Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Kognitif yang
diampu oleh :
Kelas : 3PA13
Disusun oleh :
Kelompok 6
Febrianti 12517288
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah
Psikologi Kognitif dengan judul “Long Term Memory (LTM)”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap semoga ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
2. Memori Otobiografis................................................................................................ 2
1. Sandi (Codes)............................................................................................................. 3
2. Level Pemrosesan...................................................................................................... 3
3. Efek Referensi-Diri................................................................................................... 5
E. Jenis-jenis Memori.......................................................................................................... 8
1. Memori Otobiografis................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 12
iii
A. Lokalisasi dan Distribusi LTM
Studi-studi masa kini yang mempelajari memori dalam kaitannya dengan neurosains
kognitif cenderung terus-terang. Studi-studi tersebut melibatkan penentuan letak (plott-ing)
fungsi-fungsi kognitif dalam topografi otak, melibatkan pelacakan jejak-jejak memori
(memory trachess), dan pengindentifikasian perubahan-perubahan neural di otak yang
terasosiasi dengan pembentukan dan perubahan memori. Sebagian besar teknik yang
digunakan dalam studi-studi tersebut telah didiskusikan sebelumnya, dan secara umum,
meliputi penggunaan teknik pencitraan otak ( seperti pemindaian, PET, MRI, dan perekaman
EEG), probbing elektrik kedalam otak (menggunakan stimulasi elektrik untuk memindai
letak memori), penggunaan senyawa-senyawa kimiawi atau obat-obatan yang mempengaruhi
neurotransmisi di sinapsis (seperti penggunaan senyawa-senyawa farmaseutika dalam
pengobatan atau studi perbaikan dan pengurangan memori), dan studi simtom-simtom
patologis yang melibatkan defisit memori yang di luar kelaziman. Lokasi tempat memori
disimpan adalah diseluruh bagian otak, meskipun juga terpusat di bagian-bagian terntu.
Sebagai contoh, studi-studi PET menunjukkan bahwa area frontal di otak terlibat dalam
pemrosesan mendalam terhadap informasi, seperti menentukan apakah suatu kata
mendeskripsikan benda hidup atau benda mati (bacalah kapur, craik, dkk., 1994; kapur,
scholcy, dkk., 1994; tulving, kapur, craik, Moscovitch & Houle, 1994). Sebagai kesimpulan,
sekalipun model-model memori menampilkan memori sebagai suatu kotak, pada kenyataanya,
memori tidaklah seperti itu. Memori tersebar diseluruh otak; memori adalah suatu proses
aktif yang melibatkan sejumlah besar area di otak, dan sejumlah area memiliki fungsi lebih
dominan dibandingkan area yang lain.
Chase dan Ericcson (1982) telah mendemonstrasikan kinerja memori yang istimewa
menggunakan tiga prinsip yang menjelaskan kinerja memori yang telah terlatih sekaligus
menjelaskan bagaimana para pakar menggunakan LTM mereka untuk mengerjakan
tugas-tugas yang tidak lazim.
1
Prinsip penyandian mnemonic atau mnemonic encoding principle (terkait
dengan pengorganisasian) menyatakan bahwa para pakar menyandikan
informasi berdasarkan basis pengetahuan yang luas, yang dimiliki pakar tersebut.
2. Memori Otobiografis
1. Sandi (codes)
Dalam LTM, informasi disandikan secara akustik, secara visual, dan secara
semantik. Hakikat ketiga jenis sandi dalam LTM dapat diilustrasikan dengan mudah.
Sebagai contoh yaitu, kondisi tipof the tongue (TOT: di ujung lidah) (Brown, 1991,
Schwartz, 1991), yakni kondisi saat seseorang dapat mengingat sejumlah aspek dari
item tertentu, namun melupakan identitas utama item yang bersangkutan. Dalam
kondisi TOT, seseorang mampu mengingat atribut item yang bersangkutan, namun
nama item itu sendiri seolah berada di luar jangkauan orang tersebut.
2. Level Pemrosesan
Hal-hal bermakna akan disimpan dalam memori, namun hal tersebut menimbulkan
pertanyaan : bagaimana otak mengenali bahwa suatu informasi adalah informasi yang
sarat makna. Otak dapat menggunakan metode heuristik (metode yang menuntun
kepada penemuan sesuatu, atau penyelidikan terhadap sesuatu, sehingga
menyebabkan perumusan-perumusan pikiran-pikiran atau kesimpulan baru).
3
Diasumsikan bahwa otak menggunakan heuristik terhadap jumlah upaya dan waktu
yang dicurahkan untuk pemenuhan sarana. Sebagai contoh, semakin besar energi yang
kita curahkan dalam proses pengolahan informasi, semakin besar pula kemungkinan
otak menginterpretasikan proses tersebut sebagai isyarat pentingnya atau sarat makna
informasi yang diproses. Kemungkinan lain, otak menggunakan isyarat-isyarat (cues)
dari bagian-bagian lain di sistem kognitif. Penelitian terhadap level pemrosesan
menyertakan gagasan bahwa otak menggunakan isyarat-isyarat untuk menentukan
kebermaknaan informasi, sebelum akhirnya memutuskan bagaimana informasi
tersebut akan diproses.
Dalam pandangan Craik dan Lockhart, isu yang signifikan adalah bahwa kita
mampu menganalisis atau mempersepsi informasi pada level yang rumit, yang penuh
makna (meaningful) sebelum kita menganalisis informasi tersebut pada level yang
lebih primitif. Dengan demikian, level pemrosesan lebih menyerupai pemrosesan
yang mendalam dibandingkan stimuli yang bermakna.
Sebagai hasil dari sejumlah studi, gagasan bahwa stimuli selalu diproses melalui
tahapan yang tidak berubah telah ditinggalkan, sedangkan prinsip umum yang
4
menyatakan bahwa sejumlah pemrosesan sensorik harus mendahului analisis semantik
tetap dipertahankan.
Craik dan Tulving menguji gagasan bahwa kata-kata yang diproses secara
mendalam seharusnya diingat lebih baik dibandingkan kata-kata yang diproses
secara lebih dangkal. Kedua peneliti tersebut menguji gagasan tersebut dengan
meminta partisipan menilai kata-kata berdasarkan aspek struktural, fonemik, dan
semantik. Studi tersebut mendukung gagasan bahwa memori adalah suatu fungsi
mengenai cara informasi disandikan pertama kali; informasi yang disandikan
semantik akan lebih baik dibandingkan informasi yang disandikan secara
perseptual.
3. Efek Referensi-Diri
Konsep level pemrosesan mengalami kemajuan pesat ketika Rogers, Kuiper, dan
Kirker (1977) menemukan bahwa referensi-diri (self-reference) merupakan sebuah
faktor yang kuat. Dengan menggunakan suatu metode yang menyerupai metode Craik
dan Tulving (1975), para peneliti meminta partisipan untuk mengevaluasi sebuah
daftar yang berisi 40 kata sifat (adjective) setelah para partisipan tersebut sebelumnya
dibagi ke dalam empat kelompok tugas (empat kondisi perlakuan): tugas struktural,
fonemik, semantik, dan referensi diri. Tugas struktural merepresentasikan penyandian
yang paling dangkal sedangkan tugas referensi-diri merepresentasikan penyandian
yang paling dalam. Dalam keempat tugas tersebut, para partisipan melihat satu dari
keempat tugas dan kemudian kata sifat dimunculkan, dan selanjutnya para partisipan
diminta menjawab “ya” atau “tidak” terhadap tiap-tiap pertanyaan. Dalam tugas
struktural, para partisipan ditanyai apakah kata sifat yang ditampilkan memiliki
ukuran yang sama dengan pertanyaan isyarat (“Huruf besar?”). Dalam tugas fonemik,
para partisipan melihat sebuah kata dan ditanyai apakah kata tersebut berima dengan
kata sifat yang disajikan (“Berima dengan?”). Dalam tugas semantik, para partisipan
melihat sebuah kata dan ditanyai apakah kata tersebut merupakan sinonim dari kata
sifat yang disajikan (“Memiliki arti sama dengan?”). Dalam tugas referensi-diri, para
5
partisipan ditanyai apakah kata sifat yang disajikan menggambarkan diri mereka
(“Apakah kata ini mendeskripsikan diri Anda?”).
Setelah para partisipan menilai seluruh kata, mereka diminta mengingat secara
bebas (free-recall) sebanyak mungkin kata yang telah mereka nilai. Kemampuan
mengingat didapati paling rendah pada kata-kata yang dinilai secara struktural, dan
semakin meningkat pada kata-kata yang dinilai secara fonemik dan semantik. Kata-
kata yang berkaitan dengan referensi-diri diingat paling baik, yang mengindikasikan
bahwa fungsi-fungsi penilaian diri (self-rating function) adalah suatu strategi
penyandian yang kuat.
6
perkembangan yang mengatur representasi pengetahuan dalam memori. Sebuah fitur
tambahan dari model PDP (parallel distributed processing).
7
Asumsi Bartlett (1932) tentang menganalisis bagaimana memori direkronstruksi :
E. Jenis-jenis Memori
Secara umum, kita dapat menganalogikan LTM sebagai suatu tempat penyimpanan
segala hal memori yang saat itu sedang tidak digunakan namun memiliki makna penting
dan dapat diambil kembali. Bower (1975) menyusun kategori umum dari jenis informasi
yang disimpan LTM berdasarkan kemungkinan fungsi adaptifnya:
Kemampuan spasial .
Yang mencakup informasi mengenai diri kita sendiri dan objek-objek penting.
8
Karakteristik-karakteristik fisik dunia sekeliling kita.
Informasi ini memungkinkan kita untuk berinteraksi secara aman dengan
objek-objek yang kita jumpai.
Hubungan sosial.
Pengetahuan tentang kawan kita, kerabat kita, atau siapa orang kita percayai,
bahkan musuh kita.
Nilai-nilai sosial.
Pengetahuan mengenai apa yang dianggap penting oleh kelompok kita.
Keterampilan-keterampilan motorik (penggunaan alat dan pemanipulasian
objek).
Keterampilan-keterampilan perseptual (memahami stimuli dalam lingkungan
kita, mulai dari bahasa hingga musik).
Memori Jangka
Eksplisit Implisit
(Deklaratif)
9
1. Memori Otobiografis
Memori yang dimiliki seseorang mengenai masa lalunya. Memori ini untuk kejadian
dan topik yang berkaitan dengan diri sendiri (Conway & Rubin, 1993). Memori
Otobiografis merupakan bagian vital dari identitas, membentuk sejarah pribadi dan
rasa tentang siapa diri sendiri (Robinson, 1992). Pada umumnya memori ini
mempunyai keakuratan yang tinggi (bahkan sempurna), memori ini berisi informasi
terkait emosi, deskripsi diri, peristiwa-peristiwa khusus, sejarah kehidupan seseorang
yang bersangkutan.
Pencarian kita terhadap dasar neurokognitif bagi pengetahuan berlanjut pada studi-
studi terhadap pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Seperti
sebelumnya, pengetahuan deklaratif bersifat eksplisit dan melibatkan fakta-fakta dan
peristiwa, sementara prosedural bersifat implisit dan diakses melalui performance.
Kita mengetahui bahwa sebuah sepeda memiliki dua roda, sebuah stang, dan rangka
(pengetahuan deklaratif), namun kita mampu mengendarai sepeda dengan sungguh-
sungguh (pengetahuan prosedural). Sebuah cara untuk menguji pengetahuan deklaratif
dan prosedural adalah melalui eksperimen priming dan rekognisi.
a) Memori Episodik
Sistem memori neurokognitif yang memungkinkan seseorang mengingat
peristiwa-peristiwa pada masa lalunya (Tuvling, 1993, hal 67). Memori episodic
sangat rentang terhadap perubahan dan kelupaan, namun memegang peranan
10
penting sebagai dasar pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa (seperti orang dan
tempat) yang telah kita jumpai pada masa lalu.
Memori episodic meliputi:
a. Memori mengenai kejadian-kejadian masa-masa sekolah
b. Memori mengenai percakapan yang anda lakukan tafi pagi
c. Memori mengenaimateri perkuliahan yang baru saja anda ikuti
b) Memori Semantik
Memori yang tersusun berdasar fakta, konsep, menggambarkan pengetahuan
terorganisir tentang dunia, informasi non personal, memori ini penting bagi
penggunaan bahasa, pengetahuan mengenai kata-kata dan keterampilan informasi
semantik terbentuk dari episodik.
Contoh memori semantik:
a. Mengetahui bahwa kata semantic berkaitan dengan kata makna
b. Mengetahui seperti apa ikan lou han
c. Mengetahui bahwa Pulau Nias terletak di Provinsi Sumatera Utara
11
DAFTAR PUSTAKA
Solso, Robert L., Maclin, Otto H., Maclin, M. Kimberly. (2008). Psikologi Kognitif : Edisi
ke-8. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sternberg, Robert J. (2008). Psikologi Kognitif: Edisi ke-4. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
12