Dosen Pengampu:
Drs. H. M. Mustofa, SH. M. Ag.
Disusun Oleh:
Ananda Salsabiila Irham (06020120025)
Diana Nur Aisyah (06040120074)
Mohammad Ikhmal Mubarrok (06040120090)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan penyusun atas kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul Hereditas, Lingkungan dan
The Self dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan & Perkembangan, dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi perkembangan yang dibimbing
oleh Drs. H. M. Mustofa, SH. M. Ag.
Penyusun sadar, bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun begitu kami
harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan selanjutnya.
Tim penyusun
ii
DAFTAR ISI
E. Pengaruh Faktor Heriditas, Faktor Lingkungan dan Faktor The Self Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan ........................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kedudukannya pada proses pendidikan, hereditas dapat
diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu
dari pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis, jadi
sangat penting sekali untuk kita mengetahui tentang hereditas. Karena jika
seseorang tidak mengetahui tentang hal ini pasti akan menimbulkan kesalah
pahaman. Masing-masing individu lahir ke dunia dengan hereditas tertentu. Ini
berarti, bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan/pemindahan
dari cairan-cairan “germinal” dari pihak orang tuanya. Di samping itu, individu
tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik,
psikologis, maupun lingkungan sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan
yang kompleks merupakan hasil interasksi daripada hereditas dan lingkungan.
Agar kita dapat mengerti dan mengontrol perkembangan tingkah laku manusia
kita hendaknya mengetahui hakikat dan peranan dari masing-masing (hereditas
dan lingkungan).1
Permasalahan lingkungan akhir-akhir ini mulai banyak dijumpai di
sekitar kita. Seperti diibaratkan bola salju yang menggelinding, semakin lama
semakin membesar. Kita sebagai manusia hendaknya menjaga lingkungan
sekitar agar tidak terancam kerusakannya. Namun, hanya sebagian orang saja
yang benar-benar peduli dengan lingkungan di sekitar kita. Pada mulanya
masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni peristiwa-
peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini
terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri
dan dapat pulih kembali secara alami (homeostasis). Akan tetapi, masalah
1
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Cet. III (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), 78.
1
lingkungan yang terjadi sekarang banyak disebabkan oleh ulah manusia sendiri.
Bahkan manusia sendiri sebagai pelaku utama dalam permasalahan lingkungan.
Oleh karena itu pada makalah ini kami membahas tentang Hereditas,
lingkungan dan the self dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan &
Perkembangan, karena hal ini sangat mempengaruhi dalam masa depan
makhluk hidup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan materi dalam makalah kali ini kami memiliki beberapa rumusan
masalah, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan hereditas, lingkungan dan the self ?
2. Apa yang membedakan antara hereditas, pembawaan dan bakat ?
3. Bagaimana deskripsi tentang macam-macam lingkungan?
4. Apa yang membedakan hakekat manusia dengan hewan dan tumbuh-
tumbuhan?
5. Apa pengaruh dari faktor hereditas, faktor lingkungan dan faktor the self
terhadap pertumbuhan dan perkembangan?
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hereditas
Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis
karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui
pewarisan genetis. Proses genetis individu berawal dari pertemuan antara 24
kromosom pihak ayah dan 24 kromosom pihak ibu. Ke-empat puluh delapan
kromosom itu bercampur dan berinteraksi membentuk pasangan-pasangan
baru. Akibat dari peristiwa ini terjadilah pertemuan “genes” pada setiap
pasangan kromosom dari ayah dan ibu yang memiliki sifat tertentu. Akibat dari
pertemuan “genes” itu maka terjadilah perubahan sifat hereditas. Jadi dasar
herediter daripada perbedaan individual adalah adanya kombinasi-kombinasi
“genes” yang mengakibatkan adanya perubahan-perubahan sifat “genes”.2
Hereditas Merupakan suatu proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri
dari satu generasi ke generasi lain dengan perantara plasma benih atau suatu
karakteristik yang ada pada setiap individu yang diperoleh melalui pewarisan
atau pemindahan dari cairan – cairan “germinal” dari pihak orang tuanya, yang
mana hal ini memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Hereditas atau keturunan yang dibawa anak sejak dari kandungan
sebagian berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan
moyangnya dari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya) hal ini sesuai dengan
hukum Mendel. Ada beberapa warisan (keturunan atau pembawaan) yang
dibawa oleh anak dari orang tuanya maupun dari nenek kakeknya, diantaranya
sepert bentuk tubuh tubuh , warna kulit dan lainya.
2
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Cet. III (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), 78-80.
3
2. Pengertian Lingkungan
Pengertian lingkungan menurut psikologi ialah segala sesuatu yang ada
di dalam atau di luar individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah
laku atau perkembangannya. Lingkungan itu wujudnya dapat berupa benda -
benda atau objek-objek alam, orang-orang dan karyanya serta berupa fakta-
fakta objektif yang terdapat dalam diri individu, seperti kondisi organ,
perubahan -perubahan organ dan lain-lain. Orang sering mengartikan
lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar diluar
diri manusia/individu. Lingkungan itu sebenarnya mencakup segalah materil
dan stimuli didalam dan diluar individu, baik yang bersifat
fisiologis,psikologis, maupun sosial kultural.
Lingkungan adalah kombinasi dari kondisi fisik meliputi keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di darat dan di laut, dengan lembaga-lembaga yang mencakup
penciptaan manusia sebagai keputusan bagaimana menggunakan lingkungan
fisik. Lingkungan juga dapat diartikan ke dalam segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
lingkungan secara umum adalah kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber
daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang
tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. Secara singkat, definisi
lingkungan secara umum adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia
dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
4
Teori modern mengenai self yang berpendapat bahwa ada aspek
kejiwaan sebagai sesuatu yang ada didalam (sebagai isi) yang mengatur
perbuatan-perbuatan manusia. Self, baik itu dimaksudkan sebagai obyek
maupun sebagai proses, ataupun kedua-duanya bukanlah suatu homunculus
atau “manusia didalam dada” atau jiwa, tetapi pengertian tersebut terutama
dimaksudkan untuk menunjuk kepada obyek proses-proses psikologis itu
sendiri, dan proses-proses tersebut dianggap dikuasai oleh hukum sebab akibat.
Dengan kata lain, pengertian self itu tidak dipakai dalam arti metafisis atau
keagamaan, tetapi dipakai dalam arti psikologis ilmiah.
Teori self menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk
menyelidiki gejala-gejala dan membuat konsepsi dari hasil penyilidikan
mengenai tingkah laku itu. Jadi, didalam menunjukkan self sebagai proses, itu
yang dimaksud tidak lain dari pada nama bagi sekelompok proses.
1. Hereditas
Hereditas dapat diartikan pemindahan biologis karakter orang tua
kepada anaknya. Hal ini terjadi di dalam kromosom-kromosom baik dari pihak
ayah ataupun dari pihak ibu berinteraksi membentuk pasangan-pasangan. Dua
anggota dari masing-masing pasangan memiliki bentuk dan fungsi yang sama.
Masing-masing pasangan tersebut terdapat sejumlah genes dan masing-masing
genes memiliki sifat-sifat tertentu, membentuk persenyawaan genes yang
demikian menjalin senyawa sifat-sifat genes.3 Hereditas juga dapat diartikan
sebagai totalitas karakter setiap individu yang diwariskan orang tua kepada
anaknya, atau segala potensi baik fisik atau psikis yang dimiliki oleh setiap
individu sejak konsepsi atau pembuahan ovum sperma sebagai pewarisan dari
3
Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2012), 26.
5
pihak orang tua melalui gen-gen. Hereditas merupakan faktor yang
mempengaruhi perkembangan setiap individu.
2. Pembawaan
Pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau kesanggupan atau juga
disebut sebagai potensi yang terdapat pada seorang individu. Hal itu benar-
benar dapat diwujudkan atau direalisasikan selama masa perkembangannya.
Misalnya sejak dilahirkan, seorang anak memiliki kesanggupan untuk nantinya
dapat berjalan, potensi berkata-kata, potensi belajar ilmu pasti, pembawaan
untuk bahasa, dapat menggambar, intelegensi yang baik, dan lain sebagainya.4
Pembawaan merupakan sebuah konsep yang dipercayai atau dikemukakan oleh
masyarakat, bahwa terdapat potensi dasar dalam diri manusia yang dapat
berkembang dengan sendirinya atau berkembang dengan bantuan lingkungan
sekitarnya. 5 Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembawaan adalah
potensi-potensi yang dibawa oleh setiap individu ketika ia lahir yang
merupakan warisan dari orang tuanya. Potensi yang terdapat pada setiap
individu dapat direalisasikan atau diwujudkan dengan melakukan latihan-
latihan dan setiap potensi memiliki kematangan masing-masing.
3. Bakat
Umumnya dalam buku-buku psikologi, pembawaan dan bakat memiliki
istilah yang sejajar dan biasanya bakat juga diartikan sebagai pembawaan. Titik
berat perbedaannya terletak pada luas pengertiannya, yang satu mengandung
pengertian yang lebih luas daripada yang lain. Contoh si A berpembawaan
musik dapat juga dikatakan bahwa si A berbakat musik, si B berpembawaan
ilmu pasti dapat dikatakan juga bahwa si B berbakat ilmu pasti. Akan tetapi, si
4
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
38.
5
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 22.
6
X berpembawaan rambut ikal, janggal jika dikatakan bahwa si X berbakat
rambut ikal, si Y berpembawaan badan tinggi, janggal bila dikatakan si Y
berbakat badan tinggi. Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa bakat dalam
hal ini lebih dekat diartikan sebagai aptitude, yang berarti kecakapan
pembawaan yang mengenai kesanggupan atau potensi tertentu. Jadi dapat
disimpulkan, bahwa perbedaannya yaitu bakat lebih cenderung pada kecakapan
atau kesanggupan tertentu, sedangkan pembawaan lebih luas mencakup semua
sifat atau ciri-ciri dan kesanggupan yang dibawa sejak lahir.6
C. Macam-macam Lingkungan
6
Binti Maunah, Psikologi Pendidikan, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2014), 47-48.
7
Agoes Soegianto, “Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan”, Surabaya:
Airlangga University Press, 2010, 1.
7
meskipun secara harfiah dapat dibedakan, tetapi pada umumnya digunakan
dengan makna yang sama, yaitu lingkungan dalam pengertian yang luas, yang
meliputi lingkungan fisik, kimia, maupun biologi (lingkungan hidup manusia,
lingkungan hidup hewan dan lingkungan hidup tumbuhan). Lingkungan hidup
juga memiliki makna yang berbeda dengan ekologi, ekosistem, dan daya
dukung lingkungan.
Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan atau lingkungan hidup
adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk di dalamnya manusia
dan tingkah-perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada
dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan
jasad-jasad hidup lainnya. Sementara itu, menurut Otto Soemarwoto,
lingkungan hidup diartikan sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk hidup
bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya. Jika disimak
berbagai pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa lingkungan memiliki
cakupan yang sangat luas. Lebih jelas L.L. Bernard memberikan pembagian
lingkungan ke dalam 4 (empat) bagian besar, yakni:8
1. Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya
kosmik dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik,
ombak, dan sebagainya.
2. Lingkungan biologi atau organik, segala sesuau yang bersifat biotis
berupa mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuhan, termasuk juga disini
lingkungan prenatal, dan proses-proses biologi seperti reproduksi,
pertumbuhan, dan sebagainya.
3. Lingkungan sosial, dibagi dalam empat bagian, yaitu :
a. Lingkungan fisiososial yaitu meliputi kebudayaan materiil (alat),
seperti peralatan senjata, mesin, gedung, dan lain-lain.
8
Munadjat Danusaputra, “Hukum Lingkungan Buku 11”, (Bandung: Nasional Binacit. 1985), 201.
8
b. Lingkungan biososial, yaitu manusia dan interaksinya terhadap
sesamanya dan tumbuhan beserta hewan domestic dan semua bahan
yang digunakan manusia yang berasal dari sumber organik.
c. Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan dengan tabiat batin
manusia seperti sikap, pandangan, keinginan, dan keyakinan. Hal ini
terlihat melalui kebiasaan, agama, ideologi, bahasa, dan lain-lain.
d. Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara
institusional, berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik yang
terdapat di daerah kota atau desa.
1. Hakekat Manusia
Manusia adalah keyword yang harus dipahami terlebih dahulu bila kita
ingin memahami pendidikan. Untuk itu perlu kiranya melihat secara lebih
rinci tentang beberapa pandangan mengenai hakikat manusia, yaitu:
a. Pandangan Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik diyakini bahwa pada hakikatnya
manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang
bersifat instingtif. Hal ini menyebabkan tingkah laku seorang manusia
diatur dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang memang ada dalam
diri manusia. Terkait hal ini diri manusia tidak memegang kendali atau
tidak menentukan atas nasibnya seseorang tapi tingkah laku seseorang itu
semata-mata diarahkan untuk mememuaskan kebuTuhan dan insting
biologisnya.
b. Pandangan Humanistik
Para humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-
dorongan dari dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan
yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat
9
menentukan nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia itu terus berubah
dan berkembang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih
sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota kelompok masyarakat
dengan tingkah laku yang baik. Mereka juga mengatakan selain adanya
dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam hidupnya juga digerakkan
oleh rasa tanggung jawab sosial dan keinginan mendapatkan sesuatu.
Dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk individu dan juga
sebagai makhluk sosial.
Terdapat pandangan lain mengenai hakikat manusia ini yaitu pandangan
Martin Buber dan pandangan behavioristik, diantaranya yaitu:
a. Pandangan Martin Buber
Martin Buber mengatakan bahwa manusia adalah sebuah
eksistensi atau keberadaan yang memiliki potensi namun dibatasi oleh
kesemestaan alam. Namun keterbatasan ini hanya bersifat faktual
bukan esensial sehingga apa yang akan dilakukannya tidak dapat
diprediksi. Dalam pandangan ini manusia berpotensi utuk menjadi
‘baik’ atau ‘jahat’, tergantung kecenderungan mana yang lebih besar
dalam diri manusia. Hal ini memungkinkan manusia yang ‘baik’
kadang-kadang juga melakukan ‘kesalahan’.
b. Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia
sebagai makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh
faktor-faktor dari luar dirinya, yaitu lingkungannya. Lingkungan
merupakan faktor dominan yang mengikat hubungan individu.
Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum belajar, seperti adanya teori
conditioning atau teori pembiasaan dan keteladanan. Mereka juga
10
meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena pengaruh
lingkungan.9
Semua makhluk hidup pada hakikatnya sama, membutuhkan
makan, minum, dan bernafas. Namun, memang terdapat beberapa hal
yang menjadi perbedaan antara masing-masing makhluk hidup, salah
satunya mengenai nutritive. Bagi Aristoteles, fungsi nutritive itu
adalah apa yang menjadi kategori makhluk hidup secara fundamental.
Ada beragam makhluk hidup yang tidak hanya memiliki kemampuan
nutritive saja. Seperti yang ia sebutkan “pikiran, sensasi, gerak lokal
dan diam, atau gerakan dalam konteks nutrisi, mati dan tumbuh”. Saat
Aristoteles membicarakan tumbuhan dalam paragraf tersebut, ia
menyebutkan bahwa fungsi nutritive adalah “satu-satunya potensi
psikis yang mereka punya.” Tumbuhan memang termasuk makhluk
hidup, tapi ia hanya punya kemampuan nutritive. Tumbuhan tidak
punya kemampuan sensasi atau berpikir. Hal yang sama juga berlaku
terhadap hewan. “Hewan” tak punya kemampuan berpikir, sebab
rational adalah milik manusia. Tradisi pemikiran ini berlanjut hingga
René Descartes, ia menganggap bahwa hewan tak ubahnya sebagai
mesin, sebuah automata. Hewan bergerak dan hidup karena mengikuti
instingnya saja. Bukti ini bukan hanya karena para binatang itu punya
akal budi yang lebih rendah dari manusia, namun bahwa mereka tidak
punya akal budi sama sekali. Dan kita tak boleh merancukan wicara
(speech) dengan gerakan alami yang menjadi bukti mengenai insting
(passion) dan yang bisa diimitasi oleh mesin dan juga hewan. Bagi
Kant, apa yang bukan manusia adalah benda. Seorang manusia
memiliki otoritas terhadap hewan yang irasional sebab hewan adalah
9
Siti Khasinah, “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat” Jurnal Ilmiah Didaktika Vol.
XIII, No. 2, (Februari, 2013), 299-300.
11
benda. Manusia bisa menggunakannya dan menguasainya. Ini karena
manusia adalah entitas yang berbeda, baik dari tingkatannya ataupun
kehormatannya, dari hewan yang irasional.10
2. Hakekat Hewan dan Tumbuhan
Semua makhluk hidup pada hakikatnya sama, membutuhkan makan,
minum, dan bernafas. Namun, memang terdapat beberapa hal yang menjadi
perbedaan antara masing-masing makhluk hidup, salah satunya mengenai
nutritive. Bagi Aristoteles, fungsi nutritive itu adalah apa yang menjadi
kategori makhluk hidup secara fundamental. Ada beragam makhluk hidup
yang tidak hanya memiliki kemampuan nutritive saja. Seperti yang ia
sebutkan “pikiran, sensasi, gerak lokal dan diam, atau gerakan dalam konteks
nutrisi, mati dan tumbuh”.
Saat Aristoteles membicarakan tumbuhan dalam paragraf tersebut, ia
menyebutkan bahwa fungsi nutritive adalah “satu-satunya potensi psikis yang
mereka punya.” Tumbuhan memang termasuk makhluk hidup, tapi ia hanya
punya kemampuan nutritive. Tumbuhan tidak punya kemampuan sensasi atau
berpikir. Hal yang sama juga berlaku terhadap hewan. “Hewan” tak punya
kemampuan berpikir, sebab rational adalah milik manusia. Tradisi pemikiran
ini berlanjut hingga René Descartes, ia menganggap bahwa hewan tak
ubahnya sebagai mesin, sebuah automata. Hewan bergerak dan hidup karena
mengikuti instingnya saja. Bukti ini bukan hanya karena para binatang itu
punya akal budi yang lebih rendah dari manusia, namun bahwa mereka tidak
punya akal budi sama sekali. Dan kita tak boleh merancukan wicara (speech)
dengan gerakan alami yang menjadi bukti mengenai insting (passion) dan
yang bisa diimitasi oleh mesin dan juga hewan. Bagi Kant, apa yang bukan
manusia adalah benda. Seorang manusia memiliki otoritas terhadap hewan
10
Unies Ananda Raja, “Sejarah Singkat Diskursus Mengenai Hewan dalam Filsafat Barat”, diakses dari
https://www.balairungpress.com/2018/01/sejarah-singkat-diskursus-mengenai-hewan-dalam-filsafat-
barat/, pada tanggal 26 September 2021.
12
yang irasional sebab hewan adalah benda. Manusia bisa menggunakannya dan
menguasainya. Ini karena manusia adalah entitas yang berbeda, baik dari
tingkatannya ataupun kehormatannya, dari hewan yang irasional.11
11
Unies Ananda Raja, “Sejarah Singkat Diskursus Mengenai Hewan dalam Filsafat Barat”, diakses dari
https://www.balairungpress.com/2018/01/sejarah-singkat-diskursus-mengenai-hewan-dalam-filsafat-
barat/, pada tanggal 26 September 2021.
12
Daimah dan Zainun Wafiqatun Niam. (2019). Editorial Team. Jurnal At-Tarbiyat, 2 (2).
https://doi.org/10.22456/2527-2616.94434.
13
(turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk
tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan
penyakitnya.7 Faktor keturunan yang merupakan pembawaan sejak lahir
atau berdasarkan keturunan. Seperti : Konstruksi dan struktur fisik,
kecakapan potensial (bakat dan kecerdasan). Berbeda dengan faktor
lingkungan. Faktor keturunan pada umumnya cerderung bersifat kodrati
yang sulit untuk dimodifikasi13
a. Bentuk Tubuh dan Warna Kulit adalah salah satu warisan yang dibawa
oleh anak sejak lahir.
b. Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang
diwarisi dari ibu, ayah, nenek atau kakek.
c. Intelegensi, yaitu kemampuan umum yang dimiliki seseorang untuk
penyesuaian terhadap situasi atau masalah.
d. Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai
jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus ini
biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya
kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olah
raga metematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, sosia, agama,
dan sebangainya
13
Kayyis Fithri Ajhuri, M.A, , “Psikologi perkembangan: Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan”, (Yogyakarta: Media Pustaka) 11.
14
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta
jasmani dan rohaninya. Faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya
sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan
individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya.
15
Contoh: seseorang yang hidup di desa akan berbeda perilakunya
dengan orang yang di kota.
14
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), 56.
16
apapun. Mau dijadikan gambar gambar apa saja meja lilin tersebut
terserah pelukisnya. Meja lilin di sini diibaratkan sebagai bayi yang
baru lahir yang akan berkembang, sedangkan pelukis adalah
lingkungan yang akan membentuk jadi apapun anak yang baru lahir
ini. Dengan kata lain, aliran empirisme sangat yakin bahwa
perkembangan organisme ditentukan oleh lingkungan.
17
BAB III
KESIMPULAN
Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis
karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui
pewarisan genetis. Proses genetis individu berawal dari pertemuan antara 24
kromosom pihak ayah dan 24 kromosom pihak ibu. Lingkungan juga dapat
diartikan ke dalam segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia. Teori modern mengenai self yang
berpendapat bahwa ada aspek kejiwaan sebagai sesuatu yang ada didalam
(sebagai isi) yang mengatur perbuatan-perbuatan manusia. Self, baik itu
dimaksudkan sebagai obyek maupun sebagai proses, ataupun kedua-duanya
bukanlah suatu homunculus atau “manusia didalam dada” atau jiwa, tetapi
pengertian tersebut terutama dimaksudkan untuk menunjuk kepada obyek proses-
proses psikologis itu sendiri, dan proses-proses tersebut dianggap dikuasai oleh
hukum sebab akibat.
Hereditas dapat diartikan pemindahan biologis karakter orang tua kepada
anaknya. Hal ini terjadi di dalam kromosom-kromosom baik dari pihak ayah
ataupun dari pihak ibu berinteraksi membentuk pasangan-pasangan. Pembawaan
adalah seluruh kemungkinan atau kesanggupan atau juga disebut sebagai potensi
yang terdapat pada seorang individu. Hal itu benar-benar dapat diwujudkan atau
direalisasikan selama masa perkembangannya. Umumnya dalam buku-buku
psikologi, pembawaan dan bakat memiliki istilah yang sejajar dan biasanya bakat
juga diartikan sebagai pembawaan. Titik berat perbedaannya terletak pada luas
pengertiannya, yang satu mengandung pengertian yang lebih luas daripada yang
lain.
L.L. Bernard memberikan pembagian lingkungan ke dalam 4 (empat)
bagian besar, yakni: Lingkungan fisik atau anorganik, Lingkungan biologi atau
organik, Lingkungan sosial, dibagi dalam tiga bagian ; Lingkungan fisiososial,
Lingkungan biososial, Lingkungan psikososial, Lingkungan komposit.
18
Manusia adalah keyword yang harus dipahami terlebih dahulu bila kita
ingin memahami pendidikan. Untuk itu perlu kiranya melihat secara lebih rinci
tentang beberapa pandangan. Diyakini bahwa pada hakikatnya manusia
digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.
Hal ini menyebabkan tingkah laku seorang manusia diatur dan dikontrol oleh
kekuatan psikologis yang memang ada dalam diri manusia. Semua makhluk
hidup pada hakikatnya sama, membutuhkan makan, minum, dan bernafas.
Namun, memang terdapat beberapa hal yang menjadi perbedaan antara masing-
masing makhluk hidup, salah satunya mengenai nutritive. Bagi Aristoteles, fungsi
nutritive itu adalah apa yang menjadi kategori makhluk hidup secara
fundamental. Ada beragam makhluk hidup yang tidak hanya memiliki
kemampuan nutritive saja. Seperti yang ia sebutkan “pikiran, sensasi, gerak lokal
dan diam, atau gerakan dalam konteks nutrisi, mati dan tumbuh”.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amini, Nur. 2020. Faktor Hereditas dalam mempengaruhi perkembangan anak usia
dini. Jurnal Buah hati
Khasinah, Siti. 2013. “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat” Jurnal
Ilmiah Didaktika, 13(2) 299-300.
Raja, Unies Ananda. 2018. “Sejarah Singkat Diskursus Mengenai Hewan dalam
Filsafat Barat”. https://www.balairungpress.com/2018/01/sejarah-singkat-
diskursus-mengenai-hewan-dalam-filsafat-barat/. (diakses tanggal 26 September
2021).
20
Sunarto dan Agung Hartono, 2004, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
21