TAHAP PROSES
PENYUSUNAN NASKAH
AKADEMIK (NA) DALAM
RANCANGAN PERATURAN
PENGERTIAN
b) Naskah
Akademik terkait dengan rancangan perda yang akan dibuat dan dapat juga
dibantu oleh pakar hukum dan pemerintahan, dan dana yang digunakan berasal dari
instansi terkait masing-masing
c) Jimly Asshiddiqqie membedakan antara Naskah Akademik, Naskah Politis dan Naskah
Hukum.
1. Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) No. G.159. PR. 09. 10
Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang
undangan, Naskah Akademik adalah naskah awal yang memuat pengaturan materi materi Perundang
undangan bidang tertentu yang telah di tinjau secara sistemik, holistik dan futuristik.
2. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan
Undang undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peraturan Presiden, Naskah
Akademik adalah naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang
berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan,
obyek atau arah pengaturan substansi rancangan Peraturan Perundang undangan.
3. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor. M. HH-01. PP. 01. 01.
Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Perundang
undangan, naskah akademik adalah naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
mengenai konsepsi yang berisi latar belakang , tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan
dan lingkup, jangkauan, obyek atau arah pengaturan substansi rancangan Peraturan Perundang
undangan.
4. UU Nomor 12 Tahun 2011, naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian
hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu
Rancangan Undang undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi atau Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten/ Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
C. FUNGSI NASKAH AKADEMIK
Keberadaan Naskah Akademik awalnya belum menjadi suatu keharusan dalam penyusunan
Rancangan Peraturan Perundang undangan. Menjadi harus sejak tahun 2011, sesuai ketentuan
Pasal 43 ayat (3) UU No. 12 Tahun 2011.
Tahap awal
1. persiapan penyusunan NA
4. Evaluasi draft NA
5. penyempurnaan NA kepada Pemda dan DPD sebagai masukan dalam proses
pembentukan perda
Tahap kelanjutan
1. Penyusunan draft NA sesuai dengan pola dan sistematika standar yang biasa
dipakai dalam penyusunan NA
2. Kebutuhan akan waktu penyusunan dan menuangkan data serta informasi ke
dalam bentuk NA
3. memasukan alternatirf kaedah-kaedah dan norma dalam narasi yang
disusun;
4. pemilihan kaedah/norma yang tepat yang menjadikan NA suatu produk
hukum dengan hasil penelitian dan kajian hukum;
Tahap pembahasan konsep penyusunan
dibagi dalam :
1. Bagian yang memuat hasil kajian materi RUU yang akan diusulkan
a. sampul depan/cover dengan diberi judul dan tertera siapa penyusun NA;
memuat pemikiran tentang dasar perlunya RUU dibentuk, antara lain
meliputi dasar filosofis, sosiologis,
C. Maksud dan tujuan yang menjelaskan tentang apa yang hendak dicapai
melalui pembentukan RUU
Bentuk Naskah Akademik berdasarkan Lampiran I Undang undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011 :
1) JUDUL
2) KATA PENGANTAR
3) DAFTAR ISI
4) BAB I PENDAHULUAN
5) BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
6) BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TERKAIT
7) BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
<a href='http://ads.hukumonline.com/www/delivery/ck.php?
n=a7f4a8ee&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://ads.hukumonline.com/www/delivery/avw.php?
zoneid=60&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a7f4a8ee' border='0'
alt='' /></a>
Pertanyaan :
Dimana Mendapatkan Naskah Akademik Suatu Undang-Undang?
Dimanakah saya bisa menemukan Naskah Akademik Undang-Undang? Khususnya Undang-
Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan? Mohon bantuannya.
Jawaban :
Intisari:
Naskah Akademik atau naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap
suatu masalah tertentu dalam suatu rancangan undang-undang itu disusun oleh pemrakarsa berkoordinasi
dengan Menteri Hukum dan HAM. Pemrakarsa di sini adalah menteri atau pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian yang mengajukan usul penyusunan rancangan undang-undang. Naskah akademik dapat
ditemukan bergantung dari siapa pemrakarsa dan pemangku kepentingan dalam penyusunan rancangan undang-
undang yang bersangkutan.
Oleh:
1. Pendahuluan
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 188 Tahun 1998 tentang Tata Cara
Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang menyebutkan istilah Naskah
Akademik dengan penyebutan “Rancangan Akademik”. Dalam Pasal 3 ayat (1)
Keppres 188/1998 disebutkan “Menteri atau pimpinan Lembaga Pemrakarsa
Penyusunan Rancangan Undang-Undang dapat pula terlebih dahulu menyusun
rancangan akademik mengenai Rancangan Undang-undang yang akan disusun”.
Bahan Kuliah Mata Kuliah Perancangan Perundang-Undangan Fakultas Hukum
UNNAR 2011
Dosen Bagian Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Fakultas Hukum
UNNAR Surabaya
Sedangkan dalam peraturan yang terbaru, yaitu Undang-undang Nomor
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, tidak
diatur secara eksplisit mengenai Naskah Akademik. Naskah Akademik itu baru
“muncul” secara tegas melalui Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005
tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-undangan, Rancangan
Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peraturan Presiden.
Dalam tulisan ini istilah yang dipakai adalah Naskah Akademik, dengan
pertimbangan bahwa istilah inilah yang digunakan dalam Peraturan Presiden No.
68 Tahun 2005, dan istilah ini pun sudah lazim dipakai oleh berbagai kalangan
yang bergerak di bidang peraturan perundang-undangan. Sedangkan
mengenai pengertiannya, yang dimaksud Naskah Akademik adalah
“naskah yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah mengenai
konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang
ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah pengaturan
Rancangan Peraturan Perundang-undangan”.
1
Sony Maulana, Perancangan Peraturan Daerah Sebagai Wujud Kontribusi Keikutsertaan Pemerintah
Daerah Dalam Perubahan Sosial Yang Demokratis Di Daerah, Makalah pada Bimbingan Teknis Harmonisasi
Peraturan Daerah (Perda) Wilayah Perbatasan Dalam Perspektif Hak Asasi manusia, Samarinda 5 September
2005, hlm. 4-5.
pembentukan sebuah peraturan daerah diperlukan waktu antara 8 –
12 bulan, atau bahkan lebih;
2. Tidak/belum dilibatkannya secara maksimal peranserta masyarakat
dalam proses pembentukannya, terutama dari kalangan akademisi
dan praktisi hukum. Padahal menurut Pasal 53 UU No. 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan
Pasal 139 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
peranserta masyarakat diperbolehkan dalam proses pembentukan
peraturan daerah;
3. Belum digunakannya secara optimal fungsi Naskah Akademik
sebagai sebuah instrumen dalam rangka pembentukan peraturan
daerah. Padahal terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh
apabila Naskah Akademik digunakan sebagai satu instrumen dalam
proses pembentukan peraturan daerah, terutama dalam masalah
efisiensi waktu. Keadaan ini ditambah lagi dengan kurangnya
pemahaman mengenai keberadaan, manfaat, dan urgensi Naskah
Akademik dari para pihak yang terkait dalam pembentukan
peraturan daerah.
Jika draft Naskah Akademik sudah selesai disusun, maka tahap berikutnya
adalah menyelenggarakan diskusi publik (public hearing). Tujuan dari diskusi
publik ini, selain dari mengenaikan/menginformasikan Naskah Akademik kepada
masyarakat dan pihak-pihak terkait, juga menghimpun masukan dari berbagai
pihak, dalam rangka memperkaya dan menyempurnakan Naskah Akademik.
Diskusi publik ini dapat berbentuk diskusi terfokus, lokakarya, seminar, jaring
aspirasi publik, pertemuan konsultasi, atau juga mempublikasikannya di media
masa.
Naskah Akademik terdiri dari dua bagian, yaitu (1) bagian yang
memuat hasil kajian materi RUU yang akan diusulkan; dan (2)
bagian yang memuat Naskah Awal RUU yang diusulkan.
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Memuat pemikiran tentang konstatering fakta-fakta
yang merupakan alasan-alasan pentingnya materi
hukum yang bersangkutan harus segera diatur.
B. Dasar Pemikiran Perlunya RUU
Memuat pemikiran tentang dasar perlunya RUU
dibentuk, antara lain meliputi dasar filosofis, dasar
sosiologis, dasar yuridis, dasar psikopolitik, dan dasar
ekonomi.
C. Maksud dan Tujuan
Mengemukakan tentang apa yang hendak dicapai
melalui pembentukan RUU tersebut (misalnya
memberikan jaminan kepastian hukum).
D. Metode Pendekatan
E. Analisis Hukum Positif Yang Terkait Materi Hukum
RUU
Memuat hasil inventarisasi berikut analisis peraturan
perundang-undangan terkait atau peraturan perundang-
undangan yang memiliki ketentuan-ketentuan berkenaan
dengan materi RUU. Dalam hal ini perlu juga diperhatikan
dan dipertimbangkan ketentuan-ketentuan hukum tidak
tertulis, hukum adat dan/atau kebiasaan dan kearifan
lokal/tradisional yang berkembang dalam masyarakat, serta
ketentuan-ketentuan dalam traktat-traktat, konvensi-
konvensi atau perjanjian-perjanjian internasional
(multilateral-global, multilateral-regional, dan bilateral)
terutama yang telah diratifikasi oleh Indonesia.
A. Ketentuan Umum
1. Memuat terminologi-terminologi atau pengertian-
pengertian yang dipakai dalam Naskah Akademik
beserta arti dan maknanya masing-masing.
2. Memuat pendekatan asas-asas hukum dan tujuan
pengaturan bagi RUU yang akan dibentuk.
Dalam bagian ini dielaborasi asas-asas yang tercantum
dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004, yaitu
asas: (a) pengayoman; (b) kemanusiaan; (c)
kebangsaan; (d) kekeluargaan; (e) kenusantaraan; (f)
bhineka tunggal ika; (g) keadilan; (h) kesamaan
kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; (i)
ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau dan (j)
keseimbangan, keserasian dan keselarasan.
B. Materi
Memuat materi muatan yang perlu diatur secara
sistematik serta pemikiran-pemikiran mengenai
rumusan normatif yang disarankan, sedapat mungkin
dengan mengemukakan beberapa alternatif rumusan
norma.
A. Kesimpulan
1. Rangkuman pokok isi Naskah Akademik.
2. Ruang lingkup materi yang diatur dan kaitannya
secara sistematik dengan peraturan perundang-
undangan terkait yang berlaku.
3. Bentuk pengaturan yang dikaitkan dengan materi
muatan yang diatur.
B. Saran Rekomendasi
1. Apakah semua materi Naskah Akademik sebaiknya
diatuir dalam satu bentuk undang-undang atau ada
sebagian yang sebaiknya dituangkan dalam peraturan
pelaksanaan atau peraturan yang lain.
2. Usulan mengenai penetapan skala prioritas
penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-
undangan dan saat paling lambat RUU sudah selesai
diproses beserta alasannya.
Daftar Pustaka
Lampiran
D. PENUTUP
RANCANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: .............................................
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
NASKAH AKADEMIK
Pasal 2
(1) Naskah Akademik secara umum memuat dasar filosofis, yuridis, dan
sosiologis, pokok dan lingkup materi yang akan diatur, dan draft awal
Rancangan Undang Undang.
(2) Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan
Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(3) Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku mutatis mutandis
untuk penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Pemerintah dan
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah.
Pasal 3
Pasal 4
BAB III
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 9
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 10
Naskah Akademik yang ada, dan telah menjadi salah satu persyaratan
pengajuan RUU Prioritas sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan
tetap berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Pasal 12
Ditetapkan di : Jakarta
Andi Mattalatta
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI
NOMOR : ..........................................
TANGGAL: ...........................................
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. MAKSUD DAN TUJUAN
D. METODE PENELITIAN
BAB IV PENUTUP
LAMPIRAN KONSEP AWAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG
II. PENJELASAN SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
D. Metode Penelitian
BAB IV PENUTUP
Konsep awal RUU yang terdiri dari pasal-pasal yang diusulkan dengan
didasarkan pada uraian akademik.
Konsiderans :
Alas/Dasar Hukum :
Memuat dasar kewenangan pembuatan undang-undang dan peraturan
perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan undang-undang
tersebut.
Ketentuan Umum :
Materi :
Memuat konsep tentang asas-asas dan materi hukum yang perlu diatur,
serta rumusan norma dan pasal-pasalnya yang disarankan; bila mungkin
dengan mengemukakan beberapa alternatif.
Ketentuan Penutup :