Ditinjau dari segi pendefinisian dalam kedua peraturan perundangudangan tersebut Aparatur Sipil Negara dalam peraturan terbaru lebih ditekan
sebagai sebuah profesi bagi pegawai yang bekerja pada instansi pemerintah.
Berbeda dengan peraturan perundang-undangan sebelumnya yang hanya
mendefinisikan sebagai subjek warga negara yang telah memenuhi syarat dan
diangkat serta diserahi suatu jabatan atau tugas negeri. Selain itu, secara sederhana
digambarkan dalam UU ASN yang dimaksud ASN adalah subjek yang bekerja
pada instansi pemerintah dibandingkan penjelasan UU Kepegawaian mengenai
pegawai negeri sebagai subjek yang diangkat dan diserahi jabatan atau tugas
negara lainnya. Perbedaan cukup mencolok, di satu sisi pengaturan UU ASN
menyederhanakan dan menyeragamkan rujukan ASN dibandingkan UU
Kepegawaian. Dalam pengaturan ketentuan umum kedua peraturan perundangundangan ini UU ASN memberikan pengaturan yang lebih mendetail dan
Pasal 64
Pengangkatan dan penetapan PNS dalam jabatan tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditentukan berdasarkanperbandingan obyektif antara kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.
Pasal 17 (2)
Pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang
ditetapkanuntuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis
kelamin, suku, agama, ras, atau golongan
Pasal 22
Untuk kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dan dalam rangka pembinaan PNS
dapat diadakan perpindahan jabatan, tugas, dan/atau wilayah kerja
Ditinjau dari Sistem Promosi, penempatan jabatan yang diatur oleh ASN
mengisyaratkan pengisian secara terbuka dan kompetitif sesuai dengan
persyaratan tertentu. Sedangkan dalam UU Pokok-Pokok Kepegawaian
penempatan jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme, prestasi
kerja, serta jenjang pangkat namun tanpa indikator yang jelas mengenai sistem
penilaiannya. Secara garis besar, ASN menciptakan basis karir terbuka sedangkan
UU Pokok Kepegawaian justru menyebabkan basis karir tertutup.
Basis Karir Terbuka yang diusung ASN sangat sesuai dengan nilai-nilai
reformasi birokrasi untuk menghapuskan intervensi politik dalam penempatan
jabatan terutama jabatan struktural di kalangan pegawai yang selama ini dikenal
dengan my man. My man atau orang saya, merukan segelintir elit yang dekat
dengan penguasa sehingga mendapat amanah secara eksklusif untuk menguasai
suatu jabatan dengan mengesampingkan berbagai sumber daya manusia lainnya di
luar kempok yang justru lebih berkualitas. Dengan sistem terbuka dan
kompetetitif, diharapkan setiap pegawai yang telah memenuhi syarat dapat
bersaing secara sehat dan mampu menciptakan pejabat tinggi birokrasi yang
kompeten.
Kesejahteraan
Pasal 20:
Pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan kesejahteraan yang adil dan layak sesuai dengan beban
pekerjaan dan tanggung jawabnya;
b. cuti
c. pengembangan kompetensi;
d. biaya perawatan;
e. tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan
sebagai akibat menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat
bekerja lagi dalam jabatan apapun;
f. uang duka; dan
Pasal 20:
g. pensiun bagi yang telah mengabdi kepada Negara dan memenuhi persyaratan
yang ditentukan;
h. hak-hak lainnya yang diatur dalam peraturan pemerintah
Pasal 75
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin
kesejahteraan PNS
Pasal 76
Selain gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75, PNS juga menerima tunjangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 32
1. Untuk meningkatkan kegairahan bekerja, diselenggarakan usaha kesejahteraan
Pegawai Negeri Sipil.
2. Usaha kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi program
pensiun dan tabungan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan perumahan, dan
asuransi pendidikan bagi putra-putri Pegawai Negeri Sipil.
3. Untuk penyelenggaraan usaha kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), Pegawai Negeri Sipil wajib membayar iuran setiap bulan dari
penghasilannya.
4. Untuk penyelenggaraan program pensiun dan penyelenggaraan asuransi
kesehatan, Pemerintah menanggung subsidi dan iuran.
5. Besarnya subsidi dan iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
6. Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia, keluarganya berhak memperoleh
bantuan
3. Pendapat rekan kerja setingkat dan bawahannya dapat juga dijadikan sebagai
bahan pertimbangan penilaian kinerja PNS Penilaian kinerja PNS dilakukan
berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat
unit/organisasi, dengan memperhatikan target, sasaran, hasil dan manfaat yang
dicapai.
4. Penilaian kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur, akuntabel, partisipasi,
dan transparan.
5. Hasil penilaian kinerja PNS disampaikan kepada Tim Penilai Kinerja PNS.
6. Hasil penilaian kinerja PNS dimanfaatkan untuk menjamin objektivitas dalam
pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai persyaratan dalam pengangkatan
jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, dan
promosi, serta untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
7. PNS yang penilaian kinerjanya dalam waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak
mencapai target kinerja dikenakan sanksi.
Pasal 12
1. Manajemen PNS diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasil guna.
2. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintah dan
pembangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diperlukan PNS yang
profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang
dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang
dititikberatkan pada sistem prestasi kerja
Pasal 30
1. Pembinaan jiwa korps, kode etik, dan peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil tidak
boleh bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28 Undang-Undang
Dasar 1945
2. Pembinaan jiwa korps, kode etik, dan peraturan disiplin sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Ditinjau dari Etika dan Disiplin, dipahami bahwa pembinaan etika dan
disiplin pegawai dalam UU Pokok-Pokok Kepegawaian masih sebatas tinjauan
umum terhadap kode etik umum namun dalam ASN telah diterapkan secara
normatif melalui sanksi administratif dan telah dijabarkan dalam rincian kode etik
profesi.
Berdasarkan semangat reformasi birokrasi, etika dan disiplin pegawai
merupakan elemen vital dalam melaksanakan tupoksi pemerintahan serta
pelayanan publik yang prima. Penegakan etika dan disiplin pegawai bukan hanya
menjadi kunci pentingdalam mencapai target kinerja akan tetapi juga berperan
penting dalam peningkatan kepercayaan publikterhadap instansi pemerintah.
Lagipula, paradigma PNSyang dulu dicap sebagai elite telah berubah
menjadi Civil Servant. Di sisi lain diharapkan terdapat penerapan secara tegas
dalam etika dan disiplin pemanfaatan waktu untuk mengeleminasi
kecenderungan budaya korupsi waktu yang selama ini dikesampingkan.
Pensiun
Pasal 86
1. Jaminan Pensiun PNS dan Jaminan Janda/Duda PNS dan Jaminan Hari Tua PNS
diberikan sebagai perlindungan kesinambunganpenghasilan hari tua, sebagai hak
dan sebagai penghargaan atas pengabdian PNS.
2. Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang diberikan dalam rangka
program jaminan sosial nasional.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku setelah
Undang-undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial berlaku efektif.
4. Sebelum ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku
maka ketentuan mengenai Pensiun dan Tabungan Hari Tua dilaksanakan
sesuai peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang Pensiun dan
Tabungan Hari Tua.
Pasal 10
Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak
atas pensiun
ASN masih belum matang terkait batas usia pensiun justru dapat menimbulkan
celah disharmonisasi dalam tubuh birokrasi dalam suatu intansi.
Sebagaimana diketahui dalam surat Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor K.26-30/V.7-3/99 tahun 17 Januari 2014 sambil menunggu penetapan
Peraturan Pemerintah tentang batas usia pensiun telah diberlakukan sesuai ASN
bahwa usia pejabat Administrasi diberhentikan pada usia 58 tahun sedangkan
pejabat pimpinan tinggi diberhentikan pada usia 60 tahun. Merujuk pada kondisi
ini akan berdampak secara berantai terhadap jenjang karir yang diretas oleh
pegawai di bawahnya yang menjadi semakin lama.
Kondisi ini menyebabkan berbagai hal seperti terkendalanya pegawai yang
telah memenuhi syarat dan berpotensi baik untuk menduduki jabatan yang
seharusnya ditempatinya; pilihan bagi pejabat untuk melanjutkan atau tidak
jabatannya dapat menjadi preseden negatif dan ketidakadilan di mata bawahan
yang mampu melemahkan espirit de corps; dan belum selesainya peraturan
pemerintah untuk mengakomodasi permasalahan batas pensiun ini dapat menjadi
isu politik dalam tahun pemilu seperti 2014. Ditinjau dari semangat reformasi
birokrasi, perhatian pemerintah terhadap pensiunan merupakan elaborasi
pemerintah dengan instansi terkait untuk menjamin kesejahteraan pegawai purna
tugas.
Referensi
Mamudji, S. dkk. Hukum Administrasi Negara Sektoral Aparatur Sipil Negara,
http://bem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/materi/aparatur-sipil-negara.pdf, diakses
pada tanggal 7 Desember 2016 pukul 23:16
Sakan, T. 2014 , Analisa Kritis Perbandingan Undang-Undang ASN terhadap
UU No 43 tahun 1999 jo UU No 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian dikaitkan dengan Reformasi Birokrasi,
https://www.academia.edu/6977525/Analisa_Kritis_Perbandingan_UndangUndang_Aparatur_Sipil, Diakses pada tanggal 7 Desember 2016 pukul 21:41.