Dosen Pembimbing :
Melani, SH. MH
Disusun Oleh :
BANDUNG - 2020
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas karunia dan ridha-
Nyalah sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah
ini disampaikan sebagai tugas mata kuliah Hukum Perlindungan Hak Anak dan
Reproduksi Wanita. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Melani, SH.MH selaku dosen pembimbing, atas kontribusi dan bimbingan beliau
selama perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi
sebagaimana manusia lainnya, sehingga tidak ada manusia ataupun pihak lain yang
boleh merampas hak tersebut. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak
adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa sehingga setiap
anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta
berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan
dalam pasal 1 ayat (1) Anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang dalam kandungan. Kemudian pada ayat (2).
Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat dan martabat kemanusian, serta
Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM)
terhadap anak-anak dimana pelakunya adalah orang dewasa, peristiwa ini dapat
terjadi pada anak jalanan ataupun anak lain. Contoh dari maraknya pelanggaran
5
Kasus pelanggaran ini seperti fenomena gunung es, dimana terlihat hanya bagian
permukaan saja padahal banyak yang tidak terungkap, sebagaimana kondisi yang
terjadi Jakarta Barat, yang menimpa Rido Rhoma (10 tahun), Riki Maulana (9
tahun), dan Nabila (5 tahun). Saat ditemukan, ketiganya tampak menangis tersedu
di pinggiran kolong salah satu jembatan kota besar itu. Mereka mengalami
kekerasan fisik oleh oknum preman sekitar yang notabenenya masih remaja, serta
dipaksa untuk memakai narkotika atau jenis shabu jika tidak mau menuruti
kehendak preman-preman itu.1 Ini hanya contoh kecil dari banyaknya kasus
kejahatan atau pelanggaran pada hak anak. Faktanya, angka kejahatan ini
menunjukkan tren peningkatan. Hanya sebagian kecil saja kasus pelanggaran yang
sudah dilaporkan dan ditangani secara hukum, masih banyak kasus dengan jenis
pelanggaran hak anak lainnya diluar sana, bahkan yang tidak disadari adalah
Pada kesempatan ini, penulis akan membahas kasus pelanggaran hak anak
dewasa tak dikenal pada anak jalanan, sebagaimana kasus diatas. Berita ini masuk
dalam salah satu berita harian website sindonews.com setelah korbannya ditemukan
1
Yan Yusuf. Sungguh Kejam, Sudah Dipaksa Nyabu, Bocah Ini disiksa Jika Tidak Mencuri.
https://metro.sindonews.com/read/228458/170/sungguh-kejam-sudah-dipaksa-nyabu-bocah-ini-
disiksa-jika-tidak-mencuri-1605093073/ . [diakses pada 7 Desember 2020].
6
B. IDENTIFIKASI MASALAH
3. Apa saja usaha yang pemerintah dalam menjamin dan melindungi hak anak
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian anak adalah seorang yang masih ada di bawah usia tertentu dan
belum dewasa serta belum kawin. Anak juga adalah keadaan manusia normal yang
masih berusia muda dan sedang menentukan identitasnya serta sangat labil jiwanya
sehingga sangat mudah terkena pengaruh lingkungan.2 Menurut pasal 1 ayat (1)
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.
Hak anak secara universal telah ditetapkan melalui Sidang Umum PBB
berhak menikmati hak-hak dan kebebasan baik untuk kepentingan mereka sendiri
maupun masyarakat. Semua pihak baik individu orang tua, organisasi social,
semua upaya untuk memenuhinya. Ada 10 (sepuluh) hak anak menurut deklarasi
tersebut, yaitu:
1. Anak berhak menikmati semua haknya tanpa pengecualian. Dengan kata lain,
2
Romli Atmasasmita. Kapita Selekta Kriminilogi. Bandung : Armico. 1983; 25.
8
5. Anak yang cacat fisik, mental dan lemah kedudukan sosialnya akibat suatu
khusus.
10. Anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke bentuk diskriminasi
Tindak kekerasan pada anak Indonesia masih sangat tinggi, karena cara
pandang yang salah terhadap hak anak. Banyak orang tua yang menganggap anak
adalah milik mereka yang bisa diperlakukan seperti apapun, diperlakukan dengan
baik atau dengan kekerasan. Kekerasan yang dialami anak sangat banyak jenisnya,
3
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Konvensi Hak-hak Anak. Disetujui oleh Majelis Umum PBB
pada 20 November 1989. Terdiri dari 54 pasal, yang didalamnya membahas 10 hak anak.
9
salah satunya kekerasan seksual. Kekerasan seksual yang dialami anak akan
dilakukan seseorang kepada orang lain tanpa persetujuan orang tersebut, sehingga
menimbulkan rasa malu, marah, trauma dan sebagainya. Anak yang menjadi korban
sehingga membahayakan bagi perkembangna anak baik jiwa dan tubuh anak
seseorang).
Perlindungan anak menurut Arief Gosita adalah suatu usaha melindungi anak
4
Barda Nawawi Arief. Masalah Penegakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kesehatan.
Kencana: Jakarta. 2007; 61.
10
dalam hukum (tertulis maupun tidak tertulis) yang menjamin anak benar-benar
hak-hak yang diatur hukum dan bukan kewajiban, mengingatkan secara hukum
anak ialah suatu bentuk perlindungan yang diterima oleh anak dalam situasi dan
kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap ancaman yang
(HAM). Perlindungan yang diberikan kepada anak terdapat pada Pasal 58 sebagai
berikut :
pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau
b. Dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh melakukan segala bentuk
hukuman.
5
Arief Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Akademi: Presindo, Jakarta, 1989, hal.52.
6
Bismar Siregar Dalam Irma Setyowati. Aspek Hukum Perlindungan Anak. Bumi Aksara: Jakarta.
1990; 15.
11
Selain hak anak yang terkadung dalam Konvensi Hak Anak, Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang tercantum pada bab
X (sepuluh) yang berisikan hak-hak anak. Beberapa pasal yang dibuat untuk
melindungi hak asasi anak dari kekerasan maupun penganiayaan orang tua,
a. Pasal 52 ayat (1) Setiap anak berhak atas perlindungan orang tua, keluarga,
masyarakat dan negara. (2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk
kepentingan hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak
dalam kandungan.
perlakuan buruk dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua
atau walinya, atau pihak lain maupun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan anak tersebut. (2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh
e. Pasal 66 ayat (1) Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran
(2) Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan
untuk pelaku tindak pidana yang masih anak. (3) Setiap anak berhak untuk
penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesuai dengan
hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksankan sebagai upaya terakhir.
bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang
obyektif dan tidak memihak dalam siding yang tertutup untuk umum.7
Realitas sosial menunjukkan bahwa Anak dalam kondisi pisik masih lemah
rawan untuk menjadi korban kekerasan pisik atau penganiayaan, seharusnya anak-
anak aman berada dibawah lindungan orang tua dan keluarga besarnya, tapi gejala
7
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang tercantum pada bab
X.
13
Belum ada data yang akurat mengenai anak korban kekerasan atau penganiayaan,
keluarga yang tidak perlu diketahui oleh orang lain. Laporan Komnas Anak
mencatat, bahwa sekitar 871 anak mengalami tindakan kekerasan dan 80 persen
anak tersebut dilindungi, dibiayai dan dipasilitasi kebutuhan hidupnya oleh orang
tua kandungnya, tapi justru ditekan dan disengsarakan orang tuanya. Untuk
kejadian seperti ini pihak pemerintah sulit untuk mengetahui sedini mungkin,
menjaga dan mengawasi keselamatan anak, serta akibat orang tua mempercayakan
perlindungan anak pada orang yang nyata-nyata tidak layak dipercaya untuk dapat
kecelakaan. Kondisi seperti ini banyak terjadi ditengah masyarakat perkotaan yang
padat penduduknya.9
Ini hanya salah satu contoh kasus dari banyak kasus tentang penganiayaan
terhadap anak yang terjadi akibat kelalaian dan atau kelemahan pihak orang tua si
8
Suherman Toha, et. al. Aspek Hukum Perlindungan Terhadap Anak. Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia. 2009.
9
Ibid.
14
anak. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada anak dalam pengawasan orang tua atau
keluarga terdekat, kekerasan yang lebih berat dapt terjadi pada anak jalanan. Anak
jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah.
Ada 3 macam anak jalanan, pertama yang hidupnya tinggal di jalanan lebih dari 9
jam, kedua yang sewaktu-waktu di jalan antara 4 sampai 9 jam perhari, dan ketiga
yang rentan menjadi anak jalanan atau berada di jalanan kurang dari 4 jam.
Kementrian sosial menyatakan ada beberapa ciri secara umum anak jalanan, antara
lain:
lulus SD).
3. Berasal dari keluarga yang tidak mampu (kebanyakan kaum urban dan
informal).10
tentang perlindungan anak, kekerasan ialah setiap perbuatan terhadap anak yang
10
Muliadi Nur. Perlindungan Hak Asasi Anak di Era Globalisasi (Antara Ide dan Realita). Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Manado. 2016.
15
oleh anak yang diberikan orangtua dapat dibagikan menjadi dua bentuk:
dilukai.
perundang- undangan yang memiliki kekuatan hukum pasti. Hak-hak yang banyak
dilanggar dan tidak terlindungi dengan maksimal dari banyak kasus, anak selalu
menjadi korban terbanyak. Budaya patrialki yang masih sangat kental dan melekat
dalam adat istiadat dan sistem budaya yang selama ini diperkenalkan dalam
kehidupan sehari-hari, membuat status anak menjadi semakin lemah dan mudah
menjadi korban.
Anggapan dalam masyarakat bahwa orang tua itu adalah benar dan selalu
dilakukan oleh kaum pria. Oleh karena itu, perlindungan terhadap anak sangat
dibutuhkan, baik itu perlindungan yang dilakukan oleh dirinya sendiri, oleh Negara
11
Ibid.
16
Banyaknya penderitaan anak yang menjadi korban dalam hal ini korban tindak
pidana kekerasan dalam rumah tangga dan kesusilaan, mereka akan mengalami
penderitaan yang berlipat ganda, mulai dari kerugian fisik, psikis dan harga diri,
bagi anak yang menjadi korban tersebut. Kejahatan dan penjahat senantiasa menjadi
permasalahan yang seakanakan tidak pernah habis dalam persoalan masyarakat dan
penegakan hukumnya, bahkan dalam kajian teori dan dalam bentuk penelitaian
sekalipun, persoalan ini tetap menjadi perdebatan yang menarik. Namun sedikit
sekali perhatian yang diberikan orang atau badan/lembaga atau bahkan negara
perlindungan baik dari segi aspek hukum maupun aspek lainnya, sehingga kondisi
ini menyebabkan kurangnya jaminan sosial bagi korban kejahatan ketika kembali
satu pihak saja yaitu negara, baik melalui lembaga-lembaga negara, undang-
pengedar narkotika. Mula-mula mereka diberi beberapa kali dan setelah mereka
12
Loc. cit
17
narkotika itu obat legal yang diragukan dalam dunia kedokteran, namun saat ini
bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan
Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau
dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11
waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja. Bukan tanpa alasan mengapa
banyaknya bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan narkoba yang tidak
13
Sumarlin Adam. Dampak Narkotika Pada Psikologi dan Kesehatan Masyarakat. IAIN Sultan
Amai Gorontalo. 2012.
14
Dewi Siti Hamzah Marpaung. Bahaya Narkoba serta Perlindungan Hukum terhadap Anak
sebagai Pelaku Narkoba di Kabupaten Purwakarta. Jurnal Hukum POSITUM Vol.4. No.1. (2019):
98-115.
18
saja, pengguna narkoba sama sekali tidak menarik dengan badannya yang
sangat kurus karena pengguna narkoba sering kehilangan nafsu makan, (2)
seperti infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah, (6) gangguan
manusia. Tidak hanya itu, pengguna narkoba juga rentan terkena penyakit
2) Dampak Psikologis
mereka. Tidak heran ketika seorang anak tiba-tiba berubah menjadi pendiam
dan sering menggurung diri karena mereka justru asik dengan efek halusinasi
konsumsi itu. Sering gelisah, kurang percaya diri, kesulitan bergaul, sering
diselimuti perasaan tertekan, stres, dan depresi adalah dampak buruk bagi
3) Dampak Sosial
oleh masyarakat. Tidak ada yang mau berteman dengan mereka. Sebaliknya,
Tidak hanya itu, psikis pun juga berubah menjadi pribadi yang mudah
tersinggung dan mudah marah sehingga tidak jarang akan memicu pertikaian
dan perkelahian terutama di antara sesama pelajar yang juga sering menjadi
penyebab tawuran.
atau kondisi sosial. Bagi mereka, selama ada narkoba maka hidup mereka
akan baik-baik saja dan mereka pun merasa selalu sehat. Padahal, sudah
diketahui bahwa yang namanya narkoba itu sendiri harganya tidak ada yang
murah sehingga tidak mungkin seorang remaja terutama yang masih berada
di bawah tanggung jawab orang tua, mendapat uang saku juga dari orang tua,
kebutuhan akan obat jahanam itu mereka melakukan tindak kejahatan seperti
20
mencuri hanya untuk mendapatkan uang guna membeli narkoba. Jika sudah
di sekolah, bahkan tidak jarang bagi anak penyalaguna narkoba jadi putus
ekonomi nasional. Anak yang terkenal cerdas dengan prestasi akademik yang
fantastis pun bisa saja tiba-tiba mendapat nilai yang jatuh merosot secara tiba-
hilangnya kemauan dan semangat belajar. Di dalam kelas pun, mereka jadi
dilakukan anak, ada yang dinamakan diversi, yaitu pengalihan penyelesaian perkara
anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana, ini untuk
15
Ibid.
21
diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar. Proses
diversi ini dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak dan orang
Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, maka lebih
Hal ini diukur pada saat anak melakukan tindak pidana narkotika jika
anak melakukan tindak pidana pada usia 14 tahun dan tertangkapnya ketika
ia berumur 17 tahun tetap menjalankan proses sidang anak. Karena usia anak
tersebut dilihat dari si anak melakukan tindak kejahatan. Hal ini sesuai dalam
16
Nandang Sambas. Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan Instrumen Internasional
Perlindungan Anak serta Penerapannya. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013; 32.
22
d) Sidang tertutup
anak jalanan. Fenomena sosial anak jalanan terutama terlihat nyata di kota-kota
besar setelah terjadinya krisis ekonomi. Umumnya anak jalanan hampir tidak
keberadaan.18
yang membuat anak tidak nyaman dan banyak dihadapkan dengan berbagai
17
Ibid.
18
Loc. cit.
23
masalah, seperti: kurang perhatian orang tua, kurang pendidikan, kurang kasih
saying dan kehangatan jiwa, kurang gizi, kehilangan hak untuk bermain; kehilangan
anak-anak dianiaya batinnya, fisiknya, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain
yang membuat anak tidak nyaman dan banyak dihadapkan dengan berbagai
masalah, seperti: kurang perhatian orang tua, kurang pendidikan, kurang kasih
saying dan kehangatan jiwa, kurang gizi, kehilangan hak untuk bermain; kehilangan
anak-anak dianiaya batinnya, fisiknya, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain
yang lebih kuat dan dewasa. Mereka tumbuh berkembang dengan latar belakang
kehidupan jalanan yang keras dan bergelimang kemiskinan sehingga bila tidak ada
uluran tangan yang menyelamatkannya maka cederung akan tumbuh menjadi orang
yang berperilaku negatif Anak jalanan adalah anak yang terkategorikan tak berdaya.
lainnya yang bukan anak jalanan. Mereka membutuhkan pendidikan, dan kasih
perkembangan fisik dan mental mereka. Sebab anak bukanlah orang dewasa yang
berukuran kecil. Kita tak cukup memberinya makan dan minum saja, atau hanya
saying adalah fundamen pendidikan. Tanpa kasih saying, pendidikan ideal tak
mungkin dijalankan. Pendidikan tanpa cinta menjadi kering tak menarik. Dalam
mendidik anak diperlukan sosok ibu dan ayah yang sepaham seirama dengan anak.
Perlu kehadiran sosok orang tua yang dapat dijadikan teladan, rajin bercerita,
sengaja, mengamuk, keras kepala, selalu menolak, penakut, manja, nakal). Anak
jalanan sangat membutuhkan adanya keluarga ideal dan kondusif bagi tumbuh
Bila saja pemerintah memberikan fasilitas yang cukup memadai bagi anak-
mental tentunya akan meminimalisir angka diskriminasi anak dan kriminalitas yang
dilakukan oleh anak-anak tersebut. Pembangunan sekolah bebas biaya bagi anak-
anak tidak mampu, pembangunan rumah penampungan dan perlidungan bagi anak-
anak terlantar serta anak jalanan, dan juga pemberian fasilitas kesehatan yang
memadai seolah hanya menjadi utophia semata, karena realisasi selama ini jauh dari
angan-angan tersebut diatas. Untuk sarana dan prasarana terkait kehidupan sosial,
19
Loc. cit.
20
Op. cit.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum dalam hal perlindungan hak-hak anak keadaannya adalah dilihat dari
materi hukum sudah memadai, hal ini dbuktikan dengan telah diratifikasinya
1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang secara rinci mengatur perlindungan hukum terhadap anak.
Faktanya dilapangan masih ada kasus dan peristiwa nyata berupa: kekerasan
bahwa hukum belum efektif melindungi hak-hak anak. Sehingga dapat ditarik
konklusi bahwa hak-hak anak dari segi pemenuhan kepentingan fisik dan dari
manusia dewasa yang tangguh disaat mencapai usia dewasanya masih banyak anak-
dan lepasnya interpretasi dan penderitaan hidup adalah terkait dengan masalah
yang nganggur, dan masih rendahnya pendapatan warga masyarakat yang berakibat
utama timbulnya pelanggaran dan kejahatan terhadap anak. belum punya aturan
publik, sehingga tidak ada patokan baku untuk mempermasalahkan birokrat dalam
rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya untuk pelayanan publik secara baik.
B. SARAN
Memperkuat peran dan tanggung jawab Negara terhadap kualitas hidup anak,
perlu ada instansi pemerintah yang betul-betul bertanggung jawab dan punya
sosial, orang tua dan komunitasnya saja. Karena negara selain berkewajiban
melindungi seluruh warga negaranya dari segala bentuk kekerasan dan penindasan,
jalanan yang sangat rawan untuk mendapat kekerasan dari orang yamng ada di
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Perundang-Undangan
2. Sumber Lain
Bismar Siregar Dalam Irma Setyowati. Aspek Hukum Perlindungan Anak. Bumi
Muliadi Nur. Perlindungan Hak Asasi Anak di Era Globalisasi (Antara Ide dan
Suherman Toha, et. al. Aspek Hukum Perlindungan Terhadap Anak. Badan
Indonesia. 2009.
Yan Yusuf. Sungguh Kejam, Sudah Dipaksa Nyabu, Bocah Ini disiksa Jika
kejam-sudah-dipaksa-nyabu-bocah-ini-disiksa-jika-tidak-mencuri-
LAMPIRAN
30
Sumber : https://metro.sindonews.com/read/228458/170/sungguh-kejam-sudah-
dipaksa-nyabu-bocah-ini-disiksa-jika-tidak-mencuri-1605093073/