Anda di halaman 1dari 12

Rechtvinding

PENGERTIAN
PENEMUAN HUKUM
 PROSES PEMBENTUKAN HUKUM
OLEH HAKIM ATAU PETUGAS-
PETUGAS HUKUM LAINNYA YANG
DIBERI TUGAS MELAKSANAKAN
HUKUM TERHADAP PERISTIWA
HUKUM YANG KONGKRIT
Definisi Penemuan Hukum
“Penemuan hukum adalah suatu proses
pembentukan hukum oleh hakim, atau aparat
hukum lainnya yang ditugaskan untuk
penerapan peraturan hukum umum pada
peristiwa hukum konkrit, lebih lanjut dapat
dikatakan bahwa penemuan hukum adalah
proses konkretisasi atau individualisasi
peraturan hukum (das solen) yang bersifat
umum dengan mengingat akan peristiwa konkrit
(das sein) tertentu“

Sudikno Mertokusumo (2001:37)


Contoh :
Pasal 362 KUHP
• barangsiapa
• mengambil
• barang
- yg sebagian/ seluruhnya
kepunyaan orang lain
• dengan maksud memiliki
• secara melawan hukum
Pengadilan Perkara

Dapat Terjadi:
Tidak boleh 1. Hukumnya tidak
menolak ada
perkara 2. Hukumnya tidak
lengkap
Apa yang harus 3. Hukumnya
dilakukan pengadilan kurang atau tidak
jelas

Penemuan Hukum (Rechtsvinding)

Interpretasi/Penafsiran Konstruksi
Hukum Hukum
7
Penemuan hukum dapat dilakukan oleh :
1. Hakim, sifatnya konfliktif, kekuatan mengikat
sebagai hukum, sebagai sumber hukum
2. Pembentuk UU, sifatnya preskriptif, sama
dengan atas
3. Notaris, sifatnya Problematis, sama dengan atas,
sumbernya Klien
4. Dosen, Pakar, Ilmuwan, sifatnya reflektif, bukan
merupakan hukum karena teoritis, merupakan
sumber hukum (doktrin)
5. Para pihak, sifatnya emosionil, pada dasarnya
setiap orang berhak melakukan penemuan hukum
tetapi bukan merupakan hukum dan bukan
sumber hukum )
Sistem Penemuan Hukum
Sistem heteronom Sistem otonom

 Hakim dalam menerapkan UU  Hakim sebagai pembentuk


terhadap peristiwa hukum hukum yang secara mandiri
sesungguhnya tidak memberi bentuk kepada isi UU
menjalankan peranannya dan menyesuaikannya dengan
secara mandiri. kebutuhan-kebutuhan
 Hakim hanyalah penyambung
lidah atau corong UU
(bounche de la loi),
 Hakim tidak dapat mengubah
kekuatan hukum UU, tidak
dapat menambah dan tidak
pula dapat menguranginya
 Hakim mendasarkan pada
peraturan-peraturan di luar
dirinya, hakim tidak mandiri
karena harus tunduk pada UU
Sistem Penemuan Hukum yang
digunakan oleh hakim di Indonesia ???
”Sistem penemuan hukum Heteronom”

 Karena hakim di indonesia mendasarkan


peraturan-peraturan di luar dirinya, hakim tidak
mandiri karena harus tunduk kepada UU
 Disini hakim bebas tidak terikat pada putusan
hakim lain mengenai perkara sejenis, hakim
berfikir deduktif dari bunyi UU menuju peristiwa
khusus dan akhirnya sampai pada satu putusan.
 Dalam memeriksa dan memutuskan perkara,
hakim mendasarkan pada faktor-faktor di luar
dirinya
Sumber Penemuan Hukum
 Tempat hakim, atau aparat hukum lannya dapat menemukan
hukumnya.
 Sumber hukum mengenal adanya hierarkhi sehingga
memungkinkan terjadinya konflik.
 Jika terjadi maka hierarkhi yang tertinggi akan mengalahkan
hirarkhi di bawahnya.
1. UU (disini tempat pertama mencari hukum)
2. Hukum Kebiasaan (syaratnya harus sudah dilakukan berulang-
ulang dan menimbulkan suatu keyakinan umum longa et inverata
consuetudo) dan hanya berfungsi melengkapi undang-undang
bukan menggantikan.
3. Yurisprudensi (setiap putusan hakim yang disusun secar
sistematis dari tingkatan peradilan pertama hingga kasasi yang
telah diberi anotasi oleh pakar dibidang tersebut),
4. Doktrin (membantu memberi batasan pada undang-undang yang
sifatnya umum dan tidak jelas).
5. Kepentingan Manusia (sebagai obyek perlindungan hukum maka
dapat dikatakan bahwa kepentingan manusia juga suatu sumber
hukum)

Anda mungkin juga menyukai