ACARA PERSIDANGAN
PIDANA ANAK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA
Pasal 1
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)
BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN INSTANSI TERKAIT
ACARA PERSIDANGAN
PIDANA ANAK
Martini Marja
Pahala Simanjuntak
ACARA PERSIDANGAN
PIDANA ANAK
Martini Marja
Pahala Simanjuntak
SAMBUTAN
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan karunia-Nya, review modul Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan
Pidana Anak (SPPA) dengan Judul Acara Persidangan Pidana Anak telah
terselesaikan.
v
keberhasilan pelaksanaan prinsip keadilan restoratif dan diversi yang jadi
pendekatan utama UU SPPA.
Perpres No. 175 Tahun 2014 tentang Pendidikan dan Pelatihan Terpadu
bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak
mengatur tujuan dari pelaksanaan Diklat Terpadu, yaitu untuk menyamakan persepsi
dalam penanganan ABH dalam SPPA, terutama agar memiliki pemahaman yang
sama tentang hak-hak anak, keadilan restoratif dan diversi, serta meningkatkan
kompetensi teknis APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.
Anak adalah generasi penerus yang dalam diri mereka melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Tanpa keterpaduan, mustahil cita-cita luhur
untuk memulihkan kondisi ABH dapat terwujud. Adalah menjadi tanggung jawab
kita semua untuk memastikan agar prinsip kepentingan terbaik bagi anak atau the
best interest of child selalu menjadi pegangan dalam mengatasi persoalan anak,
termasuk mereka yang sedang berhadapan dengan hukum.
Dalam kesempatan ini, kami atas nama BPSDM Hukum dan Hak Asasi
Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan
dan kontribusinya dalam penyelesaian review modul ini. Semoga modul ini dapat
berkontribusi positif bagi APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.
vi Acara Persidangan
Pidana Anak
KATA SAMBUTAN
Berangkat dari Konvensi Hak Anak yang diratifikasi Indonesia pada tahun
1990 dengan Keputusan Presiden No. 36, UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
disepakatilah UU No. 11 Tahun 2012 mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak.
Dengan memperkenalkan pendekatan keadilan restoratif, undang-undang ini
membawa paradigma baru dalam penanganan perkara pidana yang melibatkan
anak. Pendekatan dan paradigma baru ini tentu saja merupakan hal baru sehingga
diperlukan adanya pelatihan bagi mereka yang akan menerapkannya di lapangan.
vii
terkait. Selain materi pembelajaran berupa kajian teoritis, instrumen
internasional, landasan hukum dan studi kasus, modul ini juga memuat metode
pembelajaran yang dapat digunakan instruktur. Dengan modul ini diharapkan
bahwa para instruktur, fasilitator dan juga peserta akan memperoleh manfaat yang
besar dalam mengembangkannya.
Tiada gading yang tak retak, tentu Modul ini tidak sempurna. Oleh karenanya
masukan dan kritik pembaca atas Modul ini diharapkan untuk menyempurnakannya.
Akhirnya, saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada BPSDM
Kementerian Hukum dan HAM serta seluruh pihak yang telah bekerja sama dalam
pembuatan modul ini. Mari bersama kita lindungi generasi muda Indonesia.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam
rangka penyusunan review Modul Pelatihan Terpadu SPPA tahun 2021 dapat
terlaksana dengan baik. Dimana Pelatihan Terpadu SPPA sebagai kegiatan Prioritas
Nasional, BAPPENAS mengharapkan pada tahun 2021 untuk dilaksanakan review
terhadap modul-modul Pelatihan Terpadu SPPA.
ix
Demikian penyusunan review Modul Pelatihan Terpadu SPPA ini, dengan
harapan modul ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan bagi pembaca khususnya Aparatur Penegak Hukum dan Instansi
terkait lainnya dalam melaksanakan amanat Undang-Undang SPPA.
x Acara Persidangan
Pidana Anak
DAFTAR ISI
SAMBUTAN............................................................................................................................ v
KATA SAMBUTAN........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR......................................................................................... ix
DAFTAR ISI..................................................................................................... xi
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Deskripsi Singkat....................................................................................... 2
C. Manfaat Modul........................................................................................... 2
D. Indikator Hasil Belajar ............................................................................... 3
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.......................................................... 3
F. Petunjuk Belajar ........................................................................................ 4
BAB II
ASAS-ASAS DALAM PROSES PERADILAN PIDANA ANAK ....................... 5
A. Asas perlindungan keadilan, non diskriminasi proporsional...................... 5
B. Konsep Anak, Kepentingan terbaik bagi anak, penghargaan
terhadap pendapat anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang
anak serta pembinaan dan pembimbingan ............................................... 7
C. Rangkuman ............................................................................................... 7
D. Evaluasi..................................................................................................... 8
E. Tindak Lanjut............................................................................................. 8
BAB III
PENYELESAIAN PERKARA ANAK YANG BELUM BERUSIA 12 TAHUN...... 9
A. Proses Pengambilan keputusan dan tindak lanjutnya............................... 9
B. Latihan....................................................................................................... 36
C. Rangkuman................................................................................................ 36
xi
D. Evaluasi...................................................................................................... 37
E. Tindak Lanjut............................................................................................. 37
BAB IV
PENYELESAIAN PERKARA ANAK YANG BERUSIA 12 TAHUN
KE ATAS TETAPI BELUM BERUMUR 18 TAHUN DAN KARAKTERISTIK
HUKUM ACARANYA ...................................................................................... 39
A. Karakteristik Hukum Acara Peradilan Anak .............................................. 39
B. Tahapan Sidang Anak .............................................................................. 51
C. Upaya Hukum Biasa.................................................................................. 53
D. Upaya Hukum Luar Biasa.......................................................................... 54
E. Latihan....................................................................................................... 55
F. Rangkuman................................................................................................ 56
G. Evaluasi..................................................................................................... 57
H. Tindak Lanjut ............................................................................................ 57
BAB V
MENSIMULASI PELAKSANAAN SIDANG ANAK........................................... 59
A. Cara menggali informasi dari anak, saksi dan saksi korban
dalam persidangan.................................................................................... 59
B. Membuat putusan dan berita acara........................................................... 59
C. Latihan....................................................................................................... 60
D. Rangkuman................................................................................................ 62
E. Evaluasi..................................................................................................... 62
F. Tindak Lanjut ............................................................................................ 62
BAB VI
PENUTUP....................................................................................................... 63
A. Kesimpulan................................................................................................ 63
B. Tindak Lanjut ............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 65
A. Latar Belakang
Era globalisasi salah satunya ditandai dengan semakin tumbuh pesatnya
Teknologi informasi yang berdampak kepada arus informasi yang dapat di akses
setiap saat hingga menimbulkan pengaruh terhadap maraknya gejala sosial
kenakalan anak/remaja yang terjadi di negeri ini, yang berpotensi melunturkan
kebudayaan bangsa yang telah lama dibangun. Pergaulan anak dan remaja yang
kini mulai terasing dengan budayanya sendiri, karena tergusur dan mulai rapuh
mempertahankan identitas jati dirinya. Itu semua juga tidak lepas sebagai akibat
dari dampak negatif pembangunan yang cenderung bersifat materiil ketimbang
moral dan identitas jati diri suatu bangsa. Sebagai generasi penerus suatu bangsa
Anak merupakan asset bangsa yang harus tumbuh dan berkembang menjadi
generasi yang memiliki peradaban yang jauh lebih baik ketimbang generasi
terdahulunya, oleh sebab itu negara berkewajiban untuk memberikan perlindungan
terhadap anak yang berkonflik dengan hukum untuk dapat melindungi anak
yang dalam masa tumbuh kembangnya dan dalam proses pencarian jati dirinya.
Tindakan hukum yang diberlakukan terhadap mereka harus lebih mengedepankan
pembinaan dan pemulihan hak-hak mereka tanpa harus dikenai tindakan hukum
yang berlebihan. Menjadi persoalan yang rumit dari sisi keadilan, apabila konflik
hukum terjadi bukan sekedar antara anak dengan negara atau masyarakat, akan
tetapi konflik hukum itu terjadi juga dalam relasi antar anak yang sama-sama
punya hak mendapat perlindungan, maka bagaimana proses peradilan dapat
memberikan perlindungan kepada anak. Seiring dengan perkembangan praktik
sistem peradilan pidana anak yang telah diterapkan selama ini sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (UU-SPPA) yang telah diundangkan (pada Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153; Tambahan Lembaran Negara
1
Republik Indonesia Nomor 5332) tanggal 30 Juli 2012 dan mulai berlaku setelah
2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan. Dengan hadirnya UU-SPPA ini
diharapkan dapat mengisi ruang keadilan sebagaimana konsep keadilan restoratif
(Restorative Justice), yang tertera dalam UU SPPA sehingga keadaan anak tetap
bermartabat sebagaimana hak asasinya. Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka disusunlah revisi atas modul Acara Peradilan Anak dengan tujuan untuk
memperbaharui dan menambah hal hal yang terus berubah dengan cepat terkait
Acara Peradilan Anak, demi kepentingan terbaik bagi anak.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membahas tentang asas-asas dalam acara persidangan
pidana anak, mengidentifikasi Penyelesaian perkara anak yang belum berusia
12 tahun dan mengidentifikasi Penyelesaian Perkara Anak yang berusia 12
tahun keatas tetapi belum berumur 18 tahun dan karakteristik hukum acaranya,
menganalisa dan mengidentifikasi intisari asfek pemidanaan dari kasus yang
ada sebagai masukan dalam perkara ABH yang di tanganinya dan dapat
mensimulasikan pelaksanaan sidang perkara anak. Pembelajaran dilakukan
dengan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi dan mensimulasi pelaksanaan
sidang.
C. Manfaat Modul
Modul merupakan sebuah buku yang berisi materi bahan ajar yang sifatnya
lebih praktis dan teknis dalam mempelajari sebuah kajian tertentu. Modul
disusun untuk memberi kemudahan belajar pada peserta diklat sehingga peserta
mempunyai pemahaman baik secara konsep maupun praktis. Adapun beberapa
manfaat dari modul ini antara lain:
2 Acara Persidangan
Pidana Anak
3. Mempermudah tahapan pemahaman peserta diklat karena modul
disusun dengan disertai tujuan pembelajaran serta kompetensi yang
harus dicapai dengan skenario pembelajaran yang baik.
Acara Persidangan
3
Pidana Anak
3. Penyelesaian Perkara Anak Yang Berusia 12 Tahun Keatas Tetapi
Belum Berumur 18 Tahun dan Karakteristik Hukum Acaranya
a. Karakteristik Hukum Acara peradilan anak
4. Diskusi Kasus
a. Analisis beberapa kasus
b. Tanggapan peserta
F. Petunjuk Belajar
Untuk mempermudah penggunaan modul dan memberikan hasil yang
optimal dalam proses pembelajaran, maka ada beberapa petunjuk yang harus
dilakukan, yaitu:
1. Bacalah tahap demi tahap dari bab/sub bab yang telah disusun secara
kronologis sesuai dengan urutan pemahaman.
3. Pahami setiap penjelasan dan tugas yang ada dalam modul, apabila
belum mengerti maka dapat dikonsultasikan kepada widyaiswara/
fasilitator.
4 Acara Persidangan
Pidana Anak
BAB II
ASAS-ASAS DALAM PROSES PERADILAN
PIDANA ANAK
Keadilan Restorasi
Proses Peradilan Pidana Anak yang menekankan pemulihan kondisi semula
dan bukan pembalasan
Asas:
a) Perlindungan
b) Keadilan
5
c) Non Diskriminasi
e) Penghargaan Pendapat
6 Acara Persidangan
Pidana Anak
h) Proporsional
i) Perampasan Kemerdekaan
j) Penghindaran Pembalasan
A. Perlindungan
B. Keadilan
C. Non Diskriminasi
E. Penghargaan Pendapat
H. Proposianal
I. Perampasan Kemerdekaan
J. Penghindaran Pembalsan
Acara Persidangan
7
Pidana Anak
D. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini :
E. Tindak Lanjut
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Namun apabila belum,
saudara dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah
diuraikan pada bab II ini
8 Acara Persidangan
Pidana Anak
BAB III
PENYELESAIAN PERKARA ANAK YANG BELUM
BERUSIA 12 TAHUN
9
age of 12 is not “internationally acceptable” and that all countries
should raise their minimum age to at least 12 and preferably 14 or 16.
c. Perspektif UU SPPA
Acara Persidangan
11
Pidana Anak
Tahun ditetapkan oleh Presiden dan diundangkan. Salah satu substansi dari PP
65/2015 ini adalah mengatur tentang penanganan anak yang belum berumur 12
tahun. Konteks pertanggungjawaban Anak dibawah 12 tahun ini dalam Black
Law Dictionary disebut dengan asas Doli Incapax yakni asas yang menjelaskan
bahwa pada dasarnya anak tidak mampu melakukan niat kriminal; tidak dalam
usia yang bijaksana; tidak memiliki keleluasaan dan kecerdasan yang cukup untuk
membedakan yang benar dan salah dan sampai sejauh mana bertanggungjawab
atas perbuatan pidana yang dilakukannya.
a.1. Prosedur
12 Acara Persidangan
Pidana Anak
(1) Laporan dari anggota Polri yang mengetahui adanya tindak
pidana atau laporan dari piket siaga Sentra Pelayanan Kepolisian
Terpadu.
Acara Persidangan
13
Pidana Anak
Catatan Sipil. Anak yang dilaporkan kelahirannya akan terdaftar
dalam Kartu Keluarga dan diberi Nomor Induk Kependudukan
(NIK).
14 Acara Persidangan
Pidana Anak
bahwa Anak yang belum berumur 12 Tahun dianggap belum dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selanjutnya dijelaskan
bahwa Proses Pemeriksaan yang dilakukan oleh Penyidik terhadap
Anak dilakukan bukan dalam rangka proses peradilan pidana,
melainkan digunakan sebagai dasar mengambil keputusan oleh
Penyidik, PK dan Pekerja Sosial
(2) Identitas Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi wajib dirahasiakan
dalam pemberitaan di media cetak ataupun elektronik.
Acara Persidangan
15
Pidana Anak
Polisi terlebih dahulu. Kondisi ini biasanya terkait dengan keamanan,
keselamatan, dan perlindungan jiwa anak dari kemungkinan balas
dendam masyarakat. Kondisi ini juga berhubungan dengan kondisi
korban atau yang berhubungan dengan kepentingan pengumpulan
fakta fakta dan bukti yang karena kondisi di lapangan tidak bisa ditunda.
(5) Dalam kondisi tertentu Anak atau Anak Korban setelah selesai
dibuatkan laporan Polisi diperlukan pembuatan visum et repertum,
maka petugas/penyidik mengantarkan anak ke Pusat Pelayanan
terpadu (PPT) untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan visum
et repertum. Penyidik menerima STTL (Surat Tanda Terima Laporan)
dan laporan Polisi diberi nomor oleh SPK lalu dicatat dalam buku
register perkara khusus anak (B-1 khusus anak) serta selanjutnya
diajukan kepada pimpinan guna mendapatkan arahan lebih lanjut.
b.1. Prosedur
16 Acara Persidangan
Pidana Anak
Pekerja Sosial Profesional setempat untuk kepentingan penyusunan
Laporan Sosial. Jika pada saat penerimaan laporan belum ditemukan
orangtua atau wali Anak, maka penyidik harus menginformasikan
hal tersebut kepada Bapas dan juga Peksos Profesional agar
menyiapkan pendampingan sambil menunggu diperolehnya kepastian
pendampingan dari keluarga.
Apabila dalam wilayah hukum setempat tidak memiliki
Pekerja Sosial Profesional, maka Penyidik wajib berkoordinasi
dengan Dinas Sosial setempat untuk menyediakan Pekerja Sosial
demi kepentingan penyusunan Laporan Sosial
17
pelanggaran pidana dan seberapa pengaruh lingkungan yang
mendorong dirinya melakuan perbuatan tersebut.
c. Penggalian Informasi
18 Acara Persidangan
Pidana Anak
c.1. Prosedur
(1) Data dan informasi yang diperoleh dari sumber langsung (disebut
dengan data primer).
(2) Data dan informasi yang diperoleh melalui sumber tidak langsung
(disebut dengan data sekunder), yang bisa diperoleh melalui
pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari: benda yang
diperoleh dari Anak yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari
tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
(1) Wawancara
20 Acara Persidangan
Pidana Anak
dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan
material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
(2) Pengamatan
Metode ini bisa dipilih untuk memperoleh data dan informasi dari sumber
data primer dan sekunder. Tes dapat dimaknai dengan pemeriksaan
yang dilakukan secara sah dan dapat dipertanggungjawabkan
menurut hukum. Tes mencakup pemeriksaan kesehatan, kondisi
fisik, kondisi psikis, kondisi mental termasuk pemeriksaan kesahihan
dokumen dan tandatangan serta otentifikasi surat. Penggunaan test
sebagai salah satu metode penggalian data dan informasi juga perlu
memperhatikan jangka waktu yang tersedia sampai dengan batasan
waktu penyampaian laporan.
22 Acara Persidangan
Pidana Anak
● Untuk anak 7-12 tahun Struktur kepribadian secara signifikan
dapat mempengaruhi cara mereka memberi kesaksian. Anak-
anak pada usia ini dapat mengevaluasi perilaku dalam istilah
moral, namun kerangka acuan normatif yang dianut di dasari
oleh larangan dan komitmen eksternal, yang dirumuskan oleh
orang tua mereka dan rekan-rekannya. Anak dapat mengadopsi
perspektif orang lain dan mengakui niat orang lain saat
mengevaluasi tindakan mereka
d. Pengambilan Keputusan
d.1. Prosedur
Acara Persidangan
23
Pidana Anak
undangan difasilitasi oleh Penyidik (Pasal 77 ayat (1) PP 65/2015).
Dalam kondisi tertentu dengan mempertimbangkan faktor keamanan,
faktor kenyamanan, atas izin dari atasan penyidik maka rakor dapat
dilaksanakan ditempat lain yang sudah disepakati. Kesepakatan
penentuan tempat antara PK, Peksos dan Penyidik dilakukan sebelum
pengajuan izin kepada atasan penyidik. Kesepakatan penentuan
tempat rakor merupakan salah satu bentuk koordinasi dalam
penanganan anak.
(3) Rapat koordinasi dapat dilakukan lebih dari satu kali sampai dengan
batas jangka waktu pengambilan keputusan. Pengambilan Keputusan
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal dimulainya rapat koordinasi. (Pasal 77 ayat (2) PP 65/2015)
a. Rakor dibuka oleh Penyidik dengan perkenalan para pihak yang hadir,
Penyidik menyampaikan maksud dan tujuan rapat koordinasi/rakor,
serta tata tertib rakor untuk disepakati oleh para pihak yang hadir.
24 Acara Persidangan
Pidana Anak
● Anak untuk didengar keterangannya;
g. Bila dipandang perlu, Penyidik dapat memanggil pihak lain seperti tokoh
agama, tokoh masyarakat, guru atau ahli untuk memberikan informasi/
keterangan untuk mendukung pemenuhan data dan informasi untuk
kepentingan pengambilan keputusan.
Acara Persidangan
25
Pidana Anak
● Kepentingan terbaik Anak; Kemasyarakatan; dan
(3) tidak ada ancaman dari korban yang dibuktikan dari hasil
penelitian kemasyarakatan dan laporan sosial; dan
26 Acara Persidangan
Pidana Anak
Berdasarkan pasal 72 PP 65/2015, keputusan untuk mengikutsertakan
dalam program pendidikan, pembinaan dan pembimbingan, maka
harus memenuhi persyaratan substantif yakni;
Acara Persidangan
27
Pidana Anak
d.3. Format Keputusan
1. Penyidik
2. Pembimbing kemasyarakatan
3. Peksos Profesional
Tanggal lahir/umur
Tahun
3. PK,
4. Peksos,
6. Penyidik
Acara Persidangan
29
Pidana Anak
e.1. Prosedur
30 Acara Persidangan
Pidana Anak
Dokumen yang perlu disertakan dalam permintaan Penetapan
oleh Penyidik kepada Ketua Pengadilan Negeri adalah:
✓ Apabila hari ketiga jatuh pada hari libur, maka Penetapan dikeluarkan
pada hari kalender berikutnya, sepanjang tidak bertepatan dengan hari
libur. Sebisa mungkin pengiriman permohonan penetapan oleh Penyidik
memperhatikan dan memperhitungkan hari hari Libur sehingga ada
kepastian penerimaan Surat Penetapan dari Ketua Pengadilan
Acara Persidangan
31
Pidana Anak
✓ Ketua Pengadilan membuat Penetapan dalam rangkap 3. Satu untuk
Penyidik, Untuk PK dan Peksos Dalam jangka waktu 1 hari setelah
Penetapan diterima oleh Penyidik maka Penyidik wajib meneruskan
Penetapan Ketua Pengadilan tersebut kepada PK dan Peksos
Profesional.
f.1. Prosedur
32 Acara Persidangan
Pidana Anak
(4) Pelaksanaan Penetapan dilakukan 1 hari setelah Penyidik
menyampaikan salinan surat Penetapan dari Ketua Pengadilan
kepada PK dan Peksos Profesional
Acara Persidangan
33
Pidana Anak
g. Pengawasan Pelaksanaan Penetapan
g.1. Prosedur
a. pendidikan formal;
34 Acara Persidangan
Pidana Anak
✓ Program pembinaan terhadap Anak dilakukan dengan tujuan agar
Anak tidak kembali melakukan tindak pidana serta mengubah sikap
dan perilaku Anak. Program pembinaan terdiri atas Pasal 82 PP
65/2015):
a. pembinaan keagamaan;
a. bimbingan keagamaan;
c. bimbingan keterampilan;
Acara Persidangan
35
Pidana Anak
B. Latihan
Simulasi penyelesaian perkara anak di bawah umur 12 tahun.
POSISI KASUS
Pada suatu hari Anak korban inisal (S) berusia 5 tahun sedang bermain di
pinggiran kolam tidak jauh dari rumahnya, kemudian anak korban dirayu diberikan
uang 2.000 rupiah dan diajak ke rumah kosong dan secara bergantian Pelaku
yang keseluruhannya berusia di bawah 12 tahun melakukan pencabulan. Masing-
masing anak-anak memiliki peran yang dilakukan secara bergantian.
C. Rangkuman
Dalam hal anak yang belum umur 12 tahun melakukan atau diduga
melakukan tindak pindana, penyidik, pembimbing kemasyarakatan dan pekerja
sosial proposional pengambilan keputusan
36 Acara Persidangan
Pidana Anak
Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan
D. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini :
E. Tindak Lanjut
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Namun apabila belum,
saudara dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah
diuraikan pada bab III ini
Acara Persidangan
37
Pidana Anak
BAB IV
PENYELESAIAN PERKARA ANAK YANG BERUSIA 12
TAHUN KE ATAS TETAPI BELUM BERUMUR 18 TAHUN
DAN KARAKTERISTIK HUKUM ACARANYA
1. Penyidikan
39
pertimbangan dan saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh
agama, pekerja sosial profesional atau tenaga kesejahteraan sosial, dan
tenaga ahli lainnya.
40 Acara Persidangan
Pidana Anak
Prinsip-Prinsip Dasar
● Nondiskriminasi.
a. Penangkapan
Syarat-syarat penangkapan:
Acara Persidangan
41
Pidana Anak
Tata cara penangkapan anak:
b. Penahanan
42 Acara Persidangan
Pidana Anak
● Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan
sesuai dengan umurnya.
● Hak untuk dipisahkan dari orang dewasa dan dipisahkan dari anak
yang telah diputus bersalah.
● Hak untuk menerima dan menyimpan materi yang positif untuk rekreasi
dalam waktu luangnya (Havana Rules).
Acara Persidangan
43
Pidana Anak
Tempat Penahanan Anak:
(i) Penyidikan:
(ii) Penuntutan:
44 Acara Persidangan
Pidana Anak
Kasasi dan batas waktu penahanan untuk kepentingan kasasi
Acara Persidangan
45
Pidana Anak
terlihat secara jelas tidak adanya peluang sedikit pun yang dibuka oleh
pembuat UU adanya kemungkinan perpanjangan penahanan.
● perlindungan
46 Acara Persidangan
Pidana Anak
atau penahanan kota. Dengan mengacu pada prinsip penahanan
anak untuk waktu yang paling singkat, timbul pertanyaan: “Apakah
penahanan rumah dan penahanan kota yang dikenakan terhadap anak,
memiliki batasan waktu?” KUHAP tidak mengatur tentang pembatasan
waktu penahanan rumah maupun penahanan kota, namun “apakah
dengan sendirinya penahanan rumah atau penahanan kota terhadap
anak menjadi tidak mengenal batas Waktu?”
Acara Persidangan
47
Pidana Anak
pasal yang bersinggungan dengan persoalan penangguhan penahanan
adalah pasal 32 (1) UU SPPA. Disana disebutkan bahwa penahanan
tidak boleh dilakukan bila terdapat jaminan dari orang tua/wali dan/atau
lembaga. Pasal ini memperkenalkan adanya jaminan lembaga, yang
tidak dikenal dalam KUHAP.
(1) Penggeledahan
Hal ini juga sejalan dengan pasal 14 (4) Kovenan Hak Sipil dan
Politik, yang menyatakan bahwa dalam kasus anak, prosedur yang
digunakan harus mempertimbangkan usia dan kebutuhan untuk
mengedepankan rehabilitasi. Penjelasan pasal 37 KUHAP, hanyalah
mengatur bahwa dalam penggeledahan badan, yang wanita dilakukan
48 Acara Persidangan
Pidana Anak
oleh pejabat wanita dan untuk penggeledahan rongga badan, penyidik
meminta bantuan pejabat kesehatan. Dalam hal penggeledahan badan/
rongga badan terhadap anak, untuk melengkapi ketentuan yang diatur
dalam penjelasan pasal 37 KUHAP, hendaknya diperlukan kehadiran
pembimbing kemasyarakatan atau pekerja sosial professional.
(2) Penyitaan
3. Penuntutan
Acara Persidangan
49
Pidana Anak
Penuntut umum dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima
berkas dari penyidik, wajib mengupayakan diversi. Apabila diversi tidak
menghasilkan kesepakatan atau kesepakatan diversi tidak dilaksanakan,
jaksa penuntut umum melanjutkan proses peradilan dengan menyerahkan
perkara tersebut ke pengadilan negeri.
4. Pemeriksaan di Pengadilan
50 Acara Persidangan
Pidana Anak
(2) telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak.
Acara Persidangan
51
Pidana Anak
(3) Kecuali apabila terdapat keberatan (eksepsi) terhadap surat
dakwaan, setelah pembacaan surat dakwaan, hakim memerintahkan
pembimbing kemasyarakatan untuk membacakan laporan hasil
penelitian kemasyarakatan, yang memuat:
(6) Dalam hal korban dan/atau saksi yang masih berstatus anak dan tidak
dapat hadir untuk memberikan keterangan di depan persidangan,
hakim dapat memerintahkan anak korban dan/atau anak saksi didengar
keterangannya:
(8) Pada saat pemeriksaan anak korban dan/atau anak saksi sebagaimana
dimaksud diatas, orang tua/wali, advokat atau pemberi bantuan hukum
lainnya dan pembimbing kemasyarakatan tetap hadir.
(13) Putusan dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat
tidak dihadiri anak.
(14) Petikan putusan diberikan kepada anak atau advokat atau pemberi
bantuan hukum lainnya, pada hari putusan diucapkan.
(15) Salinan putusan diberikan kepada anak atau advokat atau pemberi
bantuan hukum lainnya paling lama 5 (lima) hari sejak putusan
diucapkan.
Acara Persidangan
53
Pidana Anak
SPPA) dan hakim kasasi (sebagaimana diatur pada pasal 48-50 UU SPPA).
Pemeriksaan pada tingkat banding dilakukan oleh hakim tunggal, yang sebelumnya
telah ditetapkan sebagai hakim banding untuk perkara pidana anak berdasarkan
keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul ketua pengadilan tinggi. Ketua
pengadilan tinggi dapat menunjuk hakim majelis dalam hal tindak pidana yang
dilakukan anak diancam dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih atau
sulit pembuktiannya, demikian juga berlaku untuk hakim kasasi. Tidak adanya
pengaturan secara khusus lainnya berkaitan dengan pemeriksaan pada tingkat
banding maupun kasasi, maka hal tersebut berarti bahwa prosedur pemeriksaan
perkara pidana anak pada tingkat banding dan kasasi pada dasarnya berlaku
sebagaimana pada perkara pidana lainnya. Pada tingkat banding dan kasasi tidak
dimungkinkan adanya diversi.
54 Acara Persidangan
Pidana Anak
“Terhadap putusan pengadilan mengenai perkara anak yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat dimohonkan PK oleh anak, orang tua/
wali, dan/atau advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya kepada Mahkamah
Agung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan”
E. Latihan
SOAL DISKUSI KELOMPOK
Petunjuk Pengerjaan
Acara Persidangan
55
Pidana Anak
4. Wartawan sebuah media lokal bermaksud meminta izin kepada
kelompok Anda sebagai hakim untuk meliput perkara anak yang Anda
sedang sidangkan.
F. Rangkuman
Karakteristik :
Proses penahanan
- Waktu Persidangan
56 Acara Persidangan
Pidana Anak
- Tahapan Sidang Anak
G. Evaluasi
1. Berapa lama kewenangan hakim untuk menahan?
H. Tindak Lanjut
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Namun apabila belum,
saudara dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah
diuraikan pada bab IV ini.
Acara Persidangan
57
Pidana Anak
BAB V
MENSIMULASI PELAKSANAAN SIDANG ANAK
· Kelompok 1 = Kasus 1
· Kelompok 2 = Kasus 2
59
· Kelompok 3 = Kasus 3
· Kelompok 4 = Kasus 4
C. LATIHAN
Mensimulasi pelaksanaan sidang dengan kasus sebagai berikut
Kasus 1
Rika berusia 14 tahun, ia baru saja datang ke kota dan menjadi siswa baru
di sekolahnya. Ia menghadapi kesukaran di lingkungan barunya; tak seorangpun
ingin berteman dengannya. Hanya Mila (Tuna Rungu) teman sebangkunya yang
mau membantu meminjamkan buku catatan dan buku latihan. Akan tetapi pada
hari berikutnya, Rika mendengar dari teman-temannya yang lain bahwa Mila
menyebarkan berita bahwa Rika meninggalkan sekolah sebelumnya karena nakal
dan suka mencuri. Rika tersinggung dan marah mendengar hal tersebut. Suatu
ketika di perjalanan pulang dari sekolah, Rika menampar pipi sebelah kiri mila
hingga mengalami luka memar. Mila mengadukan kejadian ini ke ibunya. Ibu Mila
kemudian melaporkan Rika kepada Polisi. Karena Rika dan Mila satu sekolah,
gurunya menyarankan untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.
Kasus 2
Janet (Tuna Wicara) adalah seorang anak berumur 13 tahun. Setiap pulang
sekolah, ia selalu melewati toko ‘minisuper’ yang menjual mainan anak-anak. Salah
satunya adalah boneka barbie. Karena ketertarikannya, ia selalu mampir ke toko
tersebut untuk sekedar melihat-lihat boneka yang di sukainya. Sebenarnya ia ingin
membeli boneka tersebut, namun harganya terlalu tinggi, sehingga uang yang
dimilikinya tidak mencukupi. Untuk membelinya, Janet mencoba menyisihkan
uang jajan untuk ditabung. Tetapi setelah beberapa lama menabung, tetap saja
uangnya tidak cukup untuk membeli boneka tersebut.
60 Acara Persidangan
Pidana Anak
Suatu hari, ketika pulang sekolah, ia melihat toko tersebut ramai dikunjungi
orang. Karena ingin sekali memiliki boneka kesukaannya, ia mengambil kesempatan
dalam keadaan ramai tersebut. Setelah memegang untuk melihat dan kemudian
ia memasukkan boneka tersebut ke dalam tasnya. Namun tindakannya ini dilihat
oleh pemilik toko. Ia ditangkap oleh satpam dan diserahkan kepada kantor Polsek
setempat.
Kasus 3
Ahmad seorang anak laki-laki berumur 15 tahun yang telah terlibat perkelahian
di sekolah dan menyebabkan Budi luka memar. Ahmad adalah anak sulung dari
empat bersaudara. Ia adalah anak yang pendiam dan pemalu. Orang tuanya
bekerja sebagai tukang becak yang tinggal di gubuk di bantaran sungai. Ahmad,
siswa kelas 1 SMA Negeri, adalah anak yang berprestasi. Atas prestasinya, Ahmad
berkesempatan mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sekolah tempatnya
belajar sekarang. Kegiatan keseharian Ahmad diisi dengan membantu kedua
orang tuanya mengurus adik-adiknya, dan Ahmad juga sering bermain dengan
anak-anak pemulung. Pada saat di sekolah, sekelompok siswa mengejek Ahmad
sebagai “sampah” dan menyebut orang tua Ahmad sebagai pasangan “tikus yang
tinggal di comberan”. Menurut pengakuan salah seorang saksi bernama Roy
(salah satu kakinya cacat / pincang), Ahmad langsung mengamuk dan memukul
salah seorang anak yang mengejeknya (Budi), teman- temannya berusaha melerai
namun Ahmad mengambil sebuah kursi dan memutar mutarkan kursi tersebut.
Kemudian datang guru BP, Ahmad langsung melarikan diri namun tertangkap oleh
guru dan kemudian diserahkan ke polisi.
Kasus 4
Acara Persidangan
61
Pidana Anak
pun harganya. Bambang adalah anak yang mudah mendapatkan teman-teman
baru, namun sering membangkang kepada figur otoritas. Guru di sekolah Bambang
sering mengeluhkan perilaku Bambang yang cenderung memperlakukan guru
sebagai musuh. Bambang terbiasa untuk nongkrong di ujung jalan tempat
sekolahnya berada bersama teman-temannya. Pada suatu hari, Bambang sedang
berjalan-jalan sendiri di Pasar tradisional dan bertemu salah seorang Tuna Netra
bernama Rudi sedang mengamen dan Bambang mengejek pengamen tersebut
(Rudi), kemudian bertengkar lalu terjadi perkelahian dan Bambang berhasil
menonjok muka Rudi sebelah kiri hingga berdarah terkena batu cincin, setelah itu
Bambang melarikan diri ke rumah di mana ia kemudian dijemput oleh polisi. Ia
menyangkal telah menonjok Rudi dan menuduh orang lain yang melakukan.
D. Rangkuman
Cara Menggali dari anak, saksi, saksi korban dalam persidangan
Petunjuk simulasi
E. Evaluasi
1. Bagaimana tanggapan Anda dalam simulasi persidangan anak yang
dilakukan?
F. Tindak Lanjut
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan
benar, maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Namun apabila
belum, saudara dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang
telah diuraikan pada bab V ini. Jika Anda sudah memahami, maka Anda sudah
memahami keseluruhan isi Modul ini.
62 Acara Persidangan
Pidana Anak
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadirnya Undang-undang nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (SPPA) telah memengaruhi tata cara dalam Proses Acara Peradilan
Anak. Pendekatan Acara Peradilan Anak dilakukan untuk memberikan perlindungan
demi kepentingan terbaik bagi anak. Acara Peradilan Anak menjadi sangat krusial
dalam sistem Perlindungan bagi Anak dan keluarga. Modul Acara Peradilan Anak
dapat digunakan pada diklat, dapat juga dijadikan bahan pembelajaran sendiri
(self learning) bagi para Penegak Hukum dan Aparat terkait lainnya untuk dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya di instansi masing masing sesuai dengan
peran dan fungsinya.
63
B. Tindak Lanjut
Berbekal hasil belajar pada Modul ini, yakni materi Proses Penanganan
perkara Anak yang belum berusia 12 tahun; dan Proses penyelesaian perkara
Anak yang sudah berusia lebih dari 12 tahun dan belum berusia 18 tahun; Di
tingkat penyidikan, Di tingkat penuntutan, Di tingkat Pengadilan, Upaya hukum
biasa, Upaya hukum luar biasa; peserta diharapkan mampu memahami dan
mempraktikkan guna menunjang pelaksanaan tugas sesuai peran dan fungsinya
di instansi masing-masing.
64 Acara Persidangan
Pidana Anak
DAFTAR PUSTAKA
Dini Wahyuni Harahap, ”Sistem Peradilan Pidana Yang Edukatif Terhadap Anak
Sebagai Pelaku Tindak Pindana, Jurnal Ilmiah USU, 2015, hal 20-28
Lilik Mulyadi, 2005. Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana, Bandung, PT.
Cipta Aditya Bakti.
Mia Kusuma Fitriani, SH. M.Hum, Peran Penegak Hukum dalam Undang-Undang
Sistem PeradilanPidanaAnak,http://www.academia.edu/8896225/Peran_
Penegak_Hukum_dalam_Undang-Undang_Sistem_Peradilan_Pidana_
Anak
Soetodjo, Wagiati, 2006, “Hukum Pidana Anak”. Bandung, PT. Refika Aditama.
65
Suseno Hadi, “Kriminalisasi Anak (Tawaran, Gagasan Radikal Peradilan Anak
Tanpa Pemidanaan)” PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010.
Purnianti, “Analisis situasi Sistem Peradilan Pidana Anak (Juvenille Justice System)
di Indonesia tahun Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia, 2002
66 Acara Persidangan
Pidana Anak