DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
DOSEN PENGAMPU :
HENDI NOFERI, S.H.I., MH.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Hukum Dan Hak Perlindungan Anak untuk
memenuhi tugas pada Mata Kuliah Hukum dan Hak Perlindungan Anak.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Hendi Noferi, S.H.I., MH
sebagai Dosen pengampu dalam mata kuliah Hukum dan Hak Perlindungan Anak
beserta semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................................10
B. Saran...............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
A.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kemajuan dalam penegakan hukum mendapatkan dukungan
seluruh bangsa di dunia. Kemajuan tersebut dapat diketahui dari banyaknya
instrumen hukum nasional dan internasional yang digunakan untuk mendukung
terciptanya tujuan hukum berupa kedamaian dan ketertiban di masyarakat.
Tujuan yang ingin dicapai oleh hukum tersebut sangat diharapkan untuk
memberikan perlindungan hukum bagi hak-hak individu dan hak-hak
masyarakat dari perbuatan yang mengahancurkan sendi-sendi kemanusiaan
dalam sejarah peradaban manusia.
Isu hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM) adalah isu utama
yang sedang dibahas oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Dari sekian banyak
hal pokok yang banyak disoroti oleh bangsa-bangsa di seiuruh dunia adalah
perbuatan kekerasan terhadap perempuan sebagai salah modus operasi
kejahatan.
Dalam Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (HAM) dijelaskan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok
masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih
berkenaan dengan kekhususannya. Kelompok masyarakat yang rentan adalah
orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat.
Sedangkan menurut Human Rights Reference disebutkan bahwa yang tergolong
ke dalam kelompok rentan adalah: a. Refugees; b. Internally Displaced Persons
(IDPs); c. National Minorities; d. Migrant Workers; e. Indigenous Peoples; f.
Children; dan g. Women.
Anak memiliki karakteristik yang spesifik dibandingkan dengan orang
dewasa dan merupakan salah satu kelompok rentan yang haknya masih
terabaikan, oleh karena itu hak anak menjadi penting untuk diprioritaskan. Anak
yang berhadapan dengan hukum (melanggar hukum pidana) yang kemudian
diproses berarti anak harus berhadapan dengan proses peradilan pidana, yaitu
suatu rangkaian kesatuan (continuum) yang menggambarkan peristiwa-peristiwa
1
yang maju secara teratur: mulai dari penyidikan, penangkapan, penahanan,
penuntutan, diperiksa oleh pengadilan, diputus oleh hakim, dipidana dan akhirnya
kembali ke masyarakat. Munculnya stigma tidak saja menyulitkan anak untuk
melakukan resosialisasi, melainkan juga akan menghambat tumbuh kembang anak
dan bahkan cita-cita serta harapan anak di masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
1. Mendeskripsikan pengertian perlindungan anak dan hak anak.
2. Mendeskripsikan tujuan hukum perlindungan anak.
3. Mendeskripsikan manfaat hukum perlindungan anak.
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perlindungan anak dan hak anak.
2. Mengetahui tujuan hukum perlindungan anak.
3. Mengetahui manfaat hukum perlindungan anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dimulai sedini mungkin, agar kelak dapat berpartisipasi secara optimal dalam
pembangunan bangsa dan negara.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya citra dan pengertian tentang manusia
dan kemanusiaan merupakan faktor yang dominan dalam menghadapi dan
menyelesaikan permasalahan perlindungan terhadap anak yang merupakan
permasalahan kehidupan manusia juga. Sekarang ini tanpa disadari banyak
perlakuan yang tidak seharusnya diterima ataupun dialami seorang anak. Hal ini
disebabkan karena maraknya masalah hukum yang melibatkan seorang anak.
Keterlibatan seorang anak dalam masalah hukum mampu menjadikan masyarakat
tidak peka terhadap keadilan dan meremehkan peran anak sebagai generasi
penerus bangsa. Kondisi ini semestinya menjadi perhatian yang mendalam bagi
orang tua dalam mendampingi dan mengawasi perilaku anak. Anak adalah
seseorang yang belum matang baik mental maupun fisiknya, yang masih perlu
dibimbing dan diawasi dalam pergaulannya. Anak tipe orang yang sangat mudah
dipengaruhi oleh siapapun, anak juga suka meniru perilaku orang disekitarnya
tanpa mengetahui apakah itu benar atau salah. Ketidaktahuan anak inilah yang
sering menjadikan anak melakukan perilaku-perilaku yang menyimpang dan
cenderung berbuat jahat.
Perilaku yang menyimpang dari norma biasanya akan menjadikan suatu
permasalahan baru di bidang hukum dan merugikan masyarakat. Penyimpangan
tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak sering
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: adanya dampak negatif dari
perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi
dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya
dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan sosial dalam
kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak.
Faktor-faktor tersebut yang sering menjadi alasan kenapa seorang anak
melakukan perbuatan melanggar hukum.
Anak tidak menyadari atas perbuatan yang dilakukannya, anak yang
melakukan perbuatan pidana tidak mempunyai motif pidana dalam melakukan
tindakannya, sangat berbeda dengan orang dewasa yang melakukan tindak pidana
karena memang ada motif pidananya. Perbuatan melanggar hukum yang
4
dilakukan anak menjadikan anak tidak dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya ketika dihadapan hukum. Anak yang berhadapan dengan hukum
terpaksa harus menghadapi situasi dan kondisi yang sangat rentan terhadap
kekerasan yang mampu menghancurkan mental dan masa depannya, walaupun
anak melakukan suatu kesalahan yang berakibat merugikan orang lain sebenarnya
belum bisa dianggap melakukan tindak pidana, sebab anak belum mampu
merencanakan suatu tindakan kejahatan seperti yang dituduhkan dalam berbagai
kasus yang ada sehingga dalam hal ini meskipun anak sebagai pelaku tindak
pidana anak juga sebagai korban.
Kenakalan anak yang sering dianggap sebagai perilaku yang wajar
ternyata secara tidak langsung malah membuat anak melakukan tindak pidana dan
perbuatan yang melanggar hukum lainnya di usia yang masih muda. Sebagai anak
yang melakukan pelanggaran atau kejahatan (bermasalah dengan hukum),
seringkali hak-hak anak tersebut tidak terlindungi. Keadaan dan kepentingan anak
sebagai anak-anak (orang belum dewasa) kadang-kadang sedemikian rupa
diabaikan tanpa ada perlakuan-perlakuan khusus. Seharusnya anak mendapatkan
bantuan hukum layaknya orang dewasa ketika sedang menghadapi masalah
hukum, namun pada kenyataanya anak secara langsung menghadapi hal itu tanpa
mendapatkan pendampingan hukum yang memadai, ditambah stigma masyarakat
yang kadang mengkritik mereka sangat pedas dan sering mengucilkan mereka
karena telah menjadi pelaku tindak pidana. Kondisi seperti inilah yang jelas
sangat berpengaruh terhadap kejiwaan (mental) seorang anak.
5
karena anak merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai keterbatasan
secara fisik dan mental. Oleh karena itu memerlukan perlindungan dan perawatan
khusus”.
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 menyatakan bahwa,
Setiap Anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:
a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan;
e. Pelibatan dalam peperangan; dan
f. Kejahatan seksual.”
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 menyatakan :
(1) Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakat.
(1a) Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan
dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik,
tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
(2) Selain mendapatkan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (1a), Anak Penyandang Disabilitas berhak memperoleh
pendidikan luar biasa dan Anak yang memiliki keunggulan berhak
mendapatkan pendidikan khusus.
Dalam hal pemenuhan hak anak memperoleh pendidikan dan pengajaran
tidak terlepas dari peran guru dan sekolah. Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peran guru
sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas
memberi bantuan dan dorongan, tugas- tugas pengawasan dan pembinaan serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi
patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat. Tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru
6
sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas
anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang
ada.
Dalam hal mendidik, guru memiliki kebebasan memberikan sanksi kepada
peserta didiknya yang melanggar norma agama, norma kesusilaan, norma
kesopanan, peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang ditetapkan Guru,
peraturan tingkat satuan pendidikan, dan peraturan perundang-undangan dalam
proses pembelajaran yang berada di bawah kewenangannya. Sanksi dapat berupa
teguran dan/atau peringatan, baik lisan maupun tulisan, serta hukuman yang
bersifat mendidik sesuai dengan kaedah pendidikan, kode etik Guru, dan
peraturan perundang-undangan.
Undang-undang perlindungan Anak berperan positif dalam memberikan
jaminan hukum kepada anak atau siswa dalam mengikuti pembelajaran di
sekolah. Seorang siswa akan mendapatkan kepastian untuk menerima
pembelajaran dengan baik dari guru yang mengajar di sekolahnya. Undang-
Undang ini juga menjamin seorang siswa dalam mengembangkan pengetahuan,
meningkatkan kreativitas, dan ekspresi belajar dalam menguasai pembelajaran
yang diberikan oleh gurunya. Namun tanpa disadari, Undang-Undang
Perlindungan Anak seolah membawa dampak negatif kedalam dunia pendidikan
dan sepertinya memberikan kesan imunitas bagi siswa atau keluarga siswa yang
merasa menjadi korban.
7
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan,
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik terkait pemidanaan terhadap pornografi anak,
dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.
Upaya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan khusus untuk anak
juga tercakup dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014, yang merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Selanjutnya, RPJMN 2010-2014
menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
kementerian/lembaga (Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan
daerahnya masing-masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan
nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN dijabarkan ke dalam Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
Adapun manfaat dari hukum perlindungan anak yang dapat kami
sampaikan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhinya kesejahteraan rohani anak
b. Terciptanya tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembanganya dengan wajar secara jasmani dan
rohani.
c. Terjaminnya hak-hak anak agar dapat hidup dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak
Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.
d. Hak asasi manusia pada anak menjadi lebih terjamin, terlindungi, dan
terpenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara.
e. Meningkatnya kualitas tumbuh kembang dan kelangsungan hidup anak,
antara lain, melalui peningkatan aksesibilitas dan kualitas program
8
pengembangan anak usia dini; peningkatan kualitas kesehatan anak; dan
peningkatan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja.
f. Meningkatnya kapasitas kelembagaan perlindungan anak, antara lain,
melalui penyusunan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan
terkait perlindungan anak; peningkatan kapasitas pelaksana perlindungan
anak; peningkatan penyediaan data dan informasi perlindungan anak; dan
peningkatan koordinasi dan kemitraan antarpemangku kepentingan
terkait pemenuhan hak-hak anak, baik lokal, nasional, maupun
internasional.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlindungan anak segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan
kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi
perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial.
perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu
masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai
bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Kegiatan perlindungan anak
membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun
hukum tidak tertulis.
B. Saran
Perlindungan hukum terhadap anak-anak menjadi suatu keharusan
dilakukan, mengingat anak-anak wajib dilindungi dan mendapatkan perlindungan
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia.
Seharusnya aparat keamanan lebih meningkatkan fungsi intelegen untuk
melindungi warga masyarakat, pemerintah dengan kekuasaannya lebih
memberikan perhatian yang berimbang terhadap kesenjangan ekonomi, budaya,
politik dengan mengedepankan pembangunan yang memberikan rasa keadilan dan
menyejahterakan anak Indonesia kedepannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Irma Setyowati Soemitro, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Bumi
Aksara.
http://www.komnasperempuan.go.id/wp-content/uploads/2016/03/LembarFakta
CatatanTahunan-_CATAHU_-Komnas-Perempuan-2016.pdf (diakses 20
Juni 2016).
Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam
Perspektif Hukum danMasyarakat, Refika Aditama Bandung.
Nasir Djamil ,2013, Anak Bukan untuk Dihukum, Jakarta, Sinar Grafika.
Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.