Anda di halaman 1dari 18

NASKAH AKADEMIK

DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Makalah

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Perundang-undangan


dosen pengampu Dani Arizaya Mustofa, S.H., M.H.

oleh:

Rahma Nurhaliza NIM 1213040105


Shela Nur Azizah NIM 1213040125

Silfanny Nurkhalifah NIM 1213040126

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. karena dengan rahmat, karunia, taufiq, serta
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Naskah
Akademik dalam Peraturan Perundang-undangan”. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Dan juga penulis ucapkan
terima kasih kepada Bapak Dani Arizaya Mustofa, S.H., M.H. selaku dosen mata
kuliah Ilmu Perundang-undangan yang telah membimbing dalam penulisan makalah
ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah


pengetahuan serta wawasan tentang konsep, tujuan dan manfaat naskah akademik,
kerangka naskah akademik, serta metode dan proses penyusunan naskah akademik.
Oleh sebab itu, penting bagi penulis adanya kritik, saran dan usulan untuk memperbaiki
makalah yang penulis buat diwaktu yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami dengan mudah bagi siapapun yang
membacanya dan juga dapat berguna bagi penulis. Demikian yang dapat penulis
sampaikan.

Bandung, 17 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I............................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

D. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 3

BAB II ......................................................................................................................... 3

A. Konsep, Tujuan dan Manfaat Naskah Akademik ...................................... 4

B. Kerangka/Format Naskah Akademik............................................................8

C. Metode dan Proses Penyusunan Naskah Akademik....................................11

BAB III....................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah atau terminologi “Naskah Akademik” bukan merupakan hal baru dalam
kerangka proses pembentukan peraturan perundang-undangan di Indoensia. Pada
tanggal 29 Desember 1994, Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN),
menerbitkan sebuah petunjuk teknis penyusunan Naskah Akademik, melalui Surat
Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional No.G-159.PR.09.10 Tahun
1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan
Perundang-undangan yang, antara lain, menjelaskan mengenai nama/istilah, bentuk
dan isi, kedudukan serta format dari Naskah Akademik.
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 188 Tahun 1998 tentang Tata Cara
Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang menyebutkan istilah Naskah
Akademik dengan penyebutan “Rancangan Akademik”. Dalam Pasal 3 ayat (1)
Keppres 188/1998 disebutkan “Menteri atau pimpinan Lembaga Pemrakarsa
Penyusunan Rancangan Undang-Undang dapat pula terlebih dahulu menyusun
rancangan akademik mengenai Rancangan Undang-undang yang akan disusun”.
Sedangkan dalam peraturan yang terbaru, yaitu Undang-undang Nomor 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, tidak diatur
secara eksplisit mengenai Naskah Akademik. Naskah Akademik itu baru “muncul”
secara tegas melalui Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Mempersiapkan Rancangan Undang-undangan, Rancangan Peraturan Pemerintah
dan Rancangan Peraturan Presiden.
Pasal 5 ayat (1) Perpres Nomor 68 tahun 2005 menyebutkan bahwa:
“Pemrakarsa dalam menyusun Rancangan Undang-undangan dapat terlebih dahulu
menyusun Naskah Akademik mengenai materi yang akan diatur dalam Rancangan
Undang-undang”. Selanjutnya Pasal 5 ayat (2) Perpres Nomor 68 Tahun 2005
menyebutkan “Penyusunan Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh pemrakarsa bersama-sama dengan Departemen yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang-undangan dan pelaksanaannya
1
dapat diserahkan kepada perguruan tinggi atau pihak ketiga lainnya yang
mempunyai keahlian untuk itu”.
Keberadaan Naskah Akademik dalam penyusunan peraturan perundang-
undangan di Indonesia hingga saat ini memang belum merupakan sebuah
keharusan/kewajiban yang harus dilakukan dalam rangka penyusunan peraturan
perundang-undangan (termasuk Peraturan Daerah). Kedudukan Naskah Akademik
masih dianggap hanya sebagai “pendukung” penyusunan peraturan perundang-
undangan. Akan tetapi dengan semakin berkembang dan berubahnya pola
kehidupan masyarakat Indonesia serta beberapa permasalahan dalam pembuatan
dan pelaksanaan perundang-undangan yang sudah ada sekarang, urgensi Naskah
Akademik dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan yang tepat
guna, komprehensif dan sesuai dengan asas-asas pembentukan perundang-
undangan menjadi sangat penting.
Keberadaan Naskah Akademik memang sangat diperlukan dalam rangka
pembentukan peraturan perundang-undangan yang bertujuan agar peraturan
perundang-undangan yang dihasilkan nantinya akan sesuai dengan sistem hukum
nasional dan kehidupan masyarakat. Dengan digunakannya Naskah Akademik
dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan, diharapkan peraturan
perundang-undangan yang dihasilkan tidak menghadapi masalah (misalnya
dimintakan judicial review) di kemudian hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah


dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana konsep, tujuan dan manfaat naskah akademik?

2. Bagaimana kerangka naskah akademik?

3. Bagaimana metode dan proses penyusunan naskah akademik?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut

1. Untuk menjelaskan konsep, tujuan dan manfaat naskah akademik

2
2. Untuk menjelaskan kerangka naskah akademik

3. Untuk menjelaskan bagaimana metode dan proses penyusunan naskah


akademik
D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut

1. Mengetahui dan memahami konsep, tujuan dan manfaat naskah akademik

2. Mengetahui dan memahami kerangka naskah akademik

3. Mengetahui dan memahami bagaimana metode dan proses


penyusunan naskah akademik

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep, Tujuan dan Manfaat Naskah Akademik

1. Pengertian Naskah Akademik


Selama ini Naskah Akademik bukan merupakan istilah tunggal, karena di
dalam literatur maupun dokumen-dokumen resmi dikenal beberapa istilah, antara
lain:
a. Rancangan Akademik (sebagaimana dipakai dalam Keputusan Presiden
No.188 Tahun 1998 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan
Undang-undang dan Rancangan Peraturan Pemerintah)
b. Draft Akademik
c. Naskah Awal RUU/RPP
d. Naskah Akademis
e. Naskah Akademik (sebagaimana dipakai dalam Peraturan Presiden No. 68
Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-
Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden.
Dalam tulisan ini istilah yang dipakai adalah Naskah Akademik, dengan
pertimbangan bahwa istilah inilah yang digunakan dalam Peraturan Presiden No. 68
Tahun 2005, dan istilah ini pun sudah lazim dipakai oleh berbagai kalangan yang
bergerak di bidang peraturan perundang-undangan. Sedangkan mengenai
pengertiannya, yang dimaksud Naskah Akademik adalah “naskah yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang,
tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek,
atau arah pengaturan Rancangan Peraturan Perundang-undangan”.
2. Bentuk dan Isi Naskah Akademik
Naskah Akademik memuat gagasan konkrit dan aplikatif pengaturan suatu materi
perundang-undangan (materi hukum) bidang tertentu yang telah ditinjau secara
sistemik-holistik-futuristik dan dari berbagai aspek ilmu (multidisipliner dan
interdisipliner).
Naskah Akademik berisikan rekomendasi4 tentang urgensi (dasar pemikiran perlunya
suatu peraturan perundang-undangan), konsepsi, asas hukum, ruang lingkup, dan
materi muatan, dilengkapi dengan pemikiran dan penarikan norma-norma yang akan
menjadi tuntunan dalam menyusun suatu rancangan peraturan perundang-undangan.
3. Tujuan dan Manfaat Naskah Akademik
Keberadaan Naskah Akademik awalnya belum menjadi suatu keharusan dalam
penyusunan Rancangan Peraturan Perundang undangan. Menjadi harus sejak tahun
2011, sesuai ketentuan Pasal 43 ayat (3) UU No. 12 Tahun 2011.

Fungsi Naskah Akademik:


a. Bahan awal yang memuat gagasan tentang urgensi pendekatan, ruang lingkup dan
materi muatan suatu Peraturan Perundang undangan ;
b. Bahan pertimbangan yang digunakan dalam permohonan izin prakarsa
penyusunan RUU/ RPP kepada Presiden ; dan
c. Bahan dasar bagi penyusunan rancangan Peraturan Perundang undangan.

Manfaat/Kegunaan Naskah Akademik:


a. Konsep awal yang memuat gagasan-gagasan tentang dasar pemikiran perlunya
disusun suatu rancangan peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, ruang
lingkup, dan materi muatan peraturan perundang-undangan dimaksud;
b. Bahan pertimbangan yang dipergunakan dalam permohonan izin prakarsa
penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan.
c. Bahan dasar bagi penyusunan Rancangan Undang-Undang.
d. Pedoman dari sudut pandang akademik dalam menjelaskan alasan-alasan
penarikan rumusan norma tertentu di dalam rancangan peraturan perundang-
undangan di setiap tingkat pembahasan rancangan peraturan perundang-undangan
terkait.
e. Bahan dasar Keterangan Pemerintah mengenai rancangan peraturan perundang-
undangan yang disiapkan Pemrakarsa untuk disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
4. Pengaturan Naskah Akademik
Pasal 18 Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (LN No.53, TLN : 4389), menyatakan :
5
(1) Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh
Menteri atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan
lingkup tugas dan tanggung jawabnya.
(2) Pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi rancangan undang-
undang yang berasal dari Presiden, dikoordinasikan oleh menteri yang tugas
dan tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan rancangan undang-
undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Presiden.

Pasal 18 ayat (3) sebagaimana dikemukakan di atas mengamanatkan perlunya


dibuat peraturan pelaksanaan dalam bentuk Peraturan Presiden. Peraturan Presiden
dimaksud adalah Perpres Nomor 68 tahun 2005 Tentang Tata Cara Mempersiapkan
Rancangan Undang-undang. Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden.
Pasal 5 Peraturan Presiden No. 68 tahun 2005 mengatur mengenai Naskah
Akademik, sebagai berikut:
1) Pemrakarsa dalam menyusun Rancangan Undang-Undang dapat terlebih
dahulu menyusun Naskah Akademik mengenai materi yang akan diatur dalam
Rancangan Undang-Undang.
2) Penyusunan Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Pemrakarsa bersama-sama dengan Departemen yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang-undangan dan
pelaksanaannya dapat diserahkan kepada perguruan tinggi atau pihak ketiga
lainnya yang mempunyai keahlian untuk itu.
3) Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat dasar filosofis, sosiologis, dan yuridis, pokok dan lingkup materi yang
akan diatur.
4) Pedoman penyusunan Naskah Akademik diatur dengan Peraturan Menteri.

Pendekatan pengaturan di dalam Peraturan Presiden tersebut pada prinsipnya


tidak jauh berbeda dari ketentuan sebelumnya yang dimuat dalam Keputusan Presiden
6
No. 188 Tahun 1998 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-undang
dan Rancangan Peraturan Pemerintah. Pasal 3 Keppres ini menyatakan:
(1) Menteri atau Pimpinan Lembaga pemrakarsa penyusunan Rancangan Undang-
undangan dapat pula terlebih dahulu menyusun rancangan akademik mengenai
Rancangan Undang-Undang yang akan disusun.
(2) Penyusunan rancangan akademik dilakukan bersama-sama dengan
Departemen Kehakiman dan pelaksanaannya dapat diserahkan kepada
Perguruan Tinggi atau Pihak Ketiga lainnya yang mempunyai keahlian untuk
itu.

Selanjutnya di dalam Pasal 4 angka (2) ditegaskan bahwa dalam hal


Rancangan undang-undang tersebut memerlukan rancangan Akademik, maka
rancangan akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dijadikan bahan
dalam pembahasan forum konsultasi.
Kata “dapat” di dalam rumusan Pasal 5 Peraturan Presiden No. 68 tahun 2005
dan dalam Pasal 3 ayat (1) Keppres 188 Tahun 1998 mengandung arti bahwa Naskah
Akademik tidak harus dibuat untuk suatu rencana pengajuan RUU. Artinya
penyusunan suatu RUU boleh dengan atau tanpa didahului dengan penyusunan
Naskah Akademiknya. Implikasi dari pengaturan ini adalah banyaknya RUU yang
diajukan tanpa disertai Naskah Akademik.
Lebih lanjut Perpres tersebut menyatakan bahwa penyusunan Naskah
Akademik pelaksanaannya dapat diserahkan kepada Perguruan Tinggi atau Pihak
Ketiga. Dengan demikian, Perguruan Tinggi, lembaga penelitian dan kajian hukum,
lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi masyarakat dapat membuat membuat
Naskah Akademik suatu RUU baik melalui kerjasama dengan departemen teknis
maupun atas prakarsanya sendiri.
Tidak mengherankan apabila dalam praktik dapat ditemukan Naskah-naskah
Akademik dengan versi yang beragam, karena berasal dari sumber-sumber yang
berlainan (BPHN Dep. Hukum dan HAM, Departemen-departemen/LPND,
Perguruan Tinggi, LSM, dan sebagainya) dan dibuat sesuai dengan selera dan
persepsi pihak pembuatnya.
Belum adanya keseragaman dalam penyusunan Naskah Akademik telah
menjadi kendala khususnya didalam mengoptimalkan kegunaan Naskah Akademik di
dalam proses perancangan suatu RUU baik di Departemen Hukum dan HAM maupun
di instansi pemrakarsa, termasuk DPR. 7

Di masa yang lalu, ketentuan dalam Keputusan Presiden No. 188 Tahun 1998
yang “tidak mewajibkan suatu RUU/RPP didahului dengan suatu penyusunan Naskah
Akademik”, senantiasa dijadikan salah satu alasan untuk mengabaikan pembuatan
Naskah Akademik dalam proses penyusunan RUU. Kondisi yang sama kemungkinan
akan terulang, karena Peraturan Presiden No. 68 tahun 2005 pun menyatakan hal yang
hampir sama.

B. Kerangka/Format Naskah Akademik


Naskah Akademik terdiri dari dua bagian, yaitu (1) bagian yang memuat hasil kajian
materi RUU yang akan diusulkan; dan (2) bagian yang memuat Naskah Awal RUU yang
diusulkan.

1. Format Bagian Pertama


a. Sampul Depan/Cover, berisi judul dan penyusun Naskah Akademik.
b. Kata Pengantar, yang berisi pengantar proses penyusunan Naskah
Akademik.
c. Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
Memuat pemikiran tentang konstatering fakta-fakta yang merupakan
alasan-alasan pentingnya materi hukum yang bersangkutan harus
segera diatur.

B. Dasar Pemikiran Perlunya RUU


Memuat pemikiran tentang dasar perlunya RUU dibentuk, antara lain
meliputi dasar filosofis, dasar sosiologis, dasar yuridis, dasar
psikopolitik, dan dasar ekonomi.

C. Maksud dan Tujuan


Mengemukakan tentang apa yang hendak dicapai melalui
pembentukan RUU tersebut (misalnya memberikan jaminan kepastian
hukum).

D. Metode Pendekatan
8
E. Analisis Hukum Positif Yang Terkait Materi Hukum RUU
Memuat hasil inventarisasi berikut analisis peraturan perundang-
undangan terkait atau peraturan perundang-undangan yang memiliki
ketentuan-ketentuan berkenaan dengan materi RUU. Dalam hal ini
perlu juga diperhatikan dan dipertimbangkan ketentuan-ketentuan
hukum tidak tertulis, hukum adat dan/atau kebiasaan dan kearifan
lokal/tradisional yang berkembang dalam masyarakat, serta ketentuan-
ketentuan dalam traktat-traktat, konvensi-konvensi atau perjanjian-
perjanjian internasional (multilateral-global, multilateral-regional, dan
bilateral) terutama yang telah diratifikasi oleh Indonesia.

Bab II Ruang Lingkup Materi Naskah Akademik


A. Ketentuan Umum
1. Memuat terminologi-terminologi atau pengertian-pengertian
yang dipakai dalam Naskah Akademik beserta arti dan
maknanya masing-masing.
2. Memuat pendekatan asas-asas hukum dan tujuan pengaturan
bagi RUU yang akan dibentuk.
Dalam bagian ini dielaborasi asas-asas yang tercantum dalam
Pasal 6 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004, yaitu asas: (a)
pengayoman; (b) kemanusiaan; (c) kebangsaan; (d)
kekeluargaan; (e) kenusantaraan; (f) bhineka tunggal ika; (g)
keadilan; (h) kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan; (i) ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau dan
(j) keseimbangan, keserasian dan keselarasan.
Akan tetapi, asas-asas hukum tersebut tidak harus semuanya
diterapkan. Juga dimungkinkan untuk memasukkan asas-asas
hukum lainnya sesuai dengan dasar, tujuan, fungsi dan materi
muatan RUU. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 6 ayat (2):
“Selain asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan
Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai
dengan bidang hukum peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan.”
9
B. Materi
Memuat materi muatan yang perlu diatur secara sistematik serta pemikiran-
pemikiran mengenai rumusan normatif yang disarankan, sedapat mungkin
dengan mengemukakan beberapa alternatif rumusan norma.

Bab III Penutup


A. Kesimpulan
1. Rangkuman pokok isi Naskah Akademik.
2. Ruang lingkup materi yang diatur dan kaitannya secara sistematik
dengan peraturan perundang-undangan terkait yang berlaku.
3. Bentuk pengaturan yang dikaitkan dengan materi muatan yang diatur.
B. Saran Rekomendasi
1. Apakah semua materi Naskah Akademik sebaiknya diatuir dalam satu
bentuk undang-undang atau ada sebagian yang sebaiknya dituangkan
dalam peraturan pelaksanaan atau peraturan yang lain.
2. Usulan mengenai penetapan skala prioritas penyusunan Naskah
Akademik Peraturan Perundang-undangan dan saat paling lambat RUU
sudah selesai diproses beserta alasannya.
Daftar Pustaka
Memuat referensi literatur dan/atau dokumen peraturan perundang-undangan
yang digunakan dalam penyusunan Naskah Akademik.

Lampiran
Lampiran-lampiran dapat berupa:
a. Inventarisasi peraturan yang relevan dan masih berlak
b. Inventarisasi permasalahan hukumnya
c. Berita Acara rapat-rapat atau Notula Rapat, dsb.
2. Format Bagian Kedua

Pada bagian kedua Naskah Akademik dimuat kumpulan norma-norma atau


draft pasal-pasal, dengan format sebagaimana diatur dalam UU No. 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
10
C. Penutup
Demikian beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Naskah Akademik
dalam kaitan dengan pembentukan peraturan daerah. Semoga ada manfaatnya

C. Metode dan Proses Penyusunan Naskah Akademik


Proses penyusunan Naskah Akademik terdiri dari beberapa tahap, pada tahap pertama
diawali dengan melakukan persiapan, tahap pelaksanaan penyusunan Naskah Akademik,
diskusi publik draft awal Naskah Akademik, evaluasi draft Naskah Akademik,
penyempurnaan atau finalisasi penyusunan Naskah Akademik, dan penyerahan Naskah
Akademik kepada pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Daerah sebagai bahan
masukan dalam proses pembentukan peraturan daerah.
Tahap persiapan penyusunan Naskah Akademik dimulai dengan membentuk Tim
Penyusun Naskah Akademik Peraturan Daerah, yang terdiri dari personel yang dianggap
memiliki kompetensi dan wawasan luas di bidangnya. Susunan personalia Tim ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan pokok persoalan yang akan dibuat peraturan
daerahnya. Kompetensi para anggota Tim bukan semata-mata di bidang hukum, tetapi
akan lebih baik apabila melibatkan pakar dari beragam disiplin ilmu terkait dengan
permasalahan yang akan dikaji. Kompetensi anggota dari disiplin ilmu hukum dan
perundang-undangan diperlukan untuk menelaah aturan-aturan hukum dan pola
perancangan peraturan perundang-undangan. Pada tahap persiapan ini dilaksanakan
kegiatan yang menyangkut aspek teknis Tim serta pengumpulan data dan informasi yang
relevan dengan pokok persoalan.
Tahap selanjutnya adalah penyusunan draft Naskah Akademik sesuai dengan pola dan
sistematika standar yang biasa dipakai dalam penyusunan Naskah Akademik. Tahapan
ini memerlukan waktu yang cukup, karena selain menuangkan berbagai data dan
informasi ke dalam bentuk Naskah Akademik, juga mulai dipikirkan alternatif kaedah-
kaedah atau norma-norma dari narasi yang disusun. Penarikan kaedah/norma hukum
inilah yang membedakan antara Naskah Akademik dan hasil penelitian/kajian biasa.
Jika draft Naskah Akademik sudah selesai disusun, maka tahap berikutnya adalah
menyelenggarakan diskusi publik (public hearing). Tujuan dari diskusi publik ini, selain
dari mengenaikan/menginformasikan Naskah Akademik kepada masyarakat dan pihak-
pihak terkait, juga menghimpun masukan dari berbagai pihak, dalam rangka
memperkaya dan menyempurnakan Naskah Akademik. Diskusi publik ini dapat
11
berbentuk diskusi terfokus, lokakarya, seminar, jaring aspirasi publik, pertemuan
konsultasi, atau juga mempublikasikannya di media masa.
Evaluasi terhadap draft Naskah Akademik perlu dilakukan setelah memperoleh
masukan atau tanggapan dari masyarakat. Pada tahap ini Tim penyusun Naskah
Akademik mulai menginventarisir masukan-masukan yang diperoleh dari diskusi publik
dan sedapat mungkin mengakomodir masukan-masukan yang berfmanfaat ke dalam
Naskah Akademik.
Selanjutnya Tim penyusun Naskah Akademik menyempurnakan dan menetapkan
draft akhir Naskah Akademik, untuk diserahkkan kepada pemerintah daerah dan/atau
DPRD, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pembahasan itu.

12
BAB III
SIMPULAN

Naskah Akademik adalah “naskah yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
mengenai konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin
diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah pengaturan Rancangan Peraturan
Perundang-undangan”.
Naskah Akademik memuat gagasan konkrit dan aplikatif pengaturan suatu materi
perundang-undangan (materi hukum) bidang tertentu yang telah ditinjau secara sistemik-
holistik-futuristik dan dari berbagai aspek ilmu (multidisipliner dan interdisipliner).
Keberadaan naskah akademik awalnya belum menjadi suatu keharusan dalam
penyusunan Rancangan Peraturan Perundang undangan. Tetapi Menjadi harus sejak tahun
2011, sesuai ketentuan Pasal 43 ayat (3) UU No. 12 Tahun 2011.

Fungsi Naskah Akademik adalah :


1. Bahan awal yang memuat gagasan tentang urgensi pendekatan, ruang lingkup dan
materi muatan suatu Peraturan Perundang undangan ;
2. Bahan pertimbangan yang digunakan dalam permohonan izin prakarsa penyusunan
RUU/ RPP kepada Presiden ; dan
3. Bahan dasar bagi penyusunan rancangan Peraturan Perundang undangan.

Format Naskah Akademik


dibagi kedalam dua bagian yang general yaitu:
1. Bagian yang memuat hasil kajian materi RUU yang akan diusulkan
2. Bagian yang memuat Naskah Awal RUU yang akan diusulkan

Tahapan proses Penyusunan Naskah Akademik (NA)


Tahap awal
1. Persiapan penyusunan NA
2. Pembahasan diskusi publik draft awal NA
3. Penyusunan draft awal NA
13
4. Evaluasi draft NA
5. Penyempurnaan NA kepada Pemda dan DPD sebagai masukan dalam proses
pembentukan perda

Tahap kelanjutan
1. Penyusunan draft NA sesuai dengan pola dan sistematika standar yang biasa dipakai
dalam penyusunan NA
2. Kebutuhan akan waktu penyusunan dan menuangkan data serta informasi ke dalam
bentuk NA
3. Memasukan alternatirf kaedah-kaedah dan norma dalam narasi yang disusun;
4. Pemilihan kaedah/norma yang tepat yang menjadikan NA suatu produk hukum
dengan hasil penelitian dan kajian hukum;
Tahap pembahasan konsep penyusunan
1. Menyelenggarakan diskusi publik (public hearing) adalah menarik informasi dan
pendapat masyarakat dan pihak-pihak terkait,
2. Menghimpun masukan dari berbagai pihak dalam rangka memperkaya dan
menyempurnakan NA diskusi publik ini dapat berbentuk diskusi terfokus, lokakarya,
seminar, jaring aspirasi publik, pertemuan konsultasi atau juga mempublikasikan di
media masa.
Evaluasi terhadap draft NA perlu dilakukan setelah memperoleh masukan atau tanggapan
dari masyarakat, pada proses ini tim penyusun NA menginventarisir masukan-masukan yang
diperoleh dari diskusi publik dan sedapat mungkin mengakomodir masukan-masukan yang
bermanfaat ke dalam NA.

14
DAFTAR PUSTAKA

Salim, Arsjad. (2017). "Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara." Jakarta: Kencana.
Soemantri, Syamsu Yonatan. (2019). "Dasar-Dasar Perundang-Undangan Indonesia."
Jakarta: Rajawali Pers.
Susanto, Adi Prasetyo. (2020). "Proses Pembentukan Undang-Undang di Indonesia: Studi
Kasus Pembahasan RUU Cipta Kerja." Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 24, No. 1, Hal. 73-
96.
Amiruddin, A. (2018). "Implementasi Prinsip Good Governance dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan di Indonesia." Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 22, No. 2,
Hal. 143-158.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2021). "Panduan
Penyusunan Naskah Akademik." Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.
Hadar, R. (2016). "Proses Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia."
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sudaryanto, E. (2019). "Analisis Proses Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di
Indonesia: Studi Kasus Pengesahan RUU Pemilu 2017." Jurnal Kajian Politik, Vol. 4,
No. 2, Hal. 121-138.
Mahfud, M. D. (2018). "Konstitusi dan Perubahan Konstitusi di Indonesia." Jakarta: Sinar
Grafika.
Hidayat, A. (2020). "Dinamika Kebijakan Publik dan Implementasinya dalam Peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia." Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik,
Vol. 9, No. 2, Hal. 125-142.
Djakababa, Y. (2017). "Peraturan Perundang-undangan di Indonesia: Teori, Praktik, dan
Kritik." Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2019). "Analisis
Kebijakan dan Evaluasi Implementasi Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia."
Kelsen, H. (2020). "Teori Umum Hukum dan Negara." Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Pratama, A. (2021). "Peran DPR dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di
Indonesia." Jurnal Hukum dan Keadilan, Vol. 25, No. 1, Hal. 45-60.

15

Anda mungkin juga menyukai