NURCHOLISH MAJDID
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Kami sadar bahwa tulisan ini jauh dari
kata yang sempurna.
Untuk ini kami selalu membuka diri akan kritik dan saran yang
membangun bagi pembaca untuk melengkapi makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat
sedikit mewujudkan pengetahuan di dalam lembaran ini.
Maka dari itu, kami sebagai pihak yang diberi tugas, mencoba
memaparkan beberapa ilmu yang kami ambil dari beberapa sumber dalam bentuk
makalah yang akan kami presentasikan ini. Sekian dari kami mohon maaf jika
terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun dalam redaksi. Kritik dan
saran sangat kami harapkan.
penyusun
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ..........................................................................................................5
A. Kesimpulan ................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tajdid yang merupakan upaya pembaharuan dalam Islam erat
kaitannya dengan kebangkitan Islam dan dunia Islam yang dipelajari oleh
tokoh-tokoh pemikir Islam. Kebangkitan tersebut pada gilirannya dapat
memberikan posisi Islam dan dunia Islam dalam arti yang sesungguhnya. Hal
ini memiliki hubungan timbal-balik dengan iman, akhlak, hukum, ekonomi,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor lainnya yang erat kaitannya
dengan faktor tadi kemampuan berijtihan dan tajdid merupakan hal yang
harus dimiliki oleh para cendikiawan muslim atau besar kemungkinan
cendikiawan muslim memang berada dalam proses ijthad atau tajdid.1
1
A.Munir dan Sudarsono, Aliran modern dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 1-8.
2
Muhammad Azhar, Fiqh Kontemporer dalam Pandangan Neomodernisme Islam (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 27-28
3
sejarah. Munculnya berbagai corak pemikiran Islam dalam mengapresiasi
realitas modern dengan mengikuti ranah sosialnya merupakan anak kandung
sejarah yang terus bergerak melintasi zamannya, baik yang progresif-liberal
maupun yang tradisional-tekstual.
4
melakukan dengan tiga model pendekatan pembaharuan pendidikan, yaitu;3
Pertama, Islamisasi ilmu yaitu mengislamkan pendidikan sekuler modern.
Kedua, simplikasi silabus yaitu menyederhanakan silabus-silabus tradisonal
strategi ini diarahkan sepenuhnya dalam rangka pendidikan tradisonal itu
sendiri. Ketiga, integrasi ilmu yaitu menyatukan cabang-cabang ilmu
pengetahuan klasik dengan cabang ilmu pengetahuan modern.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang dapat di susun rumusan masalah
sebagai berikut.
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini di dapat dari jawaban atas
pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Jadi tujuan makalah ini
ialah sebagai berikut.
3
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 315
5
BAB II
PEMBAHASAN
4
Greg Borden, Gagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neomodernisme Nurcholis Madjid,
Djohan Efendi, Ahmad Walib, dan Abdurrahman Wahid (Jakarta: Paramadina Pustaka Antara,
1999), hlm. 72-73
5
Adian Husaini, Nurcholish Madjid: Kontraversi Kematian dan Pemikirannya (Jakarta: Khairul
Bayan Press, 2005), hlm. 13
6
NU. Alasan inilah yang menjaring ayahnya memimdahkan Madjid ke pondok
pesantren modern Gontor, Ponorogo Jawa Timur.6
6
Ibid., hlm. 75
7
Ibid., hlm. 77
7
d) Buku Islam Kerakyatan dan Keindonesiaan (Bandung:
Mizan, 1993); Pintu-Pintu Menuju Tuhan (Jakarta:
Paramadina, 1994)
e) Buku Islam Agama Kemanusiaan, Membangun Tradisi dan
Visi Baru Islam Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1995)
f) Buku Islam Agama Peradaban (Jakarta: Paramadina,
1995); Kaki Langit Peradaban Islam (Jakarta: Paramadina,
1997)
g) Buku Tradisi Islam, Peran dan Fungsinya dalam
Pembangunan di Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1997)
h) Bukuberjudul “Masyarakat Religius”(Jakarta: Paramadina,
1997); Perjalanan Religius Umrah dan Haji (Jakarta:
Paramadina, 1997)
i) Buku berjudul Bilik-Bilik Pesantren (Jakarta: Paramadina,
19987)
j) Buku berjudul Dialog Keterbukaan, Artikulasi Nilai Islam
dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (Jakarta:
Paramadina, 1998)
k) Buku berjudul Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi
(Jakarta: Paramadina, 1999)
l) Buku berjudul “Islam Universal” (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007)8
8
Madjid, dkk, Islam Universal, cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 4
9
Nurcholish Madjid, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern: Respon dan Transformasi Nilai-
Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani, Cet. 6, (Jakarta: Mediacita, 2002), hlm. 510
8
Adapun karir yang dicapai oleh Nurchalish Madjid adalah sebagai
berikut :
2. Kondisi Intelektual
Di samping itu, sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa,
selain dua model pendidikan (tradisional dan modern), yang juga turut
10
Informasi, Biografi Nurcholish Madjid, diakses tanggal 3 November 2020 pukul 17.15, dari
http://infobiografi.blogspot.com/2010/02/dr-nurcholis-madjid.html
11
Elly Roosita, Selamat Jalan Guru Bangsa, diakses tanggal 3 November 2020 pukul 17. 22, dari
http://media.isnet.org/islam/Paramadina/CakNurObituari.html
9
membentuk intelektual Nurcholish Madjid adalah pengalaman-
pengalaman sang ayah. Dengan tetap memilih Masyumi sebagai aspirasi
politiknya, ayahnya juga sering berlangganan bulletin-bulletin dan
majalah-majalah yang berisi pemikiran para tokoh Masyumi. Dengan
demikian, menjadi hal yang sangat mungkin bagi Nurchalish Madjid untuk
bersentuhan dengan pemikiran-pemikiran para tokoh Masyumi tersebut.
“Proses ini tentu saja memberikan konstribusi yang cukup besar bagi
pembentukan pola intelektual Nurchalish Madjid selanjutnya”.12
Dalam pendekatan ini, ia menegaskan bahwa modernisasi
bukanlah penerapan sekulerisme dan bukan pula penggunaan nilai-nilai
kebudayaan Barat. Melainkan, dalam pandangannya, modernisasi adalah
rasionalisasi.
12
Siti Nadrah, Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholis Madjid (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1994), hlm. 23
13
Madjid, Kehampaan…, hlm. 509
10
Pane (penyair angkatan Pujangga Baru). Lafran Pane merupakan
penggagas berdirinyaHMI singkatan dari Himpunan Mahasiswa
Islam yang ide pertamanya dikemukakan oleh Lafran Pane. 14
Benang merah hubungan antara Cak Nur dengan Lafran Pane dapat
kita lacak dari keterlibatan Cak Nur dengan organisasi yang
didirikan oleh Lafran Pane yaitu HMI. “Bahkan Nurchalis Madjid
terpilih menjadi Ketua Umum PB HMI selama dua periode (1966-
1969 dan 1969-1971)”.15
Bahkan menurut pengetahuan penulis selama aktif di
HMI, Cak Nur merupakan simbol kejayaan dan semangat
intelektual kader HMI, bahkan ideologi pergerakan yang digunakan
oleh HMI dirumuskan oleh Cak Nur dan kawan-kawan yang
dinamakan dengan Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Lafran sebagai
pendiri HMI menjiwai kader HMI tak terkecuali Cak Nur pun
demikian
d) Fazlur Rahman
Sejak dekade 1980-an, sekembalinya dari Universitas
Chicago, dimana ia meraih gelar doktor dalam bidang studi Islam
di bawah bimbingan Fazlur Rahman, seorang pemikir Muslim
kenamaan asal Pakistan, Nurchalish Madjid tetap teguh dengan
substansi gagasan-gagasan pembaharuannya.
14
M. Chozin Amirullah,Sejarah HMI dari Zaman Kemerdekaan Sampai Reformasi (ttp, tp, 2011),
hlm. 1
15
Nadrah, Wacana…., hlm. 26
16
Saifullah, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam, Dalam Pena Almuslim, vol.
2 No. 2, hlm. 9
11
dengan tiga hal tersebut, salah satu bukunya berjudul “Islam
Kemoderenan dan Keindonesiaan”.17
b) Sekularisasi Islam
Pada tanggal 2 Januari 1970, Nurchalis Madjid
menyampaikan pidato pada pertemuan gabungan empat organisasi
Islam, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia
(PII), Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), dan Persatuan Sarjana
Muslim Indonesia (PERSAMI). Dalam makalahnya berjudul :
Keharusan Pembaharuan Pemikiran Dalam Islam dan Masalah
Integrasi Umat, ia mengajukan pengamatan yang terus terang bahwa
kaum muslim Indonesia mengalami kemandekan dalam pemikiran
keagaamaan dan telah kehilangan “kekuatan daya gebrak psikologis”
(psycological striking force) dalam perjuangan mereka.18
Menurut Nurchalish Madjid usaha keras ini hanya dapat
dicapai apabila kaum muslimin mempunyai tingkat kepercayaan diri
yang tinggi untuk membiarkan gagasan-gagasan apapun, betapapun
tidak konvensionalnya gagasan itu, untuk dikemukakan dan
dikomunikasikan secara bebas.
c) Universal Islam
Penekanan Nurchalis Madjid pada Islam yang bersifat
rahmatan lil „alamin ini merupakan kunci dari pemikirannya. Dengan
penekanan ini Nurchalis Madjid ingin “membebaskan” pengertian
Islam dari penjara-penjara partikularisme.19 Mengenai konsep
Universalime Islam, Cak Nur mencurahkan Pemikirannya secara
mendalam dalam buku berjudul “Islam Universal”.20
Dalam buku tersebut secara garis besar membahas
partikularisme Islam dalam beberapa hal, bukanlah sesuatu yang harus
ditolak, bahkan, sekali lagi, bisa dan telah terbukti bermanfaat pada
masyarakat atau komunitas-komunitas tertentu. Dengan konsep ini,
ada dua hal pokok yang bisa dicapai. Pertama, pengembalian peran
dan fungsi Islam pada konteks yang universal telah membuat baik
ajaran maupun pengikutnya menjadi lebih bebas memfokuskan
17
Madjid, Kehampaan…., hlm. 510
18
Madjid, Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Integrasi Umat Islam, dalam Nurcholis
Madjid et.al, Pembaharuan Pemikiran Islam, (Jakarta: Islamic Research Centre, 1970), hlm. 1-
12
19
Muammar Munir, Nurcholish Madjid Dan Harun Nasution Serta Pengaruh Pemikiran
Filsafatnya, Jurnal ar-raniry Petita. Vol. 2 No. 2, 2017, hlm. 219
20
Madjid, dkk, Islam…., hlm. 4
12
perhatian pada masalah-masalah yang menjadi agenda manusia secara
universal.
d) Pengembangan intelektual
Pemikiran seseorang merupakan sesuatu yang tidak bisa
lepas dari situasi dan kondisi yang mengelilinginya. Demikian pula
dengan pemikiran Cak Nur tidak bisa lepas dari situasi sosial politik
yang mengelilinginya. Cak Nur dalam merumuskan pemikirannya
telah melalui proses yang lama, mengkaji perkembangan
intelektualnya dalam sinaran akan ditemukan pergeseran, penelusuran
dan perkembangan pemikirannya akan menguji konsistensi
pemikirannya dari tahun 60-an sampai sekarang.
Singkatnya, perkembangan intelektual keagamaan Madjid
dibagi dua periode, yakni; Pertama pada tahun 80-an. Pada periode
pertama ini tema-tema yang dikemukakan Madjid adalah seputar
modernisasi, sekulerisasi dan desaklalisasi. Dan Kedua pada tahun 90-
an. Pada periode ini banyak menyampaikan tema-tema yang
universalisme Islam, deablolitisme dan pluralisme.21
e) Paradigma Pemikiran
Kunci memahami pandangan dunia atau kerangka filosofis
pemikiran Madjid ialah dengan membuka pandangannya terhadap
kitab suci al-Qur’an dari sisi inspirasi, sifat dan tujuannya. Madjid
dalam membedah suatu persoalan real yang dihadapi umat Islam
berdasar atas keyakinan yang kukuh bahwa al-Qur’an adalah
dokumen wahyu yang rasional yang dapat dipahami secara rasional
pula.22
Menurut Nurcholis Madjid, rasionalitas merupakan sesuatu
yang sangat penting dalam melakukan sebuah ijtihad, dimana ijtihad
adalah kunci bagi umat Islam untuk menata diri dan berkembang lebih
maju dalam menjawab persoalan dinamika zaman. Fokus ijtihad
Madjid diarahkan dan diterapkan dalam pola pembaharuan pemikiran
Islam.23
21
Komaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas: Moralitas Agama dan Krisis Modernisme,
(Yogyakarta: Paramadina, 1998), hlm. 175
22
Ibid, hlm. 175
23
Nurcholis Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesian, (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 172-
192
13
2. Pendekatan dalam pengkajiannya
Dalam merekonstruksi pemikiran-pemikirannya, termasuk
teologi inklusifnya, Cak Nur menggunakan pendekatan kritis-
dekonstruktif dan pendekatan humanistik/antroposentris.24
a) Pendekatan Kritis-dekonstruktif
Berbeda dengan pemikiran klasik, dalam pandangan
Nurcholish, absolutisme harus diruntuhkan dan relativisme harus
diteguhkan. Pemahaman yang dianggap kebenaran oleh umat Islam,
dalam pandangan Nurcholish kebenaran bukanlah taken for granted,
statis dan tidak berubah. Setiap pemahaman terhadap kebenaran
adalah proses pencarian yang terus menerus, karenanya ia tidak
tunggal dan tidak final. Pemahaman terhadap kebenaran sangat
dipengaruhi oleh konteks ruang dan waktu. Karenanya ia tidak mutlak
dan sangat memberi ruang untuk dikritisi. Dengan asumsi seperti itu,
maka tidak heran jika pemikirannya dipenuhi tafsir baru, kritik, revisi,
bahkan dekontruksi terhadap konsep-konsep Islam yang selama ini
sudah terlanjur dianggap kebenaran yang final. Tujuan akhirnya
adalah untuk menemukan makna baru yang lebih segar dan progresif.
b) Pendekatan Humanistik-antroposentris
Dalam menemukan gagasan-gagasan pemikirannya,
Nurcholish senantiasa memakai pendekatan humanistik, artinya upaya
pembelaan terhadap harkat kemanusiaan lebih ditekankan daripada
klaim-klaim ketuhanan. Agama pada akhirnya harus membela umat
manusia daripada klaim ketuhanan. Pendekatan humanistik ini dalam
pandangan Nurcholish menjadikan agama lebih membumi, berdialog
dengan konteks ruang dan waktu. Dalam bahasa lain teosentrisme
harus disatupadukan dengan antroposentrisme. Manusia menemukan
kepribadiannya yang utuh hanya jika memusatkan orientasi
transendental hidupnya pada Allah. Pemusatan oreintasi transendental
ini harus dalam bingkai antroposentrisme. Untuk membela
kemanusiaan, maka harus dipetakan secara jelas dan tepat wilayah
keduniaan yang harus disekulerkan dan diprofankan dan apa yang
menjadi wilayah religius yang disakralkan dan dimutlakkan. Dalam
pandangan Nurcholish kemanusiaan itu universal, sehingga manusia
didudukan secara equal tanpa membedakan perbedaan atribut dan
agama. Pendekatan humanistik inilah yang sejalan dengan upaya
kemaslahatan manusia, karena agama haruslah untuk kemaslahatan
manusia bukan untuk agama itu sendiri.
24
Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Rosdakarya, 2003), hlm. 68
14
3. Metode dalam pengkajiannya
Nurcholish mendasari epistemologi pemikirannya dengan
mempertimbangkan konteks nilai-nilai fundamental Islam yang
bersumber pada tradisi Islam klasik yang dipadukan dengan literatur dan
metodologi modern atas kasus-kasus actual. Dengan kata lain gagasan
pembaruan Nurcholish berangkat dan bertolak dari tradisi khazanah Islam
klasik yang ditransformasikan dalam jargon dan terminologi modern.
Inilah watak dan karakter pemikirannya. Adapun metode yang digunakan
dalam pengkajian sebagai berikut.
a) Analisis sosio historis
Dalam semua gagasannya, termasuk pandangan
inklusivismenya, Nurcholis seringkali menggunakan perangkat
analisis ilmu-ilmu sosial, terutama analisis sosio – historis.25
Walaupun tidak semua ajaran agama itu bersifat historis, akan tetapi
analisis sosio historis dapat digunakan untuk menganalisis dan
membedah doktrin agama, teks dan ajaran-ajaran wahyu untuk
menemukan kembali kebenaran konteks sesuai kondisi yang terus
berubah.
b) Analisis semiotika-semantik
Agama sering disampaikan dengan bahasa simbolik.
Sehingga jangan dimaknai secara tekstual. Model yang sering
digunakannya adalah intertektualitas-semantik-sintagmatik. Semantik
adalah bahwa teks sebagai simbol dimaknai berdasarkan pemaknaan
dari sisi kebahasaan. Bahasa memiliki karakteristik dan kultur yang
khas, termasuk bahasa Arab sebagai bahasa induk teks-teks ajaran
Islam. Oleh karena itu re-interprestasi terutama pada term term kunci
keagamaan seperti islam dan ahl al kitab acap kali dilakukan
Nurcholish Madjid untuk mengelaborasi makna-makna essensial yang
ada dalam term-term tersebut.
Dalam analisis semantiknya, Nurcholish acapkali
menggunakan bahasa berdasarkan kamus dan ensiklopedi serta bukti-
bukti sejarah untuk menggali makna autensitas terminologi-
terminologi kunci (key term) Islam.
25
Husain Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 46-49
15
4. Pemikiran pembaharuan Nurcholish Madjid
a) Pemikiran Nurcholish Madjid tentang Keislaman
Gagasan keislaman Cak Nur berkisar tentang tema-tema
yang luas tentang inklusifitas, pluralisme agama, kosmopolitanime
Islam, rasionalisasi dan sekularisasi. Pokok-pokok pikiran Cak Nur
tentang konsep Tawhid dan Emansipasi Harkat Manusia yang
merupakan inti pokok gagasan liberalisasi Cak Nur. Pada bagian ini
memperlihatkan bahwa, Cak Nur memiliki akar yang menghunjam
kuat dalam konsep keimanan dalam membangun konsepsosial dan
kemasyarakatannya.
26
Budi Munawar Rachman, Islam dan Pluralisme Nurchalis Madjid. Pusat Studi Islam dan
Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina bekerjasama dengan LSAF untuk acara Nurchalis
Madjid Memorial Lecture. Jakarta. 2007, hlm. 7
16
5. Pengaruh Pemikiran Nurcholish Madjid
Dalam usaha menatap masa depan Islam, Nurcholis Madjid
memperlihatkan sikapnya yang penuh semangat keterbukaan dan
cenderung progresif, Umat Islam menurut penglihatanya cenderung taklid
dan “takut” untuk berkreasi dan inovatif, sehingga membuatnya lamban
untuk menggapai kemajuan sebagai agama yang memberikan kedamain
(Islam).
Dalam usaha menggambarkan pengaruh pemikiran Cak Nur,
dapat kita kemukankan aspek-aspek pemikirannya. Tentu dalam
mendeskripsikan pengaruhnya itu perlu melihat kontribusinya.27
Dalam semua aspek pembaharuanya, yaitu. Pertama, melihat
bagaimana perkembangan pemikiran Islam di Indonesia, setelah
membandingkan dengan masa sebelumnya, kedua, melihat bagaimana
kiprah Nurcholis Madjiddalam dunia politik, serta mengemukakan ide-
idenya untuk perkembangan politik Indonesia. Ketiga, melihat
bangaimana analisisnya terhadap kondisi sosial dan budaya di Indonesia.
Dalam ketiga aspek itu, juga perlu dikemukakan mana pemikiran yang
untuk saat ini dan mana pemikiran untuk masa yang akan datang.
Pemahaman umat Islam terhadap agamanya yang terkandung
cenderung terpaku terhadap symbol-simbol dan cenderung tekstual dalam
meninjau teks-teks keagamaan membuat selalu memunculkan anggapan
Negara Islam adalah suatu keniscyaan. Sehingga tanpa kita sadari,
sebagimana umat Islam malah memahaminya dengan lebih radikal lagi,
tidak jarang fakta-fakta dilapangan, bahwa ada anggapan yang
menyatakan ummat Islam cenderung bahkan identik dengan terorisme,
anggapan itu sebenarnya bukan tanpa alasan, pelaku bom Bali misalnya,
memang semua mata tertuju kepada Islam, orang yang terlibat juga
berorientasi Islam dan bersimbol Islam. Walaupun demikian bukan berarti
ummat Islam adalah sarang dan mengajarkan terorisme.
Pergulantan Nurcholis Madjid dalam mengahadapi perubahan
iklim pemikiran dunia, membuahkan pemikiran yang bersifat progresif,
maka istilah modrenisasi menjadi topik yang ramai dibicarakn, baik
dikalangan bawah dan kalangan atas, kiprah Nurcholis Madjid untuk
memandang modernisasi cukup mempengaruhi cara berpikir sebagai
masyarak Indonesia, yang dapat menyerang agama. Modernisasi dilihat
sebagai tantangan bagi Islam Indonesi. Dengan ini Nurcholis Madjid
memaksudkan sebuah pola pikir yang hanya melihat dampak negatife dari
modernisasi bagi Indonesia , Agar bisa surve dengan perkembangan
27
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Predana Medan Group, cet
1, 2011), hlm. 38-39.
17
zaman Islam Indonesia tidak bisa menolak modernisaisi mentah-mentah
kalu tidak mau tinggal kerta kemajuan peradaban. Menurut Nurcholis
Madjid ide-ide modernitas semacam pola hubungan agama dan Negara,
soal demokrasi, keadilan, persoalan intra agama, pandanga Islam terhadap
agama-agama lain adalah sebuah isu yang mestinya disikapi secra arif.28
28
Budhy Munawar-rachman, Membaca Nurcolish Madjid, (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan
Filsafat, 2008), hlm. 144
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nurcholis Madjid atau akrab di sapa Cak Nur adalah salah satu
tokoh pembaharu pemikiran Islam yang ada di Indonesia, banyak sumbangan
pemikiran yang diberikan dalam bentuk karya tulis.
Oleh karena itu, apresiasi dan penghargaan yang tulus dan tinggi
layak dialamatkan oleh umat Islam terhadap segala kontribusinya tanpa harus
umat kehilangan daya kritis nya sebagaimana yang telah diajarkan sendiri
oleh beliau, sehingga pemikirannya dapat dilanjutkan, di aktualisasikan dan
bahkan diperbaharui sesuai situasi dan kondisi, agar umat Islam tidak lagi
mengalami stagnan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, M. Chozin, Sejarah HMI dari Zaman Kemerdekaan Sampai
Reformasi, (ttp, tp, 2011)
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya (Bandung: Trigenda Karya, 1993)
20
Munir, Adan Sudarsono, Aliran modern dalam Islam (Jakarta: Rineka Cipta,
1994)
Nadrah, Siti, Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholis Madjid, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1994)
Rachman, Budhy Munawar, Islam dan Pluralisme Nurchalis Madjid. Pusat Studi
Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina bekerjasama
dengan LSAF untuk acara Nurchalis Madjid Memorial Lecture, Jakarta,
2007
21