Anda di halaman 1dari 18

KONSEP MANUSIA MENURUT MADZHAB HUMANISME DAN

AL-QUR’AN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PSIKOLOGI AGAMA

Dosen Pengampu:
Drs. H. M. Mustofa, SH. M.Ag.

Disusun Oleh:

Ananda Salsabiila Irham (06020120025)


Choirul Mazidah (06020120029)
Putri Nadila Azzahra (06020120046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena telah melimpahan rahmat
dan hidayahnya, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep
Manusia Menurut Madzhab Humanisme dan Al-Qur’an” hingga selesai. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang menuntun kita dari zaman
kegelapan menuju jalan yang terang benderang. pengetahuan sangat banyak mulai dari hanya
sekedar mencari ilmu sampai berfilsafat.

Makalah berjudul “Konsep Manusia Menurut Madzhab Humanisme dan Al-Qur’an”


disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Agama yang diampu oleh bapak
Drs. H. M. Mustofa, SH. M.Ag. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang konsep manusia dari segi humanisme dan Al-Qur’an.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, itu
saran dan kritik yang membangun begitu kami harapkan demi kesempurnaan dalam
penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
memberi manfaat bagi pembaca.

Wasssalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Sidoarjo, 2 Oktober 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH …………………………………………………………………...…… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...…………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………………..……...…………….. 1
B. Rumusan masalah ……………………………………………………..…………...… 1
C. Tujuan masalah ……………………………………………………………………..... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia Menurut Humanisme …………………………………….……….... 3
B. Kepribadian manusia menurut Humanisme ……………………………….…...…….. 4
C. Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an …………………………………….………….. 6
D. Kepribadian manusia menurut Al-Qur’an …………………………………..………... 8
E. Persamaan dan perbedaan manusia menurut Humanisme dan Al-Qur’an …..………. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..... 13
B. Saran ………………………………………………………………………………... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Membicarakan mengenai manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah,
tidak akan habis dengan berbagai lautan pertanyaan. Hal itulah yang menjadikan
manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya. Manusia telah mampu memahami
dirinya sendiri selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran yang pasti dan meyakinkan
tidak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang
subjektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat
memandang dirinya secaraa utuh.
Konsep tentang manusia sangat penting artinya di dalam suatu sistem
pemikiran. Arti konsep manusia di dalam sistem pemikiran dan kerangka berfikir
karena hakikat manusia adalah subjek yang mengetahui. Terdapat berbagai konsep
tentang manusia didunia ini, diantaranya menurut gambaran humanisme dan Al-
Qur’an.
Allah sang pencipta telah menurunkan Kitab suci Al-Qur’an di antara ayat-
ayatnya adalah gambaran-gambaran konkrit manusia dengan keabsolutan dengan
kepribadiannya. Sedangkan psikologi humanisme dengan hasil pemikiran manusia
belaka berusaha juga memberikan pandangan tentang manusia dengan berkaca pada
psikologi humanisme tentunya bersifat relatif. Dengan kerakteristik yang berbeda baik
dari kajian bentuk tubuh hingga kajian yang sangat mendalam tentang primordialnya
dengan tuhan saat di alam rahim. Dalam berbagai hal ini menjadikan dapat
ditemukannya persamaan dan perbedaan antara konsep manusia menurut humanisme
dan Al-Qur’an.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat merumuskan masalah-masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1. Bagaimana konsep manusia menurut humanisme?
2. Bagaimana kepribadian manusia menurut humanisme?
3. Bagaimana konsep manusia menurut al-qur’an?
4. Bagaimana kepribadian manusia menurut al-qur’an?
5. Apa saja persamaan dan perbedaan konsep manusia menurut humanisme dan al-
qur’an?

1
C. Tujuan masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini yakni:
1. Menjelaskan konsep manusia menurut humanisme.
2. Menjelaskan kepribadian manusia menurut humanisme.
3. Menjelaskan konsep manusia menurut al-qur’an.
4. Menjelaskan mengetahui kepribadian manusia menurut al-qur’an.
5. Menyebutkan persamaan dan perbedaan konsep manusia menurut humanisme dan
al-qur’an.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia Menurut Humanisme
Kata humanisme memiliki banyak pengertian, dilihat dari sisi kebahasaan, istilah
humanisme ini berasal dari kata Latin “humanus” dan mempunyai akar kata “homo”
yang berarti manusia. “Humanus” berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat
manusia. Adapun secara terminologis, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap
manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya
(fisik nonfisik) secara penuh.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, humanisme
diartikan sebagai aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan
mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik.2 Pandangan humanisme ini
sebenarnya ingin mengembalikan istilah “memanusiakan manusia” kepada makna yang
sesungguhnya, yaitu upaya untuk menerapkan nilai-nilai universal dalam hidup sehari-
hari.3
Dari beberapa pengertian di atas, humanisme merupakan pemikiran yang
menganggap bahwa manusia adalah subjek utama dalam kehidupan dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan meningkatkan segala kemampuan yang
dimiliki oleh manusia untuk mencapai hidup yang lebih baik. Pada Awalnya
Humanisme adalah gerakan yang tujuan dan kesibukannya adalah mempromosikan
harkat dan martabat manusia. Sebagai pemikiran etis yang menjunjung tinggi manusia.
Humanisme menekankan harkat, peran, tanggungjawab menurut manusia. Menurut
humanism, manusia mempunyai kedudukan yang istimewa dan berkemampuan lebih
dari makhluk lainnnya karena mempunyai rohani.
Disadari atau tidak, berdasarkan pengertian di atas, sebenarnya konsep humanisme
tidak mempunyai kaitan logis dengan ateisme. Humanisme tidak menyebabkan
seseorang menjadi ateis atau teis. Humanisme adalah gagasan netral tentang humanitas
yang mau menegaskan martabat manusia sebagai manusia. Manusia pantas dihormati
karena ia adalah manusia. Ia bukan binatang yang bisa ditendang, bukan pula barang

1
A. Mangunhardjana, Isme-Isme Dari A Sampai Z (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 93.
2
Tim penyusun kamus pusat bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, edisi ketiga(Jakarta: Balai Pustaka,
2005), 412.
3
Yanti Manoppo, “Nilai-Nilai Humanistik Dalam Interaksi Dosen Dan Mahasiswa,” Irfan, 1(Desember, 2005),
6.

3
yang mudah dibalang, bukan juga Tuhan yang mesti disembah. Ia adalah makhluk
insani yang tubuhnya bisa hancur menjadi humus karena kematian.
Humanistik atau humanisme adalah salah satu pendekatan atau aliran dari
psikologi yang menekankan kepada kehendak bebas, pertumbuhan pribadi,
kegembiraan, kemampuan untuk pulih kembali setelah mengalami ketidakbahagiaan,
serta keberhasilan dalam merealisasikan potensi manusia. Tujuan humanistik adalah
membantu manusia mengekspresikan dirinya secara kreatif dan merealisasikan
potensinya secara utuh. Adapun salah satu tokoh pencetus psikologi humanistik adalah
Abraham Maslow.
Psikologi humanisme disebut juga suatu pendekatan yang dilihat dari berbagai
sudut pandang terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan
perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia yaitu keinginan seseorang untuk
menggunakan semua kemampuan dirinya untuk mencapai apapun yang mereka mau
dan bisa dilakukan. Humanisme merupakan pandangan yang memandang bahwa
manusia memiliki satu kehidupan yang diisi dengan kreatifitas dan kebahagiaan.
Aliran humanisme memandang bahwa “manusia adalah mahluk yang mulia, yang
semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spisiesnya. Aliran ini
terdapat asas-asas penting mengenai manusia sebagai berikut:
1. Manusia adalah mahkluk yang memiliki kehendak bebas.
2. Manusia adalah mahkluk yang sadar atau berfikir.
3. Manusia adalah mahkluk yang mempunyai cita-cita dan merindukan sesuatu ideal.
4. Manusia adalah mahkluk yang kreatif.
5. Manusia adalah mahkluk yang bermoral.
6. Manusia adalah mahkluk yang sadar akan dirinya sendiri.
7. Manusia adalah mahkluk yang memiliki esensi kesucian.
Aliran humanistik atau humanisme muncul sekitar tahun 1940-1950-an sebagai
reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisis dan behaviorisme. Aliran
Psikoanalisis dan Behaviorisme ini diduga merendahkan manusia menjadi sekelas
mesinatau makhluk yang rendah. Aliran humanisme ini bisa disebut sebagai aliran atau
mazhab ketiga setelah Psikoanalisis dan Behaviorisme.

B. Kepribadian manusia menurut Humanisme


Humanisme adalah aliran yang menekankan pada kekuatan dan keistimewaan
manusia. Manusia lahir dengan citra dan atribut yang baik dan dipersiapkan untuk

4
berbuat yang baik pula. Di antara citra baik itu adalah sifat-sifat dan kemampuan
khusus manusia seperti berpikir, berimaginasi, bertanggung jawab dan sebagainya.
Orientasi aliran ini lebih menekankan pada pola-pola kemanusiaan, sehingga ia lebih
dikenal sebagai aliran yang berpaham humanisme. 4
Maslow menggolongkan kepribadian individu menjadi dua jenis, yaitu
kepribadian sehat dan tidak sehat. Seseorang dianggap memiliki kepribadian sehat,
apabila dia telah mampu mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self-actualizing
person). Setelah mampu mengaktualisasi diri, seseorang akan berusaha untuk
mengejar tujuan dan mereduksi ketegangan dalam dirinya dengan memperhatikan
lingkungan di sekitarnya. Individu yang memiliki ciri tersebut dengan metaneeds.
Sementara, individu yang tidak mampu mengaktualisasikan diri disebut Dmotivation
atau metapologis.
Untuk mengidentifikasi kepribadian individu dan mengklasifikasikannya ke
dalam metaneeds atau metapologis bukan hal yang mudah tanpa ukuran khusus. Oleh
karena itu, agar lebih mudah merumuskan ciri-ciri individu yang termasuk metaneeds
atau metapolois.
No. Metaneeds Metapologis (Kepribadian
(Kepribadian Sehat) tidak Sehat)
1. Sikap percaya Tidak percaya, sinis dan
skeptic
2. Bijak dan baik Benci dan memuakkan
3. Indah (estetika) Vulgar dan mati rasa
4. Kesatuan (menyeluruh) Disintegrasi
5. Energik dan optimis Kehilangan semangat hidup,
pasif dan pesimis
6. Pasti Kacau dan tidak dapat
diprediksi
7. Adil dan altruis Suka marah-marah, tidak
adil dan egois
8. Berani Rasa tidak aman dan
memerlukan bantuan

4
Gumiandari, Septi. "Kepribadian Manusia dalam Perspektif Psikologi Islam (telaah Kritis Atas Psikologi
Kepribadian Modern).", 273.

5
9. Bertanggung jawab Tidak bertanggung jawab

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian manusia


didasari oleh sebuah dorongan besar yang timbul dari dalam dirinya. Dorongan itu
disebut motivasi untuk mempertahankan hidup yang dapat diorganisasikan ke dalam
sebuah hierarki kebutuhan. Hierarki kebutuhan berisi tujuh tingkatan kebutuhan yang
harus dipenuhi manusia. Kebutuhan tersebut dipenuhi secara bertahap, yaitu dari
tingkat satu ke dua, dua ke tiga dan seterusnya. Sedangkan untuk mencapai tujuh
tingkat kebutuhan tersebut, kepribadian manusia dapat digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu kepribadian sehat dan tidak sehat.

C. Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an


Manusia menurut Al-Qur’an dimaknai dengan menggunakan beberapa istilah,
yaitu, pertama menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun dan sin, seperti kata
insan, ins, nas, da unas. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata
banu adam atau zurriyat adam.5 Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari
akar kata yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah, dari kata yang
sama pula terlahir kata basyarah yang berarti kulit. AlQur’an menggunakan kata basyar
sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk musanna untuk
menunjuk manusia dari sudut lahiriyah serta persamaannya dengan manusia
seluruhnya. Kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi dimensi material
manusia yang suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan.6 Dari makna ini lantas lahir
pula makna-makna lain yang lebih memperkaya definisi manusia. Dari kata basyar lahir
makna bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai
tahap kedewasaan.7 kata basyar juga dikaitkan dengan kedewasaan manusia yang
menjadikannya memikul tanggung jawab yang mana akibat kemampuan inilah, maka
pantas tugas kekhalifahan dibebankan kepada manusia. sementara itu kata insan
terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Ada juga yang
berpendapat bahwa Kata insan berasal dari tiga kata : anasa yang berarti melihat,

5
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik atau Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan,
2007), 367.
6
Aisyah Abdurrahman Bintusy Syathhi’, Manusia Sentivitas Hermeneutika Al-Qur’an. Terj. M.Adib Al-Arief,
(Yogyakarta: LKPSM, 1997), 7.
7
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 368.

6
meminta izin dan mengetahui; Nasiya yang berarti lupa; dan Al-Nus yang berarti jinak.
Namun, makna jinak, harmonis, dan tampak, lebih tepat daripada pendapat yang
mengatakan bahwa kata insan berasal dari kata nasiya (lupa). Dalam Al-Qur’an kata
insan disebut sebanyak 65 kali. Kata insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk
kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa, dan raga. Bahkan lebih jauh,
ditegaskan pula bahwa makna kata insan inilah yang membawa manusia sampai pada
derajat yang membuatnya pantas menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban
taklif, dan amanat kekuasaan.8 Kemudian yang terakhir yakni istilah bani adam.
Manusia dalam istilah ini memiliki arti keturunan Adam yang mana digunakan untuk
menyebut manusia bila dilihat dari asal keturunannya. Istilah Bani Adam disebutkan
sebanyak 7 kali dalam 7 ayat Alquran. Menurut thabathaba'i penggunaan kata Bani
Adam menunjuk pada arti manusia secara umum dalam hal ini setidaknya ada tiga
aspek yang dikaji yaitu, pertama anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan
Allah, diantaranya adalah dengan perbaikan guna menutup. Kedua mengingatkan para
keturunan Adam agar seseorang terjerumus pada bujuk rayu setan yang mengajak
kepada keingkaran. Ketiga memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam
rangka ibadah dan mentauhidkannya. kesemuanya itu adalah merupakan anjuran
sekaligus peringatan Allah dalam rangka memuliakan keturunan Adam dibanding
makhlukNya yang lain
Sejalan dengan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi ini, manusia dibekali
dengan berbagai instrumen sebagai modal dasar dalam menjalankan tugas
kekhalifahan. Pada sisi ini manusia berbeda dengan hewan sehingga dalam perspektif
Islam manusia tidak menjadi objek selayaknya hewan. Salah satu ahli Bernama
Abdurrahman An-Nahlawi mengatakan bahwa manusia menurut pandangan islam
meliputi 2 hal, yang pertama manusia sebagai makhluk yang dimuliakan, artinya islam
tidak memposisikan manusia dalam kehinaan, kerendahan, atau tidak berharga seperti
binatang, benda mati atau makhluk hidup lainnya. Hal ini sesuai dengan kandungan
surahi Al-Isro’ ayat 70 dan Al-Hajj ayat 65. Yang kedua manusia sebagai makhluk
istimewa dan terpilih, yang diberikan anugerah oleh Allah dengan menjadikannya
mampu membedakan kebaikan dan kejahatan, atau kedurhakaan dan ketakwaan.
Manusia diciptakan oleh Allah dengan segala kesempurnaanya. Manusia diberi
akal pikiran sehingga dengan akal tersebut mereka dapat berpikir. Dengan berpikir

8
Aisya Abdurrahman Bintusi Syathi’, manusia, 14.

7
manusia mampu mengajukan pertanyaan serta memecahkan masalah. Dengan adanya
akal pula, manusia berbeda degan makhluk ciptaan Allah yang lain. Islam mendorong
manusia untuk menggunakan potensi yang dimiliki secara seimbang. Sebab akal yang
berlebihan dapat mendorong manusia pada kemajuan materiil yang hebat, namun
mengalami kekosongan dalam hal ruhaniyah, sehingga manusia terjebak dalam segala
kesombongan yang merusak dirinya sendiri.
Islam memandang manusia sebagai makhluk tuhan yang memiliki keunikan dan
keistimewaan tertentu. Sebagai salah satu makhluk-Nya, Karakteristik eksistensi
manusia harus dicari relasi dengan pencipta dan makhluk Tuhan lainnya. Terdapat 4
relasi yang dilakukan oleh manusia, yakni :
1. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (Hablun Binnafsi) yang ditandai
dengan kesadaran untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
2. Hubungan antara manusia (Hablun Minannas) dengan usaha membina
silaturrahmi atau memutusnya.
3. Hubungan manusia dengan alam sekitar (Hablun Minal’alam) dengan upaya
pelestarian dan pemanfaatan alam dengan sebaik-baiknya atau sebaliknya
menimbulkan kerusakan
4. Hubungan manusia dengan saang pencipta (Hablun MinAllah) dengan kewajiban
ibadah kepada-Nya atau justru menjadi ingkar dan syirik.

D. Kepribadian Manusia Menurut Al-Qur’an


Para psikolog memandang kepribadian sebagai struktur dan proses psikologis
yang tetap, yang Menyusun pengalaman-pengalaman individu serta membentuk
berbagai Tindakan dan respons individu terhadap lingkungan tempat hidup.9 Dalam
masa pertumbuhannya, kepribadian bersifat dinamis dan berubah-ubah dikarenakan
pengaruh lingkungan, pengalaman hidurp, ataupun Pendidikan. Kepribadian tidak
terjadi secara serta merta, melainkan terbentuk melalui proses kehidupan yang Panjang.
Dengan demikian, apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah,
beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh factor-faktor yang mempengaruhi
dalam perjalanan kehidupan seseorang tersebut.10

9
Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 359.
10
Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 186.

8
Dalam kepribadian manusia terkandung aspek material dan aspek spiritual yang
terkadang timbul pergulatan antara dua aspek kepribadian manusia tersebut.
Adakalanya manusia tertarik oleh kebutuhan dan syahwat tubuhnya, dan ada kalanya
ia tertarik oleh kebutuhan spiritualnya. Al-Qur’an mengisyaratkan pergulatan
psikologis yang dialami oleh manusia yakni antara kecenderungan pada kesenangan-
kesenangan jasmani dan kecenderungan pada godaan-godaan kehidupan duniawi. Jadi,
sangat alamiah bahwa pembawaan manusia tersebut terkandung adanya pergulatan
antara aspek kebaikan dan keburukan, antara keutamaan dan kehinaan, dan lain
sebagainya. Untuk mengatasi pergulatan aspek material dan aspek spiritual tersebut
pada manusia, dibutuhkan solusi yang baik yakni dengan menciptakan keselarasan
diantara keduanya. Namun disamping itu, Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa
manusia berpotensi positif dan negative dengan hakikat potensi positif manusia lebih
kuat daripada potensi negatifnya. Hanya saja daya Tarik keburukan lebih kuat
disbanding daya Tarik kebaikan.11
Dalam Al-Qur’an Allah telah menerangkan bahwa model kepribadian manusia
memiliki keistimewaan disbanding model kepribadian lainnya. Seperti yang disebutkan
pada surah Al-Baqarah ayat 1-20 yang menggambarkan tiga model kepribadian
manusia, yakni kepribadian orang beriman, kepribadian orang kafir, dan kepribadian
orang munafik. Berikut ini adalah ciri-ciri dan sifat-sifat dari masing-masing tipe
kepribadian berdasarkan apa yang dijelaskan dalam rangkaian ayat tersebut :
1. Kepribadian orang beriman (mu’minun)
Seseorang dikatakan beriman apabila ia percaya pada rukun iman yang ada
enam. Rasa percaya yang kuat terhadap rukun iman tersebut akan membentuk
nilai-nilai yang melandasi seluruh aktivitasnya. Dengan nilai-nilai itu
seyogyanya setiap individu memiliki kepribadian yang lurus atau kepribadian
yang sehat. Orang yang memiliki kepribadian yang lurus dan sehat ini memiliki
ciri-ciri antara lain : akan bersikap moderat dalam segala aspek kehidupan,
rendah hati di hadapan Allah dan juga terhadap sesame manusia, senang
menuntut ilmu, sabar, jujur, dan lain-lain. Gambaran manusia mukmin dengan
segenap ciri yang terdapat dalam Alquran ini merupakan gambaran manusia
Paripurna atau insan Kamil dalam kehidupan. Rasulullah pun telah membina
generasi pertama kaum mukminin atas dasar ciri-ciri tersebut.

11
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 378.

9
2. Kepribadian orang kafir (kaafirun)
Sementara itu ciri-ciri orang kafir yang diungkapkan dalam Alquran antara lain
suka putus asa, tidak menikmati kedamaian dan ketentraman dalam
kehidupannya, tidak percaya pada rukun iman yang selama ini menjadi pedoman
bagi umat Islam, mereka tidak mau mendengar dan berpikir tentang kebenaran
yang diyakini kaum muslim, sering tidak setia pada janji, memusuhi orang-orang
beriman, tertutup pada pengetahuan ketauhidan dan lain-lainnya. Ciri-ciri orang
kafir sebagaimana yang tergambar dalam Alquran tersebut menyebabkan mereka
kehilangan keseimbangan kepribadian yang akibatnya mereka mengalami
penyimpangan kearah pemuasan syahwat serta kesenangan lahiriyah dan
duniawi hal ini membuat mereka kehilangan satu tujuan tertentu dalam
kehidupan yaitu beribadah kepada Allah dan mengharap ridhonya untuk
mengharap Maghfiroh serta pahalanya di dunia dan akhirat
3. Kepribadian orang munafik (munafiqun)
Munafik adalah golongan orang yang berkepribadian sangat lemah dan
bimbang. Adapun di antara sifat atau watak orang munafik yang tergambar
dalam Alquran antara lain : mereka lupa dan menuhankan sesuatu atau seseorang
selain Allah, dalam berbicara mereka suka berdusta, mereka menutup
pendengaran, penglihatan, dan perasaannya dari kebenaran, orang-orang
munafik ialah kelompok manusia dengan kepribadian yang lemah dan tidak
mempunyai sikap yang tegas dalam masalah keimanan, mereka bersifat
sombong angkuh dan lain-lain. Ciri kepribadian orang munafik yang paling
mendasar adalah kebimbangannya antara keimanan dan kekafiran serta
ketidakmampuannya membuat sikap yang tegas dan jelas berkaitan dengan
keyakinan. Dengan demikian umat Islam sangat beruntung mendapat rujukan
yang paling benar tentang kepribadian dibanding teori teori lainnya terutama
diyakini rujukan tersebut adalah wahyu dari Allah yang disampaikan kepada
nabi Muhammad.

E. Persamaan dan Perbedaan Manusia menurut Humanisme dan Al-Qur’an


Konsep humanisme/humanistik meski tampak selaras dengan pandangan Islam,
dan sama-sama menolak pandangan psikoanalisa dan behavioristik. Akan tetapi, jika
digali lebih dalam aliran humanistik tidaklah sepenuhnya sesuai dengan paradigma
Islam. Aliran ini terlalu menggantungkan teori strukturnya pada kekuatan manusia,
10
sehingga orientasinya cenderung mengarah pada antroposentris (antropos = manusia;
sentris = pusat), yakni pandangan yuang menempatkan manusia sebagai pusat segala
pengalaman dan relasirelasinya, serta penentu utama semua peristiwa yang menyangkut
masalah manusia dan kemanusiaan.12
1. Persamaan manusia menurut Humanisme dan Al-Qur’an
a. Memandang manusia sebagai makhluk mulia.
Humanisme memandang bahwa “manusia adalah mahluk yang mulia, yang
semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya”.
Sedangkan dalam Al-Qur’an surah QS. Al-Isro:70 dijelaskan bahwa
Manusia sebagai makhluk yang dimuliakan, artinya Islam tidak
memposisikan manusia dalam kehinaan, kerendahan atau tidak berharga
seperti binatang, benda mati atau makhluk lainnya.
b. Konsep kebutuhan manusia.
Humanisme memiliki konsep bahwa manusia memiliki Kebutuhan
Fisiologis: Terdiri dari kebutuhan yang mendasar seperti makan, minum,
tidur.13 Sedangkan dijelaskan dalam konsep Al-basyar yang menunjukkan
ciri pokok manusia pada umumnya, seperti makan, minum, dan mati.
c. Memiliki kehendak/kemampuan.
Kaum humanisme memandang manusia memiliki kehendak dan kebebasan.
Sedangkan Manusia harus senantiasa mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk, harus mampu mengarahkan dirinya menuju kebaikan
atau keburukan dalam kesadaran yang sama. (QS. al-Syams: 7-9).
d. Manusia sebagai makhluk sosial.
Kaum Humanisme menekankan aspek kemanusiaan guna mewujudkan
pergaulan hidup yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
Al-Qur’an diartikan bahwa Manusia adalah makhluk sosial, yang dalam
hidupnya membutuhkan manusia dan hal lain di luar dirinya untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menjadi bagian
dari lingkungan soisal dan masyarakatnya. (QS. Al-Hujurat: 13)

12
Hanna Djumhana Bastaman, “Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami”, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), 57.
13
Jamil Abdul Aziz, “Potensi Manusia Perspektif Al-Quran Dan Psikologi Behaviorisme Dan Humanisme Serta
Implikasinya Dalam Pendidikan”, Jurnal Qiro’ah Vol. 10 No.1, (2020), 7.

11
1. Perbedaan manusia menurut Humanisme dan Al-Qur’an
a. Kaum Humanisme menekankan suatu cara berpikir rasional yang
menempatkan manusia dan realitasnya sebagai pusat segala sesuatu
(manusia sebagai sumber). Sedangkan dalam Al-Qur’an, manusia yang
berpikir akan ilmu seharusnya mampu mengarahkan pada penghambaan
yaag total, atau yang lebih mendasar, aktivitas berpikir hendaknya mampu
memahamkan seseorang kepada makna eksistensi Allah sebagai pencipta
alam semesta (bersumber dari Allah).14
b. Dalam Humanisme, Manusia dianggap memiliki kemampuan untuk
menentukan kehidupannya, dengan melupakan kekuasaan Tuhan.
Sedangkan dalam Al-Qur’an, surah An-Nisa’ ayat 36, dimana Manusia tidak
bisa dipisahkan dengan dimensi ilahiyah.15

14
Jamil Abdul Aziz, “Potensi Manusia Perspektif Al-Quran Dan Psikologi Behaviorisme Dan Humanisme Serta
Implikasinya Dalam Pendidikan”, Jurnal Qiro’ah Vol. 10 No.1, (2020), hlm. 5.
15
Ibid., 5.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Humanisme merupakan pemikiran yang menganggap bahwa manusia adalah
subjek utama dalam kehidupan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan
meningkatkan segala kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk mencapai hidup
yang lebih baik. Pada Awalnya Humanisme adalah gerakan yang tujuan dan
kesibukannya adalah mempromosikan harkat dan martabat manusia. Sebagai pemikiran
etis yang menjunjung tinggi manusia. Humanisme menekankan harkat, peran,
tanggungjawab menurut manusia. Menurut humanisme, manusia mempunyai
kedudukan yang istimewa dan berkemampuan lebih dari makhluk lainnnya karena
mempunyai rohani.
Dalam humanisme, Maslow menggolongkan kepribadian individu menjadi dua
jenis, yaitu kepribadian sehat dan tidak sehat. Seseorang dianggap memiliki
kepribadian sehat, apabila dia telah mampu mengaktualisasikan dirinya secara penuh
(self-actualizing person). Setelah mampu mengaktualisasi diri, seseorang akan
berusaha untuk mengejar tujuan dan mereduksi ketegangan dalam dirinya dengan
memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Individu yang memiliki ciri tersebut dengan
metaneeds. Sementara, individu yang tidak mampu mengaktualisasikan diri disebut
Dmotivation atau metapologis (kepribadian kurang sehat).
Manusia menurut Al-Qur’an dimaknai dengan menggunakan beberapa istilah,
yaitu, pertama menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun dan sin, seperti kata
insan, ins, nas, da unas. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata
banu adam atau zurriyat adam. Sejalan dengan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi
ini, manusia dibekali dengan berbagai instrumen sebagai modal dasar dalam
menjalankan tugas kekhalifahan. Pada sisi ini manusia berbeda dengan hewan sehingga
dalam perspektif Islam manusia tidak menjadi objek selayaknya hewan.
Dalam Al-Qur’an Allah telah menerangkan bahwa model kepribadian manusia
memiliki keistimewaan dibanding model kepribadian lainnya. Seperti yang disebutkan
pada surah Al-Baqarah ayat 1-20 yang menggambarkan tiga model kepribadian
manusia, yakni kepribadian orang beriman, kepribadian orang kafir, dan kepribadian
orang munafik.

13
Konsep humanisme/humanistik meski tampak selaras dengan pandangan Islam
(Al-Qu’an), dan sama-sama menolak pandangan psikoanalisa dan behavioristik. Akan
tetapi, jika digali lebih dalam aliran humanistik tidaklah sepenuhnya sesuai dengan
paradigma Islam. Adapun persamaan dari konsep manusia menurut humanisme dan Al-
Qur’an yakni Memandang manusia sebagai makhluk mulia, konsep kebutuhan
manusia, memiliki kehendak, dan kaitan dengan makhluk sosial. Sedangkan
perbedaannya yakni dalam Humanisme, Manusia dianggap memiliki kemampuan
untuk menentukan kehidupannya, dengan melupakan kekuasaan Tuhan, hal ini
menempatkan manusia dan realitasnya sebagai pusat segala sesuatu. Sedangkan dalam
Al-Qur’an, Manusia tidak bisa dipisahkan dengan dimensi ilahiyah.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan, penyusunan kalimat maupun dari materi yang
dibahas. Oleh karena itu, kami sangat mengharap pembaca dapat memberikan kritikan
dan masukan atas adanya makalah yang telah kami buat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, A. B. (1997). Manusia Sentivitas Hermeneutika Al-Qur’an. Terj. M.Adib Al-


Arief. Yogyakarta: LKPSM.

Aziz, J. A. (2020). “Potensi Manusia Perspektif Al-Quran Dan Psikologi Behaviorisme Dan
Humanisme Serta Implikasinya Dalam Pendidikan”. Jurnal Qiro’ah Vol. 10 No.1, 5.

Bastaman, H. D. (2011). “Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami”.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fakhruddin. (2016). Konsep Humanistik Ditinjau dari Perspektif Pendidikan Islam. .


Fokus:Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan. Vol 1, No. 2.

Gumiandari, S. (2011). "Kepribadian Manusia dalam Perspektif Psikologi Islam (telaah Kritis
Atas Psikologi Kepribadian Modern).". Holistik 12.1.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. (2005). Jakarta: Balai Pustaka.

Mangunhardjana, A. (1997). Isme-isme dari A sampai Z. Yogyakarta: Kanisius.

Manoppo, Y. (2005). “Nilai-Nilai Humanistik Dalam Interaksi Dosen Dan Mahasiswa” .

Shihab, M. Q. (2007). Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik atau Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung: Mizan Publisher.

Utsman, M. N. (2005). Psikologi dalam Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Zuhairini, d. (2004). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

15

Anda mungkin juga menyukai