Anda di halaman 1dari 46

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU

SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)


BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN INSTANSI TERKAIT

TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

Pasal 1
(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000
(seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l)
huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan
dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)
BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN INSTANSI TERKAIT

TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI

Penulis:
ENDANG SRI LESTARI

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
2021
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)
BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN INSTANSI TERKAIT

TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI

PENULIS : ENDANG SRI LESTARI

BPSDM KUMHAM Press


Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere – Depok 16512
Telepon (021) 7540077, 754124 Faksimili (021) 7543709, 7546120
Laman: http://bpsdm.kemenkumham.go.id

Cetakan ke-1 : Desember 2021


Perancang Sampul : Tri Yudianto
Penata Letak : Tri Yudianto

Sumber Ilustrasi Sampul : https://pixabay.com/id/illustrations/


tangan-kaca-pembesar-detektif-4519047/?download

xiv+28 hlm; 18 x 25 cm
ISBN: 978-623-5716-19-0

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip dan memublikasikan
sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin penerbit

Dicetak oleh:
PERCETAKAN POHON CAHAYA

Isi di luar tanggung jawab percetakan


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SAMBUTAN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan karunia-Nya, review modul Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan
Pidana Anak (SPPA) dengan Judul “TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI” telah
terselesaikan.

BPSDM Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai Koordinator Pelatihan


Terpadu SPPA bagi Aparat Penegak Hukum dan Instansi Terkait, yang memiliki
tujuan meningkatkan kualitas pelatihan Terpadu SPPA, dan mewujudkan
kompetensi yang diharapkan bagi Aparat Penegak Hukum (APH) dan pihak
terkait dalam implementasi Undang-Undang SPPA Nomor 11 Tahun 2012, perlu
melaksanakan review atau update modul Pelatihan Terpadu SPPA.

Dalam penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) diperlukan


keterpaduan beberapa Instansi dan pihak terkait, yaitu Kepolisian, Kejaksaan,
Hakim/Peradilan, Penasehat Hukum/Advokad, Pembimbing Kemasyarakatan/
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Pekerja Sosial/ Kementerian
Sosial. Keterpaduan antara APH dan pihak terkait menjadi kata kunci untuk

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI v
keberhasilan pelaksanaan prinsip keadilan restoratif dan diversi yang jadi
pendekatan utama UU SPPA.

Perpres No. 175 Tahun 2014 tentang Pendidikan dan Pelatihan Terpadu
bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak
mengatur tujuan dari pelaksanaan Diklat Terpadu, yaitu untuk menyamakan persepsi
dalam penanganan ABH dalam SPPA, terutama agar memiliki pemahaman yang
sama tentang hak-hak anak, keadilan restoratif dan diversi, serta meningkatkan
kompetensi teknis APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.

Anak adalah generasi penerus yang dalam diri mereka melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Tanpa keterpaduan, mustahil cita-cita luhur
untuk memulihkan kondisi ABH dapat terwujud. Adalah menjadi tanggung jawab
kita semua untuk memastikan agar prinsip kepentingan terbaik bagi anak atau the
best interest of child selalu menjadi pegangan dalam mengatasi persoalan anak,
termasuk mereka yang sedang berhadapan dengan hukum.

Dalam kesempatan ini, kami atas nama BPSDM Hukum dan Hak Asasi
Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan
dan kontribusinya dalam penyelesaian review modul ini. Semoga modul ini dapat
berkontribusi positif bagi APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.

Selamat Membaca, Salam Pembelajar.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Depok, 18 November 2021


Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Hukum Dan Hak Asasi Manusia,

Dr. Asep Kurnia


NIP 196611191986031001

vi
KATA SAMBUTAN

Anak sebagai generasi penerus bangsa merupakan kelompok rentan


(vulnerable groups) yang perlindungan dan pemenuhan haknya disebut secara
lugas dalam UUD 1945. Salah satu kelompok anak yang paling rentan adalah
Anak yang Berhadapan dengan Hukum. Status, keterbatasan pengetahuan dan
kebelum-dewasaan mereka membutuhkan penanganan yang tidak biasa, yang
khusus apabilan dibandingkan dengan orang dewasa.

Berangkat dari Konvensi Hak Anak yang diratifikasi Indonesia pada tahun
1990 dengan Keputusan Presiden no 36, UU no, 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusiaa dan dan UU no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
disepakatilah UU no. 11 tahun 2012 mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak.
Dengan memperkenalkan pendekatan keadilan restoratif, Undang-undang ini
membaw paradigma baru dalam penanganan perkara idana yang melibatkan
anak. Pendekatan dan paradigma baru ini tentu saja merupakan hal baru sehingga
diperlukan adanya pelatihan bagi mereka yang akan menerapkannya di lapangan.

Tahun ini UU SPPA berusia 9 tahun, walau pelaksanaannya baru berjalan


7 tahun. Sebagai lembaga utama yang bertugas melakukan pelatihan terpadu
di Kementerian Hukum dan HAM, BPSDM telah berkiprah lama dalam pelatihan
bagi aparatur penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, advokat, pembimbing
kemasyarakatan) dan juga pekerja sosial. Pelatihan terpadu menjadi program
penting bagi pemerintah Indonesia, sebagai refleksi kehadiran Negara bagi Anak
yang berhadapan dengan hukum, agar dicapai persamaan persepsi antar aparatur
penegak hukum yang menangani anak.

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI vii
Salah satu upaya penting BPSDM untuk mengembangkan pelatihan terpadu
ini adalah dengan menyusun Modul Pelatihan Terpadu, yang dirancang dan
ditulis bersama oleh perwakilan dari praktisi hukum, akademisi, dan kementerian
terkait. Selain materi pembelajaran berupa kajian teoritis, instrumen internasional,
landasan hukum dan studi kasus, modul ini juga memuat metode pembelajaran
yang dapat digunakan instruktur. Dengan modul ini diharapkan bahwa para
instruktur, fasilitator dan juga peserta akan memperoleh manfaat yang besar dalam
mengembangkannya.

Selain itu BPSDM juga mengembangkan metode pelatihan terpadu di masa


pandemi dengan memanfaatkan metode dalam jaringan atau daring (offline).
Pelatihan daring ini sedikit banyak merupakan blessing in disguise baik bagi
BPSDM maupun peserta dan lembaga terkait, karena para peserta tidak perlu
meninggalkan pekerjaan untuk hadir di Jakarta, dan memiliki kesempatan untuk
mempelajari Modul di waktu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka.

Tiada gading yang tak retak, tentu Modul ini tidak sempurna. Oleh karenanya
masukan dan kritik pembaca atas Modul ini diharapkan untuk menyempurnakannya.

Akhirnya, saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada BPSDM


Kementerian Hukum dan HAM serta seluruh pihak yang telah bekerjasama dalam
pembuatan modul ini. Mari bersama kita lindungi generasi muda Indonesia.

Wassalamualaikum wr wb
Jakarta, November 2021

Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH, MA, PhD.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam
rangka penyusunan review Modul Pelatihan Terpadu SPPA tahun 2021 dapat
terlaksana dengan baik. Dimana Pelatihan Terpadu SPPA sebagai kegiatan Prioritas
Nasional, BAPPENAS mengharapkan pada tahun 2021 untuk dilaksanakan review
terhadap modul-modul Pelatihan Terpadu SPPA.

Modul Pelatihan Terpadu SPPA berjudul “TEKNIK PENGGALIAN


INFORMASI” sebagai sumber pembelajaran dalam memahami peran dan fungsi
Aparat Penegak Hukum (APH) dan pihak terkait dalam melaksanakan amanat
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang SPPA. Upaya melaksanakan
SPPA sebagai bentuk jaminan dan perlindungan atas hak anak yang berhadapan
dengan hukum yang menekankan keadilan restorativ, diperlukan kesiapan seluruh
APH dan pihak terkait lainnya yang terlibat dalam sistem hukum pidana anak untuk
memahami peran dan fungsinya masing-masing sesuai peraturan perundang-
undangan.

Untuk menyamakan persepsi diantara penegak hukum dalam


mengimplementasikan undang-undang terbit Peraturan Presiden Nomor 175
Tahun 2014 tentang Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan
Pihak Terkait Mengenai SPPA, serta Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor
31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat Terpadu SPPA Bagi

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI ix
Aparat Penegak Hukum dan Instansi Terkait, sebagai panduan dalam pelaksanaan
Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan Pidana Anak. Pada masa Pandemi Covid-19
dilakukan penyesuaian metode pembelajaran dengan cara distance learning
dengan memanfaatkan jaringan internet/virtual dan aplikasi Learning Management
System (LMS).

Demikian penyusunan review Modul Pelatihan Terpadu SPPA ini, dengan


harapan modul ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan bagi pembaca khususnya Aparatur Penegak Hukum dan Instansi
terkait lainnya dalam melaksanakan amanat Undang-Undang SPPA.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Depok, 09 November 2021


Kepala Pusat Pengembangan Diklat
Teknis dan Kepemimpinan,


Cucu Koswala, S.H., M.Si.
NIP. 19611212 198503 1 002

x
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN..................................................................................................................v
KATA SAMBUTAN.................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...............................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Deskripsi Modul........................................................................................ 2
C. Manfaat Modul.......................................................................................... 2
D. Tujuan Pembelajaran................................................................................ 2
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok........................................................ 3
F. Petunjuk Belajar ...................................................................................... 4

BAB II KONSEP TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI...................................... 5


A. Pengertian Penggalian Informasi............................................................. 5
B. Tujuan Pengumpulan Informasi ............................................................... 5
C. Penggalian Informasi dengan Metode Wawancara dan Interogasi.......... 6
G. Penggalian Informasi Menggunakan Pendekatan Ilmiah......................... 6
H. Latihan...................................................................................................... 7
I. Rangkuman.............................................................................................. 8
J. Evaluasi.................................................................................................... 8
K. Umpan Balik............................................................................................. 8

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI xi
BAB III PRINSIP DAN TAHAPAN DALAM WAWANCARA DAN
INTEROGRASI......................................................................................... 9
A. Pengertian Wawancara dan Interograsi................................................... 9
B. Prinsip-prinsip Menggali Informasi terhadap Anak................................. 10
C. Tahapan dalam Wawancara................................................................... 11
D. Latihan.................................................................................................... 12
E. Rangkuman............................................................................................ 14
F. Evaluasi.................................................................................................. 14
G. Umpan Balik........................................................................................... 14

BAB IV PENGUMPULAN INFORMASI KEPADA ANAK DISABILITAS............ 15


A. Faktor-faktor pengumpulan informasi kepada anak .............................. 15
B. Etik dalam Menghadapi Anak dengan Disabilitas................................... 18
C. Tips Wawancara kepada Anak disabilitas maupun non disabilitas......... 20
D. Latihan.................................................................................................... 21
E. Rangkuman............................................................................................ 21
F. Evaluasi.................................................................................................. 21
G. Umpan Balik........................................................................................... 21

BAB V MENGUMPULKAN INFORMASI MENGGUNAKAN DENGAN


PENDEKATAN METODE ILMIAH......................................................... 23
A. Pengertian penggalian informasi dengan metode Ilmiah....................... 23
B. Koordinasi dan kerjasama lintas sektor.................................................. 24
C. Pengumpulan alat bukti.......................................................................... 24
D. Latihan.................................................................................................... 24
E. Rangkuman............................................................................................ 25
F. Evaluasi.................................................................................................. 26
G. Umpan Balik........................................................................................... 26

xii
BAB VI PENUTUP.............................................................................................. 27
A. Simpulan ................................................................................................ 27
B. Tindak Lanjut.......................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 28

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penegak Hukum berperan penting dalam menegakkan hukum pada
permasalahan kehidupan bermasyarakat, jika hukum dapat terlaksana sesuai
peraturan maka ketertiban dan ketenteraman masyarakat akan terwujud. Ada tiga
hal yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum yaitu kepastian hukum,
kemanfaatan dan keadilan; apalagi isu kriminalitas kejahatan terhadap anak
semakin merebak belakangan ini dalam masyarakat, sehingga diperlukan tenaga
penggali informasi yang berperspektif anak sangatlah berguna untuk memperoleh
data/keterangan terkait kasus yang akan dimasukkan ke dalam berkas perkara
anak.

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan kasus yang


kompleks. Dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan
anak tidak hanya merupakan persoalan hukum belaka, namun juga merupakan
masalah sosial, hak asasi manusia, dan masalah medis. Kompleksitas yang
demikian sebagaimana memang kasus kekerasan terhadap perempuan dan
anak merupakan kasus yang menjadi perhatian banyak pihak bahak hingga pada
skala internasional. Dalam menghadapi kasus perempuan dan anak, Indonesia
mengacuh pada Konvensi HAM Internasional terkait perlindungan perempuan
dan anak yang telah diratifikasi. Berdasarkan konvensi tersebut pemerintahan

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 1
Indonesia wajib menghargai (To Respect), melindungi (To Protect), dan memenuhi
(To Fullfil) hak-hak perempuan dan anak. Dengan demikian pemenuhan Hak
korban untuk dapat pelayanan dan perlindungan serta pemenuhan rasa keadilan
adalah suatu keniscayaan.

B. Deskripsi Modul
Mata diklat ini membekali peserta pelatihan dengan kemampuan: menjelaskan
pengertian dan tujuan penggalian informasi dan prinsip penggalian informasi;
menguraikan prinsip dan tahapan wawancara dan mampu melakukan wawancara
serta menyimpulkan dengan baik; menggambarkan cara pengumpulan informasi
kepada anak disabilitas dengan cara yang tepat; menguraikan cara mengumpulkan
informasi menggunakan metode ilmiah. Mata Diklat ini disajikan secara interaktif
melalui metode ceramah interaktif, tanya jawab, diskusi, pemutaran film, dan
simulasi.

C. Manfaat Modul
Modul ini membekali penegak hukum dan pihak terkait mengenai sistem
peradilan pidana anak (SPPA) yang mencakup konsep pengertian dan tujuan
penggalian informasi dan prinsip penggalian informasi; prinsip dan tahapan
wawancara dan cara wawancara serta menyimpulkan dengan baik; pengumpulan
informasi kepada anak disabilitas dengan cara yang tepat; pengumpulan informasi
menggunakan metode ilmiah.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu melakukan
penggalian informasi yang benar dan akurat atas kasus ABH.

2
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul teknik pengumpulan informasi ini peserta
diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian dan tujuan penggalian informasi dan prinsip
penggalian informasi;
b. Menguraikan prinsip dan tahapan wawancara dan mampu melakukan
wawancara serta menyimpulkan dengan baik;
c. Menggambarkan cara pengumpulan informasi kepada anak disabilitas
dengan cara yang tepat;
d. Mensimulasikan cara mengumpulkan informasi menggunakan metode
ilmiah.

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Materi Pokok dan Sub Materi Pokok yang disajikan dalam modul ini terdiri
dari:
1. Konsep Teknik Penggalian Informasi
a. Pengertian Penggalian Informasi;
b. Tujuan Pengumpulan Informasi;
c. Penggalian Informasi dengan Metode Wawancara dan Interogasi;
d. Penggalian Informasi Menggunakan Pendekatan Ilmiah.
2. Prinsip dan Tahapan dalam Wawancara dan interogasi
a. Pengertian Wawancara dan interogasi
b. Prinsip-prinsip Menggali Informasi terhadap Anak
c. Tahapan dalam Wawancara
3. Pengumpulan Informasi Kepada Anak dan/atau Disabilitas
a. Faktor-faktor pengumpulan informasi kepada anak
b. Etik dalam Menghadapi Anak Disabilitas maupun non disabilitas
c. Tips Wawancara kepada Anak disabilitas maupun non disabilitas

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 3
4. Mengumpulkan Informasi Menggunakan Metode Ilmiah
a. Pengertian penggalian informasi dengan metode Ilmiah
b. Koordinasi dan kerjasama lintas sektor
c. Pengumpulan alat bukti

F. Petunjuk Belajar
Agar dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan, bacalah keseluruhan
modul ini secara seksama dan berulang ulang, termasuk peraturan perundangan
yang terkait dengan modul ini. Selain itu, lakukanlah diskusi dengan peserta
lainnya untuk membahas hal-hal yang kurang dipahami.

3. Materi pembelajaran mengenai Teknik Penggalian Informasi wajib diikuti


peserta sebelum melanjutkan pada materi pembelajaran lainnya. Materi
Teknik Penggalian Informasi menjadi prasyarat untuk mengikuti materi
pembelajaran selanjutnya pada diklat penegak hukum;
4. Peserta pelatihan harus mempelajari bab mengenai konsep teknik
penggalian informasi prinsip dan tahapan dalam wawancara dan interogasi,
pengumpulan informasi kepada anak disabilitas, mengumpulkan informasi
menggunakan metode ilmiah;
5. Metode pembelajaran yang digunakan dalam modul pelatihan ini yaitu
ceramah, diskusi dan studi kasus;
6. Pahami setiap penjelasan dan kerjakan latihan yang ada dalam modul,
apabila belum mengerti maka dapat dikonsultasikan kepada instruktur.

4
BAB II
KONSEP TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI

A. Pengertian Penggalian Informasi


Untuk mendapatkan informasi dapat dilakukan dengan metode antara lain:
Observasi, Investigasi, Pemetaan, wawancara /interview, penelitian dan Interogasi.
Dari seluruh metode penggalian informasi tersebut yang paling cocok untuk
menggali informasi terhadap ABH adalah metode wawancara, sehingga dalam
sesi ini kita akan belajar tentang penggalian informasi dengan metode wawancara.

B. Tujuan Pengumpulan Informasi


Mendapatkan informasi yang penting secara lengkap dan akurat, melalui
observasi dan wawancara yang akan dipergunakan sebagai bukti di dalam
persidangan, karena itu informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
harus dapat diandalkan atau reliable.

C. Penggalian Informasi dengan Metode


Wawancara dan Interogasi
1. Wawancara
Bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lengkap dan akurat. Pernyataan
pihak yang diwawancarai (korban, saksi, pelaku) merupakan informasi yang penting

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 5
yang akan dipergunakan sebagai bukti di dalam persidangan , karena itu informasi
yang diperoleh melalui wawancara harus dapat diandalkan atau Reliable.

2. Interogasi
Interogasi cenderung menghasilkan kesaksian palsu (false confession) dan
vonis yang tidak Tujuan untuk mendapatkan pengakuan dari tersangka. Dalam
interrogasi lebih digunakan cara-cara yang didasarkan pada pengalaman introgator
(pemeriksa), daripada berdasarkan penelitian yang sistematis. Interrogasi biasanya
digunakan oleh polisi dan militer. Kendatipun perkembangan tehnik interogasi
sangat cangih secara psikologis dan menggunakan kebohongan, manipulasi dan
tekanan serta bujukan, namun banyak ahli yang menilai bahwa cara-cara terserbut
bersifat memaksa dan melanggar hak-hak tersangka (Zimbardo). Belakangan
ini ditemukan bahwa kasus-kasus putusan peradilan yang salah karena proses
wawancara yang penuh tekanan benar. Dari seluruh metode penggalian informasi
tersebut yang paling cocok untuk menggali informasi tethadap ABH adalah metode
wawancara, sehingga dalam sesi ini kita akan belajar tentang penggalian informasi
dengan metode wawancara.

G. Penggalian Informasi Menggunakan Pendekatan


Ilmiah
Penggalian Informasi Menggunakan Pendekatan Ilmiah Antara lain
medikolegal dan digital forensik.

Medikolegal adalah Merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan


atas bantuan tenaga medis dengan menggunakan ilmu dan technologi kedokteran
atas dasar kepentingan hukum.

Digital Forensik adalah suatu ilmu pengetahuan dan keahlian untuk


mengidentifikasi, mengoleksi, menganalisa dan menguji bukti–bukti  digital pada
saat menangani sebuah kasus yang memerlukan penanganan dan identifikasi
barang bukti digital.

6
H. Latihan
Contoh Kasus 1.
Pada saat dokter A bertugas disebuah rmah sakit dokter tersebut
menghubungi saudara pada saat itu kebetulan sedang melaksanakan tugas piket
pelayanan. Dokter menginformasikan bahwa baru saja menangani anak berumur
8 bulan berjenis kelamin perempuan dalam keadaan kritis pada waktu diantar
keluarga ke rumah sakit. Kemudian dilakukan periksa secara medis. Didapati luka
serius pada bagian kemaluan dan anus anak serta anak/bayi dalam kondisi yang
sangat lemah. Lalu beberapa jam setelah mendapat perawatan dirumah sakit anak
tersebut dinyatakan meninggal dunia.

Pertanyaan:
1. Bagaimana tindakan atau langkah saudara selaku petugas piket dalam
menindak lanjuti informasi tersebut
2. Diskusikan/ jelaskan langkah penggalian informasi hingga dapat mengungkap
fakta pada kasus tersebut

Contoh kasus 2.
Suatu ketika tito (16th) berkenalan dengan sinta(14th) melalui instagram,
lalu tito membujuk sinta untuk dijadikan model shoot dengan imbalan uang 2jt
sekali pengambilan gambar.lalu tito memesan hotel dengan online dengan
memalsukan identitas seolah-olah tito dewasa, setelah itu sinta diajak kehotel
dengan alasan pemotretan.setiba dikamar hotel sinta disuruh membuka baju dan
difoto oleh tito dalam keadaan sinta tidak menggunakan baju/ telanjang. Masih
keaadaan telanjang sinta dipaksa untuk bersetubuh dengan tito dan diancam
apabila tidak mau memenuhi permintaan tito maka tito akan menyebarkan foto
sinta dalam keadaan terlanjang/tamba busana. Karena keadaan tertekan sinta
pun memenuhi permintaan tito namun pada saat tito lengah tidak memperhatikan
sinta, sinta sempat chating dengan receptionist hotel untuk meminta pertolongan,

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 7
tidak lama kemudian petugas hotel mendatangi kamar yang disewa oleh tito untuk
memberikan pertolongan kepada sinta.

I. Rangkuman
Dalam teknik penggalian informasi dapat dilakukan dengan metode antara
lain: Observasi, Investigasi, Pemetaan, wawancara /interview, penelitian dan
Interogasi. Dari seluruh metode penggalian informasi tersebut yang paling cocok
untuk menggali informasi terhadap ABH adalah metode wawancara, lalu pada
saat korban meninggal dunia cara untuk penggalian informasi yang paling tepat
menggunakan penelitian ilmiah.

J. Evaluasi
Jawablah Pertanyaan berikut ini:
7. Jelaskan tujuan dari pengumpulan informasi?
8. Sebutkan tahap-tahap dalam wawancara?

K. Umpan Balik
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Apabila belum, saudara
dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab II ini.

8
BAB III
PRINSIP DAN TAHAPAN DALAM WAWANCARA DAN
INTEROGRASI

Setelah pembelajaran, peserta diharapkan mampu


menguraikan prinsip dan tahapan wawancara dan mampu
melakukan wawancara serta menyimpulkan dengan baik.

A. Pengertian Wawancara dan Interograsi


Wawancara adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan untuk
memperoleh informasi. Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam tulisan,
atau direkam secara audio,  visual, atau audio visual. Wawancara merupakan
kegiatan utama dalam kajian pengamatan. Pelaksanaan wawancara dapat
bersifat langsung maupun tidak langsung. Wawancara langsung dilakukan dengan
menemui secara langsung orang yang memiliki informasi yang dibutuhkan,
sedangkan wawancara tidak langsung dilakukan dengan menemui orang-orang
lain yang dipandang dapat memberikan keterangan mengenai keadaan orang
yang diperlukan datanya. Pertukaran informasi dan ide melalui tanya-jawab
dimaksudkan untuk membentuk makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara
digunakan dalam penelitian untuk mengatasi kelemahan metode observasi dalam
pengumpulan data. Informasi dari narasumber dapat dikaji lebih mendalam dengan
memberikan interpretasi terhadap situasi dan fenomena yang terjadi.

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 9
B. Prinsip-prinsip Menggali Informasi terhadap
Anak
1. Empati
a) Dengarkan keterangan anak
b) Akui perasaan anak
c) Hargai jika anak merancukan fakta dan fantasi ketika ia mengingat
kejadian
d) Tidak menghakimi
e) Menyediakan tempat yang ramah anak
2. Kerahasiaan
a) Ini merupakan persoalan pokok bagi anak sebagai korban dan pelaku
b) Menggali rasa bersalah dan malu harus dilakukan dalam situasi yang
sangat aman, dapat dipercaya, dan dengan sikap-sikap yang tidak
menilai/menghakimi
3. Bekerja dengan Anak
a) Jangan menganggap mereka dapat pulih dengan sendirinya dari trauma
yang bertumpuk-tumpuk
b) Trauma dapat dikurangi dengan cara memberikan dukungan terus
menerus dari keluarga dan lingkungan sekitar
c) Anak yang mengalami trauma perlu merasakan bahwa orangtua atau
pendampingnya memahami mereka
d) pastikan penggunaan rekaman suara atau rekaman video didasarkan
pertimbangan supaya tidak melakukan pertanyaan yang berulang
dan setelah peyidikan selesai rekaman ini dimusnakan untuk menjaga
kerahasiaan
e)
memberikan alat peraga atau membawa orang yang dipercaya
penyandang disabilitas untuk mendampinginya.
4. Dukungan dan Kepercayaan

10
a) Kewajiban Aparat Penegak Hukum adalah membantu anak dan remaja
yang mengalami trauma dan melihat pentingnya pengalaman tersebut
bagi diri mereka sendiri
b) Mereka akan menjadi survivor dan akan mengungkapkan apa yang
dirasakan jika

C. Tahapan dalam Wawancara


Metode wawancara, memberikan ruang bagi perlakuan yang menghormati
hak tersangka, pelaku maupun korban. Suatu proses pemeriksaan terhadap
tersangka/saksi dan korban dapat dikatakan menggunakan metode wawancara
bila dilakukan sesuai dengan tahapan berikut ini:

1. Tahap orientasi
Menjelaskan tujuan dari wawancara serta menjelaskan persyaratan
hukum yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya wawancara tersebut. Misalnya
pewawancara memberikan informasi tentang hak-hak dari pihak yang diwawancara
(interviewee).

2. Tahap mendengarkan
Pihak yang diwawancarai (interview) diminta untuk mengingat kembali secara
bebas tentang peristiwa pelanggaran yang terjadi. Dalam kondisi ini pewawancara
hanya memberikan pertanyaan yang minimal.

3. Tahap Tanya Jawab


Pada tahap ini pewawancara (penegak hukum) dapat menanyakan beberapa
pertanyaan yang bersifat khusus tentang apa yang telah disampaikan oleh pihak
yang diwawancarai pada tahap sebelumnya. Tujuan dari tanya jawab adalah untuk
mengisi kesenjangan informasi serta menekan ambiguitas (informasi yang masih
mendua/simpang siur).

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 11
4. Tahap Klarifikasi
Pada tahap akhir ini , hasil wawancara dibacakan , termasuk perbedaan
tentang hal-hal apa yang telah “disepakati ’’ dan yang belum . Pihak yang
diwawancarai diberikan informasi tentang tindakan selanjutnya ( misalnya akan
ada wawancara lagi oleh petugas yang lain).

D. Latihan
Contoh kasus
Ani adalah seorang perempuan disabilitas rungu wicara, berusia 14 tahun.
Dia bersama orang tua telah melaporkan tentang kejadian yang menimpanya. Ia
adalah korban KEKERASAN SEKSUAL.

Kronologis:
Ia sedang berjalan bersama saudara perempuan yang kebetulan disabilitas
netra. ketika sedang berjalan bersama saudara perempuannya yang sama-sama
berumur 14 tahun untuk menikmati suasana sore di sebuah perumahan. Tiba-tiba
dari arah berlawanan muncul seorang pengendara sepeda motor. Awalnya motor
tersebut berjalan dengan pelan. Pengendara itu bahkan sempat berhenti dan
menanyakan sebuah alamat kepada Ani. Pada saat itu Ani berupaya menjawab.
Namun, secara cepat dan tiba-tiba, pengendara motor tersebut turun dari sepeda
motor dan menyeret ani ke semak-semak lalu menciumi pipi, meraba payudara
dan melepas baju ani lalu menyetubuhinya hingga 2 kali. Selain trauma berat, Ani
juga mengalami luka pada lengan dan pipi.

12
Contoh kasus
Dalam suatu kampung di Kalimantan Timur terjadi keributan antara
kedua kelompok masyarakat, keributan tersebut dipicu dengan adanya kasus
penganiayaan dan pembunuhan yang dialami oleh Ny.Rina (58 Tahun). Ny.
Rina ditemukan meninggal dunia di dalam selokan disamping rumahnya dengan
lumuran darah serta ditemukan luka tusukan dan pukulan benda tumpul. Diketahui
dari saksi kejadian (Tetangga rumah dan Teman Sekolah Anak korban) bahwa
korban dianiaya dan dibunuh oleh anak angkatnya yang bernama Madi (8 Tahun).
Dari hasil keterangan teman sekolah Madi, diketahui bahwa Madi merasa kesal
dan marah akibat penganiayaan dan perlakuan kasar Ny. Rina. Ny. Rina sering
memukul korban dan memerintahkan korban untuk mengangkat barang-barang
berat setiap hari dari gudang ke ruko milik keluarga Ny. Rina. Selanjutnya
masyarakat terpecah menjadi dua kelompok, pertama merasa bahwa Madi harus
segera ditangkap dan kelompok satu lagi berharap bahwa Madi harus dilindungi
dari proses hukum.

Contoh kasus
Ketika Tina (5 tahun) sedang bermain di pinggir selokan tiba–tiba dipanggil
oleh teman2nya bernama Rudi (6 tahun) Dito (8 tahun), dan Bima (9 tahun) serta
Kukuh ( 13 tahun ) lalu diajak bermain di rumah kosong dan korban diajak bermain
keluarga pengantin oleh empat teman laki-lakinya. korban lalu disetubuhi secara
bergantian. ketika giliran Kuku yang menyetubuhi karena penisnya kebesaran maka
korban meronta kesakitan lalu Kuku memasukkan jari tengahnya ke kemaluan
korban. Belum selesai penderitaan korban, setelah itu korban disetubuhi oleh
Rudi, namun kemaluan Rudi ternyata lengket dalam kemaluan korban dan susah
dikeluarkan lalu dibantu oleh teman-temannya dengan cara diangkat badannya
sehingga bisa dilepaskan tetapi dalam keadaan berdarah. Dengan kejadian
tersebut orang tua korban melaporkan kejadian kepada polisi dan berlanjut hingga
persidangan. Dalam kasus yang berbeda orang tua Kuku melaporkan keluarga
Tina karena ada pengancaman dan pencemaran nama baik keluarga.

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 13
E. Rangkuman
Pada tahap wawancara pewawancara harus melihat yang ingin di wawancara
dan menyesuaikan metode yang dipakai dan tata bahasa menyesuaikan anak.

F. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Jelaskan tahap-tahap dalam wawancara?
2. Jelaskan apa saja prinsip-prinsip dalam wawancara kepada anak

G. Umpan Balik
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Apabila belum, saudara
dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab III ini.

14
BAB IV
PENGUMPULAN INFORMASI KEPADA ANAK
DISABILITAS

Setelah pembelajaran, peserta diharapkan mampu


menggambarkan cara pengumpulan informasi kepada anak
disabilitas dengan cara yang tepat.

A. Faktor-faktor pengumpulan informasi kepada


anak
Berikut ini adalah factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan
informasi terhadap anak:

1. Panduan wawancara terhadap Anak Pelaku, Korban dan Saksi

WAWANCARA TERHADAP PELAKU


☑ Lakukan Hindari ☒
✓ Beri kesempatan anak untuk ✗ Menganggap anak tidak perlu
didampingi orang yang terdekat didampingi, karena hanya
dan orang yang paling dipercaya wawancara yang rutin
✓ Informasikan kepada orang tua ✗ Menganggap anak tidak perlu
dan keluarga anak bahwa anak penjelasan yang penting haknya
akan diwawancarai diupayakan

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 15
☑ Lakukan Hindari ☒
✓ Informasikan tentang hak anak
✗ Menganggap anak tidak perlu untuk
untuk mendapatkan bantuan
mengetahui haknya
hukum
✓ Laksanakan wawancara dalam ✗ Melakukan wawancara dalam
ruangan yang nyaman, terpisah ruangan yang menyatu dengan
dari orang dewasa lainnya orang dewasa
Bangun suasana keakraban dan
rasa percaya anak, dengan cara:
✓ Memperkenalkan diri dengan ✗ Penggunaan tekanan, kebohongan
benar, dan intimidasi mengambil jalan
✓ Menunjukan keinginan untuk kekerasan dan tidak wajar
membantu ✗ Menggunakan kekuatan badan
✓ Mengajak anak untuk bicara ✗ Menghadapi anak sambil membuat
✓ Menjadi pendengar yang baik catatan atau mengetik
✓ Sabar dan perlahan ✗ Memberi label buruk pada anak
✓ Perlakukan anak dengan
pertimbangan panjang
✗ Menganggap semua anak sama,
sehingga perlakuan terhadap anak
✓ Hormati kepribadian anak
menjadi standar
✗ Hilang kesabaran
✓ Gunakan bahasa yang jelas
dan mudah dimengerti anak dan
✗ Menggunakan bahasa dan istilah
pendampingnya dan hadirkan
yang sulit untuk dimengerti anak
juru bahasa untuk penanganan
disabilitas atau alat bantu
✗ Mengabaikan anak untuk
✓ Ijinkan anak menuliskan ceritanya
berekspresi dalam mengungkapkan
ceritanya

16
☑ Lakukan Hindari ☒
✗ Tidak melihat perlunya bantuan
✓ Bila diperlukan hadirkan tenaga tenaga profesional
profesional yang dapat membantu ✗ Merasa mampu untuk mengatasi
anak situasi sendiri
✗ Mengumpulkan data seadanya

WAWANCARA TERHADAP KORBAN DAN SAKSI


Selain memperhatikan ketentuan yang berlaku pada wawancara terhadap
pelaku, Aparat Penegak Hukum harus memperhatikan hal-hal berikut ketika
mewawancarai korban dan saksi:

☑ Lakukan Hindari ☒
✓ Prioritaskan Keselamatan Anak, dan ✗ Tidak boleh mempertemukan anak
rahasiakan Identitas Anak dan pelaku
✓ Mencari Rujukan Bantuan untuk ✗ Tidak peka terhadap bantuan yang
melindungi anak seperti PPT atau diperlukan anak
PKT, dan tenaga profesional
✓ Usahakan Pemeriksaan dan
perawatan Medis serta Pemeriksaan
oleh Tenaga profesional lainnya
✓ Pemisahan anak dari lingkungan ✗ Pemisahan anak demi alasan
rumahnya, harus dilakukan dengan kemudahan tugas atau
cermat dan dengan pertimbangan pengumpulan informasi semata
keselamatan anak ✗ Menyalahkan Anak atas terjadinya
✓ Memberikan Pendampingan Sosial, Peristiwa Kejahatan
bagi anak yang dipindahkan dari ✗ Mengabaikan kebutuhan
rumahnya pendampingan

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 17
☑ Lakukan Hindari ☒
✓ Beri tahu alasan pemindahan Anak, ✗ Menganggap anak tidak perlu tahu
dan jika memungkinkan ajak orang tentang apa yang sedang terjadi,
dewasa terdekat untuk mengantar dan bertindak seolah-olah tidak
anak terjadi apa-apa
✓ Perbolehkan Anak membawa
barang-barang atau perlengkapan
pribadi
✓ Pemeriksaan dilakukan dengan tidak ✗ Melakukan wawancara secara
memihak, obyektif dan berdasarkan berulang-ulang demi mendapatkan
prosedur yang ilmiah data yang diinginkan
✓ Minimalkan Trauma dengan tidak
melakukan wawancara berulangkali
✓ Pahami kesulitan anak untuk ✗ Mengabaikan keterbatasan
mengingat dan Rasa Malu yang ingatan anak demi kepentingan
dirasakannya tugas wawancara
✓ Ijinkan Anak Menuliskan Ceritanya ✗ Mengabaikan anak untuk
berekspresi
PPT: Pusat Pelayanan Terpadu. # PKT: Pusat Krisis Terpadu

B. Etik dalam Menghadapi Anak dengan Disabilitas


Berikut ini adalah etik dalam menghadapi anak dengan disabilitas:
1. Etika beriteraksi dan berkomunikasi dengan disabilitas rungu wicara
● tepuk pundak atau nyala-matikan lampu untuk memanggil dan mengajak
bicara
● sebelum berkomunikasi, tanyakan menggunakan bahasa isyarat atau
bahasa oral
● hindari bicara cepat dan hindari bahasa rumit
● jangan halangi gerak bibir dan wajah dari tangan atau apapun di saat
berbicara

18
● Posisikan diri pada kekuatan salah satu pendengarannya
● Hindari suara bising dan suara keras
● Gunakan media alternative lain seperti bahasa tubuh, bahasa tulis
● Untuk informasi spesifik seperti waktu, tempat, nomor telepon disarankan
menggunakan bahasa tulis atau meminta untuk mengulanginya
● Bicara dengan menyampaikan topik lebih dulu, jika ada perubahan topik,
jangan mendadak atau jangan dipertengahan bicara
● Bicara bergiliran, jangan memotong pembicaraan, pahami dan pastikan
yang dikatakan
● Jangan halangi interaksi penterjemah dengan pengguna layanannya

2. Etika beriteraksi dan berkomunikasi dengan disabilitas Netra


● Kenalkan diri dengan bicara, jangan diwakili
● Sodorkan lengan, jangan memegang atau mendorong dari belakang
● Hindari menuntun dengan menarik tongkat, jika berhadapan dengan
lubang, pegang tangan yang sedang memegang tongkat lalu arahkan
sambil beri penjelasan
● Biarkan memegang lengan, beri isyarat dan informasi terutama
berhadapan dengan rintangan seperti lubang dll
● Bila berhadapan dengan tangga, berhenti, beritahu naik/turun dengan
perkiraan jarak, pegangkan tangan pada pinggi/pegangan tangga,
beritahukan jika sudah berada pada anak tangga terakhir naik/turun
● Jika tangga escalator, pegangan tangan pada pegangan tangga yang
bagian panggal, lalu beri isyarat untuk melangkah
● Jika ingin duduk, pegangan pada sandaran atau jok jursi, jangan
mendudukkan
● Untuk naik kendaraan umum pegangan tangan pada pintu, lalu beri
isayarat dan informasi, hantar ke temapt duduk
● Untuk membonceng, tepuk tempat duduk, arahkan ke tempat boncengan,
sebelum berangkat, tanyakan apa sudah siap

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 19
● Beritahu bila ingin meninggalkan sebentar atau pertemuan sudah selesai
● Lakukan oritentasi mobilitas dalam lingkungan baru
● Jangan memindahkan barang tanpa pemberitahuan
● Gunakan arah jarum jam untuk hidangan makanan

3. Etika beriteraksi dan berkomunikasi dengan disabilitas Daksa


● Sebelum mendorong kursi roda, memastikan posisi duduk sudah benar
dan siap, dorong sesuai instruksi dan beri informasi
● Tidak duduk di sandaran di bagian kaki kursi roda
● Bicara setara/sejajar
● Tidak berjalan di samping tapi di belakangnya
● Tidak langsung membawakan alat bantu, tapi selalu bertanya lebih dulu

C. Tips Wawancara kepada Anak disabilitas maupun


non disabilitas
a. Persiapkan tempat yang memadai;
b. Jelaskan pada anak tujuan wawancara yang akan dilakukan dan untuk
berapa lama;
c. Hindari interogasi dan intimidasi pada anak;
d. Hargai setiap partisipasi anak, termasuk ketika ia memberikan jawaban
“TIDAK TAHU”;
e. Bersikaplah Jujur jangan membuat janji-janji kosong;
f. Sesuaikan Teknik wawancara dengan perkembangan usia anak, Latar
Belakang ,Sosial Budaya Anak dan mental anak.
g. Jadilah pendengar yang aktif dengan memberikan dukungan, penghargaan,
pujian dan gerakan tubuh yang positif;
h. Bangun kepercayaan antara anak dan pewawancara;
i. Pewawancara harus waspada dan mawas diri atas tindakannya selama
proses wawancara, JANGAN SAMPAI PEWAWANCARA MENDOMINASI
sehingga anak hanya melakukan apa yang dikatakannya (pewawancara);

20
j. Pastikan bahwa partisipasi antara anak laki-laki dan perempuan sama;
k. Pastikan bahwa penggunaan alat perekam tape recorder dan Video,
didasarkan pada pertimbangan yang terbaik bagi anak dan untuk melindungi
identitas anak/ menjaga kerahasiaan (misalnya supaya anak tidak
ditanya berulang-ulang, dan setelah kasusnya selesai rekaman itu harus
dimusnahkan);
l. Buat ringkasan apakah tujuan wawancara dan hasil yang diperoleh telah
sesuai

D. Latihan
Untuk menangani pelaku, korban dan saksi disabilitas jika tidak ada juru
bahasa, diskusikan dengan kelompok anda hal apa saja yang harus dilakukan
pewawancara dalam mewawancarai disabilitas supaya kedua belah pihak mengerti
apa yang dibicarakan.

E. Rangkuman
Dalam menghadapi korban dan saksi dan pelaku baik anak disabilitas dan
non disabilitas kita harus membedakan cara penanganan yang kita berikan.

F. Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini:
4. Jelaskan hal-hal yang harus dihindari dalam wawancara?
5. Jelaskan tips wawancara pada anak disabilitas dan anak non disabilitas?

G. Umpan Balik
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Apabila belum, saudara
dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab IV ini.

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 21
22
BAB V
MENGUMPULKAN INFORMASI MENGGUNAKAN
DENGAN PENDEKATAN METODE ILMIAH

Setelah pembelajaran, peserta diharapkan mampu


mensimulasikan cara mengumpulkan informasi menggunakan
metode ilmiah.

A. Pengertian penggalian informasi dengan metode


Ilmiah
Penggalian informasi adalah proses riset dimana peneliti menerapkan
metode ilmiah dalam mengumpulkan data secara sistematis untuk dianalisa.

Selain itu metode ilmiah adalah sebuah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk bisa mengumpulkan data yang terkait dengan permasalahan dari
penelitian yang diambilnya.

Informasi bisa didapat dengan pengamatan ilmiah melalui Medikolegal


dan digital forensik. Medikolegal adalah ilmu, terapan yang memiliki dua aspek,
yaitu kedokteran dan ilmu hukum. Medikolegal digunakan pada sebuah kasus
hukum yang memerlukan evaluasi medis independen dan kesaksian ahli untuk
menyelesaikannya.

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 23
Digital Forensik adalah suatu ilmu pengetahuan dan keahlian untuk
mengidentifikasi, mengoleksi, menganalisa dan menguji bukti–bukti  digital pada
saat menangani sebuah kasus yang memerlukan penanganan dan identifikasi
barang bukti digital

B. Koordinasi dan kerjasama lintas sektor


Penanganan kasus anak disabilitas dan non disabilitas tidak bisa bekerja
sendiri harus berkoordinasi dengan instansi pemerintah lainya, seperti: UPT
P2TP2A DKI Jakarta, Unit Layanan Dinas P3A Kota Bekasi, Unit Layanan Dinas
P3A Kota Depok, Unit Layanan Dinas P3A Kota Tanggerang Selatan, 35 RSUD di
DKI Jakarta, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Tanggerang Selatan, RS Bhayangkara,
Balai Pemasyarakatan (BAPAS), Pekerja Sosial, Peradi/LBH

C. Pengumpulan alat bukti


PASAL 184 UU NO 8 THN 1981 TENTANG ACARA PIDANA( KUHAP)
Menerangkang bahwa alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan
ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa dan hal yang secara umum sudah
diketahui tidak perlu dibuktikan.

D. Latihan
Simulasikan berbagai contoh soal ini dengan kelompok anda. Setelah itu
refleksikan hal-hal apa saja yang anda pelajari dari kasus tersebut:

Contoh soal
Pada saat dokter A bertugas disebuah rumah sakit dokter tersebut
menghubungi saudara pada saat itu kebetulan sedang melaksanakan tugas piket
pelayanan. Dokter menginformasikan bahwa baru saja menangani anak berumur
8 bulan berjenis kelamin perempuan dalam keadaan kritis pada waktu diantar

24
keluarga ke rumah sakit. Kemudian dilakukan periksa secara medis. Didapati luka
serius pada bagian kemaluan dan anus anak serta anak/bayi dalam kondisi yang
sangat lemah. Lalu beberapa jam setelah mendapat perawatan dirumah sakit anak
tersebut dinyatakan meninggal dunia.

Contoh soal
Suatu ketika tito (16th) berkenalan dengan sinta(14th) melalui instagram,
lalu tito membujuk sinta untuk dijadikan model shoot dengan imbalan uang 2jt
sekali pengambilan gambar.lalu tito memesan hotel dengan online dengan
memalsukan identitas seolah-olah tito dewasa, setelah itu sinta diajak kehotel
dengan alasan pemotretan.setiba dikamar hotel sinta disuruh membuka baju dan
difoto oleh tito dalam keadaan sinta tidak menggunakan baju/ telanjang. Masih
keaadaan telanjang sinta dipaksa untuk bersetubuh dengan tito dan diancam
apabila tidak mau memenuhi permintaan tito maka tito akan menyebarkan foto
sinta dalam keadaan terlanjang/tamba busana. Karena keadaan tertekan sinta
pun memenuhi permintaan tito namun pada saat tito lengah tidak memperhatikan
sinta, sinta sempat chating dengan receptionist hotel untuk meminta pertolongan,
tidak lama kemudian petugas hotel mendatangi kamar yang disewa oleh tito untuk
memberikan pertolongan kepada sinta.

E. Rangkuman
Dalam penelitian ilmiah terdapat beberapa aspek dan kita berfokus kepada
medikolegal dan digital forensik untuk membatu dalam hal penggalian informasi

F. Evaluasi
Jika korban meninggal dunia dan tidak ada saksi bagaimana cara menggali
informasi yang diperlukan? Simulasikan kasus ini dalam kelompok anda

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 25
G. Umpan Balik
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar,
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Apabila belum, saudara
dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada
bab V ini.

26
BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan
1. Teknik penggalian informasi menggunakan metode wawancara ,observasi
dan interogasi
2. Pelaksanaan wawancara harus dipersiapkan dengan baik seperti sarana &
prasarana, saksi, korban, pelaku, daftar pertanyaannya dll.
3. Hasil wawancara diseleksi sesuai peruntukannya.
4. Wawancara harus dilaksanakan dengan tanpa paksaan atau kekerasan.
5. Pewawancara harus berkualifikasi berwawasan anak dan minimal telah
mengikuti diklat SPPA.
6. Saksi, pelaku dan korban disabilitas harus didampingi orang yang dipercaya
dan menyesuaikan disabilitas saksi,pelaku dan korban.

B. Tindak Lanjut
1. Hasil wawancara yang sudah dievaluasi dapat dijadikan kelengkapan dalam
berkas perkara penyidikan kasus ABH.
2. Hasil wawancara yang direkam kedalam video dapat disimpan atau
dipergunakan sesuai keperluannya.

Pendidikan dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak (Sppa)
TEKNIK PENGGALIAN INFORMASI 27
DAFTAR PUSTAKA

● UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981


TENTANG HUKUM ACARA PIDANA
● PERKAP NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN RUANG
PELAYANAN KHUSUS DAN TATA CARA PEMERIKSAAN SAKSI DAN/
ATAU KORBAN TINDAK PIDANA
● UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG
DISABILITAS
● NOTA KESEPAHAMAN NOMOR B/140/X/2019 TENTANG AKSEBILITAS
PELAYANAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA TERHADAP
PELAYANAN DISABILITAS

28
30

Anda mungkin juga menyukai