Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

NURCHOLISH MAJDID

Makalah ini di susun Guna Memenuhi Tugas PPMDI

Dosen Pengampu : Ramadiva Muhammad Akhyar, MA

Disusun oleh kelompok 2 :

Afrida Hartati ( 1942014017 )

Novita Sari ( 1942014030 )

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

JURUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

SAMARINDA

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Kami sadar bahwa tulisan ini jauh dari
kata yang sempurna.

Untuk ini kami selalu membuka diri akan kritik dan saran yang
membangun bagi pembaca untuk melengkapi makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat
sedikit mewujudkan pengetahuan di dalam lembaran ini.

Sebelumnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak


Ramadiva Muhammad Akhyar, MA Selaku dosen mata kuliah “PPMDI” yang
telah memberikan kami kesempatan untuk menyampaikan makalah ini. Suatu
kebanggaan bagi kami yang telah diberi kepercayaan oleh dosen pengampu untuk
menjelaskan hal tersebut.

Maka dari itu, kami sebagai pihak yang diberi tugas, mencoba
memaparkan beberapa ilmu yang kami ambil dari beberapa sumber dalam bentuk
makalah yang akan kami presentasikan ini. Sekian dari kami mohon maaf jika
terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun dalam redaksi. Kritik dan
saran sangat kami harapkan.

Samarinda, November 2020

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3

A. Latar Belakang .............................................................................................3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................5

C. Tujuan ..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................6

A. Biografi Nurcholish Madjid .........................................................................6

B. Karya dan Karir yang dicapai Nurcholish Madjid .......................................7

C. Latar Belakang Nurcholish Madjid Secara Eksternal ..................................9

D. Pemikiran-Pemikiran Modernisasi Nurcholish Madjid .............................11

BAB III PENUTUP ..............................................................................................19

A. Kesimpulan ................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tajdid yang merupakan upaya pembaharuan dalam Islam erat
kaitannya dengan kebangkitan Islam dan dunia Islam yang dipelajari oleh
tokoh-tokoh pemikir Islam. Kebangkitan tersebut pada gilirannya dapat
memberikan posisi Islam dan dunia Islam dalam arti yang sesungguhnya. Hal
ini memiliki hubungan timbal-balik dengan iman, akhlak, hukum, ekonomi,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor lainnya yang erat kaitannya
dengan faktor tadi kemampuan berijtihan dan tajdid merupakan hal yang
harus dimiliki oleh para cendikiawan muslim atau besar kemungkinan
cendikiawan muslim memang berada dalam proses ijthad atau tajdid.1

Sepanjang perjalanan sejarah, umat Islam telah melakukan


beberapa konsep pembaharuan pendidikan Islam, antara lain: Pertama,
konsep modernisasi Islam yaitu langkah-langkah dalam pembaharuan dalam
pemahaman, penafsiran dan perumusan masalah-masalah keislaman dengan
sebuah rekontruksi historis dalam mengaktualisasikan Islam dalam kehidupan
modern. Isu yang paling senter disosialisasikan adalah membuka kembali
pintu ijtihad dan menggunakan potensi akal sebesar-besarnya. Gerakan ini
bersandar atas cita-cita tentang idealisasi kemajuan Islam yang pernah
dialami oleh dunia Islam, dan gerakan ini ingin mencapai zaman keemasan
tersebut dengan metodologi yang sama dengan zaman itu yakni, kebebasan
intelektual. Zaman ini juga disebut sebagai “Revivalisme Pramordernis”
yang muncul abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Arabia, India dan Afrika.2

Pemikiran Islam kontemporer ini yang muncul di dunia Islam


membuktikan, bahwa diskursus Islam akan terus mengalami perkembangan
yang tak terbendung. Pemikiran keIslaman akan selalu mengikuti gerak

1
A.Munir dan Sudarsono, Aliran modern dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 1-8.
2
Muhammad Azhar, Fiqh Kontemporer dalam Pandangan Neomodernisme Islam (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 27-28

3
sejarah. Munculnya berbagai corak pemikiran Islam dalam mengapresiasi
realitas modern dengan mengikuti ranah sosialnya merupakan anak kandung
sejarah yang terus bergerak melintasi zamannya, baik yang progresif-liberal
maupun yang tradisional-tekstual.

Usaha modernasi ilmu pengetahuan melalui pendidikan Islam


berkelanjutan di abad ke-20. Untuk konteks Indonesia, salah satu tokoh
pembaharu modern adalah Nurcholish Madjid. Biasa dipanggil Cak Nur, yang
merupakan salah seorang pembaharu pemikiran Islam yang cukup
kontroversial di Indonesia. Sejumlah orang mengkritik, bahkan menghujat
pemikiran-pemikiran keislamannya yang dijalin dalam tiga tema besar, yakni
keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan. Namun tidak sedikit pula yang
memuji, mengagumi, dan mengikuti pemikiran-pemikirannya tersebut.

Ia juga adalah seorang tokoh Islam pembaharu yang telah


mengalami dua kultur edukatif, yakni kultur pendidikan Islam dan sekuler
(Barat), tradisionalis dan modernis. Nurcholish Madjid telah melakukan
usahausaha pembaharu pendidikan Islam, namun dunia pendidikan Islam
masih saja dihadapkan kepada beberapa problema. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa masih konservatifnya logika umat Islam dalam berfikir, bertindak,
dan tidak kreatif dalam melahirkan gagasan yang bersifat progresif demi
memajukan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Hal tersebut disebabkan, karena
tujuan pendidikan Islam hanya diorientasikan kepada kehidupan akhirat
semata dan cenderung bersifat defensif, yaitu untuk menyelamatkan kaum
Muslimin dari gagasangagasan sekularistik Barat yang akan mengancam
standar-standar moralitas tradisional Islam.

Kondisi ini membuat umat Islam banyak melakukan strategi


pendidikan dengan upaya integrasi keilmuan yang tidak mendikotomikan
antara ilmu pengetahuan umum dan agama, namun belum membuahkan hasil
yang optimal. Semua ini dapat dianalisis dari pendekatan pembaharuan
pendidikan Islam yang dilakukan oleh kaum pembaharu, di mana mereka

4
melakukan dengan tiga model pendekatan pembaharuan pendidikan, yaitu;3
Pertama, Islamisasi ilmu yaitu mengislamkan pendidikan sekuler modern.
Kedua, simplikasi silabus yaitu menyederhanakan silabus-silabus tradisonal
strategi ini diarahkan sepenuhnya dalam rangka pendidikan tradisonal itu
sendiri. Ketiga, integrasi ilmu yaitu menyatukan cabang-cabang ilmu
pengetahuan klasik dengan cabang ilmu pengetahuan modern.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang dapat di susun rumusan masalah
sebagai berikut.

1. Bagaimana biografi dari Nurcholish Majdid ?


2. Apa saja karya dan karir yang di capai Nurcholish Majdid ?
3. Bagaimana latar belakang Nurcholish Majdid secara
eksternal ?
4. Apa saja pemikiran-pemikiran modernisasi Nurcholish
Majdid ?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini di dapat dari jawaban atas
pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Jadi tujuan makalah ini
ialah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui Biografi dari Nurcholish Majdid.


2. Untuk mengetahui karya dan karir yang di capai Nurcholish
Majdid.
3. Untuk mengetahui latar belakang Nurcholish Majdid secara
eksternal.
4. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran modernisasi
Nurcholish Majdid.

3
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 315

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Nurcholish Majdid


Nurcholish Majdid yang dikenal dengan nama “Cak Nur”, lahir di
Mojoanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 17 Maret 1939. Beliau
merupakan anak dari Abdurrahman Madjid seorang tokoh masyarakat dan
ulama di Majoanyar, Jombang. Hal ini dibuktikan dengan sebutan terhadap
Abdurrahman Madjid yang dipanggil “Kiai Haji” sebagai ungkapan
penghormatan bagi ketinggian ilmu-ilmu keislamannya dan yang paling
berperan dalam membesarkan dan mengawasi Madrasah Wathaniyah di
wilayah tempat tinggalnya. Ia adalah murid Hasyim Asy’ary seorang tokoh
NU dan menamatkannya di sekolah rakyat. 4

Nurcholish Madjid wafat pada hari senin, 29 Agustus 2005,


bertepatan dengan 24 Rajab 1426, pukul 14.05 WIB di Rumah Sakit Pondok
Indah Jakarta.5 Madjid mendapatkan pendidikan membaca Al-Qur’an dan
pendidikan agamanya waktu kecil dari ayahnya, sehingga sangat berpengaruh
besar pada pendidikan dan pemikirannya. Seperti ayahnya, Madjid sekolah di
Sekolah Rakyat pagi dan sore hari di Madrasah Wathaniyah yang salah
satunya pengelolanya adalah ayahnya sendiri. Di dunia akademis, Madjid
memperlihatkan grafik prestasi akademik yang luar biasa khususnya selama
belajar di madrasah. Selama tiga tahun lebih Madjid memperoleh nilai
tertinggi dan juara kelas di madrasah, sehingga menimbulkan rasa malu dan
kagum ayahnya. Hal ini disebabkan kedudukan sang ayah yang menepati
posisi jabatan penting dan staf pengajar di madrasah itu. Kemudian memasuki
usia keempat belas tahun, Madjid belajar ke pondok pesantren Darul ulmum
Rejoso di Jombang dan di pesantren ini ia pun memperoleh prestasi yang
mengagumkan.

Madjid belajar di pesantren hanya bertahan 2 tahun meskipun


berhasil secara akademis, namun di sisi lain sangat menderita karena menjadi
sasaran cemohan santri lainnya. Hal ini dikarenakan kegiatan politik ayahnya
terlibat di Masyumi, walau secara kultur sama-sama dalam lingkaran budaya

4
Greg Borden, Gagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neomodernisme Nurcholis Madjid,
Djohan Efendi, Ahmad Walib, dan Abdurrahman Wahid (Jakarta: Paramadina Pustaka Antara,
1999), hlm. 72-73
5
Adian Husaini, Nurcholish Madjid: Kontraversi Kematian dan Pemikirannya (Jakarta: Khairul
Bayan Press, 2005), hlm. 13

6
NU. Alasan inilah yang menjaring ayahnya memimdahkan Madjid ke pondok
pesantren modern Gontor, Ponorogo Jawa Timur.6

Selama menjadi santri pondok pesantren Darul Salam, Madjid lebih


dikenal secara mendalam tentang kondisi pesantren dan sistem pendidikan
yang diterapkan yaitu salaf. Pendidikan di Gontor inilah yang menjadi
andalan bagi kelanjutan belajar Madjid, dimana ia memiliki wawasan yang
luas dan menjadi bekal pergi ke Jakarta untuk meneruskan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi. Pada tahun 1961, ia diterima di fakultas Adab
Jurusan Bahasa dan Sastra Arab IAIN Syarif Hidayatulah, Ciputat. Dari sini
semakin jelas bahwa karir pendidikan tersebut tidak untuk menunjukkan
bahwa ia sedang menuju kedudukan alim dalam pengertian tradisional.
Madjid memilih apa yang secara substansial menjadi watak dasar dari pada
mengkaji fiqih atau teologi.7

Selain itu, ia juga memilih untuk melanjutkan ke Universitas


Chichago yang ingin melanjutkan ke disiplin ilmu politik, namun Karena
pengaruh Fazlur Rahman, ia beralih kedisiplin ilmu keislaman yang
kemudian menulis desertasi untuk meraih Doktor tentang pemikiran Islam Ibn
Taymiyah yang berjudul “Ibn Taymiya on Kalam dan Falsafa: A Problem of
Reason and revelation in Islam” atau “Ibn Taymiyah dalam Ilmu Kalam dan
Filsafat Masalah Akal dan Wahyu dalam Islam” yang diselesaikan pada
tahun 1904.

B. Karya dan Karir yang di capai Nurcholish Majdid


Cak Nur banyak menghasilkan karya-karya baik melalui publikasi
media cetak, penerbitan buku, makalah dan jrurnal ilmiah.Adapun Karya
karya yang sudah diterbitkan Cak Nur adalah :

1. Karya dalam Bahasa Indonesia :


a) Buku berjudul “Khazanah Intelektual Islam”(Jakarta:
Bulan Bintang, 1986)
b) Buku Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan (Bandung:
Mizan, 1988)
c) Buku Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis
tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan
Kemoderenan (Jakarta: Paramadina, 1992)

6
Ibid., hlm. 75
7
Ibid., hlm. 77

7
d) Buku Islam Kerakyatan dan Keindonesiaan (Bandung:
Mizan, 1993); Pintu-Pintu Menuju Tuhan (Jakarta:
Paramadina, 1994)
e) Buku Islam Agama Kemanusiaan, Membangun Tradisi dan
Visi Baru Islam Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1995)
f) Buku Islam Agama Peradaban (Jakarta: Paramadina,
1995); Kaki Langit Peradaban Islam (Jakarta: Paramadina,
1997)
g) Buku Tradisi Islam, Peran dan Fungsinya dalam
Pembangunan di Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1997)
h) Bukuberjudul “Masyarakat Religius”(Jakarta: Paramadina,
1997); Perjalanan Religius Umrah dan Haji (Jakarta:
Paramadina, 1997)
i) Buku berjudul Bilik-Bilik Pesantren (Jakarta: Paramadina,
19987)
j) Buku berjudul Dialog Keterbukaan, Artikulasi Nilai Islam
dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (Jakarta:
Paramadina, 1998)
k) Buku berjudul Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi
(Jakarta: Paramadina, 1999)
l) Buku berjudul “Islam Universal” (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007)8

2. Karya-karya dalam bahasa Inggris yang dihasilkan oleh


Nurchalis Madjid adalah :
a) “The Issue of Modernization among Muslims in Indonesia:
From a Participant‟s Point of View” (dalam Gloria Davies
[ed.]),
b) What is Modern Indonesian Culture? (Athen, Ohio,
University-of Ohio Southeast Asia Studies, 1979)
c) “Islam in Indonesia: Chalenges and Opportunities” (dalam
Cyriac K. Pullapilly [ed.]), Islam in the Contemporary
Word (Notre Dame, Indiana, Cross Roads Book, 1980).9

8
Madjid, dkk, Islam Universal, cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 4
9
Nurcholish Madjid, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern: Respon dan Transformasi Nilai-
Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani, Cet. 6, (Jakarta: Mediacita, 2002), hlm. 510

8
Adapun karir yang dicapai oleh Nurchalish Madjid adalah sebagai
berikut :

1. Anggota MPR-RI 1987-1992 dan 1992–1997


2. Anggota Dewan Pers Nasional, 1990–1998
3. Ketua Yayasan Paramadina, Jakarta 1985–2005
4. Fellow, Eisenhower Fellowship, Philadelphia, Amerika Serikat,
1990
5. Anggota KOMNAS HAM , 1993-2005
6. Profesor Tamu, McGill University , Montreal, Kanada, 1991–
1992
7. Wakil Ketua, Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI), 1990–1995
8. Anggota Dewan Penasehat ICM, 1996
9. Penerima Cultural Award ICM, 1995
10. Rektor Universitas Paramadina Mulya, Jakarta 1998–2005
11. Penerima Bintang Mahaputra, Jakarta 1998.10

C. Latar Belakang Nurcholish Majdid Secara Eksternal


1. Kondisi Sosial
Dalam konteks pemikiran sosial politik, sikap akomodasi
terhadap modernisme dan tradisionalisme ini berpengaruh terhadap cara
pandang Nurcholish Madjid dalam melihat hubungan antara umat Islam
dan negara. Di satu pihak, elemen-elemen sosial pemikiran politik modern
yang bersifat universal diterima sebagai suatu kenyataan yang tidak
terelakkan dalam perkembangan politik masyarakat Indonesia.
Cak Nur adalah orang yang santun dan juga orang bijak dengan
kondisi sosial yang bisa dijadikan panutan ”Jadilah bambu. Jangan jadi
pisang. Daunnya lebar membuat anaknya tidak kebagian sinar matahari.
Bambu lain rela telanjang asal anaknya, rebung, pakaiannya lengkap”.
11
Metafora itu berulang kali dilontarkan cendekiawan Nurchalish Madjid
dalam berbagai kesempatan. Mengingatkan bangsa ini betapa pentingnya
menunda kesenangan untuk hari esok yang lebih baik.

2. Kondisi Intelektual
Di samping itu, sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa,
selain dua model pendidikan (tradisional dan modern), yang juga turut

10
Informasi, Biografi Nurcholish Madjid, diakses tanggal 3 November 2020 pukul 17.15, dari
http://infobiografi.blogspot.com/2010/02/dr-nurcholis-madjid.html
11
Elly Roosita, Selamat Jalan Guru Bangsa, diakses tanggal 3 November 2020 pukul 17. 22, dari
http://media.isnet.org/islam/Paramadina/CakNurObituari.html

9
membentuk intelektual Nurcholish Madjid adalah pengalaman-
pengalaman sang ayah. Dengan tetap memilih Masyumi sebagai aspirasi
politiknya, ayahnya juga sering berlangganan bulletin-bulletin dan
majalah-majalah yang berisi pemikiran para tokoh Masyumi. Dengan
demikian, menjadi hal yang sangat mungkin bagi Nurchalish Madjid untuk
bersentuhan dengan pemikiran-pemikiran para tokoh Masyumi tersebut.
“Proses ini tentu saja memberikan konstribusi yang cukup besar bagi
pembentukan pola intelektual Nurchalish Madjid selanjutnya”.12
Dalam pendekatan ini, ia menegaskan bahwa modernisasi
bukanlah penerapan sekulerisme dan bukan pula penggunaan nilai-nilai
kebudayaan Barat. Melainkan, dalam pandangannya, modernisasi adalah
rasionalisasi.

3. Tokoh yang Mempengaruhinya


a) H. Abdul Madjid ( Ayah Nurcholish Madjid )
Ayahnya bernama H. Abdul Madjid, adalah seorang alim
dari pesantren Tebu Ireng, dan masih memiliki pertalian kerabat
dengan K.H. Hasyim Asy’ari pemimpin pesantren Tebu Ireng
Jombang dan tokoh pendiri NU, dan juga Ra’is Akbar NU kakek
Abdur Rahman Wahid. Pengaruh ayah terhadap Cak Nur sangat
terasa baik sdalam rekam jejak kehidupannya maupun dalam
tulisan-trulisan beliau yaitu berpandangan jauh ke depan dan
intelektual.
b) Ibnu Tamiyah
Sebagai peneliti ia tertarik untuk melanjutkan studinya ke
jenjang yang lebih tinggi, yaitu Tingkat Doktoral dengan pilihan
studi pada Universitas Chicago, AS (1984) dengan disertasi “Ibn
Taymiyah on Kalam and Falasifa".13
Ibnu Taimiyah termasuk tokoh yang cukup banyak
mempengaruhi pemikiran Cak Nur, terutama dengan menyusun
desertasi berjudul “Ibn Taymiyah on Kalam and Falasifa", dalam
penelusuran penulis tentang karangan Cak Nur banyak mengutip
pendapat Ibnu Taymiyah, baik dalam bidang sosial maupun
hukum-hukum fiqih.
c) Lafran Pane
Lafran Pane dilahirkan di Tapanuli Selatan pada tahun
1925. Beliau adalah satu keluarga dengan Sanusi Pane dan Armyn

12
Siti Nadrah, Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholis Madjid (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1994), hlm. 23
13
Madjid, Kehampaan…, hlm. 509

10
Pane (penyair angkatan Pujangga Baru). Lafran Pane merupakan
penggagas berdirinyaHMI singkatan dari Himpunan Mahasiswa
Islam yang ide pertamanya dikemukakan oleh Lafran Pane. 14
Benang merah hubungan antara Cak Nur dengan Lafran Pane dapat
kita lacak dari keterlibatan Cak Nur dengan organisasi yang
didirikan oleh Lafran Pane yaitu HMI. “Bahkan Nurchalis Madjid
terpilih menjadi Ketua Umum PB HMI selama dua periode (1966-
1969 dan 1969-1971)”.15
Bahkan menurut pengetahuan penulis selama aktif di
HMI, Cak Nur merupakan simbol kejayaan dan semangat
intelektual kader HMI, bahkan ideologi pergerakan yang digunakan
oleh HMI dirumuskan oleh Cak Nur dan kawan-kawan yang
dinamakan dengan Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Lafran sebagai
pendiri HMI menjiwai kader HMI tak terkecuali Cak Nur pun
demikian
d) Fazlur Rahman
Sejak dekade 1980-an, sekembalinya dari Universitas
Chicago, dimana ia meraih gelar doktor dalam bidang studi Islam
di bawah bimbingan Fazlur Rahman, seorang pemikir Muslim
kenamaan asal Pakistan, Nurchalish Madjid tetap teguh dengan
substansi gagasan-gagasan pembaharuannya.

D. Pemikiran-Pemikiran Modernisasi Nurcholish Majdid


1. Corak berpikir Nurcholish Madjid
a) Keislaman, Keindonesiaan dan Kemodernan
Pemikiran Cak Nur identik dengan keislaman, keindonesian
dan kemoderenan, bahkan beliau merupakan tokoh yang pertama kali
mengungkapkan hal tersebut, hal ini diungkapkan oleh Saifullah
dalam Pena Almuslim “Mengawinkan keislaman, kemodernan.
Gagasan ini pertama kali dikemukan oleh Nurchalish Madjid pada era
70-an, dan sekarang ini dirasakan pentingnya gagasan tersebut
direaktualisasi dalam konteks pembangunan karakter bangsa.16
Kemudian mengenai corak pemikiran Cak Nur yang
keislaman, keindonesian dan kemoderenan bisa diketahui melalui
karya tulis beliau yang identik dengan judul dan pembahasannya

14
M. Chozin Amirullah,Sejarah HMI dari Zaman Kemerdekaan Sampai Reformasi (ttp, tp, 2011),
hlm. 1
15
Nadrah, Wacana…., hlm. 26
16
Saifullah, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam, Dalam Pena Almuslim, vol.
2 No. 2, hlm. 9

11
dengan tiga hal tersebut, salah satu bukunya berjudul “Islam
Kemoderenan dan Keindonesiaan”.17

b) Sekularisasi Islam
Pada tanggal 2 Januari 1970, Nurchalis Madjid
menyampaikan pidato pada pertemuan gabungan empat organisasi
Islam, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia
(PII), Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), dan Persatuan Sarjana
Muslim Indonesia (PERSAMI). Dalam makalahnya berjudul :
Keharusan Pembaharuan Pemikiran Dalam Islam dan Masalah
Integrasi Umat, ia mengajukan pengamatan yang terus terang bahwa
kaum muslim Indonesia mengalami kemandekan dalam pemikiran
keagaamaan dan telah kehilangan “kekuatan daya gebrak psikologis”
(psycological striking force) dalam perjuangan mereka.18
Menurut Nurchalish Madjid usaha keras ini hanya dapat
dicapai apabila kaum muslimin mempunyai tingkat kepercayaan diri
yang tinggi untuk membiarkan gagasan-gagasan apapun, betapapun
tidak konvensionalnya gagasan itu, untuk dikemukakan dan
dikomunikasikan secara bebas.

c) Universal Islam
Penekanan Nurchalis Madjid pada Islam yang bersifat
rahmatan lil „alamin ini merupakan kunci dari pemikirannya. Dengan
penekanan ini Nurchalis Madjid ingin “membebaskan” pengertian
Islam dari penjara-penjara partikularisme.19 Mengenai konsep
Universalime Islam, Cak Nur mencurahkan Pemikirannya secara
mendalam dalam buku berjudul “Islam Universal”.20
Dalam buku tersebut secara garis besar membahas
partikularisme Islam dalam beberapa hal, bukanlah sesuatu yang harus
ditolak, bahkan, sekali lagi, bisa dan telah terbukti bermanfaat pada
masyarakat atau komunitas-komunitas tertentu. Dengan konsep ini,
ada dua hal pokok yang bisa dicapai. Pertama, pengembalian peran
dan fungsi Islam pada konteks yang universal telah membuat baik
ajaran maupun pengikutnya menjadi lebih bebas memfokuskan

17
Madjid, Kehampaan…., hlm. 510
18
Madjid, Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Integrasi Umat Islam, dalam Nurcholis
Madjid et.al, Pembaharuan Pemikiran Islam, (Jakarta: Islamic Research Centre, 1970), hlm. 1-
12
19
Muammar Munir, Nurcholish Madjid Dan Harun Nasution Serta Pengaruh Pemikiran
Filsafatnya, Jurnal ar-raniry Petita. Vol. 2 No. 2, 2017, hlm. 219
20
Madjid, dkk, Islam…., hlm. 4

12
perhatian pada masalah-masalah yang menjadi agenda manusia secara
universal.

d) Pengembangan intelektual
Pemikiran seseorang merupakan sesuatu yang tidak bisa
lepas dari situasi dan kondisi yang mengelilinginya. Demikian pula
dengan pemikiran Cak Nur tidak bisa lepas dari situasi sosial politik
yang mengelilinginya. Cak Nur dalam merumuskan pemikirannya
telah melalui proses yang lama, mengkaji perkembangan
intelektualnya dalam sinaran akan ditemukan pergeseran, penelusuran
dan perkembangan pemikirannya akan menguji konsistensi
pemikirannya dari tahun 60-an sampai sekarang.
Singkatnya, perkembangan intelektual keagamaan Madjid
dibagi dua periode, yakni; Pertama pada tahun 80-an. Pada periode
pertama ini tema-tema yang dikemukakan Madjid adalah seputar
modernisasi, sekulerisasi dan desaklalisasi. Dan Kedua pada tahun 90-
an. Pada periode ini banyak menyampaikan tema-tema yang
universalisme Islam, deablolitisme dan pluralisme.21

e) Paradigma Pemikiran
Kunci memahami pandangan dunia atau kerangka filosofis
pemikiran Madjid ialah dengan membuka pandangannya terhadap
kitab suci al-Qur’an dari sisi inspirasi, sifat dan tujuannya. Madjid
dalam membedah suatu persoalan real yang dihadapi umat Islam
berdasar atas keyakinan yang kukuh bahwa al-Qur’an adalah
dokumen wahyu yang rasional yang dapat dipahami secara rasional
pula.22
Menurut Nurcholis Madjid, rasionalitas merupakan sesuatu
yang sangat penting dalam melakukan sebuah ijtihad, dimana ijtihad
adalah kunci bagi umat Islam untuk menata diri dan berkembang lebih
maju dalam menjawab persoalan dinamika zaman. Fokus ijtihad
Madjid diarahkan dan diterapkan dalam pola pembaharuan pemikiran
Islam.23

21
Komaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas: Moralitas Agama dan Krisis Modernisme,
(Yogyakarta: Paramadina, 1998), hlm. 175
22
Ibid, hlm. 175
23
Nurcholis Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesian, (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 172-
192

13
2. Pendekatan dalam pengkajiannya
Dalam merekonstruksi pemikiran-pemikirannya, termasuk
teologi inklusifnya, Cak Nur menggunakan pendekatan kritis-
dekonstruktif dan pendekatan humanistik/antroposentris.24
a) Pendekatan Kritis-dekonstruktif
Berbeda dengan pemikiran klasik, dalam pandangan
Nurcholish, absolutisme harus diruntuhkan dan relativisme harus
diteguhkan. Pemahaman yang dianggap kebenaran oleh umat Islam,
dalam pandangan Nurcholish kebenaran bukanlah taken for granted,
statis dan tidak berubah. Setiap pemahaman terhadap kebenaran
adalah proses pencarian yang terus menerus, karenanya ia tidak
tunggal dan tidak final. Pemahaman terhadap kebenaran sangat
dipengaruhi oleh konteks ruang dan waktu. Karenanya ia tidak mutlak
dan sangat memberi ruang untuk dikritisi. Dengan asumsi seperti itu,
maka tidak heran jika pemikirannya dipenuhi tafsir baru, kritik, revisi,
bahkan dekontruksi terhadap konsep-konsep Islam yang selama ini
sudah terlanjur dianggap kebenaran yang final. Tujuan akhirnya
adalah untuk menemukan makna baru yang lebih segar dan progresif.

b) Pendekatan Humanistik-antroposentris
Dalam menemukan gagasan-gagasan pemikirannya,
Nurcholish senantiasa memakai pendekatan humanistik, artinya upaya
pembelaan terhadap harkat kemanusiaan lebih ditekankan daripada
klaim-klaim ketuhanan. Agama pada akhirnya harus membela umat
manusia daripada klaim ketuhanan. Pendekatan humanistik ini dalam
pandangan Nurcholish menjadikan agama lebih membumi, berdialog
dengan konteks ruang dan waktu. Dalam bahasa lain teosentrisme
harus disatupadukan dengan antroposentrisme. Manusia menemukan
kepribadiannya yang utuh hanya jika memusatkan orientasi
transendental hidupnya pada Allah. Pemusatan oreintasi transendental
ini harus dalam bingkai antroposentrisme. Untuk membela
kemanusiaan, maka harus dipetakan secara jelas dan tepat wilayah
keduniaan yang harus disekulerkan dan diprofankan dan apa yang
menjadi wilayah religius yang disakralkan dan dimutlakkan. Dalam
pandangan Nurcholish kemanusiaan itu universal, sehingga manusia
didudukan secara equal tanpa membedakan perbedaan atribut dan
agama. Pendekatan humanistik inilah yang sejalan dengan upaya
kemaslahatan manusia, karena agama haruslah untuk kemaslahatan
manusia bukan untuk agama itu sendiri.
24
Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Rosdakarya, 2003), hlm. 68

14
3. Metode dalam pengkajiannya
Nurcholish mendasari epistemologi pemikirannya dengan
mempertimbangkan konteks nilai-nilai fundamental Islam yang
bersumber pada tradisi Islam klasik yang dipadukan dengan literatur dan
metodologi modern atas kasus-kasus actual. Dengan kata lain gagasan
pembaruan Nurcholish berangkat dan bertolak dari tradisi khazanah Islam
klasik yang ditransformasikan dalam jargon dan terminologi modern.
Inilah watak dan karakter pemikirannya. Adapun metode yang digunakan
dalam pengkajian sebagai berikut.
a) Analisis sosio historis
Dalam semua gagasannya, termasuk pandangan
inklusivismenya, Nurcholis seringkali menggunakan perangkat
analisis ilmu-ilmu sosial, terutama analisis sosio – historis.25
Walaupun tidak semua ajaran agama itu bersifat historis, akan tetapi
analisis sosio historis dapat digunakan untuk menganalisis dan
membedah doktrin agama, teks dan ajaran-ajaran wahyu untuk
menemukan kembali kebenaran konteks sesuai kondisi yang terus
berubah.

b) Analisis semiotika-semantik
Agama sering disampaikan dengan bahasa simbolik.
Sehingga jangan dimaknai secara tekstual. Model yang sering
digunakannya adalah intertektualitas-semantik-sintagmatik. Semantik
adalah bahwa teks sebagai simbol dimaknai berdasarkan pemaknaan
dari sisi kebahasaan. Bahasa memiliki karakteristik dan kultur yang
khas, termasuk bahasa Arab sebagai bahasa induk teks-teks ajaran
Islam. Oleh karena itu re-interprestasi terutama pada term term kunci
keagamaan seperti islam dan ahl al kitab acap kali dilakukan
Nurcholish Madjid untuk mengelaborasi makna-makna essensial yang
ada dalam term-term tersebut.
Dalam analisis semantiknya, Nurcholish acapkali
menggunakan bahasa berdasarkan kamus dan ensiklopedi serta bukti-
bukti sejarah untuk menggali makna autensitas terminologi-
terminologi kunci (key term) Islam.

25
Husain Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 46-49

15
4. Pemikiran pembaharuan Nurcholish Madjid
a) Pemikiran Nurcholish Madjid tentang Keislaman
Gagasan keislaman Cak Nur berkisar tentang tema-tema
yang luas tentang inklusifitas, pluralisme agama, kosmopolitanime
Islam, rasionalisasi dan sekularisasi. Pokok-pokok pikiran Cak Nur
tentang konsep Tawhid dan Emansipasi Harkat Manusia yang
merupakan inti pokok gagasan liberalisasi Cak Nur. Pada bagian ini
memperlihatkan bahwa, Cak Nur memiliki akar yang menghunjam
kuat dalam konsep keimanan dalam membangun konsepsosial dan
kemasyarakatannya.

b) Gagasan Keindonesiaan Nurcholish Madjid


Gagasan Keindonesiaan Cak Nur terkait hubungan agama
dengan politik, kemudian peran sosial Agama dalam perubahan
masyarakat, proses transformasi budaya dan perlunya upaya inovasi
dalam melakukan kontekstualisasi ajaran Islam dalam konteks
masyarakat Indonesia yang majemuk. Cak Nur agaknya bersikukuh
dengan pandangan bahwa, Islam harus menjadi bingkai dari etika
dasar dan cita-cita politik yang beradab, tidak perlu Islam
“diberhalakan” menjadi dasar ideologi negara. Gagasan ini tampak
dalam beberapa tema yang diusung Cak Nur seperti tentang civil
society, demokratisasi, konsep penyeimbangan melalui kritik (oposisi)
dan lain sebagainya.

c) Gagasan Kemodernan Nurcholish Madjid


Adapun gagasan kemoderenan Cak Nur berkenaan dengan
pembaharuan permikiran Islam dan perluasan ijtihad melalui
tematema besar pemikirannya seperti pluralisme, toleransi,
Inklusifitas Islam dlsb. Pada tahun 1968 Cak Nur mulai melontarkan
gagasan tentang modernisasi dalam pemikiran Islam.26
Modernisasi yang dimaksudkan adalah sebagai upaya
rasionalisasi yaitu dorongan kepada ummat Islam untuk menggeluti
modernisai sebagai apresiasi kepada ilmu pengetahuan. Karena dalam
tinjauan Islam, modernisasi itu berarti berpikir dan bekerja menurut
fitrah atau sunnatullah.

26
Budi Munawar Rachman, Islam dan Pluralisme Nurchalis Madjid. Pusat Studi Islam dan
Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina bekerjasama dengan LSAF untuk acara Nurchalis
Madjid Memorial Lecture. Jakarta. 2007, hlm. 7

16
5. Pengaruh Pemikiran Nurcholish Madjid
Dalam usaha menatap masa depan Islam, Nurcholis Madjid
memperlihatkan sikapnya yang penuh semangat keterbukaan dan
cenderung progresif, Umat Islam menurut penglihatanya cenderung taklid
dan “takut” untuk berkreasi dan inovatif, sehingga membuatnya lamban
untuk menggapai kemajuan sebagai agama yang memberikan kedamain
(Islam).
Dalam usaha menggambarkan pengaruh pemikiran Cak Nur,
dapat kita kemukankan aspek-aspek pemikirannya. Tentu dalam
mendeskripsikan pengaruhnya itu perlu melihat kontribusinya.27
Dalam semua aspek pembaharuanya, yaitu. Pertama, melihat
bagaimana perkembangan pemikiran Islam di Indonesia, setelah
membandingkan dengan masa sebelumnya, kedua, melihat bagaimana
kiprah Nurcholis Madjiddalam dunia politik, serta mengemukakan ide-
idenya untuk perkembangan politik Indonesia. Ketiga, melihat
bangaimana analisisnya terhadap kondisi sosial dan budaya di Indonesia.
Dalam ketiga aspek itu, juga perlu dikemukakan mana pemikiran yang
untuk saat ini dan mana pemikiran untuk masa yang akan datang.
Pemahaman umat Islam terhadap agamanya yang terkandung
cenderung terpaku terhadap symbol-simbol dan cenderung tekstual dalam
meninjau teks-teks keagamaan membuat selalu memunculkan anggapan
Negara Islam adalah suatu keniscyaan. Sehingga tanpa kita sadari,
sebagimana umat Islam malah memahaminya dengan lebih radikal lagi,
tidak jarang fakta-fakta dilapangan, bahwa ada anggapan yang
menyatakan ummat Islam cenderung bahkan identik dengan terorisme,
anggapan itu sebenarnya bukan tanpa alasan, pelaku bom Bali misalnya,
memang semua mata tertuju kepada Islam, orang yang terlibat juga
berorientasi Islam dan bersimbol Islam. Walaupun demikian bukan berarti
ummat Islam adalah sarang dan mengajarkan terorisme.
Pergulantan Nurcholis Madjid dalam mengahadapi perubahan
iklim pemikiran dunia, membuahkan pemikiran yang bersifat progresif,
maka istilah modrenisasi menjadi topik yang ramai dibicarakn, baik
dikalangan bawah dan kalangan atas, kiprah Nurcholis Madjid untuk
memandang modernisasi cukup mempengaruhi cara berpikir sebagai
masyarak Indonesia, yang dapat menyerang agama. Modernisasi dilihat
sebagai tantangan bagi Islam Indonesi. Dengan ini Nurcholis Madjid
memaksudkan sebuah pola pikir yang hanya melihat dampak negatife dari
modernisasi bagi Indonesia , Agar bisa surve dengan perkembangan

27
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Predana Medan Group, cet
1, 2011), hlm. 38-39.

17
zaman Islam Indonesia tidak bisa menolak modernisaisi mentah-mentah
kalu tidak mau tinggal kerta kemajuan peradaban. Menurut Nurcholis
Madjid ide-ide modernitas semacam pola hubungan agama dan Negara,
soal demokrasi, keadilan, persoalan intra agama, pandanga Islam terhadap
agama-agama lain adalah sebuah isu yang mestinya disikapi secra arif.28

28
Budhy Munawar-rachman, Membaca Nurcolish Madjid, (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan
Filsafat, 2008), hlm. 144

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nurcholis Madjid atau akrab di sapa Cak Nur adalah salah satu
tokoh pembaharu pemikiran Islam yang ada di Indonesia, banyak sumbangan
pemikiran yang diberikan dalam bentuk karya tulis.

Dilihat dari implikasi pemikiran-pemikirannya, Nurcholish Madjid


atau Cak Nur adalah seorang yang mampu membangunkan gerak dinamis
tradisi berfikir kritis ditengah dinamika pemikiran Islam di Indonesia. Namun
layaknya sebuah pemikiran, ia selalu menimbulkan pro dan kontra, demikian
juga Nurcholish Madjid.

Oleh karena itu, apresiasi dan penghargaan yang tulus dan tinggi
layak dialamatkan oleh umat Islam terhadap segala kontribusinya tanpa harus
umat kehilangan daya kritis nya sebagaimana yang telah diajarkan sendiri
oleh beliau, sehingga pemikirannya dapat dilanjutkan, di aktualisasikan dan
bahkan diperbaharui sesuai situasi dan kondisi, agar umat Islam tidak lagi
mengalami stagnan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, M. Chozin, Sejarah HMI dari Zaman Kemerdekaan Sampai
Reformasi, (ttp, tp, 2011)

Azhar, Muhammad, Fiqh Kontemporer dalam Pandangan Neomodernisme Islam


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996)

Borden, Greg, Gagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neomodernisme


Nurcholis Madjid, Djohan Efendi, Ahmad Walib, dan Abdurrahman
Wahid (Jakarta: Paramadina Pustaka Antara, 1999)

Elly Roosita, Selamat Jalan Guru Bangsa, 2005,


http://media.isnet.org/islam/Paramadina/CakNurObituari.html, diakses
tanggal 3 November 2020 pukul 17. 22

Harahap, Syahrin, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Predana


Medan Group, cet 1, 2011)

Hidayat,Komaruddin, Tragedi Raja Midas: Moralitas Agama dan Krisis


Modernisme (Yogyakarta: Paramadina, 1998)

Husaini, Adian, Nurcholish Madjid: Kontraversi Kematian dan Pemikirannya


(Jakarta: Khairul Bayan Press, 2005)

Informasi, Biografi Nurcholish Madjid, 2011,


http://infobiografi.blogspot.com/2010/02/dr-nurcholis-madjid.html,
diakses tanggal 3 November 2020 pukul 17.15

Madjid, Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Integrasi Umat Islam,


dalam Nurcholis Madjid et.al, Pembaharuan Pemikiran Islam, (Jakarta:
Islamic Research Centre, 1970)

Madjid, Nurcholis, Islam Kemoderenan dan Keindonesian (Bandung: Mizan,


1995)

Madjid, Nurcholish, Islam Universal, cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)

Madjid, Nurcholish, Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern: Respon dan


Transformasi NilaiNilai Islam Menuju Masyarakat Madani, Cet. 6
(Jakarta: Mediacita, 2002)

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya (Bandung: Trigenda Karya, 1993)

20
Munir, Adan Sudarsono, Aliran modern dalam Islam (Jakarta: Rineka Cipta,
1994)

Munir, Muammar, Nurcholish Madjid Dan Harun Nasution Serta Pengaruh


Pemikiran Filsafatnya, Jurnal ar-raniry Petita. Vol. 2 No. 2, 2017

Nadrah, Siti, Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholis Madjid, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1994)

Rachman, Budhy Munawar, Islam dan Pluralisme Nurchalis Madjid. Pusat Studi
Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina bekerjasama
dengan LSAF untuk acara Nurchalis Madjid Memorial Lecture, Jakarta,
2007

Rachman, Budhy Munawar-, Membaca Nurcolish Madjid, (Jakarta: Lembaga


Studi Agama dan Filsafat, 2008)

Saifullah, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam, Dalam Pena


Almuslim, Vol. 2 No. 2

Suprayogo, Imam, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: Rosdakarya,


2003)

Usman, Husain, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)

21

Anda mungkin juga menyukai