Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari
individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan
yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
Jika mental kita tidak sehat maka kemampuan mengelola stres kehidupan, dan untuk bekerja secara
produktif serta berperan di komunitas akan terhambat.
Menurut penelitian American Psychological Association (APA) tahun 2018 berjudul “Stress in
America: Generation Z”, anak muda dari rentang usia 15 sampai 21 adalah kelompok manusia yang
memiliki konidisi kesehatan mental yang buruk di banding generasi-generasi lainnya. Faktor
terbesarnya adalah stres yang menyebabkan kesehatan mental generasi Z. Di dunia yang telah
memasuki modern ini, membuat generasi z lebih akrab dengan teknologi, sering menghabiskan watu
bersama teknologi, sehingga generasi z ini akan lebh mudah menemukan informasi yang
mengkhawatirkan. Menurut Toronto (2009), terdapat kecenderungan generasi Z memanfaatkan
teknologi untuk menghindari perjuangan di kehidupan offline mereka dan untuk menemuka
kenyamanan (berbaur) dengan melarikan diri dan berfantasi untuk mengisi wkatu maupun
kekosonham emosional. Sayangnya, Internet bisa membuat konidisi kesehatan mental generasi Z
menjadi lebih buruk.
Menurut Anthony (Turner, Anthony. 2015. Generation Z: Technology and Social Interest.
University of Texas press: Texas), banyak terdapat situs yang menampilkan self-harm dan
mengajarkan orang untuk membuat senjata yang dapat di akses secara mudah. Bukan hanya stres,
hasil dari mudahnya generasi Z mendapatkan informasi akan hal seperti itu akan mengganggu
kondisi psikologisnya bahkan video game yang kita kira akan menghibur ternyata membawa dampak
yang bukan main, yaitu dapat menimbulkan frustasi, rasa takut, kegelisahan dan menurunnya nilai di
skeolah. Sementara itu jika bermain games secara berebihan akan berdampak pada
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam memenuhi cinta, pekerjaan, dan
persahabatan, disampaikan oleh Van Rooij, Meerkerk, Schoenmakers, Griffiths, & Van De Mhen
(2010).
Dampak media sosial pun mengambil peran. Bukan hanya membawa kemudahan bagi
genarasi Z tapi medsos membuat generasI Z merasa dihakimi, dan sebgaian lain merasa buruk
tentang dirinya sendiri akibat media sosial. Bebasnya berpendapat di media sosial adalah salah satu
penyebabnya. Perilaku mencemooh, mempermalukan, mengancam dan bahkan melecehkan sangat
mudah terjadi di sosial media. Seorang yang melakukan seperti itu di internet dan media sosial
disebut dengan perundungan siber (cyberbullying). Generasi Z adalah generasi yang sering beradapa
dengan perundungan siber (cyberbullying), baik sebagai korban maupun sebagai pelaku (Steyer,
2012).
Riwayat kekerasan, baik secara fisik atau verbal, serta tuntutan sosial ekonomi yang
menyesakkan merupakan hal-hal yang juga menjadi pencetus terjadinya gangguan pada kesehatan
mental. Seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, tempat kerja yang penuh
tekanan, diskriminasi; suku, gender dan agama, beban ekonomi rumah tangga, dan pola hidup yang
tidak sehat serta standar sosial yang sangat tinggi.
Dari banyak pemaparan di atas, sudah sebaiknya kita sebagai generasi Z lebih peduli dengan
kesehatan mental kita. Bermain gadget seperlunya, pola hidup yang tidak sehat kita ubah menjadi
sehat, jika kita ada masalah lebih baik di selesaikan dengan baik-baik dan jika merasa ada yang salah
di diri kita lebih baik kita berobat saja ke rumah sakit, bukan hanya sakit fisik yang harus berobat
tetapi mental kita juga perlu diobati serta dirawat
Punctuatio
A Comma (,)
Example : He has two cats, four dog, and six bird at home
Capitalization Rulles
But Not a tittle without a name : My history professor, the former prime minister
Note: som writers capitalize tittle such as president and primer minister when they clearly
refer to one person
Example :
French Literature