi (level 7 KKNI). Namun ketentuan mengenai penyelengaran
pendikan profesi di Indonesia menyatakan bahwa pendidikan profesi diselenggarakan
pada jenjang pendidikan setelah pendidikan sarjana (level 6 KKNI). Sampai saat ini
belum ada institusi pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesi
pekerjaan sosial.

60
Saat ini lulusan 35 perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang menjadi pekerja sosial yang bekerja di
instansi pemerintah dan lembaga pelayanan kesejahteraan sosial baik milik pemerintah
maupun masyarakat (swasta). Pada sisi lain, terdapat pekerja sosial asing yang
melakukan Praktik Pekerjaan Sosial di Indonesia.
Masalah perdagangan bebas yang tak terhindarkan membuat Indonesia harus
berkompetisi secara ketat dalam berbagai hal termasuk penanganan masalah sosial.
Jika selama ini permasalahan sosial yang ada dapat ditangani dan para pekerja sosial
orang Warga Negara Indonesia, bukan tidak mungkin dengan adanya pasar
perdagangan bebas akan kondisi akan berubah dan banyak Warga Negara Asing
melakukan praktik pekerjaan sosial dalam penanganan masalah sosial di Indonesia.
Pasar bebas ASEAN (MEA) membuat berbagai kalangan khawatir jika masalah
pekerjaan sosial akan menjadi lahan orang asing, dan tentu ini berbahaya bagi
kelangsungan dan integritas bangsa dan negara.
Keselamatan pekerja sosial dalam menjalankan tugasnya juga merupakan hal
yang belum mendapat perhatian, mengingat pekerja sosial seringkali menghadapi
kendala saat menolong klien. Banyak orang dan bahkan dari profesi lain yang kurang
mengerti arti penting keberadaan pekerja sosial, sehingga perlindungan bagi pekerja
sosial layak untuk diberikan.
Pasal 25 huruf f dan huruf g UU Nomor 11 Tahun 2009 mengemukakan bahwa
Pemerintah bertanggung jawab menyelenggaran kesejahteraan sosial yang meliputi
meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang
kesejahteraan sosial dan menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan
sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial. Kondisi tersebut di atas mempunyai
konsekuensi tentang perlunya Negara melalui Pemerintah mengatur Praktik Pekerjaan
Sosial yang dilakukan pekerja sosial profesional, tenaga kesejahteraan sosial, relawan
sosial, dan penyuluh sosial dalam bentuk peraturan perundang-undangan sehingga
pelayanan yang diberikan sesuai standar pelayanan dan mereka tidak melakukan
Praktik Pekerjaan Sosial yang salah (malpraktik). Hal ini sesuai dengan Pasal 25 huruf
g dan Pasal 26 huruf b UU Nomor 11 Tahun 2009 bahwa Pemerintah bertanggung
jawab dalam menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi
pelayanan kesejahteraan sosial atau Praktik Pekerjaan Sosial serta Pemerintah

61
berwenang dalam menetapkan standar pelayanan minimum, registrasi, akreditasi, dan
sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial atau Praktik Pekerjaan Sosial.

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi untuk kebutuhan penyusunan Naskah
Akademik ini yaitu:
1. Bagaimana perkembangan teori tentang praktik pekerjaan sosial serta bagaimana
praktik empiris praktik pekerjaan sosial?
2. Bagaimana peraturan perundang-undangan yang terkait dengan praktik pekerjaan
sosial saat ini?
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis
dari pembentukan RUU praktik pekerjaan sosial?
4. Apa yang menjadi sasaran, jangkauan, arah pengaturan, dan materi muatan yang
perlu diatur dalam RUU praktik pekerjaan sosial?

B. Tujuan dan Kegunaan


Sesuai dengan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan
Naskah Akademik adalah sebagai berikut:
1. mengetahui perkembangan teori tentang praktik pekerjaan sosial dan praktik
empiris serta urgensi pembentukan undang undang praktik pekerjaan sosial;
2. mengetahui kondisi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan praktik
pekerjaan sosial saat ini;
3. merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis,
pembentukan RUU Praktik pekerjaan sosial;
4. merumuskan sasaran, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, arah pengaturan, dan
materi muatan dalam RUU Praktik pekerjaan sosial.
Naskah Akademik RUU Praktik pekerjaan sosial diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan bagi penyusunan draf RUU Praktik pekerjaan sosial.

C. Metode
Penyusunan Naskah Akademik RUU tentang Praktik Pekerjaan Sosial dilakukan
melalui studi kepustakaan/literatur dengan menelaah berbagai data sekunder seperti

62
peraturan perundang-undangan terkait, baik di tingkat undang-undang maupun
peraturan pelaksanaannya dan berbagai dokumen hukum terkait.
Guna melengkapi studi kepustakaan dan literatur, dilakukan pula diskusi (focus
group discussion) dan wawancara serta kegiatan uji konsep dengan berbagai pihak
berkepentingan atau stakeholders terkait Praktik Pekerjaan Sosial dan para pakar atau
akademisi, antara lain dari Universitas Sumatera Utara, Universitas Gadjah Mada,
Universitas Indonesia, Universitas Muhammadiyah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung, dan Akademi Pekerja
Sosial Kupang yang membidangi Kesejahteraan Sosial.

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS

1. Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis RUU tentang Praktik Pekerjaan


Sosial.

b. Landasan Filosofis.
Kesejahteraan sosial bagi masyarakat merupakan hak yang dimiliki
setiap manusia agar dapat berfungsi sosial dan memiliki kehidupan layak serta
bermartabat sebagaimana tertuang dalam Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun
1945. Kehidupan yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
juga diatur dalam Pasal 28C ayat (1) UUD NRI tahun 1945. Selain jaminan
pemrolehan hak dasar, UUD NRI tahun 1945 juga mengatur hak mendapatkan
kesejahteraan lahir dan batin serta mendapat tempat tinggal sebagaimana
tertuang dalam Pasal 28H ayat (1). Selanjutnya pasal 28H ayat (2) dan (3)
memberikan jaminan memperoleh perlakuan khusus untuk kesempatan
pengembangan diri secara utuh dan bermartabat sesuai dengan tujuan
pembangunan dibidang kesejahteraan sosial. Jaminan negara untuk
perwujudan kesejahteraan juga tertuang dalam Pasal 34 ayat (1), dan (2) yang
menjamin bahwa negara wajib menyelenggarakan sistem jaminan sosial agar
terciptanya masyarakat yang bermartabat.

c. Landasan Sosiologis.
Pekerjaan sosial merupakan salah satu jenis pekerjaan yang dilakukan
oleh setiap orang atau kelompok masyarakat, utamanya bagi mereka yang
memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dalam perkembangannya pekerjaan sosial

63
tidak lagi dapat dilakukan oleh setiap orang atau kelompok masyarakat. Ada
pembatasan kewenangan terhadap orang atau kelompok masyarakat yang
dapat melakukan praktik pekerjaan sosial. Pembatasan tersebut didasarkan
pada persyaratan latar belakang pendidikan dan kompetensi yang harus
dimiliki oleh pekerja sosial. Artinya pekerjaan sosial harus ditangani oleh
orang tertentu yang berprofesi sebagai pekerja sosial, dengan syarat
mempunyai sertifikat kompetensi yang diperoleh melalui uji kompetensi,
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR), dan mempunyai Surat Izin Praktik
Pekerja Sosial (SIPPS).

d. Landasan Yuridis
Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur
praktik pekerjaan sosial masih bersifat parsial dan belum mengatur semua
aspek pekerjaan sosial secara menyeluruh.

2. Materi Muatan RUU tentang Praktik Pekerjaan Sosial.


RUU ini memuat materi muatan yang berkaitan dengan praktik pekerjaan
sosial, terdiri dari ketentuan umum yang memuat definisi atau batasan pengertian,
asas dan tujuan, pelayanan praktik pekerjaan sosial, standar praktik pekerjaan sosial,
uji kompetensi, registrasi dan izin praktik, hak dan kewajiban, organisasi pekerja
sosial, tugas dan wewenang pemerintah pusat, ketentuan peralihan, dan ketentuan
penutup.
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan

Jangkauan dan arah pengaturan dalam pembentukan Undang-Undang tentang


Praktik Pekerjaan Sosial meliputi pengaturan pelayanan praktik pekerjaan sosial,
standar praktik pekerjaan sosial, uji kompentisi, registrasi dan izin praktik, hak dan
kewajiban pekerja sosial, organisasi pekerja sosial, tugas dan wewenang pemerintah
pusat.

64
Penyusunan naskah akademik ini dilakukan untuk membentuk Undang-Undang
tentang Praktik Pekerjaan Sosial. Undang-Undang ini sebagai produk legislasi untuk
menangani masalah kesejahteraan sosial melalui praktik pekerjaan sosial yang
berkompeten, akuntabel dan bertanggung jawab sehingga individu, keluarga,
kelompok, komunitas, dan masyarakat mampu meningkatkan kualitas dan standar
kehidupan masyarakat secara adil dan merata.
Pelayanan praktik pekerjaan sosial mengatur mengenai cakupan pelayanan
praktik pekerjaan sosial meliputi pencegahan disfungsi sosial, rehabilitasi sosial,
pemberdayaan sosial, pengembangan sosial, dan pelindungan sosial. Pada tiap
pelayanan praktik pekerjaan sosial terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
sebagai bentuk pelayanan praktik pekerjaan sosial.
Standar praktik pekerjaan sosial mengatur mengenai standar yang harus dipenuhi
untuk melakukan praktik pekerjaan sosial. Standar tersebut meliputi standar prosedur
operasional, standar layanan, dan standar kompertensi. Standar praktik pekerjaan sosial
merupakan standar yang harus dimiliki oleh pekerja sosial.
Uji Kompetensi, mengatur mengenai kualifikasi untuk dapat mengikuti uji
kompetensi, penyelenggara uji komptensi, dan standar kompetensi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Seseorang yang lulus Uji kompetensi dinyatakan sebagai
pekerja sosial.
Registrasi dan izin praktik, mengatur mengenai kewajiban pekerja sosial untuk
melakukan registrasi untuk mendapatakan STR dan melakukan permohonan izin untuk
melakukan praktik pekerjaan sosial dalam bentuk SIPPS. Registrasi juga mengatur
mengenai lulusan pekerja sosial luar negeri dan pekerja sosial warga negara asing.
Hak dan kewajiban pekerja sosial mengatur hal yang harus dikerjakan oleh
pekerja sosial dalam memberikan layanan praktik pekerjaan sosial. Disisi lain diberikan
juga hak pekerja sosial untuk menjamin kelangsungan hidup dan martabat pekerja
sosial.
Organisasi pekerja sosial mengatur mengenai wadah untuk berkumpulnya pekerja
sosial untuk meningkatkan kelangsungan hidup, harkat, dan martabat pekerja sosial
sehingga untuk menjamin keberlangsungan pelayan praktik pekerjaan sosial.
Tugas dan wewenang Pemerintah Pusat, dimaksudkan untuk menjamin mutu
praktik pekerjaan sosial dan melindungi masyarakat penerima layanan praktik
pekerjaan sosial.

65
B. Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang

1. Ketentuan Umum
Istilah dan batasan pengertian atau definisi yang perlu diatur dalam RUU Praktik
Pekerjaan Sosial sebagai berikut:
1. Praktik Pekerjaan Sosial adalah proses pertolongan profesional yang terencana,
terpadu, berkualitas dan berkesinambungan yang diarahkan untuk memperbaiki
dan meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok, komunitas,
organisasi, dan masyarakat.
2. Keberfungsian Sosial adalah suatu keadaan dimana individu, keluarga, kelompok,
komunitas, organisasi, dan masyarakat dapat melakukan aktivitas hidupnya
dengan terpenuhinya kebutuhan dasar, mampu melaksanakan tugas dan peranan
sosial dalam kehidupannya, dan mampu mengatasi masalah sosial.
3. Pencegahan Disfungsi Sosial adalah upaya untuk mencegah keterbatasan
individu, keluarga, kelompok, komunitas, organisasi, dan masyarakat dalam
menjalankan keberfungsian sosialnya.
4. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
dalam kehidupan masyarakat.
5. Pemberdayaan Sosial adalah upaya yang diarahkan untuk menjadikan individu,
keluarga, kelompok, komunitas, organisasi, dan masyarakat yang mengalami
masalah sosial mempunyai daya sehingga mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya.
6. Pengembangan Sosial adalah upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan atau daya guna individu, keluarga, kelompok, komunitas, organisasi,
dan masyarakat yang sudah berfungsi dengan baik.
7. Pelindungan Sosial adalah upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani
risiko dari guncangan dan kerentanan sosial.
8. Pekerja Sosial adalah seseorang yang telah lulus uji kompetensi pekerja sosial
berdasarkan ketentuan undang-undang ini.

66
9. Klien adalah penerima manfaat pelayanan praktik pekerjaan sosial yang terdiri
dari individu, keluarga, kelompok, komunitas, organisasi, dan masyarakat.
10. Uji Kompetensi adalah proses penilaian kompetensi secara terukur dan objektif
untuk menilai capaian kompetensi dalam praktik pekerjaan sosial dengan
mengacu pada standar kompetensi.
11. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi pekerja
sosial untuk dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensi.
12. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Pekerja Sosial yang telah memiliki
sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta mempunyai
pengakuan secara hukum untuk menjalankan praktik pekerjaan sosial.
13. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh organisasi pekerja sosial kepada pekerja sosial yang telah
diregistrasi.
14. Registrasi Ulang adalah pencatatan ulang terhadap pekerja sosial yang telah
diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
15. Surat Izin Praktik Pekerja Sosial yang selanjutnya disingkat SIPPS adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pekerja
sosial sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik pekerjaan
sosial.
16. Organisasi Pekerja Sosial adalah wadah berhimpun pekerja sosial yang bersifat
bebas dan mandiri.
17. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
18. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
sosial.

67
Selain memuat batasan pengertian atau definisi, dalam penyelenggaraan praktik
pekerjaan sosial perlu dicantumkan asas-asas sebagai landasan yang menjiwai isi dari
pengaturan masyarakat adat, yaitu:
a. nondiskriminasi, yaitu asas yang bermakna bahwa bahwa praktik pekerjaan
sosial dilaksanakan dengan tidak membeda-bedakan, suku, agama ras,
golongan dan status sosial.
b. kesetiakawanan, yaitu asas yang bermakna bahwa bahwa pelaksanaan
praktik pekerjaan sosial dilandasi oleh kepedulian sosial untuk membantu
orang yang membutuhkan pelayanan dengan empati dan kasih sayang.
c. keadilan, asas yang bermakna bahwa praktik pekerjaan sosial dilaksanakan
dengan memberikan pelayanan secara merata dan proporsional sesuai
dengan kebutuhan setiap individu, keluarga, kelompok, komunitas,
organisasi, dan masyarakat yang memerlukan pelayanan praktik pekerjaan
sosial.
d. profesionalitas, asas yang bermakna bahwa praktik pekerjaan sosial
dilaksanakan berdasarkan pada ilmu pengetahuan, nilai, dan etika pekerjaan
sosial.
e. kemanfaatan, adalah asas yang bermakna bahwa praktik pekerjaan sosial
harus memberikan manfaat untuk pemecahan masalah dan peningkatan
kualitas hidup.
f. keterpaduan, adalah asas yang bermakna bahwa praktik pekerjaan sosial
harus terintegrasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait dan
sumber daya kesejahteraan sosial sehingga dapat dilaksanakan secara
terkoordinir sinergis dan optimal.
g. kemitraan, adalah asas yang bermakna pelaksanaan praktik pekerjaan
sosial diperlukan kerjasama dengan berbagai profesi dan masyarakat dalam
penanganan individu, keluarga, kelompok, komunitas, organisasi, dan
masyarakat.
h. aksesibilitas, adalah asas yang bermakna dalam pelaksanaan praktik
pekerjaan sosial, pekerja sosial wajib memberikan akses yang seluas-
luasnya kepada Klien atau keluarga untuk mendapatkan informasi yang
benar mengenai permasalahan dan penanganan Klien.

68
i. Akuntabilitas, adalah asas yang bermakna bahwa pekerja sosial harus dapat
mempertanggungjawabkan pelayanan Praktik Pekerjaan Sosial yang
diberikan kepada Klien.

Selain pencantuman asas sebagai landasan penyelenggaraan praktik pekerjaan


sosial, juga ditegaskan tujuan penyelenggaraan praktik pekerjaan sosial yaitu:
a. Memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga,
kelompok, komunitas, organisasi, dan masyarakat;
b. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam menghadapi masalah
kesejahteraan sosial;
c. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial
dalam rangka mencapai kemandirian individu, keluarga, kelompok,
komunitas, organisasi, dan masyarakat; dan
d. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.

2. Pelayanan Praktik Pekerjaan Sosial

Pelayanan praktik pekerjaan sosial meliputi:


a. Pencegahan disfungsi sosial;
Pencegahan disfungsi sosial ditujukan untuk mencegah terjadinya disfungsi sosial
individu, keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat. Pencegahan disfungsi
sosial tersebut dapat diberikan dalam bentuk: penyuluhan sosial, bimbingan
sosial, pendampingan sosial, peningkatan kapasitas, pelatihan keterampilan,
pelayanan aksesibilitas dan advokasi sosial.

b. Rehabilitasi sosial;
Rehabilitasi sosial merupakan intervensi pekerjaan sosial yang ditujukan untuk
memulihkan dan mengembangkan kemampuan individu, keluarga, kelompok,
komunitas, organisasi, dan masyarakat yang mengalami disfungsi sosial agar
dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial tersebut
dapat dilaksanakan secara persuasif, motivatif, dan kohersif.
Rehabilitasi sosial dapat diberikan dalam bentuk: motivasi dan diagnosis
psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan
kewirausahaan, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial

69
dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial,
bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut dan rujukan.

c. Pemberdayaan sosial;
Pemberdayaan sosial merupakan intervensi pekerjaan sosial yang ditujukan untuk
memberdayakan individu, keluarga, kelompok, komunitas, organisasi, dan
masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu
meningkatkan kualitas kehidupannya secara mandiri.
Pemberdayaan sosial tersebut dilakukan dalam bentuk: identifikasi permasalahan
dan sumber daya yang dapat dikembangkan, menumbuhkan kesadaran dan
pemberian motivasi, pelatihan keterampilan, penguatan kelembagaan dalam
masyarakat, pendampingan, kemitraan dan penggalangan dana, pemberian
stimulan modal, peralatan usaha, dan tempat usaha, peningkatan akses pemasaran
hasil usaha, supervisi dan advokasi sosial, penguatan keserasian sosial, penataan
lingkungan dan bimbingan lanjut.

d. Pengembangan sosial; dan


Pengembangan sosial ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
keberfungsian sosial individu, kelompok, komunitas, organisasi, dan masyarakat
melalui partisipasi aktif dan atas prakarsa perseorangan, kelompok, dan
masyarakat.
Pengembangan sosial tersebut dilakukan dalam bentuk: pemetaan sosial, advokasi
sosial, pendidikan psikoedukasi, kampanye sosial, pengembangan kemitraan,
peningkatan aksesibilitas, supervisi sosial, dan penguatan integrasi sosial.

e. Pelindungan sosial.
Pelindungan sosial merupakan intervensi pekerjaan sosial yang ditujukan untuk
mencegah dan mengurangi risiko dari kerentanan sosial individu, keluarga,
kelompok, komunitas dan masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat
dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal. Pelindungan sosial dapat
dilaksanakan melalui pemberian bantuan sosial, advokasi sosial, dan/atau bantuan
hukum.

70
4.4 Alur Pembuatan Naskah Akademik RUU Pekerjaan Sosial

Pengerjaan Naskah Akademik biasanya sesuai dengan permintaan komisi untuk


kebutuhan Rancangan Undang-Undang yang ingin dibuat. Karena Program Legislasi
Nasional yang dikoordinasikan oleh Baleg (Badan Legislasi) untuk mengumpulkan RUU dari
berbagai Komisi. Pada pembuatan Naskah Akademik RUU Pekerjaan Sosial. Komisi VIII
yakni Komisi yang membidangi bidang agama dan sosial melakukan :

Gambar 4.4 Proses Pembuatan RUU


Sumber : Bahan Presentasi Prof. Dr. Ujianto Singgih Mengenai DPR RI pada Selasa, 15 November 2019

Komisi melakukan rapat internal dengan melibatkan tenaga ahli yakni para peneliti
dari bidang kesejahteraan sosial dan melakukan diskusi terkait RUU yang ingin dibuat. Para
peneliti melakukan penelitian terkait Pekerjaan Sosial peneliti melakukan pengkajian
mengenai Praktik pekerjaan sosial, kajian yang dilakukan pada tahap perencanaan menyusun
draft awal mengenai latar belakang dan permasalahan yang ingin diangkat.

71
lalu pada tahap perumusan pada NA Pekerjaan Sosial ini para peneliti melakukan
pengkajian :
a. Landasan Pekerjaan Sosial berdasarkan pendapat ahli.
b. Kajian terhadap Asas Atau Prinsip Rancangan Undang-Undang Tentang Praktik
Pekerjaan Sosial.
c. Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada, Permasalahan yang
dihadapi Masyarakat di Indonesia terkait Pekerjaan Sosial dan Perbandingan
dengan Negara Lain.
d. Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang akan Diatur dalam
Undang-Undang terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya
terhadap Aspek Beban Keuangan negara (RUU Praktik Pekerjaan Sosial tidak
banyak berimplikasi terhadap beban keuangan negara. RUU ini dibentuk atas
kebutuhan pengaturan praktik pekerjaan sosial yang harus dijalankan sesuai
dengan standar prosedur opersional, standar layanan, dan standar kompetensi.
Untuk menjamin praktik pekerjaan sosial sesuai standar tersebut pemerintah
berwajiban menyusun satandar tersebut. Selain itu pemerintah juga menyusun
standar pendidikan praktik pekerjaan sosial. Pengaturan ini bertujuan untuk
terselenggaranya praktik pekerjaan sosial yang bermutu dan melindungi
masyarakat penerima layanan praktik pekerjaan sosial).
Setelah melakukan pengkajian, penelitian, dan FDG untuk memperoleh data, para
peneliti juga melakukan evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan praktik pekerja sosial. Lalu seperti yang tertetulis pada susunan, peneliti menulis
mengenai landasan yuridis, landasan sosiologis dan landasan filosofis. Peran para peneliti
sebagai supporting system dalam pembuatan Rancangan Undang-Undang hanya sampai pada
tahap perumusan karena para peneliti di Puslit Badan Keahlian DPR RI bertanggung jawab
terhadap Naskah Akademik, setelah Rapat Kerja Pengambilan Keputusan oleh Komisi,
Naskah Akademik yang sudah selesai dengan segala penelitian lapangan, data pendukung,
analisi data sekunder selesai, dan Naskah disempurnakan para penliti sudah selesai bertugas.
Selanjutnya Draft RUU yang mengacu pula dari Naskah Akademik dibuat oleh Legal Drafter
yang bertanggung jawab terhadap penyusunan Rancangan Undang-Undang.

72
4.5 Analisis Peran Peneliti Puslit sebagai supporting system bagi Anggota DPR RI

Para peneliti memiliki peran sebagai supporting system bagi Anggota DPR RI. Para
Peneliti dari Pusat Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Badan Keahlian DPR RI sebagai
supporting system anggota DPR RI menjalankan fungsinya sebagai anggota DPR RI, para
peneliti Puslit juga melakukan pengkajian sesuai dengan pelaksanaan fungsi DPR RI, fungsi
DPR RI sendiri terdiri dari fungsi legislasi, dimana DPR memegang kekuasaan dalam
membentuk undang-undang bersama presiden. Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki
tugas dan wewenang yakni, menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas), Menyusun
dan membahas Rancangan Undang-Undang, Menerima RUU yang diajukan oleh DPD
(terkait otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE; serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah), menentapkan RUU bersama presiden. Lalu, fungsi pengawasan DPR RI
melaksanakan sebuah pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan ABN, fungsi
anggaran, dimana DPR RI membahas dan memberikan sebuah persetujuan terhadap sebuah
rancangan APBN tang diajukan oleh presiden. Selain membantu terkait dengan fungsi yang
disebutkan peneliti juga melakukan pemenuhan kebutuhan data dan informasi bagi Anggota
DPR RI yang sejalan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang DPR RI.

Para peneliti Puslit sebagai supporting system melakukan analisis terhadap kebijakan
Pemerintah, serta memenuhi kebutuhan data dan informasi kepada masyarakat mengenai
pelaksanaan fungsi DPR RI. Selain itu, para peneliti puslit juga memiliki tugas berpartisipasi
dalam pembuatan Naskah Akademik untuk menunjang pembentukan rancangan undang-
undang yang didalamnya secara komperhensif menjelaskan argumentasi filosofis, sosiologis
dan yuridis pengusulan suatu RUU serta kelengkapan mengenai rumusan materi muatan
RUU yang didukung kerangka akademis yang memadai. Karena para peneliti pada Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI merupakan supporting system, mereka membantu
melakukan penelitian, pengkajian dan analisis. Terkait dengan Rancangan Undang-Undang
yang ingin dibuat atau diajukan oleh Komisi DPR RI.

Para peneliti Puslit sebagai supporting system membantu DPR untuk melaksanakan
fungsi-fungsinya. Dalam pembuatan Naskah Akademik, para peneliti membantu DPR RI
dalam melakukan fungsi legislasi, yakni membuat rancangan undang-undang sebagai
rangkaian dari Komisi untuk memenuhi target Program Legislasi Nasional. Dalam kaitannya
dengan pembuatan Naskah Akademik Pekerjaan Sosial. Naskah Akademik tersebut dibuat

73
untuk membuat Rancangan Undang-Undang yang akan dikeluarkan oleh Komisi VIII yang
membidangi bidang Agama dan Sosial. Dalam pembuatan suatu Rancangan Undang-Undang
segala elemen bekerjasama. Pembentukan Naskah Akademik Pekerjaan Sosial dibentuk
untuk mengetahui apa yang sesuai dan dapat dilakukan untuk membuat rancangan undang-
undang terkait.
Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan. Dalam hal ini pemerintah yakni DPR RI memiliki peranan yang sangat
membantu dalam merancang Undang-Undang. Pengertian peran menurut Soerjono
Soekanto30, yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan
suatu peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi
dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis
yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak
menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang
menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.
Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan
sebelumnya disebut sebagai peranan normatif.31 Sebagai peran normatif dalam hubungannya
dengan tugas dan Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI mempunyai arti pelaksanaan
tugas penuh sebagai bagian supporting system untuk menunjang kinerja DPR RI dalam
melaksanakan fungsi-fungsinya. Peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang
diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan tersebut. pada suatu organisasi formal seperti
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI tertentu diharapkan berfungsi dalam
penyelenggaraan urusan pemerintah dalam membantu DPR RI dalam melaksakan tugas-
tugasnya melalui penelitian untuk menampung aspirasi masyarakat, untuk dimuat dalam
Naskah Akademik yang akan dijadikan acuan dalam perancangan Undang-Undang yang
nantinya akan menjadi undang-undang yang akan menjadi aturan bagi masyarakat,
konsolidasi politik, dan hukum untuk mengatur kehidupan bersama dalam rangka
mewujudkan tujuan dalam bentuk negara.
Berdasarkan Undang-undang No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyarwaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, yang mengalami dua kali perubahan, terakhir dengan UU No. 2 Tahun 2018
telah memberikan landasan hukum bagi pengembangan sistem pendukung Dewan Perwakilan
30
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Rajawali Press, 2006) ,hlm. 213.
31
Ibid., hlm.243.

74
Raktar Republik Indonesia (DPR RI). Pengembangan sistem tersebut dilakukan melalui
pembentukan Badan Keahlian DPR RI. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 413 ayat (2)
bahwa untuk mendukung kelancaran pelaksanaan wewnang dan tugas DPR RI, dibentuk
Badan Keahlian DPR RI yang diatur dengan Peraturan Presiden. Dengan pembentukan
Badan Keahlian DPR RI, dukungan keahlian terhadap DPR RI dapat dilaksanakan secara
lebih fokus dan optimal. Amanat undang-undang untuk membentuk Badan Keahlian DPR RI
direalisasikan dengan ditetapkannya Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2015 tentang
Sekretariat Jenderan dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Peraturan Presiden no. 27 Tahun 2015 kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan


Sekrerariat Jenderal DPR RI No. 6 Tahun 2915 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. Berdasarkan Peraturan tersebut, Badan
Keahlian terdiri atas (1) Pusat Penelitian ; (2) Pusat Perancangan Undang-Undang ; (3) Pusat
Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang; (4) Pusat Kajian Anggaran; (5) Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara; (6) Kelompok Jabatan Fungsional dan (7) Bagian Tata
Usaha Badan Keahlian. Berdasarkan hal tersebut, Pusat Penelitian memiliki tugas pokok
memberikan dukungan keahlian pada pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan melalui penelitian, pengkajian, dan pembangunan ilmu pengetahuan.

Pusat Penelitian memiliki tugas pokok memberikan dukungan keahlian pada


pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan melalui penelitian, pengkajian, dan
pembangunan ilmu pengetahuan.mempunyai. Peran tersebut sangat strategis mengingat untuk
mewujudkan dan mendukung tercapainya visi Puslit dalam rangka memberikan dukungan
keahlian kepada pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang DPR RI maka ditetapkan Misi
Pusat Penelitian Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagai
berikut; pertama, mengoptimalkan dukungan keahlian melalui kegiatan penelitian yang
professional, netral dan akuntabel. Kedua, memberikan dukungan keahlian melalui kegiatan
pengkajian yang professional, netral dan akuntabel. Hal tersebut diimplementasikan melalui
pemberian dukungan professional dalam pembuatan Naskah Akademik untuk menunjang
pembuatan Rancangan Undang-Undang untuk menunjang Fungsi Legislasi DPR RI.

Dilihat dari kacamata teori struktural fungsional sebagai salah satu paham sosiologi
yang digagas oleh Talcott Parsons, berdasarkan asumsi dari Teori Fungsionalisme
Struktural, memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling berhubungan satu sama lain dan akan terjadi disfungsi jika tidak adanya hubungan

75
yang baik antar bagian tersebut. Kemudian perubahan yang terjadi pada satu bagian akan
menyebabkan ketidakseimbangan dan menyebabkan perubahan pula pada bagian lainnya.
Dalam melihat peran dan fungsi yang dijalankan oleh Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR
RI untuk memenuhi kebutuhan dasar materi penunjang Rancangan Undang-Undang berupa
Naskah Akademik yang berisi norma, kajian dan analisis hasil penelitian, dan fdg guna
menunjang kinerja komisi DPR untuk memproduksi UU, yang akan dijadikan acuan bagi
masyarakat. Hal ini dapar dilihat sebagai hubungan yang struktural fungsional. Berdasarkan
alur yang dibuat dari pembuatan Naskah Akademik ada kesinambungan dan sinergi antara
berbagai struktur jabatan di DPR RI dalam membuat suatu Rancangan Undang-undang guna
menghasilkan UU bagi masyarakat, karena pada Ayat 1 pasal 34 Amandemen UUD 1945
mengemukakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Kondisi
tersebut mempunyai konsekuensi terhadap penyediaan sarana dan prasarana serta sumber
daya manusia pekerjaan sosial yang dapat menangani dan meningkatkan keberdayaan
masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan pada kasus ini untuk maka
pemerintah membuat UU Pekerja Sosial, didalam RUU Pekerjaan Sosial ini mulai mengatur
pelayanan, standar profesi pekerjaan sosial, uji kompetensi, hak dan kewajiban pekerja sosial,
hingga tugas dan wewenang pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menjamin mutu
dan perlindungan masyarakat penerima layanan praktik pekerjaan sosial. Hal tersebut dapa
dilihat dari konsep AGIL (Adaptation, Goal, Attainment dan Latency) terdapat hubungan
saling berkesinambungan antara Kemeneristekdikti dengan para peneliti.
Pertama, adaptasi (adaptation), dimaksudkan bahwa suatu sistem harus mengatasi
kebutuhan mendesak yang bersifat eksternal, pada kasus ini Peneliti Puslit BK DPR RI
melakukan pengkajian dan analisis guna memenuhi kebutuhan perancangan Undang-undang
Pekerja Sosial, saat ini terdapat 13 undang-undang di Indonesia yang menyebut peran dan
fungsi Pekerja Sosial dalam penanganan masalah sosial, tetapi tidak ada instrumen kebijakan
dalam bentuk UU yang jelas bagi pekerja sosial dalam melaksanakan praktiknya. Hal ini
menimbulkan keragu-raguan bagi pekerja sosial dalam melaksanakan praktiknya. Dalam
Naskah Akademik Pekerja Sosial tahun 2017 para peneliti Puslit memaparkan mengenai
Praktik Pekerja Sosial di lembaga, praktik mandiri, (berdasarkan pada kajian dan pendapat
ahli), pekerja sosial harus disertifikasi tertuang pada Naskah Akademik Pekerja Sosial Tahun
2017 sesuai dengan pendapat Akademisi. Dan nantiya tertuang dalam RUU Pekerja Sosial.
Peneliti mengkaji situasi mengenai pekerjaan sosial agar nantinya RUU dan UU sesuai
dengan kondisi yang ada dilapangan.

76
Kedua, pencapaian tujuan (Goal) Suatu sistem harus mencapai tujuan utamanya
, tujuan dari tugas peneliti sebagai supporting system sangat jelas untuk mendukung sebagai
tenaga ahli untuk melakukan fungsi-fungsi DPR RI, sakah satunya pada hal ini yakni Fungsi
Legislasi DPR RI untuk membuat dan merancang RUU/UU. Peniliti Puslit sebagai
supporting system telah mencapai tujuan utamanya didalam sistem dengan membuat Naskah
Akademik yang akan dijadikan acuan bagi Rancangan Undang-Undang. Peneliti meneliti dan
mengkaji secara sosiologis, filosofis, dan yuridis serta melakukan kajian, mencari data dari
para akademisi guna mencapai tujuan pembuatan UU yang sesuai dengan kondisi
masyarakat.
Ketiga, integrasi (integration) suatu sistem harus mengatur antarhubungan bagian-
bagian dari komponennya. Dalam sistem ini peneliti sebagai supporting system terintegrasi
dengan legal drafter yang membuat Rancangan Undang-Undang serta Komisi yang memiliki
kewajiban menghasilkan UU untuk Program Legislasi Nasional ( Prolegnas) semua sistem
terintegrasi dari setiap komponen-komponen dalam sistem dengan tujuan utama pembuatan
UU yang sesuai dengan kondisi masyarakat.
Keempat, pemeliharaan pola (latency) pola latensi yakni suatu sistem harus mampu
memelihara, dalam sistem ini para komponennya bekerja sama untuk membentuk UU sesuai
dengan porsi tugas-tugasnya masing-masing. Sistem ini dapat memelihara motivasi para
komponen karena ingin mencapai tujuan sesuai dengan fungsi dan tugas mereka.

77
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Salah satu kegiatan perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan adalah


penyusunan Naskah Akademik. Melalui kajian dan penyusunan Naskah Akademik,
diharapkan peraturan perundang-undangan yang dibentuk dapat memenuhi pencapaian tujuan
pembentukan, dapat dilaksanakan dan ditegakkan. Berdasarkan pada Undang-undang 12
Tahun 2011, dalam proses pembentukan undang-undang harus didahului dengan Naskah
Akademik yang merupakan suatu persyaratan dalam penyusunan peraturan perundang-
undangan. Naskah Akademik sebagai suatu hasil kajian yang bersifat akademik, tentu Naskah
Akademik sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, yaitu: rasional, kritis, objektif,
dan impersonal. Karena itu, pertimbangan-pertimbangan yang melatarbelakanginya tentulah
berisi ide-ide normatif yang mengandung kebenaran ilmiah dan diharapkan terbebas dari
kepentingan-kepentingan yang bersifat pribadi atau kelompok, kepentingan politik golongan,
kepentingan politik kepartaian, dan sebagainya.

Para peneliti Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI sebagai supporting system
menjalankan tugasnya untuk melakukan bantuan kepakaran atau sebagai tenaga ahli bagi
DPR RI melaksanakan fungsi-fungsinya yakni fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi
anggaran. Dalam fungsi legislasi DPR RI memiliki tugas dalam pembentukan Rancangan
Undang-Undang. Dalam mensupport fungsi ini peneliti Puslit BK DPR RI membuat Naskah
Akademik yang dibuat dengan penelitian, pengkajian data sekunder dan primer. Dalam
proses pembuatan suatu undang-undang komponen dalam sistem ini bersinergi sesuai dengan
tugas-tugasnya masing-masing.

Dalam Naskah Akademik Pekerjaan Sosial, berisi mengenai landasan yuridis,


sosiologis, dan fisiologis. RUU Pekerja Sosial dibuat karena Undang-Undang Dasar Negara
RI Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kondisi ini mempunyai konsekuensi terhadap
petingnya sumber daya manusia pekerjaan sosial yang profesional dalam penanganan
keberfungsian sosial warga negara yang termarginalkan dari proses pembangunan di
Indonesia. Ayat 1 pasal 34 Amandemen UUD 1945 mengemukakan bahwa fakir miskin dan
anak terlantar dipelihara oleh Negara. Kondisi tersebut mempunyai konsekuensi terhadap

78
penyediaan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia pekerjaan sosial yang dapat
menangani dan meningkatkan keberdayaan masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat
dapat ditingkatkan. Terdapat 13 Undang-Undang di Indonesia yang menyebut peran dan
fungsi Pekerja Sosial dalam penanganan masalah sosial, tetapi tidak ada instrumen kebijakan
dalam bentuk Undang-Undang yang jelas bagi pekerja sosial dalam melaksanakan
praktiknya. Hal ini menimbulkan keragu-raguan bagi pekerja sosial dalam melaksanakan
praktiknya. Maka dari itu, pembuatan Naskah Akademik yang sesuai dengan kondisi dan
situasi yang sesuai dengan praktik Pekerja Sosial harus ditulis secara mendalam guna
dijadikan acuan bagi Perancangan Undang-Undang yang akan dikerjakan oleh legal drafter.
Untuk memenuhi Daftar UU dari Komisi VIII yang harus diajukan dalam Prolegnas tentunya
RUU tersebut harus sesuai dengan kondisi dan dapat diaplikasikan di dalam masyarakat /
pekerja sosial.

79
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bernard Raho,SVD , 2007,Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka


Charles Zastrow, 1982, Introduction to Social Welfare, Institutions: Sosial Problems,
Services, and Current Issues, Illinois: The Dorsey Press
Fahruddin , 2012, Pengantar Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Refika Aditama
George Ritzer, Douglas J. Goodman, 2010, Teori Sosiologi Modern ,Jakarta: Kencana,
Harry Alexander, 2004, Panduan Perancangan Undang-Undang di Indonesia, Jakarta
: XSYS Solusindo
Richard Grathoff, 2007, Kesesuaianantara Alfred Schutzdan Talcott
Parsons:TeoriAksiSosial, Jakarta: kencana
Jim Ife, Community Development Cerating, Community, Alternatif Vision Analysis
and Pratice, 1995, Australia : Pearson Education Australia
Soerjono Soekanto, 2006, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press

Jurnal

Delfina Gusman, 2011. Urgensi Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan yang Baik, Jurnal MMH Volume 40 Nomor 3 Juli 2011
Ni Made Jaya Senastri, Luh Putu, Fungsi Naskah Akademik (NA) Dalam
Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah, Junrnal Kertha Wicaksana Vol. 12 No. 1,
2018
Raegen Mic Arthur, Kedudukan dan Fungsi Naskah Akademik dalam Pembentukan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Menurut UU No. 12 Tahun 2011, Jurnal Lex Crimen
Vol. V No. 4, 2016

Sirajuddin, Fatkhurohman, Zulkarnain, 2007. Legislative Drafting Pelembagaan


Metode Partisipatif dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Malang: In-Trans
Publishing ,
Theodora Lydita Miata, 2016, Ekesistensi Naskah Akademik Dalam Pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah Berdasarkan Pasa 56 Ayat (2), Pasal 57 Ayat (2) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 dan Pasal 18,20,30 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
1 Tahun 2014 (Studi di Kabupaten Bengkayang), Jurnal Nestor Magister Hukum

80
Lainnya:
Ismet Hadi, 2014. Kegunaan Naskah Akademik Dalam Penyusunan Rancangan
Undang-Undang, Magister Tesis, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial diakses dari https://ngada.org/uu6-1974.htm pada 28
Oktober 2019
LAK (Laporan Akuntabilitas Kinerja) Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI 2018
Pedoman Penyusunan Naskah Akademik RUU , Pusat Peramcangan UU BK DPR RI
Naskah Akademik Rancangan Undang-undang Tentang Praktik Pekerjaan Sosial,
Pusat Perencanaan UU, Badan Keahlian DPR RI, 2017

LAMPIRAN DOKUMENTASI & ABSENSI

Gambar 1. Menghadiri Diskusi Publik dari Fraksi PKS

81
Gambar 2. Jadwal Sidang Komisi X DPR RI

Gambar 3. Menghadiri Focus Discussion Group (FDG) Mengenai Plagiarisme

82
Gambar 4. Mempresentasikan Skripsi serta Pemberian Kritik dan Saran

Gambar 5. Menghadiri Rapat Dengar Anggota Komisi X

Gambar 6. Hari Terakhir PKL di Ruang Kerja dengan Peneliti lainnya

83
Gambar 7. Perpisahan dengan Para Mentor

84

Anda mungkin juga menyukai