Dosen Pengampu :
1. Prof.Dr. Syamsul Bachri Thalib,M.Si (SBT)
2. Dr. Ahmad Razak,S.Ag.,S.Psi.,M.Si (AHM)
3. Muh Ahkam,S.Psi.,M.Si (MA)
4. Eva Meizara Puspita Dewi, S. Psi., M. Si., Psikolog (EMP)
5. Andi Nasrawati Hamid,S.Psi.,M.A (ANH)
6. Novita Maulidya Jalal, S. Psi., M. Psi., Psikolog (NMJ)
7. Andi Halimah, S.Psi.,M.A (AH)
8. Nur Akmal, S.Psi.,M.A (NA)
9. Astiti Tenriawaru Ahmad, S.Psi., M.Psi.,Psikolog (AST)
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Teori-teori Psikologi dan Aplikasinya Dalam Pendidikan: Teori Behavioristik, Teori
Humanistik, dan Teori Kognitif
OLEH:
KELOMPOK 1
1.Sulistiawati 210701502214
2. Ahmad Mulyadi (210701502187)
3. Alfiyyah Zhafirah Latif (210701502211)
4. Alifia Aliza Lukman (210701502001)
5. Ummu Fauziah (210701502042)
6. Widyawati Wardani Wahid (210701502002)
7. Ainun Ginaya (210701501055)
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah Psikologi Pendidikan
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak,untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada para dosen yang telah membimbing kami dalam proses pembelajaran sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini banyak terdapat kekurangan.Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa
diharapkan demi perbaikan penulisan makalah kedepannya. Penulis juga berharap semoga
karya makalah ini mampu memberikan pengetahuan mengenal perkembangan moral.
Kiranya sekian pengantar dari penulis,atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.........................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................4
1.3 TUJUAN..................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
A. Teori Behavioristik...............................................................................................................5
1. Thorndike...........................................................................................................................5
2. Ivan Petrovich Pavlov.........................................................................................................5
3. John B. Watson..................................................................................................................6
4. Burrhus Frederic Skinner...................................................................................................6
Tahap-tahap Perkembangan Behavioristik...............................................................................6
Aplikasi Teori Behavioristik dan Ciri-ciri Terhadap Pembelajaran.......................................7
B. Teori Humanistik.................................................................................................................7
Pengaplikasian Teori Humanistik dalam Pendidikan...............................................................9
C. Teori Kognitif.....................................................................................................................10
1. Teori Belajar Piaget..........................................................................................................10
2. Teori Belajar Bermakna Ausubel.....................................................................................12
3. Teori Belajar “Cognitive-Field” dari Lewin.....................................................................13
Pengaplikasian Teori Kognitif dalam Pendidikan...................................................................13
BAB II.............................................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................................15
2.1 KESIMPULAN................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar
memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan
individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi
suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim
yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4).
Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi
yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu
atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah
seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar
adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
B. Teori Humanistik
Psikologi humanistik berusaha memahami tingkah laku individu dari sudut pandang
pelaku, bukan dari pengamat. Menurut aliran ini tingkah laku individu ditentukan oleh
individu itu sendiri. Proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.
Teori ini menekankan pada isi dan proses belajar dan pada kenyataanya teori ini lebih
banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar
apa adanya yang biasa kita amati dalam dunia keseharian.
Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap
berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa harus
berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori
ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
Pendekatan humanistik pada umumnya mempunyai pandangan yang ideal yang
lebih manusiawi, pribadi, dan berpusat pada siswa yang menolak terhadap pendidikan
tradisional yang lebih berpusat pada guru. Para ahli teori belajar pendekatan ini yaitu:
1. Arthur Combs Tokoh ini menjelaskan bagaimana persepsi ahli-ahli psikologi dalam
memandang tingkah laku. Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting
adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Untuk mengerti
orang lain, yang penting adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk
menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau tentang dunianya
(Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran).
2. Maslow Tokoh ini berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan
untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau
mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling
penting. Jika manusia secara fisik terpernuhi kebutuhannya dan merasa aman,
mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu
kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam
kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari
kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis, dan
akhirnya self-actualization (Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi
Pembelajaran).
3. Rogers Melalui bukunya Freedom to Learn and Freedom to Learn for the 80’s,
menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar dan
mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan berarti. Prinsip-prinsip penting
belajar humanistik menurut Rogers yaitu keinginan untuk belajar (The Desire to
Learn), belajar secara signifikan (Significant Learning), belajar tanpa ancaman
(Learning Without Threat), belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning),
belajar dan berubah (Learning and Change) (Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam
Psikologi Pembelajaran).
4. Honey dan Mumford Mereka membagi tipe siswa menjadi empat macam: 1) Siswa
tipe aktivis adalah yang suka melibatkan diri pada pengalaman baru dan cenderung
berpikiran terbuka serta mudah diajak berdialog. 2) Siswa dengan tipe reflektor
sangat berhati-hati mengambil langkah. 3) Siswa dengan tipe teoris sangat kritis,
senang menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya
subjektif. 4) Siswa tipe pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek praktis.
Siswa tipe ini tidak suka berlarut-larut dalam membahas aspek teoritis filosofis
karena lebih baik praktiknya (Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi
Pembelajaran).
5. Habermas (tokoh yang dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun
dengan sesama manusia) Tipe belajar dibagi menjadi: 1) Tipe belajar teknis, belajar
berinteraksi dengan alam sekelilingnya. 2) Tipe belajar praktis,belajar berinteraksi
dengan orang disekelilingnya. 3) Tipe belajar emansipatoris berusaha mencapai
pemahaman dan kesadaran tentang perubahan kultural suatu lingkungan.
Pemahaman kesadaran terhadap perubahan kultural menjadi tahapan terpenting
karena dianggap sebagai tujuan pendidikan yang paling tinggi (Hamzah B. Uno,
Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran).
Pengaplikasian Teori Humanistik dalam Pendidikan
Implikasi pengajaran dari sudut pandang Rogers yaitu tidak begitu memperhatikan
metodologi pengajaran. Nilai dari perencanaan kurikulum, keahlian ilmiah guru, atau
penggunaan teknologi tidak sepenting dalam memudahkan belajar, seperti respons perasaan
siswa atau mutu dari interaksi antara siswa dan guru. Satu strategi yang disarankan Rogers
adalah memberi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat mendukung dan
membimbing pengalaman mereka. Strategi lain yang disarankan Rogers adalah peer-
tutoring (siswa mengajar siswa yang lain). Rogers adalah penganjur yang kuat pada
penemuannya, di mana siswa mencari jawaban terhadap pertanyaan yang riil, membuat
penemuan autonomus (bebas), dan menjadi pencetus dalam belajar atas inisiatifnya sendiri.
Pengajaran dalam Psikologi Humanistik meliputi:
a. Pendidikan Setara (Confluent Education)
George Brown mengembangkan Pusat Pendidikan Humanistik di Universitas
California, Sania Barbara, dimana guru belajar mengintegrasikan pengalaman
afektif dengan belajar kognitif di kelas (Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi
Pendidikan). Contohnya adalah pengajaran Bahasa Inggris pada siswa umur 12
tahun tentang buku yang berjudul Red Badge of Courage. Guru yang ingin
mengembangkan latihan ini, ingin siswanya tidak hanya mendapatkan pengertian
yang lebih dalam tentang novel itu, tetapi juga memperoleh kesadaran antar pribadi
yang lebih besar dengan mendiskusikan konsep tentang keberanian, keteguhan hati,
dan kekuatan mereka sendiri.
b. Pendidikan Terbuka (Open Education)
1) Syarat-syarat belajar (Provisions for Learning).
Memanipulasi persediaan bahan pelajaran untuk memenuhi keanekaragaman dan
luasnya mata pelajaran. Anak-anak bergerak bebas di kelas, mendorong untuk
bercakap-cakap dan tidak dipisahkan ke dalam kelompok dengan menggunakan
skor tes.
2) Manusiawi, hormat, terbuka, dan hangat (Humannes, Respect, Opennes, and
Warmth).
Menggunakan bahan pelajaran yang dibuat siswa. Guru berhadapan dengan tingkah
laku siswa yang bermasalah dengan berkomunikasi dengan anak tanpa melibatkan
kelompok.
3) Mendiagnosis kejadian selama pelajaran (Diagnosis of Learning Events).
Siswa mengoreksi pekerjaan mereka sendiri. Guru mengobservasi dan menanyakan
pertanyaan-pertanyaan.
4) Pengajaran (Instruction).
Secara individual tidak ada tes/ buku tugas.
5) Penilaian (evaluation).
Guru mengambil catatan beberapa tes formal.
6) Mencari kesempatan untuk menumbuhkan profesionaliisme (Search for
Opportunities for Professional Growth).
Guru menggunakan bantuan orang lain. Guru bekerja dengan teman sejawat.
7) Persepsi guru tentang dirinya (Self-Perception of Teacher).
Guru mencoba untuk menyimpan semua persepsi tentang anak-anak di dalam
pengamatannya dan memonitor pekerjaan mereka.
8) Mengasumsikan anak-anak dan proses belajar (Assumption about Children and the
Learning Process).
Suasana kelas hangat dan diterima. Anak-anak terlibat dengan apa yang mereka
kerjakan (Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan).
C. Teori Kognitif
Psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang mempelajari proses mental
termasuk bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Bidang psikologi
kognitif sangat luas, tetapi umumnya dimulai dengan melihat bagaimana masukan sensori
berubah menjadi keyakinan dan tindakan melalui proses kognisi.
Istilah psikologi kognitif diciptakan oleh Ulric Neisser tahun 1967 dalam sebuah
bukunya yang berjudul Cognitive Psychology. Psikologi kognitif mengakui otak
menjalankan fungsi utama, yaitu berpikir. Otak adalah sistem fisik murni yang bekerja
(meskipun kompleks) dalam batas-batas hukum alam dan kekuatan sebab dan akibat.
Pandangan ini disebut fungsionalisme kausal atau fungsionalisme.
1. Teori Belajar Piaget
Jean Piaget adalah seorang ilmuwan perilaku dari Swiss, ilmuwan yang sangat
terkenal dalam penelitian mengenai perkembangan berpikir khususnya proses berpikir
pada anak.
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut
tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau
struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap
sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:
a) Tahap Sensori Motor (dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami
lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium
dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik
serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini.
Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat
tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa
selimutnya akan bergeser darinya.
b) Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu
mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya
perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang
lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari
orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.
c) Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya
mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada
informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir
secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa
ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja
berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat
mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.
d) Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai
gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa
alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang
berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu
terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan
membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak (Hamzah B. Uno, Orientasi
Baru dalam Psikologi Pembelajaran).