Pasal 1
(1) Hak Cipta adalah hak eksklusifs pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000
(seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERPADU
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (SPPA)
BAGI APARAT PENEGAK HUKUM DAN INSTANSI TERKAIT
Penulis:
Erni Mustikasari
Haidan
Erni Mustikasari
Haidan
xii+104 hlm; 18 x 25 cm
ISBN: 978-623-5716-95-4
Dicetak oleh:
PERCETAKAN POHON CAHAYA
SAMBUTAN
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa,
berkat rahmat dan karunia-Nya, review modul Pelatihan Terpadu Sistem Peradilan
PidanaAnak (SPPA) dengan Judul Pelaksanaan Putusan Hakim telah terselesaikan.
v
Perpres No, 175 Tahun 2014 tentang Pendidikan dan Pelatihan Terpadu
bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak
mengatur tujuan dari pelaksanaan Diklat Terpadu, yaitu untuk menyamakan persepsi
dalam penanganan ABH dalam SPPA, terutama agar memiliki pemahaman yang
sama tentang hak-hak anak, keadilan restoratif dan diversi, serta meningkatkan
kompetensi teknis APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.
Anak adalah generasi penerus yang dalam diri mereka melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Tanpa keterpaduan, mustahil cita-cita luhur
untuk memulihkan kondisi ABH dapat terwujud. Adalah menjadi tanggung jawab
kita semua untuk memastikan agar prinsip kepentingan terbaik bagi anak atau the
best interest of child selalu menjadi pegangan dalam mengatasi persoalan anak,
termasuk mereka yang sedang berhadapan dengan hukum.
Dalam kesempatan ini, kami atas nama BPSDM Hukum dan Hak Asasi
Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan
dan kontribusinya dalam penyelesaian review modul ini. Semoga modul ini dapat
berkontribusi positif bagi APH dan pihak terkait dalam penanganan ABH.
Berangkat dari Konvensi Hak Anak yang diratifikasi Indonesia pada tahun
1990 dengan Keputusan Presiden no 36, UU no, 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusiaa dan dan UU no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
disepakatilah UU no. 11 tahun 2012 mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak.
Dengan memperkenalkan pendekatan keadilan restoratif, Undang-undang ini
membaw paradigma baru dalam penanganan perkara idana yang melibatkan
anak. Pendekatan dan paradigma baru ini tentu saja merupakan hal baru sehingga
diperlukan adanya pelatihan bagi mereka yang akan menerapkannya di lapangan.
vii
ditulis bersama oleh perwakilan dari praktisi hukum, akademisi, dan kementerian
terkait. Selain materi pembelajaran berupa kajian teoritis, instrumen internasional,
landasan hukum dan studi kasus, modul ini juga memuat metode pembelajaran
yang dapat digunakan instruktur. Dengan modul ini diharapkan bahwa para
instruktur, fasilitator dan juga peserta akan memperoleh manfaat yang besar dalam
mengembangkannya.
Tiada gading yang tak retak, tentu Modul ini tidak sempurna. Oleh karenanya
masukan dan kritik pembaca atas Modul ini diharapkan untuk menyempurnakannya.
Wassalamualaikum wr wb
Puji Syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam
rangka penyusunan review Modul Pelatihan Terpadu SPPA tahun 2021 dapat
terlaksana dengan baik. Dimana Pelatihan Terpadu SPPA sebagai kegiatan Prioritas
Nasional, BAPPENAS mengharapkan pada tahun 2021 untuk dilaksanakan review
terhadap modul-modul Pelatihan Terpadu SPPA.
ix
dengan memanfaatkan jaringan internet/virtual dan aplikasi Learning Management
System (LMS).
SAMBUTAN...................................................................................................................... v
KATA SAMBUTAN ......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR........................................................................................ ix
DAFTAR ISI..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat.......................................................................... 3
C. Manfaat Modul.............................................................................. 3
D. Tujuan Pembelajaran................................................................... 4
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok............................................. 4
F. Petunjuk Belajar ........................................................................... 5
BAB II PUTUSAN PENGADILAN DALAM SISTEM
PERADILAN PIDANA ANAK ........................................................................ 7
A. Putusan Pengadilan ..................................................................... 7
B. Pengertian Pidana........................................................................ 8
C. Sistem Peradilan Pidana Anak ..................................................... 10
D. Latihan ........................................................................................ 11
E. Rangkuman .................................................................................. 11
F. Evaluasi ...................................................................................... 12
G. Umpan balik dan tindak lanjut....................................................... 13
BAB III JENIS PIDANA DAN TINDAKAN ..................................................... 15
A. Pidana Pokok ............................................................................... 16
B. Pidana Tambahan ........................................................................ 16
C. Latihan ........................................................................................ 19
D. Rangkuman .................................................................................. 20
G. Evaluasi ...................................................................................... 21
H. Umpan balik dan tindak lanjut....................................................... 22
xi
BAB IV TATA CARA PELAKSANAAN PIDANA DAN TINDAKAN................ 23
A. Pelaksanaan Putusan Pidana Dan Tindakan berdasarkan
Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.......................... 23
B. Perlakuan Terhadap Dokumen, dan/atau Informasi
Yang Terkait dengan Seksualitas ................................................. 67
C. Pelaksanaan Putusan Pengadilan Pidana Tambahan
Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga......................... 68
D. Pelaksanaan Putusan Pengadilan Pidana Tambahan
Dan Tindakan untuk Pelaku Kekerasan Seksual
Terhadap Anak.............................................................................. 69
E. Pelaksanaan Putusan Ganti Kerugian yang Digabungkan
Dalam Perkara Pidana.................................................................. 81
F. Pelaksanaan Putusan Restitusi .................................................. 81
G. Pelaksanaan Putusan Kompensasi.............................................. 83
H. Pelaksanaan Putusan Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Hukum Jinayat ............................................................................. 84
I. Latihan ........................................................................................ 87
J. Rangkuman .................................................................................. 87
K. Evaluasi ...................................................................................... 90
L. Umpan balik dan tindak lanjut....................................................... 91
BAB V PENUTUP........................................................................................... 93
A. Kesimpulan .................................................................................. 93
B. Tindak Lanjut ............................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 95
KUNCI JAWABAN EVALUASI....................................................................... 97
A. Latar Belakang
Putusan hakim atau lazim disebut dengan istilah putusan pengadilan
merupakan sesuatu yang sangat diinginkan atau dinanti-nantikan oleh pihak-pihak
yang berperkara guna menyelesaikan sengketa diantara mereka dengan sebaik-
baiknya. Tujuan diadakannya suatu proses di muka pengadilan adalah untuk
memperoleh putusan hakim.1 Dengan putusan hakim tersebut pihak-pihak yang
bersengketa mengharapkan adanya kepastian hukum dan keadilan dalam perkara
1 M. Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata, cet. III, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2003), hlm. 48.
1
yang mereka hadapi.2
B. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan ini membekali peserta kemampuan memahami Pelaksanaan
Putusan Hakim dalam Sistem Peradilan Pidana Anak melalui pembelajaran,
Putusan Pengadilan Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak; Jenis Jenis Pidana
Atau Tindakan Dan Hak Hak Anak; Tata Cara Pelaksanaan Pidana dan Tindakan;
Pembelajaran disajikan secara komunikatif dengan metode pembelajaran orang
dewasa, meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi, studi kasus dan demonstrasi.
C. Manfaat Modul
Modul merupakan sebuah buku yang berisi materi bahan ajar yang sifatnya
lebih praktis dan teknis dalam mempelajari sebuah kajian tertentu. Modul
disusun untuk memberi kemudahan belajar pada peserta diklat sehingga peserta
mempunyai pemahaman baik secara konsep maupun praktis. Adapun beberapa
manfaat dari modul ini antara lain:
b. Indikator Keberhasilan
Di akhir sesi ini, peserta dapat:
F. Petunjuk Belajar
Untuk mempermudah penggunaan modul dan memberikan hasil yang optimal
dalam proses pembelajaran, maka bacalah tahap demi tahap dari bab/sub bab
yang telah disusun secara kronologis sesuai dengan urutan pemahaman. Pahami
setiap penjelasan dan tugas yang ada dalam modul, apabila belum mengerti maka
dapat dikonsultasikan kepada Widyaiswara/Fasilitator.
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan peserta pelatihan dapat menjelaskan Putusan
Pengadilan dalam Sistem Peradilan Pidana Anak
Anak yang berkonflik dengan hukum (anak yang melakukan tindak pidana)
haruslah di proses menurut ketentuan hukum yang berlaku sehingga tercapainya
tegaknya supermasi hukum. Salah satu penyelesaiannya ialah melalui sistem
peradilan pidana anak sebagai salah satu usaha perlindungan hukum terhadap
anak guna memberikan edukasi terhadap anak tersebut dengan tanpa
mengabaikan tegaknya keadilan. Anak yang diyakini dan dinyatakan bersalah,
oleh hakim diberikan sanksi pidana. Kebijakan pertanggungjawaban pidana dalam
rangka perlindungan hukum bagi anak adalah memberikan pidana dan tindakan
bagi anak yang melakukan tindak pidana, sebagaimana ketentuan yang terdapat
dalam Undang-Undang Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
A. Putusan Pengadilan
Definisi menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa putusan hakimsebagai
suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang diberi
wewenang itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara atau suatu sengketa antara para pihak.7 Dalam
definisi ini Prof. Sudikno mencoba untuk menekankan bahwa yang dimaksud
dengan putusan hakim itu adalah yang diucapkan di depan persidangan.
7 Sudikno Mertokusumo, 2007, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 158
Apabila ternyata ada perbedaan diantara keduanya, maka yang sah adalah
yang diucapkan, karena lahirnya putusan itu sejak diucapkan.8 Hal ini sebagaimana
yang diinstruksikan oleh Mahkamah Agung melalui surat edaran No. 5 Tahun 1959
tanggal 20 April 1959 dan No. 1 Tahun 1962 tanggal 7 Maret 1962 yang antara lain
menginstruksikan agar pada waktu putusan diucapkan konsep putusan harus
sudah selesai. Sekalipun maksud surat edaran tersebut ialah untuk mencegah
hambatan dalam penyelesaian perkara, tetapi dapat dicegah pula adanya
perbedaan isi putusan yang diucapkan dengan yang tertulis.9
B. Pengertian Pidana
Pengertian dari istilah Hukum Pidana berasal dari Belanda yaitu Straafrecht,
straaf dalam arti Bahasa Indonesia adalah Sanksi, Pidana, Hukuman. Recht
dalam arti Bahasa Indonesia adalah Hukum. Menurut pakar hukum dari Eropa
yaitu Pompe, menyatakan bahwa hukum pidana adalah keseluruhan aturan
ketentuan hukum mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum dan aturan
pidananya.
10 Moeljatno, S.H., M.H. ,Asas-asas Hukum Pidana , Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 1
Asas dalam Sistem Peradilan Pidana Anak bertitik tolak pada kepentingan
terbaik anak yang dilaksanakan berdasarkan: perlindungan, keadilan, non
diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, penghargaan terhadap pendapat anak;
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, pembinaan dan pembimbingan
anak, proporsional, perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya
terakhir, dan penghindaran pembalasan.12
D. Latihan
1. Sebutkan definisi putusan pengadilan menurut pendapat Sudikno
Mertokusumo!
2. Sebutkan pengertian Hukum Pidana menurut Moelljatno!
3. Sebutkan Asas dalam Sistem Peradilan Pidana Anak!
E. Rangkuman
1. Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu
Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
· Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang
dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana
tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.
· Menentukan kapan dan dalam hal hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yang telah diancamkan.
· Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut
2. Putusan Pengadilan/Hakim
Putusan hakim itu adalah yang diucapkan di depan persidangan
F. Evaluasi
1. Dibawah ini merupakan pengertian dari kata “Straafrecht” menurut Bahasa
Belanda:
a. Sanksi
b. Aturan
c. Tahanan
d. Dakwaan
• Putusan hakim itu adalah yang diucapkan di depan persidangan (uitspraak),
dapat dilaksanakan … dengan yang tertulis.
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan peserta pelatihan dapat menjelaskan
Jenis-Jenis Pidana Dan Tindakan
1. Anak yang berusia 12 (dua belas) tahun sampai dengan belum berusia 14
(empat belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan; sedangkan
2. Anak yang berusia 14 (empat belas) tahun atau lebih sampai dengan belum
berumur 18 (delapan belas) tahun:
a. Dapat dikenai tindakan apabila ancaman pidananya di bawah 7 (tujuh)
tahun; atau
b. Dijatuhkan pidana
Untuk lebih jelasnya mengenai jenis pidana pada persidangan anak, akan
dibahas sebagai berikut:
15
A. Pidana Pokok
Sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana anak
terbagi atas Pidana Pokok dan Pidana Tambahan:13
B. Pidana Tambahan
Pidana Tambahan terdiri dari:
13 Pasal 71 UU SPPA
14 Penjelasan pasal 71 ayat (2) huruf b UU SPPA
15 Pasal 82 UU SPPA
Usia yang masih sangat muda (belum berumur 14 (empat belas) tahun)
memiliki faktor kerentanan dan resiko yang lebih besar daripada Anak yang
usianya lebih dewasa, oleh karena itu hanya dikenakan tindakan (maatregel)
yang lebih kepada upayan perbaikan dan pembinaan Anak. Artinya, ketika
Hal ini juga sejalan dengan ketentuan Pasal 86 UU SPPA, ayat (1)
“Anak yang belum selesai menjalani pidana di LPKA dan telah mencapai
umur 18 (delapan belas) tahun dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan
pemuda”. Ketentuan ini memiliki logika hukum, bahwa Anak menjalani pidana
C. Latihan
1. Sebutkan Sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana
anak!
2. Apakah Anak yang ketika disidangkan ke sidang Anak telah berumur 18
tahun dapat dituntut pidana penjara di LPKA? Jelaskan jawaban Saudara!
3. Bagaimana kalau di daerah hukum Saudara tidak ada Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda?
G. Evaluasi
• Apa yang dimaksud dengan pidana tambahan pemenuhan kewajiban adat?
a. hukum mengikuti adat setempat
b. denda atau tindakan yang harus dipenuhi berdasarkan norma adat
setempat yang tetap menghormati harkat dan martabat Anak serta
tidak membahayakan kesehatan fisik dan mental Anak
c. pemenuhan sesuai kewajiban tokoh adat
d. Anak boleh menerapkan adat
• Anak usia 18 (delapan belas tahun) dijatuhi pidana
a. penjara di LPKS
b. penjara di Panti Sosial
c. penjara di LPKA
d. penjara di Lapas
• Anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan berdasarkan
ketentuan dalam:
a. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang SPPA
b. Undang Undang Nomor 11 tahun 2013 tentang SPPA
c. Undang Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang SPPA
d. Undang Undang Nomor 11 tahun 2011 tentang SPPA
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan peserta pelatihan dapat mensimulasikan
Tata Cara Pelaksanaan Pidana dan Tindakan
23
masuk dalam syarat diversi namun setelah diupayakan atau dilakukan
prosesnya tidak berhasil. Jaksa Agung kemudian menerbitkan
Pedoman Nomor 3 Tahun 2019 tentang Tuntutan Pidana Perkara
Tindak Pidana Umum untuk memberikan standar penuntutan perkara
Anak. Pidana peringatan dapat dituntut untuk tindak pidana yang
bersifat ringan seperti dalam hal:
“Pidana dengan syarat dapat dijatuhkan oleh Hakim dalam hal pidana
penjara yang dijatuhkan paling lama 2 (dua) tahun. (2) Dalam putusan
pengadilan mengenai pidana dengan syarat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditentukan syarat umum dan syarat khusus. (3) Syarat
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Anak tidak akan
melakukan tindak pidana lagi selama menjalani masa pidana dengan
syarat. (4) Syarat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
untuk melakukan atau tidak melakukan hal tertentu yang ditetapkan
dalam putusan hakim dengan tetap memperhatikan kebebasan Anak.
“ (1) Atas usul Jaksa, hakim yang memutus perkara dalam tingkat
pertama dapat memerintahkan supaya pidananya dijalankan, atau
memerintahkan supaya atas namanya diberi peringatan pada
terpidana, yaitu jika terpidana selama masa percobaan melakukan
tindak pidana dan karenanya ada pemidanaan yang menjadi tetap,
atau jika salah satu syarat lainnya tidak dipenuhi, ataupun jika
terpidana sebelum masa percobaan habis dijatuhi pemidanaan
yang menjadi tetap, karena melakukan tindak pidana selama masa
percobaan mulai berlaku. Ketika memberi peringatan, hakim harus
menentukan juga cara bagaimana memberikan peringatan itu”.
a. lembaga pendidikan;
b. lembaga keagamaan; atau
c. lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan Anak.
Ketentuan mengenai kerja sama pembinaan dalam lembaga
diatur dengan Peraturan Menteri. Sebagai contoh, tuntutan pidana
Pembinaan dalam lembaga, sebagai berikut:
Keterangan
5. Pidana Penjara
Pidana penjara adalah pidana pokok kelima dari ketentuan
Pasal 71 ayat (1) huruf e UU SPPA. Pidana penjara merupakan pidana
merupakan pilihan terakhir dari UU SPPA yang lebih mengedepankan
sifat ultimatum remidium. Berdasarkan ketentuan pasal 81 UU SPPA,
Anak yang dijatuhi pidana penjara ditempatkan di LPKA dan pembinaan
Anak di LPKA dilaksanakan sampai dengan Anak berusia 18 (delapan
belas) tahun.
a. Pendampingan;
b. pembimbingan dan pengawasan;
c. pemenuhan hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pembimbingan,
pengawasan, dan pendampingan, serta pemenuhan hak lain.
Ketentuan mengenai tata cara penyelenggaraan pelaksanaan
kewajiban Bapas sebagaimana diuraikan di atas, diatur dengan
Peraturan Menteri.
I. Pidana Tambahan
Pidana tambahan merupakan pidana yang diatur dalam ketentuan
pasal 71 ayat (2) UU SPPA. Pidana tambahan ini berupa perampasan
keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana atau pemenuhan kewajiban
adat.
Cara Pelaksanaan
- Jaksa memanggil Anak dan Orang Tua/Wali, Pembimbing
Kemasyarakatan, Advokat atau pemberi bantuan hukum
lainnya (jika ada), dan tokoh/kepala adat untuk melaksanakan
pemenuhan kewajiban adat.
- Jaksa membuat berita acara pelaksanaan putusan pengadilan
dan mengirimkan tembusannya kepada Pengadilan Negeri.
Keterangan
- “Kewajiban adat” adalah denda atau tindakan yang harus dipenuhi
berdasarkan norma adat setempat yang tetap menghormati
harkat dan martabat Anak serta tidak membahayakan kesehatan
fisik dan mental Anak
- Dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban adat harus
memperhatikan proporsionalitas
o tingkat keseriusan tindak pidana;
o tingkat kerugian yang ditimbulkan; dan
o kemampuan Anak untuk memenuhi kewajiban adat.
II. Tindakan
Dalam sidang anak, hakim dapat menjatuhkan pidana atau tindakan.
Pidana tersebut dapat berupa Pidana Pokok atau Pidana Tambahan.
Sedangkan untuk Tindakan dapat dilihat dalam Pasal 82 dan Pasal 83 UU
SPPA. Tindakan yang dapat dikenakan terhadap anak dapat berupa:
4. Perawatan di LPKS.
Tindakan ini dikenakan paling lama 1 (satu) tahun.
1. Tahap Prapenuntutan
a. tahap mengkonstatir dan mengkualifisir fakta dalam
berkas perkara hasil penyidikan untuk menentukan
apakah tersangka dapat atau tidak dijatuhkan pidana
tambahan dan/atau dikenakan tindakan kebiri kimia,
pemasangan alat pendeteksi elektronik dan/atau
rehabilitasi untuk pemenuhan syarat objektif.
b. tahap assesment. Hanya terdakwa yang memang
menurut penilaian klinis tim medis dan psikiatri
memerlukan tindakan kebiri kimia dan/atau
19 Pasal 82 ayat (2) UU PA: Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh orang tua, wali, orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga, pengasuh anak, pendidik,
tenaga kependidikan, aparat yang menangani perlindungan anak, atau dilakukan oleh lebih dari satu
orang secara bersama-sama, pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1). Pasal 82 ayat (3) UU PA: Selain terhadap pelaku sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), penambahan 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana juga dikenakan kepada pelaku yang
pernah dipidana karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E. Pasal
82 ayat (4): Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E menimbulkan korban
lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit menular, terganggu
atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban meninggal dunia, pidananya ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Ancaman pidana untuk Anak lebih rendah daripada ancaman pidana dalam
UU SPPA. Apabila anak yang telah mencapai umur 12 (dua belas) tahun tetapi
belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum menikah melakukan
Jarimah, maka terhadap anak tersebut dapat dikenakan ‘Uqubat paling banyak
1/3 (satu per tiga) dari ‘Uqubat yang telah ditentukan bagi orang dewasa dan/
atau dikembalikan kepada orang tuanya/walinya atau ditempatkan di tempat yang
disediakan oleh Pemerintah Aceh atau Pemerintah Kabupaten/Kota. Ketentuan
Qanun yang mengurangi ancaman pidana bagi Anak 1/3 dari ancaman pidana
orang dewasa, ancaman pidannya lebih ringan dari UU SPPA yang mengurangi ½
(satu per dua) dari ancaman pidana orang dewasa. Tata cara pelaksanaan ‘Uqubat
terhadap anak yang tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai
sistem peradilan anak diatur dalam Peraturan Gubernur.24
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum, terkait Qanun telah menerbitkan
SEJAM Pidum Nomor: SE-2/E/JA/11/2020 Tentang Pedoman Penanganan Perkara
Tindak Pidana Umum Dengan Hukum Jinayat Di Provinsi Aceh untuk mengatur,
22 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat, konsideran Menimbang Huruf b, c,
d, e
23 Pasal 66 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat
24 Pasal 67 ayat 2 dan 3 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat
I. Latihan
1. Jelaskan yang dimaksud dengan pidana peringatan..!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan Pidana dengan Syarat..!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Pidana Tambahan..!
J. Rangkuman
1. Pelaksanaan Putusan Pidana atau Tindakan berdasarkan Undang-Undang
Sistem Peradilan Pidana Anak Pelaksanaan putusan yang diatur pada pasal
71 sampai dengan 83 UU SPPA. Mengatur mengenai Pidana pokok bagi
Anak, berupa pidana peringatan; pidana dengan syarat: pelatihan kerja;
pembinaan dalam lembaga; dan penjara.
Pidana Dengan Syarat terdiri dari : pembinaan di luar lembaga; pelayanan
masyarakat; atau pengawasan.
K. Evaluasi
1. Dalam sidang anak, hakim dapat menjatuhkan pidana atau tindakan. Pidana
tersebut dapat berupa Pidana Pokok atau Pidana Tambahan. Sedangkan
untuk Tindakan dapat dilihat dalam Pasal 82 dan Pasal 83 UU SPPA.
Tindakan yang dapat dikenakan terhadap anak dapat berupa:
a. Pengembalian kepada orang yang berhak; Penyerahan kepada
seseorang; Tindakan penyerahan Anak kepada seseorang dilakukan
untuk kepentingan Anak yang bersangkutan; Perawatan di rumah sakit
jiwa.
b. Pengembalian kepada orang tua/Wali; Penyerahan kepada seseorang;
Tindakan penyerahan Anak kepada seseorang dilakukan untuk
kepentingan Anak yang bersangkutan; Perawatan di rumah sakit jiwa.
c. Pengembalian kepada orang orang yang tua; Penyerahan kepada
seseorang; Tindakan penyerahan Anak kepada seseorang dilakukan
untuk kepentingan Anak yang bersangkutan; Perawatan di rumah sakit
jiwa.
d. Pengembalian kepada orang tua kaka nya; Penyerahan kepada
A. Kesimpulan
Revisi Modul Mata Pelatihan Pelaksanaan Putusan Hakim merupakan
upaya yang dilakukan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum
Dan HAM, dalam rangka melaksanakan amanat Undang Undang Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, bahwa anak hanya dapat
dijatuhi pidana atau dikenai tindakan berdasarkan ketentuan dalam Undang
Undang ini dan ringannya perbuatan, keadaan pribadi anak, atau keadaan pada
waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi kemudian dapat dijadikan dasar
pertimbangan hakim untuk tidak menjatuhkan pidana atau mengenakan tindakan
dengan mempertimbangkan segi keadilan dan kemanusiaan.
Modul ini dapat digunakan pada Pelatihan, dan dapat juga dijadikan bahan
pembelajaran sendiri (self learning) bagi Aparat Penegak hukum dan pihak terkait
lainnya. Harapan nya modul ini dapat menjadi salahsatu bahan acuan dalam
pelaksanaan putusan pidana atau tindakan untuk sinergi dan penyamaan persepsi
diantara para APH dan Pihak terkait lainnya.
B. Tindak Lanjut
Berbekal hasil belajar pada Modul Pelaksanaan Putusan Hakim, melalui
pembelajaran Putusan Pengadilan Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak; Jenis
Jenis Pidana Dan Tindakan; Tata Cara Pelaksanaan Pidana dan Tindakan; (Lihat
Lampiran Pedoman Tut Anak), Tabel Tuntutan dan Pelaksanaan Pidana (Masukkan
Matrik), SOP Koordinasi Pelaksanaan Pidana dan Tindakan (SOP Koordinasi
Terpadu Proyek IRJI), Pelaksanaan Putusan Pidana Tindak Pidana Persetubuhan
93
dan Pencabulan terhadap Anak, dan Pelaksanaan Pidana dalam Hukum Jinayat
dan Hukum Acara Jinayat, peserta diharapkan mampu melaksanakan dan
memanfaatkan informasi ini seoptimal mungkin guna menunjang pelaksanaan
tugas dan meningkatkan kinerja di instansi masing masing dengan persepsi yang
sama dan bersinergi.
BUKU
_______,M. Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata, cet. III, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2003), hlm. 48.
PERATURAN
_______,Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana Pasal 1 butir 11
95
________Peraturan Gubernur Aceh Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan
Hukum Acara Jinayat, pasal 5 huruf h , tata cara pelaksanaan ‘Uqubat
terhadap Anak.
BAB II
JAWABAN LATIHAN
97
perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir; dan
penghindaran pembalasan
JAWABAN EVALUASI
1 a
2 c
3 d
BAB III
JAWABAN LATIHAN
3. Ketentuan Pasal 86 UU SPPA, ayat (1) “Anak yang belum selesai menjalani
pidana di LPKA dan telah mencapai umur 18 (delapan belas) tahun
dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan pemuda”. Ketentuan ini memiliki
JAWABAN EVALUASI
1 a
2 a
3 c
BAB IV
JAWABAN LATIHAN
1. Pasal 71 ayat (1) huruf a UU SPPA. Pidana peringatan merupakan pidana
ringan yang tidak mengakibatkan pembatasan kebebasan anak, (vide Pasal
72 UU SPPA), oleh karena itu, jenis pidana pokok ini hanya dapat dijatuhkan
kepada Anak untuk tindak pidana yang sangat ringan atau seharusnya masuk
dalam syarat diversi namun setelah diupayakan atau dilakukan prosesnya
tidak berhasil. berdasarkan Pedoman Nomor 3 Tahun 2019 tentang Tuntutan
Pidana Perkara Tindak Pidana Umum untuk memberikan standar penuntutan
perkara Anak. Pidana peringatan dapat dituntut untuk tindak pidana yang
bersifat ringan seperti dalam hal:
h. korban dan/atau keluarga korban sudah memaafkan;
i. masyarakat tidak mempermasalahkan;
j. menimbulkan dampak / kerugian tidak terlalu besar;
k. orang tua Anak kooperatif, sanggup dan berkompeten untuk mendidik
serta membina Anaknya;
Cara Pelaksanaan
· Jaksa memanggil Anak dan Orang Tua/Wali, Pembimbing
Kemasyarakatan, Advokat atau pemberi bantuan hukum
lainnya (jika ada), dan tokoh/kepala adat untuk melaksanakan
pemenuhan kewajiban adat.
· Jaksa membuat berita acara pelaksanaan putusan pengadilan
dan mengirimkan tembusannya kepada Pengadilan Negeri.
Keterangan
· “Kewajiban adat” adalah denda atau tindakan yang harus dipenuhi
berdasarkan norma adat setempat yang tetap menghormati
harkat dan martabat Anak serta tidak membahayakan kesehatan
fisik dan mental Anak
JAWABAN EVALUASI
1 b
2 d
3 b