Disusun Oleh :
RATNA MARISA
الرحِيم
َّ ِالر ْح َم ِن
َّ ــــــــــــــــم اﷲ
ِ ِب ْس
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan masyarakat
dituntut untuk dapat mengatasi atau mewaspadai segala bentuk
perubahan sosial atau kebudayaan. Meskipun telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan masih banyak masyarakat yang tidak
mengetahui dan memahami bagaimana prosedur-prosedur yang
berlaku dalam hukum itu sendiri. Tidak adanya pemahaman tersebut
seringkali menyebabkan terjadi implementasi hukum yang tidak benar.
Hal tersebut dapat membuat hukum yang berlaku di masyarakat
menjadi tidak optimal dan membuat masyarakat menjadi lupa, bahwa
ada hukum yang mengatur Batasan-batasan hak-hak mereka dengan
hakhak orang lain. Karena ketidaktahuan akan hukum tersebut, maka
timbulan gejala sosial yang dinamakan kejahatan.
Kejahatan merupakan Perilaku yang tidak sesuai norma atau
dapat disebut sebagai penyelewengan terhadap norma yang telah
disepakati ternyata menyebabkan terganggunya ketertiban dan
ketentraman kehidupan manusia. Kejahatan sejak dahulu hingga
sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari kalangan
pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan
bukanlah merupakan persoalan yang sederhana terutama dalam
masyarakat yang sedang mengalami perkembangan seperti Indonesia
ini.
Perkembangan itu dapat dipastikan terjadi karena adanya
perubahan tata nilai, dimana perubahan tata nilai yang bersifat positif
berakibat pada kehidupan masyarakat yang harmonis dan sejahtera,
sedangkan perubahan tata nilai bersifat negatif menjurus ke arah
runtuhnya nilainilai budaya yang sudah ada.
Fenomena munculnya kejahatan sebagai gejala sosial karena
pengaruh kemajuan iptek, kemajuan budaya dan pembangunan pada
umumnya tidak hanya menimpa orang dewasa, tetapi juga menimpa
anak-anak. Upaya penanganan atas kejahatan yang muncul adalah
dengan memfungsikan instrumen hukum pidana secara efektif melalui
sistem peradilan pidana.
Anak pada dasarnya adalah amanah sekaligus karunia Tuhan
Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya
melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus
dijunjung tinggi. Anak dilahirkan merdeka, tidak boleh dilenyapkan atau
dihilangkan, kemerdekaan anak harus dilindungi dan diperluas dalam
hal mendapatkan hak atas hidup dan hak perlindungan baik dari orang
tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.5 Oleh karena itu tidak
ada setiap manusia atau pihak lain yang boleh merampas hak tersebut,
karena hak asasi anak tersebut merupakan bagian dari hak asasi
manusia (HAM) yang mendapat jaminan dan perlindungan hukum
secara internasional maupun hukum nasional.
Atas dasar tersebut pemerintah berupaya melakukan pemberian
perlindungan terhadap anak. Perlindungan hukum bagi anak dapat
diartikan sebagai upaya perlindungn bagi hukum terhadap berbagai
kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of
children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan
kesejahteraan anak. Oleh karenanya penghargaan akan hak-hak yang
melekat pada anak tetaplah harus dikedepankan dalam segala waktu,
tempat maupun personality pengedepanan prinsip-prinsip on-
diskriminasi, kepentingan terbaik untuk anak, dan hak untuk hidup
kelansungan dan perkembangan, penghargaan terhadap pendapat
anak, tidaklah ditawartawar lagi harus senantiasa menyertai anak
tersebut.
Akibat semakin memprihatikannya perlindungan anak di
Indonesia, teruatama dengan meomentum banyaknya anak-anak yang
menjadi korban dari kekerasan seksual di Indoesia, maka Presiden
Jokowi mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UndnagUndang
atas Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak atau yang lebih dikenal tentang Perppu
Perlindungan Anak, dan akhirnya dijadikan undang-undang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Republik Indonesia (DPR RI) menjadi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang
(UU 17/2016) pada tanggal 12 oktober 2016 pada sidang rapat
Paripurna DPR RI tanpa ada pengubahan isi.
Dengan landasan pemikiran ini, penulis akan mencoba
memaparkan mengenai makalah tentang peraturan perlindungan anak
di Indonesia
B. RUMUSAN MASALAH
1. Perkembangan Peraturan Undang-undang Perlindungan Anak
2. Perundang-Undangan Nasional Tentang Kekerasan, Eksploitasi,
Penelantaran dan Perlakuan Salah pada Anak
3. Analisis Perkembangan Pembentukan Perubahan Kedua
Perlindungan Anak Nomor 17 Tahun 2016
BAB II
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perundang-undang nasional di bidang perlindungan anak
khususnya terkait tindak pidana kekerasan, eksploitasi, perlakuan
salah dan penelantaran pada anak perlu diamandemen. Perbaikan
undang-undang ini harus dilakukan dengan caramelengkapi unsur-
unsur deliknya sehingga persoalan tindak pidana ini menjadi clear dan
mudah ditegakkan oleh penegak hukum, serta mudah difahami oleh
masyarakat awam sekalipun. Ada kesan bahwa bahasa undang-
undang hanya bisa difahami oleh mereka yang berpendidikan hukum
semata. Padahal undang-undang yang baik haruslah dibuat untuk
mudah dipahami masyarakat yang menggunakan undang-undang itu.
B. Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai
berikut: 1) Penulis berharap agar pihak pembentuk undang-undang
yaitu pihak legislatif agar mengesahkan Perubahan Kedua Undang-
Undang Perlindungan Anak akibat dari kebutuhan dinamika
perlindungan anak, bukan karena ada kepentingan; 2) Penulis
menyarankan agar Perubahan Kedua Undang-Undang Perlindungan
Anak menjadi dasar penegak hukum dalam bertindak untuk penegakan
hak-hak anak dan 3) Penulis menyarankan agar pemerintah membuat
aturan yang lebih baik lagi terkait perlindungan anak, agar tidak terjadi
tumpang tindih antar lembaga negara.
DAFTAR PUSTAKA