Pasal 1
(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000
(seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l)
huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)
BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN INSTANSI TERKAIT
Penulis:
ENDANG SRI LESTARI
xiv+28 hlm; 18 x 25 cm
ISBN: 978-623-5716-19-0
Dicetak oleh:
PERCETAKAN POHON CAHAYA
SAMBUTAN
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan karunia-Nya, review modul Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan
Pidana Anak (SPPA) dengan Judul “TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI” telah
terselesaikan.
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI v
keberhasilan pelaksanaan prinsip keadilan restoratif dan diversi yang jadi
pendekatan utama UU SPPA.
Perpres No. 175 Tahun 2014 tentang Pendidikan dan Pelatihan Terpadu
bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak
mengatur tujuan dari pelaksanaan Diklat Terpadu, yaitu untuk menyamakan persepsi
dalam penanganan ABH dalam SPPA, terutama agar memiliki pemahaman yang
sama tentang hak-hak anak, keadilan restoratif dan diversi, serta meningkatkan
kompetensi teknis APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.
Anak adalah generasi penerus yang dalam diri mereka melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Tanpa keterpaduan, mustahil cita-cita luhur
untuk memulihkan kondisi ABH dapat terwujud. Adalah menjadi tanggung jawab
kita semua untuk memastikan agar prinsip kepentingan terbaik bagi anak atau the
best interest of child selalu menjadi pegangan dalam mengatasi persoalan anak,
termasuk mereka yang sedang berhadapan dengan hukum.
Dalam kesempatan ini, kami atas nama BPSDM Hukum dan Hak Asasi
Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan
dan kontribusinya dalam penyelesaian review modul ini. Semoga modul ini dapat
berkontribusi positif bagi APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.
vi
KATA SAMBUTAN
Berangkat dari Konvensi Hak Anak yang diratifikasi Indonesia pada tahun
1990 dengan Keputusan Presiden no 36, UU no, 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusiaa dan dan UU no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
disepakatilah UU no. 11 tahun 2012 mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak.
Dengan memperkenalkan pendekatan keadilan restoratif, Undang-undang ini
membaw paradigma baru dalam penanganan perkara idana yang melibatkan
anak. Pendekatan dan paradigma baru ini tentu saja merupakan hal baru sehingga
diperlukan adanya pelatihan bagi mereka yang akan menerapkannya di lapangan.
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI vii
Salah satu upaya penting BPSDM untuk mengembangkan pelatihan terpadu
ini adalah dengan menyusun Modul Pelatihan Terpadu, yang dirancang dan
ditulis bersama oleh perwakilan dari praktisi hukum, akademisi, dan kementerian
terkait. Selain materi pembelajaran berupa kajian teoritis, instrumen internasional,
landasan hukum dan studi kasus, modul ini juga memuat metode pembelajaran
yang dapat digunakan instruktur. Dengan modul ini diharapkan bahwa para
instruktur, fasilitator dan juga peserta akan memperoleh manfaat yang besar dalam
mengembangkannya.
Tiada gading yang tak retak, tentu Modul ini tidak sempurna. Oleh karenanya
masukan dan kritik pembaca atas Modul ini diharapkan untuk menyempurnakannya.
Wassalamualaikum wr wb
Jakarta, November 2021
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam
rangka penyusunan review Modul Pelatihan Terpadu SPPA tahun 2021 dapat
terlaksana dengan baik. Dimana Pelatihan Terpadu SPPA sebagai kegiatan Prioritas
Nasional, BAPPENAS mengharapkan pada tahun 2021 untuk dilaksanakan review
terhadap modul-modul Pelatihan Terpadu SPPA.
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI ix
Aparat Penegak Hukum dan Instansi Terkait, sebagai panduan dalam pelaksanaan
Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan Pidana Anak. Pada masa Pandemi Covid-19
dilakukan penyesuaian metode pembelajaran dengan cara distance learning
dengan memanfaatkan jaringan internet/virtual dan aplikasi Learning Management
System (LMS).
Cucu Koswala, S.H., M.Si.
NIP. 19611212 198503 1 002
x
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN..................................................................................................................v
KATA SAMBUTAN.................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...............................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Deskripsi Modul........................................................................................ 2
C. Manfaat Modul.......................................................................................... 2
D. Tujuan Pembelajaran................................................................................ 2
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok........................................................ 3
F. Petunjuk Belajar ...................................................................................... 4
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI xi
BAB III PRINSIP DAN TAHAPAN DALAM WAWANCARA DAN
INTEROGRASI......................................................................................... 9
A. Pengertian Wawancara dan Interograsi................................................... 9
B. Prinsip-prinsip Menggali Informasi terhadap Anak................................. 10
C. Tahapan dalam Wawancara................................................................... 11
D. Latihan.................................................................................................... 12
E. Rangkuman............................................................................................ 14
F. Evaluasi.................................................................................................. 14
G. Umpan Balik........................................................................................... 14
xii
BAB VI PENUTUP.............................................................................................. 27
A. Simpulan ................................................................................................ 27
B. Tindak Lanjut.......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 28
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penegak Hukum berperan penting dalam menegakkan hukum pada
permasalahan kehidupan bermasyarakat, jika hukum dapat terlaksana sesuai
peraturan maka ketertiban dan ketenteraman masyarakat akan terwujud. Ada tiga
hal yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum yaitu kepastian hukum,
kemanfaatan dan keadilan; apalagi isu kriminalitas kejahatan terhadap anak
semakin merebak belakangan ini dalam masyarakat, sehingga diperlukan tenaga
penggali informasi yang berperspektif anak sangatlah berguna untuk memperoleh
data/keterangan terkait kasus yang akan dimasukkan ke dalam berkas perkara
anak.
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 1
Indonesia wajib menghargai (To Respect), melindungi (To Protect), dan memenuhi
(To Fullfil) hak-hak perempuan dan anak. Dengan demikian pemenuhan Hak
korban untuk dapat pelayanan dan perlindungan serta pemenuhan rasa keadilan
adalah suatu keniscayaan.
B. Deskripsi Modul
Mata diklat ini membekali peserta pelatihan dengan kemampuan: menjelaskan
pengertian dan tujuan penggalian informasi dan prinsip penggalian informasi;
menguraikan prinsip dan tahapan wawancara dan mampu melakukan wawancara
serta menyimpulkan dengan baik; menggambarkan cara pengumpulan informasi
kepada anak disabilitas dengan cara yang tepat; menguraikan cara mengumpulkan
informasi menggunakan metode ilmiah. Mata Diklat ini disajikan secara interaktif
melalui metode ceramah interaktif, tanya jawab, diskusi, pemutaran film, dan
simulasi.
C. Manfaat Modul
Modul ini membekali penegak hukum dan pihak terkait mengenai sistem
peradilan pidana anak (SPPA) yang mencakup konsep pengertian dan tujuan
penggalian informasi dan prinsip penggalian informasi; prinsip dan tahapan
wawancara dan cara wawancara serta menyimpulkan dengan baik; pengumpulan
informasi kepada anak disabilitas dengan cara yang tepat; pengumpulan informasi
menggunakan metode ilmiah.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu melakukan
penggalian informasi yang benar dan akurat atas kasus ABH.
2
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul teknik pengumpulan informasi ini peserta
diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian dan tujuan penggalian informasi dan prinsip
penggalian informasi;
b. Menguraikan prinsip dan tahapan wawancara dan mampu melakukan
wawancara serta menyimpulkan dengan baik;
c. Menggambarkan cara pengumpulan informasi kepada anak disabilitas
dengan cara yang tepat;
d. Mensimulasikan cara mengumpulkan informasi menggunakan metode
ilmiah.
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 3
4. Mengumpulkan Informasi Menggunakan Metode Ilmiah
a. Pengertian penggalian informasi dengan metode Ilmiah
b. Koordinasi dan kerjasama lintas sektor
c. Pengumpulan alat bukti
F. Petunjuk Belajar
Agar dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan, bacalah keseluruhan
modul ini secara seksama dan berulang ulang, termasuk peraturan perundangan
yang terkait dengan modul ini. Selain itu, lakukanlah diskusi dengan peserta
lainnya untuk membahas hal-hal yang kurang dipahami.
4
BAB II
KONSEP TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 5
yang akan dipergunakan sebagai bukti di dalam persidangan , karena itu informasi
yang diperoleh melalui wawancara harus dapat diandalkan atau Reliable.
2. Interogasi
Interogasi cenderung menghasilkan kesaksian palsu (false confession) dan
vonis yang tidak Tujuan untuk mendapatkan pengakuan dari tersangka. Dalam
interrogasi lebih digunakan cara-cara yang didasarkan pada pengalaman introgator
(pemeriksa), daripada berdasarkan penelitian yang sistematis. Interrogasi biasanya
digunakan oleh polisi dan militer. Kendatipun perkembangan tehnik interogasi
sangat cangih secara psikologis dan menggunakan kebohongan, manipulasi dan
tekanan serta bujukan, namun banyak ahli yang menilai bahwa cara-cara terserbut
bersifat memaksa dan melanggar hak-hak tersangka (Zimbardo). Belakangan
ini ditemukan bahwa kasus-kasus putusan peradilan yang salah karena proses
wawancara yang penuh tekanan benar. Dari seluruh metode penggalian informasi
tersebut yang paling cocok untuk menggali informasi tethadap ABH adalah metode
wawancara, sehingga dalam sesi ini kita akan belajar tentang penggalian informasi
dengan metode wawancara.
6
H. Latihan
Contoh Kasus 1.
Pada saat dokter A bertugas disebuah rmah sakit dokter tersebut
menghubungi saudara pada saat itu kebetulan sedang melaksanakan tugas piket
pelayanan. Dokter menginformasikan bahwa baru saja menangani anak berumur
8 bulan berjenis kelamin perempuan dalam keadaan kritis pada waktu diantar
keluarga ke rumah sakit. Kemudian dilakukan periksa secara medis. Didapati luka
serius pada bagian kemaluan dan anus anak serta anak/bayi dalam kondisi yang
sangat lemah. Lalu beberapa jam setelah mendapat perawatan dirumah sakit anak
tersebut dinyatakan meninggal dunia.
Pertanyaan:
1. Bagaimana tindakan atau langkah saudara selaku petugas piket dalam
menindak lanjuti informasi tersebut
2. Diskusikan/ jelaskan langkah penggalian informasi hingga dapat mengungkap
fakta pada kasus tersebut
Contoh kasus 2.
Suatu ketika tito (16th) berkenalan dengan sinta(14th) melalui instagram,
lalu tito membujuk sinta untuk dijadikan model shoot dengan imbalan uang 2jt
sekali pengambilan gambar.lalu tito memesan hotel dengan online dengan
memalsukan identitas seolah-olah tito dewasa, setelah itu sinta diajak kehotel
dengan alasan pemotretan.setiba dikamar hotel sinta disuruh membuka baju dan
difoto oleh tito dalam keadaan sinta tidak menggunakan baju/ telanjang. Masih
keaadaan telanjang sinta dipaksa untuk bersetubuh dengan tito dan diancam
apabila tidak mau memenuhi permintaan tito maka tito akan menyebarkan foto
sinta dalam keadaan terlanjang/tamba busana. Karena keadaan tertekan sinta
pun memenuhi permintaan tito namun pada saat tito lengah tidak memperhatikan
sinta, sinta sempat chating dengan receptionist hotel untuk meminta pertolongan,
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 7
tidak lama kemudian petugas hotel mendatangi kamar yang disewa oleh tito untuk
memberikan pertolongan kepada sinta.
I. Rangkuman
Dalam teknik penggalian informasi dapat dilakukan dengan metode antara
lain: Observasi, Investigasi, Pemetaan, wawancara /interview, penelitian dan
Interogasi. Dari seluruh metode penggalian informasi tersebut yang paling cocok
untuk menggali informasi terhadap ABH adalah metode wawancara, lalu pada
saat korban meninggal dunia cara untuk penggalian informasi yang paling tepat
menggunakan penelitian ilmiah.
J. Evaluasi
Jawablah Pertanyaan berikut ini:
7. Jelaskan tujuan dari pengumpulan informasi?
8. Sebutkan tahap-tahap dalam wawancara?
K. Umpan Balik
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Apabila belum, saudara
dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab II ini.
8
BAB III
PRINSIP DAN TAHAPAN DALAM WAWANCARA DAN
INTEROGRASI
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 9
B. Prinsip-prinsip Menggali Informasi terhadap
Anak
1. Empati
a) Dengarkan keterangan anak
b) Akui perasaan anak
c) Hargai jika anak merancukan fakta dan fantasi ketika ia mengingat
kejadian
d) Tidak menghakimi
e) Menyediakan tempat yang ramah anak
2. Kerahasiaan
a) Ini merupakan persoalan pokok bagi anak sebagai korban dan pelaku
b) Menggali rasa bersalah dan malu harus dilakukan dalam situasi yang
sangat aman, dapat dipercaya, dan dengan sikap-sikap yang tidak
menilai/menghakimi
3. Bekerja dengan Anak
a) Jangan menganggap mereka dapat pulih dengan sendirinya dari trauma
yang bertumpuk-tumpuk
b) Trauma dapat dikurangi dengan cara memberikan dukungan terus
menerus dari keluarga dan lingkungan sekitar
c) Anak yang mengalami trauma perlu merasakan bahwa orangtua atau
pendampingnya memahami mereka
d) pastikan penggunaan rekaman suara atau rekaman video didasarkan
pertimbangan supaya tidak melakukan pertanyaan yang berulang
dan setelah peyidikan selesai rekaman ini dimusnakan untuk menjaga
kerahasiaan
e)
memberikan alat peraga atau membawa orang yang dipercaya
penyandang disabilitas untuk mendampinginya.
4. Dukungan dan Kepercayaan
10
a) Kewajiban Aparat Penegak Hukum adalah membantu anak dan remaja
yang mengalami trauma dan melihat pentingnya pengalaman tersebut
bagi diri mereka sendiri
b) Mereka akan menjadi survivor dan akan mengungkapkan apa yang
dirasakan jika
1. Tahap orientasi
Menjelaskan tujuan dari wawancara serta menjelaskan persyaratan
hukum yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya wawancara tersebut. Misalnya
pewawancara memberikan informasi tentang hak-hak dari pihak yang diwawancara
(interviewee).
2. Tahap mendengarkan
Pihak yang diwawancarai (interview) diminta untuk mengingat kembali secara
bebas tentang peristiwa pelanggaran yang terjadi. Dalam kondisi ini pewawancara
hanya memberikan pertanyaan yang minimal.
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 11
4. Tahap Klarifikasi
Pada tahap akhir ini , hasil wawancara dibacakan , termasuk perbedaan
tentang hal-hal apa yang telah “disepakati ’’ dan yang belum . Pihak yang
diwawancarai diberikan informasi tentang tindakan selanjutnya ( misalnya akan
ada wawancara lagi oleh petugas yang lain).
D. Latihan
Contoh kasus
Ani adalah seorang perempuan disabilitas rungu wicara, berusia 14 tahun.
Dia bersama orang tua telah melaporkan tentang kejadian yang menimpanya. Ia
adalah korban KEKERASAN SEKSUAL.
Kronologis:
Ia sedang berjalan bersama saudara perempuan yang kebetulan disabilitas
netra. ketika sedang berjalan bersama saudara perempuannya yang sama-sama
berumur 14 tahun untuk menikmati suasana sore di sebuah perumahan. Tiba-tiba
dari arah berlawanan muncul seorang pengendara sepeda motor. Awalnya motor
tersebut berjalan dengan pelan. Pengendara itu bahkan sempat berhenti dan
menanyakan sebuah alamat kepada Ani. Pada saat itu Ani berupaya menjawab.
Namun, secara cepat dan tiba-tiba, pengendara motor tersebut turun dari sepeda
motor dan menyeret ani ke semak-semak lalu menciumi pipi, meraba payudara
dan melepas baju ani lalu menyetubuhinya hingga 2 kali. Selain trauma berat, Ani
juga mengalami luka pada lengan dan pipi.
12
Contoh kasus
Dalam suatu kampung di Kalimantan Timur terjadi keributan antara
kedua kelompok masyarakat, keributan tersebut dipicu dengan adanya kasus
penganiayaan dan pembunuhan yang dialami oleh Ny.Rina (58 Tahun). Ny.
Rina ditemukan meninggal dunia di dalam selokan disamping rumahnya dengan
lumuran darah serta ditemukan luka tusukan dan pukulan benda tumpul. Diketahui
dari saksi kejadian (Tetangga rumah dan Teman Sekolah Anak korban) bahwa
korban dianiaya dan dibunuh oleh anak angkatnya yang bernama Madi (8 Tahun).
Dari hasil keterangan teman sekolah Madi, diketahui bahwa Madi merasa kesal
dan marah akibat penganiayaan dan perlakuan kasar Ny. Rina. Ny. Rina sering
memukul korban dan memerintahkan korban untuk mengangkat barang-barang
berat setiap hari dari gudang ke ruko milik keluarga Ny. Rina. Selanjutnya
masyarakat terpecah menjadi dua kelompok, pertama merasa bahwa Madi harus
segera ditangkap dan kelompok satu lagi berharap bahwa Madi harus dilindungi
dari proses hukum.
Contoh kasus
Ketika Tina (5 tahun) sedang bermain di pinggir selokan tiba–tiba dipanggil
oleh teman2nya bernama Rudi (6 tahun) Dito (8 tahun), dan Bima (9 tahun) serta
Kukuh ( 13 tahun ) lalu diajak bermain di rumah kosong dan korban diajak bermain
keluarga pengantin oleh empat teman laki-lakinya. korban lalu disetubuhi secara
bergantian. ketika giliran Kuku yang menyetubuhi karena penisnya kebesaran maka
korban meronta kesakitan lalu Kuku memasukkan jari tengahnya ke kemaluan
korban. Belum selesai penderitaan korban, setelah itu korban disetubuhi oleh
Rudi, namun kemaluan Rudi ternyata lengket dalam kemaluan korban dan susah
dikeluarkan lalu dibantu oleh teman-temannya dengan cara diangkat badannya
sehingga bisa dilepaskan tetapi dalam keadaan berdarah. Dengan kejadian
tersebut orang tua korban melaporkan kejadian kepada polisi dan berlanjut hingga
persidangan. Dalam kasus yang berbeda orang tua Kuku melaporkan keluarga
Tina karena ada pengancaman dan pencemaran nama baik keluarga.
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 13
E. Rangkuman
Pada tahap wawancara pewawancara harus melihat yang ingin di wawancara
dan menyesuaikan metode yang dipakai dan tata bahasa menyesuaikan anak.
F. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Jelaskan tahap-tahap dalam wawancara?
2. Jelaskan apa saja prinsip-prinsip dalam wawancara kepada anak
G. Umpan Balik
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Apabila belum, saudara
dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab III ini.
14
BAB IV
PENGUMPULAN INFORMASI KEPADA ANAK
DISABILITAS
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 15
☑ Lakukan Hindari ☒
✓ Informasikan tentang hak anak
✗ Menganggap anak tidak perlu untuk
untuk mendapatkan bantuan
mengetahui haknya
hukum
✓ Laksanakan wawancara dalam ✗ Melakukan wawancara dalam
ruangan yang nyaman, terpisah ruangan yang menyatu dengan
dari orang dewasa lainnya orang dewasa
Bangun suasana keakraban dan
rasa percaya anak, dengan cara:
✓ Memperkenalkan diri dengan ✗ Penggunaan tekanan, kebohongan
benar, dan intimidasi mengambil jalan
✓ Menunjukan keinginan untuk kekerasan dan tidak wajar
membantu ✗ Menggunakan kekuatan badan
✓ Mengajak anak untuk bicara ✗ Menghadapi anak sambil membuat
✓ Menjadi pendengar yang baik catatan atau mengetik
✓ Sabar dan perlahan ✗ Memberi label buruk pada anak
✓ Perlakukan anak dengan
pertimbangan panjang
✗ Menganggap semua anak sama,
sehingga perlakuan terhadap anak
✓ Hormati kepribadian anak
menjadi standar
✗ Hilang kesabaran
✓ Gunakan bahasa yang jelas
dan mudah dimengerti anak dan
✗ Menggunakan bahasa dan istilah
pendampingnya dan hadirkan
yang sulit untuk dimengerti anak
juru bahasa untuk penanganan
disabilitas atau alat bantu
✗ Mengabaikan anak untuk
✓ Ijinkan anak menuliskan ceritanya
berekspresi dalam mengungkapkan
ceritanya
16
☑ Lakukan Hindari ☒
✗ Tidak melihat perlunya bantuan
✓ Bila diperlukan hadirkan tenaga tenaga profesional
profesional yang dapat membantu ✗ Merasa mampu untuk mengatasi
anak situasi sendiri
✗ Mengumpulkan data seadanya
☑ Lakukan Hindari ☒
✓ Prioritaskan Keselamatan Anak, dan ✗ Tidak boleh mempertemukan anak
rahasiakan Identitas Anak dan pelaku
✓ Mencari Rujukan Bantuan untuk ✗ Tidak peka terhadap bantuan yang
melindungi anak seperti PPT atau diperlukan anak
PKT, dan tenaga profesional
✓ Usahakan Pemeriksaan dan
perawatan Medis serta Pemeriksaan
oleh Tenaga profesional lainnya
✓ Pemisahan anak dari lingkungan ✗ Pemisahan anak demi alasan
rumahnya, harus dilakukan dengan kemudahan tugas atau
cermat dan dengan pertimbangan pengumpulan informasi semata
keselamatan anak ✗ Menyalahkan Anak atas terjadinya
✓ Memberikan Pendampingan Sosial, Peristiwa Kejahatan
bagi anak yang dipindahkan dari ✗ Mengabaikan kebutuhan
rumahnya pendampingan
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 17
☑ Lakukan Hindari ☒
✓ Beri tahu alasan pemindahan Anak, ✗ Menganggap anak tidak perlu tahu
dan jika memungkinkan ajak orang tentang apa yang sedang terjadi,
dewasa terdekat untuk mengantar dan bertindak seolah-olah tidak
anak terjadi apa-apa
✓ Perbolehkan Anak membawa
barang-barang atau perlengkapan
pribadi
✓ Pemeriksaan dilakukan dengan tidak ✗ Melakukan wawancara secara
memihak, obyektif dan berdasarkan berulang-ulang demi mendapatkan
prosedur yang ilmiah data yang diinginkan
✓ Minimalkan Trauma dengan tidak
melakukan wawancara berulangkali
✓ Pahami kesulitan anak untuk ✗ Mengabaikan keterbatasan
mengingat dan Rasa Malu yang ingatan anak demi kepentingan
dirasakannya tugas wawancara
✓ Ijinkan Anak Menuliskan Ceritanya ✗ Mengabaikan anak untuk
berekspresi
PPT: Pusat Pelayanan Terpadu. # PKT: Pusat Krisis Terpadu
18
● Posisikan diri pada kekuatan salah satu pendengarannya
● Hindari suara bising dan suara keras
● Gunakan media alternative lain seperti bahasa tubuh, bahasa tulis
● Untuk informasi spesifik seperti waktu, tempat, nomor telepon disarankan
menggunakan bahasa tulis atau meminta untuk mengulanginya
● Bicara dengan menyampaikan topik lebih dulu, jika ada perubahan topik,
jangan mendadak atau jangan dipertengahan bicara
● Bicara bergiliran, jangan memotong pembicaraan, pahami dan pastikan
yang dikatakan
● Jangan halangi interaksi penterjemah dengan pengguna layanannya
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 19
● Beritahu bila ingin meninggalkan sebentar atau pertemuan sudah selesai
● Lakukan oritentasi mobilitas dalam lingkungan baru
● Jangan memindahkan barang tanpa pemberitahuan
● Gunakan arah jarum jam untuk hidangan makanan
20
j. Pastikan bahwa partisipasi antara anak laki-laki dan perempuan sama;
k. Pastikan bahwa penggunaan alat perekam tape recorder dan Video,
didasarkan pada pertimbangan yang terbaik bagi anak dan untuk melindungi
identitas anak/ menjaga kerahasiaan (misalnya supaya anak tidak
ditanya berulang-ulang, dan setelah kasusnya selesai rekaman itu harus
dimusnahkan);
l. Buat ringkasan apakah tujuan wawancara dan hasil yang diperoleh telah
sesuai
D. Latihan
Untuk menangani pelaku, korban dan saksi disabilitas jika tidak ada juru
bahasa, diskusikan dengan kelompok anda hal apa saja yang harus dilakukan
pewawancara dalam mewawancarai disabilitas supaya kedua belah pihak mengerti
apa yang dibicarakan.
E. Rangkuman
Dalam menghadapi korban dan saksi dan pelaku baik anak disabilitas dan
non disabilitas kita harus membedakan cara penanganan yang kita berikan.
F. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini:
4. Jelaskan hal-hal yang harus dihindari dalam wawancara?
5. Jelaskan tips wawancara pada anak disabilitas dan anak non disabilitas?
G. Umpan Balik
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Apabila belum, saudara
dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab IV ini.
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 21
22
BAB V
MENGUMPULKAN INFORMASI MENGGUNAKAN
DENGAN PENDEKATAN METODE ILMIAH
Selain itu metode ilmiah adalah sebuah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk bisa mengumpulkan data yang terkait dengan permasalahan dari
penelitian yang diambilnya.
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 23
Digital Forensik adalah suatu ilmu pengetahuan dan keahlian untuk
mengidentifikasi, mengoleksi, menganalisa dan menguji bukti–bukti digital pada
saat menangani sebuah kasus yang memerlukan penanganan dan identifikasi
barang bukti digital
D. Latihan
Simulasikan berbagai contoh soal ini dengan kelompok anda. Setelah itu
refleksikan hal-hal apa saja yang anda pelajari dari kasus tersebut:
Contoh soal
Pada saat dokter A bertugas disebuah rumah sakit dokter tersebut
menghubungi saudara pada saat itu kebetulan sedang melaksanakan tugas piket
pelayanan. Dokter menginformasikan bahwa baru saja menangani anak berumur
8 bulan berjenis kelamin perempuan dalam keadaan kritis pada waktu diantar
24
keluarga ke rumah sakit. Kemudian dilakukan periksa secara medis. Didapati luka
serius pada bagian kemaluan dan anus anak serta anak/bayi dalam kondisi yang
sangat lemah. Lalu beberapa jam setelah mendapat perawatan dirumah sakit anak
tersebut dinyatakan meninggal dunia.
Contoh soal
Suatu ketika tito (16th) berkenalan dengan sinta(14th) melalui instagram,
lalu tito membujuk sinta untuk dijadikan model shoot dengan imbalan uang 2jt
sekali pengambilan gambar.lalu tito memesan hotel dengan online dengan
memalsukan identitas seolah-olah tito dewasa, setelah itu sinta diajak kehotel
dengan alasan pemotretan.setiba dikamar hotel sinta disuruh membuka baju dan
difoto oleh tito dalam keadaan sinta tidak menggunakan baju/ telanjang. Masih
keaadaan telanjang sinta dipaksa untuk bersetubuh dengan tito dan diancam
apabila tidak mau memenuhi permintaan tito maka tito akan menyebarkan foto
sinta dalam keadaan terlanjang/tamba busana. Karena keadaan tertekan sinta
pun memenuhi permintaan tito namun pada saat tito lengah tidak memperhatikan
sinta, sinta sempat chating dengan receptionist hotel untuk meminta pertolongan,
tidak lama kemudian petugas hotel mendatangi kamar yang disewa oleh tito untuk
memberikan pertolongan kepada sinta.
E. Rangkuman
Dalam penelitian ilmiah terdapat beberapa aspek dan kita berfokus kepada
medikolegal dan digital forensik untuk membatu dalam hal penggalian informasi
F. Evaluasi
Jika korban meninggal dunia dan tidak ada saksi bagaimana cara menggali
informasi yang diperlukan? Simulasikan kasus ini dalam kelompok anda
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 25
G. Umpan Balik
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Apabila belum, saudara
dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab V ini.
26
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
1. Teknik penggalian informasi menggunakan metode wawancara ,observasi
dan interogasi
2. Pelaksanaan wawancara harus dipersiapkan dengan baik seperti sarana &
prasarana, saksi, korban, pelaku, daftar pertanyaannya dll.
3. Hasil wawancara diseleksi sesuai peruntukannya.
4. Wawancara harus dilaksanakan dengan tanpa paksaan atau kekerasan.
5. Pewawancara harus berkualifikasi berwawasan anak dan minimal telah
mengikuti diklat SPPA.
6. Saksi, pelaku dan korban disabilitas harus didampingi orang yang dipercaya
dan menyesuaikan disabilitas saksi,pelaku dan korban.
B. Tindak Lanjut
1. Hasil wawancara yang sudah dievaluasi dapat dijadikan kelengkapan dalam
berkas perkara penyidikan kasus ABH.
2. Hasil wawancara yang direkam kedalam video dapat disimpan atau
dipergunakan sesuai keperluannya.
Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 27
DAFTAR PUSTAKA
28
30