Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

Kasus penyimpangan sila kedua tentang


mempekerjakan anak di bawah umur

Disusun oleh :

Nama : MUH.ARFANDI
Nim : 34218039
Kelas : 1 B

Teknik Konversi Energi / Jurusan Teknik Mesin


Politeknik Negeri Ujung Pandang
2018/2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………     i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….     ii

BAB 1             :     PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH………………………………   4
1.2 RUMUSAN MASALAH  ……………………………………....   5
1.2 TUJUAN……………………………………............................... 5

BAB 2             :     TINJAUAN  PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN ANAK DIBAWAH UMUR...................................    6

BAB 3             :      PEMBAHASAN
3.1 HUBUNGAN MEMPEKERJAKAN ANAK DI BAWAH UMUR DENGAN SILA KE 2
PANCASILA ……………………………………....   8
3.1 KERANGKA PIKIRAN ( PENDAPAT ) ……………………………………....   9

BAB 4            :     PENUTUP
5.1 KESIMPULAN     ........................................................................   11
5.2 SARAN    ....................................................................................    14

DAFTAR PUSTAKA                             
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah penulis ucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat

serta Hidayah-Nya, tak lupa sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan besar kita

Nabi muhammad SAW, sehingga kita masih dalam keadaan sehat wal’afiyat.

Dalam penyusunan Tugas yang berjudul ‘Kasus Penyimpangan Pancasila sila ke-2 Tentang

Mempekerjakan Anak Di Bawah umur’ ini sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila .

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki

Tugas ini. Penulis berharap semoga Tugas ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya.

Wassalmualaikum Wr.Wb
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Anak merupakan cikal bakal generasi harapan bangsa. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh
peranan generasi muda yang kelak menjadi pemimpin dalam membangun bangsa dan negara
Indonesia. Sudah selayaknya, perhatian terhadap generasi penerus bangsa lebih difokuskan pada
pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Disamping pengembangan terhadap anak, tak kalah pentingnya juga adalah perlindungan
terhadap anak itu sendiri.
Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 23 tahun 2002 menyebutkan bahwa:
“perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan martabat kemanusian serta mendapatkan
perlindungan:
Pasal tersebut diatas menyiratkan bahwa anak haruslah dibebaskan dari segala kegiatan yang
tidak harus mereka lakukan seperti bekerja untuk mencari nafkah, fenomena ini tidaklah
mengherankan, mengingat masih banyak keluarga indonesia khususnya di wilayah pare-pare
yang masih berada dibawah garis kemiskinan. Tugas orang tua yang seharusnya memberikan
jaminan, dan penghidupan kini diambil alih oleh anak. Dengan dalih membantu orang tua,
mereka harus mengorbankan setiap ,menit waktu yang dimilikinya, yang seharusnya digunakan
untuk beristirahat, memanfaatkan waktu luang, bergaul dan bermain dengan teman sebaya,
berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat, kecerdasan demi pengembangan diri.
Ironis memank, anak yang nantinya diharapkan mampu menjadi generasi yang dapat
membangun dan mengharumkan nama bangsa terbentur pada masalah klasik, yakni masalah
penghidupan yang layak.
Akibatnya, anak yang bekerja membantu orang tuanya mengalami perubahan pola pikir. Anak
yang dulunya berfikir bahwa mereka bersekolah untuk mendapatkan pendidikan yang layak kini
berubah menjadi pemikiran bahwa sekolah itu tidaklah penting yang penting adalah mencari
uang dan bertahan hidup. Pemikiran semacam itu tidak dapat dipersalahkan, namun juga tidak
dapat dibiarkan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a. Contoh kasus penyimpangan pancasila sila ke – 2 (mempekerjakan anak di bawah umur)?
b.      kerangka pikir (PENDAPAT) yang terjadinya kepada anak-anak yang bekerja dibawah
umur?

1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuannya adalah sebagai berikut:
a untuk menyelesaikan tugas pancasila
b untuk mengetahui contoh pemyimpangan pancasila
c.      untuk memberikan pendapat tentang kasus penyimpangan sila kedua pancasila
tentang mempekerjakan anak di bawah umur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Anak di Bawah Umur


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), pengertian eksploitasi ( mempekerjakan ank di
bawah umur ) adalah
pemanfaatan untuk keuntungan sendiri, penghisapan, pemerasan atas diri orang
lain yang merupakan tindakan tidak terpuji. Menurut Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1979 tentang Kesejahteraan anak, yang dimaksud dengan anak adalah
seseorang yang berusia di bawah 21 Tahun dan belum menikah, sedangkan
menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.

Menurut undang-undang tersebut, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18
tahun, belum menikah, dan termasuk anak yang masih di dalam kandungan
(berarti segala kepentingan yang mengupayakan perlindungan terhadap anak
sudah dimulai sejak berada di dalam kandungan hingga berusia 18). Adapun
usaha perlindungan anak harus diterapkan sebaik mungkin, karena perlindungan
anak merupakan cerminan dari adanya keadilan, kemanfaatan, dan kepastian
hukum dalam suatu masyarakat. Memperhatikan dan menanggulangi masalah
perlindungan anak merupakan suatu kewajiban bersama-sama oleh setiap anggota
masyarakat dan pemerintah apabila ingin berhasil melakukan pembangunan
nasional dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Adapun yang dimaksud dengan eksploitasi anak oleh orangtua atau pihak
lainnya, yaitu menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau
turutserta melakukan eksploitasi ekonomi atau seksual terhadap anak (Pasal 66
ayat 3 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlundungan Anak). Dengan demikian,
jelaslah bahwa eksploitasi anak merupakan tindakan tidak terpuji, karena tindakan
eksploitasi anak telah merampas hak-hak anak, seperti mendapatkan kasih sayang
dari orangtua, pendidikan yang layak, dan sarana bermain yang sesuai dengan
usianya. Selain itu, ekspoitasi pada anak dapat berdampak pada gangguan fisik
maupun psikologis anak. Gangguan pada anak juga dapat berdampak panjang
pada masa depan anak yang kurang dapat membedakan antara yang benar dan
yang salah karena rendahnya tingkat pendidikan anak yang dieksploitasi
BAB 3
Pembahasan
Hubungan sila kedua pancasila tentang mempekerjakan anak di bawah umur

Banyak kasus-kasus pada saat ini di Indonesia yang bertitik tolak dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalam pancasila. Apalagi tentang kemanusiaan dan HAM ( Hak Asasi Manusia ).
Namun ada satu kasus yang kita lupakan yaitu mempekerjakan anak dibawah umur.

Masalah ini adalah masalah yang harus kita perhatikan karena permasalah ini ada dalam
kandungan pancasila sila kedua. Sila Kedua berisi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Mengandung makna bahwa setiap warga Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata
hukum, karena Indonesia berdasarkan atas Negara hukum. Mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai
dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah
laku sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat.

Pancasila lebih sering kita dengar di dalam upacara bendera, dan dijadikan syarat pokok yang
tidak boleh terlupakan didalam pelaksanaan upacara bendera. Dimana dapat kita sadari bahwa
pancasila tersebut mengandung nilai-nilai penting, yang apabila diimplementasikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dapat mewujudkan sebuah. Negara yang berdaulat dan
bermatabat, yaitu Negara yang menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan dan kesatuan.

Namun, apa yang kita baca setiap upacara bendera itu tidak kita amalkan. Dan menyebabkan
banyak orang yang menyepelekannya. Padahal pancasila adalah landasan dari hukum Indonesia.

Kasus exploitasi anak dibawah umur itu adalah salah satu penyepelean tentang hukum pada
pancasila. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 (Tentang Hak
Asasi Manusia) menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia adalah adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.

Hak-Hak tersebut tidak boleh diabaikan, dikurangi ataupun dirampas. Kemudian secara umum
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan.
HAM berlaku secara universal. Hal ini berarti HAM meliputi setiap orang tanpa terkecuali , baik
orangtua, dewasa, remaja sampai pada anak-anak sekalipun. Namun masih saja banyak orang
yang mengabaikan HAM tersebut khususnya kepada anak-anak yang sering dianggap tidak tahu ,
tidak punya, dan tidak bisa apa-apa. Namun perlu diketahui oleh semua orang bahwa anak-anak
pun memiliki hak-haknya. Hak anak merupakan hak asasi manusia dan untuk kepentingannya
hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan. Contoh hak anak
adalah hak untuk bermain, hak untuk disayangi, hak untuk dilindungi, hak untuk mendapat
pendidikan dan hak atas perlindungan hukum.

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari anak-anak sering dimanfaatkan untuk mencari uang
atau bekerja oleh orang tua nya dengan cara paksa atau cara tertentu yang akhirnya menyebabkan
anak tersebut bekerja sebelum waktunya. Sehinggak hak anak tersebut untuk bermain ataupun
belajar tidak didapatkannya. Hal ini jelas melanggar Hak anak. Sebangai contoh nyata, anak-
anak yang disuruh orang tuanya untuk mengamen demi mendapatkan uang untuk membantu
perekonomian keluarga. Perbuatan sewenang-wenang atas anak serta pemanfaatan anak demi
keuntungan pribadi ini lah yang disebut eksploitasi anak.

Kerangka Pikir ( pendapat )


Orangtua adalah sejumlah keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu (merupakan
hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah) yang dapat membentuk sebuah
keluarga. Orangtua memiliki tanggungjawab untuk mendidik, mengasuh, dan
membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang akan
menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Pemerintah juga memberi kebijakan yang telah sudah ditetapkan seperti sarana belajar yaitu
sekolah baik pada waktu tk ,sd,smp,sma, hingga ke jenjang yang lebih tinggi yaiu bangku kuliah
namun belum sepenuhnya dapat dirasakan, khususnya bagi anak-anak keluarga miskin yang di
Ekspoitasi (dipekerjakan). Hal tersebut dapat terlihat di sekitar kita, yaitu anak-anak yang
berjualan manisan yang saya lihat sendiri di dekat taman unhas (universitas hasanuddin).
Mempekerjakan anak di bawah umur dapat berdampak buruk bagi perkembangan fisik dan
mental
anak tersebut .
Mungkin alasan orangtua yang memaksa anaknya bekerja untuk memperoleh penghasilan
lebih banyak guna memahami kebutuhan ekonomi sehari-hari dari pekerjaan anak
itu sendiri, dikarenakan perkembangan zaman yang semakin maju serta tingkat
kebutuhan hidup yang selalu meningkat. Kita tahu anak seperti ini
sering dijumpai pada penduduk perkotaan, sehingga
pada penduduk perkotaan , potensi akan terjadinya ekspoitasi anak
menjadi semakin besar karna kebutuhan di perkotaan semakin mahal dan susah di dapat.
Anak-anak yang telah dieksploitasi oleh keluarganya pasti cendrung mengalami
pendewasaan mental secara dini, karena pada usia yang seharusnya bermain dan
bersenang-senang dengan teman sebayanya,tapi justru mereka harus bekerja, bahkan
pada waktu mereka harus istirahat. Selain itu juga, eksploitasi anak dapat
berdampak panjang dalam kehidupan anak, seperti sulitnya bergaul dengan
masyarakat dan mereka hanya bergaul kpada anak anak yang sama dengan nasibnya ,sulit
membedakan antara yang benar dan yang salah melanggar sila kedua pancasila Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap warga Negara mendapatkan perlakuan yang
sama di mata hukum, karena Indonesia berdasarkan atas Negara hukum. Mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
BAB 5
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Anak merupakan cikal bakal generasi harapan bangsa. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh
peranan generasi muda yang kelak menjadi pemimpin dalam membangun bangsa dan negara
Indonesia. Sudah selayaknya, perhatian terhadap generasi penerus bangsa lebih difokuskan pada
pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Pengertian anak dari segi agama islam (Maulan Hasan Wadong, 2000:5) yaitu anak diasosiasikan
sebagai makhluak ciptaan Allah SWT yang dhaif dan berkedudukan mulia, yang keberadaannya
melelui proses penciptaan yang berdimensi pada kehendak Allah SWT.
Selanjutnya pengertian anak menurut hukum pidana sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
45, 46, dan 47 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Btas usia anak dalam pengertian pidana dirumuskan dengan jelas dalam ketentuan yang terdapat
pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang peradilan anak sebagai
berikut:  anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai 8 tahun tetapi belum
mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin.
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-hak
anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusian, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Anakanak mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan khusus sebagimana dikemukakan
oleh Shanti Deliana (1988:5) bahwa:
Perlindungan khusus, kesempatan dan fasilitas yang memungkinkan mereka berkembang secara
sehat dan wajar dalam keadaan bebas dan bermanfaat yang sama, memiliki nama dan
kebangsaan sejak lahir dan wajar dalam kebangsaan sejak lahir, mendapat jaminan sosial
termasuk gizi yang cukup, perumahan rekreasi, dan pelayanan kesehatan, dan menerima
pendidikan, perawatan dan perlakuan khusus jika mereka cacat, tumbuh dan dibesarkan dalam
suasana yang penuh kasih sayang dan rasa nyaman sedapat mungkin dibawah asuhan serta
tanggung jawab orang tu mereka sendiri, mendapat pendidikan, dan andaikata terjadi malapetaka
mereka termasuk orang pertama yang menerima perlindungan serta pertolongan; memperoleh
perlindungan baik atas segala bentuk penyiksaan, kekejaman dan penindasan maupun segala
perbuatan yang mengarah kedalam bentuk diskriminasi.
Penyelenggarann perlindungan anak merupakan tanggungjawab orang tua, masyarakat dan
pemerintah untuk menjaga dan memelihara sesuai dengan kewajiban yang dibebabnkan oleh
hukum. Adapun penyelenggaraan perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya
hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai denagn harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi demi terwujudnya anak indonesia  yang berkualitas , berakhlak mulia, dan
sejahtera (Pasal 3 Undang-undang RI tahun 2002).
 Selanjutnya perlindungan anak meliputi beberapa bidang yakni
-         Agama
-         Kesehatan
-         Pendidikan
-         Sosial dan
-         Perlindungan khusus

ada beberapa faktor-faktor mengapa para orang tua dengan sengaja memperkerjakan anak yang
masihg di bawah umur:
1.      Faktor Ekonomi
      Kondisi faktual banyaknya anak yang bekerja tidak dapat dilepaskan dari permasalahan
ekonomi keluarga, berdasarkan informasi yang dihimpun dari hasil wawancara dengan anak
yang bekerja  tersebut diperoleh informasi bahwa sebagaian besar anak yang bekerja
menyatakan, bahwa sebenarnya alasan bekerja karena terpaksa untuk  memperoleh tambahan
penghasilan guna membantu membiayai kebutuhan keluarga, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.

2.      Faktor Orang Tua


      Di samping faktor ekonomi, salah satu penyebab anak bekerja adalah 
faktor keluarga, sebab keluarga merupakan komunitas pertama yang
membentuk anak baik secara mental, dan kepribadian, bahkan keluarga 
merupakan tempat utama bagi anak dalam memperoleh hak-hak dasar mereka 
sebagai anak. Faktor keluarga yang paling dominan menentukan seorang anak 
boleh bekerja atau tidak adalah orang tua, sebab orang tua merupakan orang 
yang pertama berhubungan langsung dengan anak. Orang tua ibaratnya
mewakili semua kepentingan, hak, kewajiban dan tanggung jawab dari anak-anaknya, sehingga
pada akhirnya orang tualah yang harus menentukan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan
oleh anak-anaknya yang masih di bawah umur.

3.      Faktor Budaya (Kebiasaan)


      Anak yang bekerja untuk membantu keluarganya mencari nafkah dinilai 
sebagai bentuk kepekaan, empati, dan tepo seliro seorang anak dalam melihat 
persoalan keluarga. Semakin banyak pengorbanan yang diberikan seorang anak 
kepada orang tuanya, maka semakin besar pula pahala yang didapatkan. ini juga 
menyebabkan timbulnya dorongan terhadap anak yang dengan sendirinya akan 
sadar dan ikhlas melakukan pekerjaannya dengan senang hati, yaitu dengan 
mendapatkan label-label sebagai anak yang baik, rajin, saleh, berbakti kepada 
orang tua, dan lain sebagainya.

4.      Kemauan Sendiri (Kemandirian)


      Dari beberapa responden mengungkapkan bahwa alasan mereka bekerja 
adalah untuk lebih meningkatkan kemandiriannya, tidak tergantung lagi dengan 
orang tua dalam hal pemenuhan kebutuhannya, selain itu bisa membeli apa 
yang mereka inginkan. Meskipun uang ini biasanya tidak  dipakai sepenuhnya oleh anak itu,
karena sebagian besar diberikan kepada orang tuanya, tetapi bagi mereka setidaknya merasa
memiliki hak atas uang  yang diperolehnya.

5.      Faktor Lingkungan
      Faktor lingkungan dalam hal ini dimaksudkan sebagai lingkungan sosial 
anak yang bekerja di luar lingkungan keluarga, seperti teman, tetangga, kerabat atau saudara
dekat dari anak tersebut.
      Keterlibatan anak yang bekerja tidak sedikit yang disebabkan oleh adanya pengaruh teman-
temanya, baik teman, tetangga yang sebaya, maupun teman-teman yang sekolah yang lebih
dulu  bekerja untuk membantu orang tuanya mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari keluarganya, di samping itu mereka juga  mendapatkan uang saku untuk jajan.
Melihat teman temannya sukses dalam  bekerja dan pekerjaan yang dilakukan menurut anak-
anak yang bekerja dirasa  tidak terlalu berat, tetapi menghasilkan uang banyak, maka anak-anak
hal  tesebut merupakan daya tarik tersendiri untuk ikut bekerja seperti yang  dilakukan teman-
temannya itu.
6.      Faktor Hubungan Keluarga
      Di samping beberapa faktor penyebab anak bekerja, tidak dapat 
dipungkiri adanya faktor lain yang mendorong anak bekerja, yaitu dorongan 
atau ajakan dari sanak saudara.
      Pada umumnya faktor saudara atau kerabat ini dilatar belakangi oleh kondisi ekonomi orang
tua anak yang bekerja, atau  ekonomi keluarga yang pas-pasan, meski kedua orang tuanya sudah
bekerja,  tetapi belum mencukupi kebutuhan keluarga. Melihat hal semacam ini kerabat  atau
keluarga dekat lazimnya menawarkan kepada anak untuk ikut bekerja  bersamanya dengan
alasan untuk ikut membantu ekonomi keluarga.
Adapun penanggulangan secara sosial adalah sebagai berikut:
a.      program orang tua asuh
program ini dimadsudkan untuk membantu meringankan beban yang dipikul terhadap anak dari
keluarga tidak mampu terutama biaya pendidikan yang dibutuhkan oleh anak minimal hingga
tamat sekolah menengah umum.(SMP)
b.      program bantuan kesehatan
program ini dimaksudkan untuk membantu keluarga miskin, dalam pembiayaan kesehatan,
sehingga diharapkan beban biaya yang dibutuhkan semakin berkurang mana secara otomatis
mampu mengurangi niat anak untuk melakukan pekerjaan.
c.      Program beasiswa
Program ini dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada anak dari keluarga tidak mampu
yang berprestasi, gna melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini juga
diharapkan agar anak mengurungkan niatnya untuk bekerja.

d.      Program pendidikan 9 tahun


Program ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan secra gratis kepada anak hingga jenjang
pendidikan sekolah menengah tingkat pertama.
e.      Program pendidikan luar sekolah
f.        Program ini ditujukan bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu yang tidak sempat
mengecap pendidikan formal akibat kesibukannya bekerja membantu orang tua.

5.2 SARAN
            Untuk masalah pekerja anak dibawah umur, diharapkan Pemerintah daerah untuk
membentuk suatu peraturan daerah dengan segera tentang pekerja anak dibawah
umur.pemerintah daerah, masyarakat, orang tua dan instansi, terkait lainnya diharapkan
berkoordinasi secara aktif dan efektif guna mengatasi masalah pekerja anak dibawah umur yang
ada di kota Makassar .
                                                                            

DAFTAR PUSTAKA

Maulana, HW, 2000, Pengantar Advokasi Perlindungan Anak, dan PT. Gramedia, Jakarta.
Tunggul, HS, 2003, Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
Harvarindo, Jakarta.
Undang-Undang Perlindungan Anak 
http://sriargarini.blogspot.com/2012/05/ -zona-bebas-pekerja-anak-solusi.html
www.google.co.id/faktorterjadinyaeksploitasianak .
www.scribd.com/ TEORI-KEMISKINAN.
www.artikelsiana.com/penyimpangan-sosial-pengertian-ciri-jenis-bentuk

Anda mungkin juga menyukai