Di Susun Oleh :
MUHAMMAD REJA HANAFI
21.11.1001.1011.108
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. karena atas
perkenannya tugas ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Tidak
lupa kepada Nabi besar Muhammad SAW., Keluarganya serta para sahabatnya dan umatnya
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum yang
Pelanggaran kode etik pada profesi advokat. Dalam penyusunan tugas ini, penulis banyak
Tugas yang sederhana ini jauh dari sempurna, penulis mengharapkan kritik atau
saran dari pembaca guna untuk memperbaiki kekurangan kekurangan tugas ini. Demikian
Makalah ini disusun dengan harapan. Mudah-mudahan berguna dan bermanfaat bagi kita
semua khususnya insan pencipta dunia pendidikan dan penulis sangat selalu berharap mudah-
i
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penegak hukum di Indonesia ada 3 yaitu Hakim, Jaksa, dan Polisi. Namun
sejak terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, maka
Advokat kini sudah digolongkan sebagai profesi di bidang huku
Advokat merupakan salah satu profesi yang bersifat bebas, mandiri, dan
bertanggung jawab sesuai yang diatur dalam undang-undang Nomor 18 tahun 2003,
dalam penyelenggaraan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Dalam
ketentuan pasal 5 ayat 1 UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat diberikan status
kepada advokat sebagai penegak hukum yang mempunyai kedudukan yang sejajar
dengan penegak hukum lainnya (jaksa dan hakim) dalam menegakkan hukum dan
keadilan.
Advokat juga adalah profesi yang independen yang tidak tunduk pada
struktur jabatan dan tidak tunduk pula pada perintah jabatan yang lebih diatasnya dan
hanya patuh pada perintah atau order atau kuasa dari klien berdasarkan perjanjian
yang bebas, baik yang tertulis, maupun yang tidak tertulis, yang tunduk pada kode
etik profesi advokat, tidak tunduk pada kekuasaan politik, yang mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab publik.
Setiap profesi umumnya tunduk pada kode etik profesi, karena kode etik
profesi memiliki tujuan agar ada kaidah moral bagi seorang profesional dalam
bertindak menjalankan tugas profesinya. Kode etik memiliki arti sebagai prinsip-
prinsip moral yang melekat pada suatu profesi yang disusun secara terpadu. Maka dari
itu,suatu profesi tanpa ada kode etik yang sengaja disusun secara sistematis dan
terpadu tetap bisa berjalan profesi karena prinsip-prinsip moral tersebut sebenarnya
sudah melekat pada profesi tersebut.
Profesi advokat di Indonesia sesungguhnya sudah memiliki kode etik
bersama yang disebut dengan Kode Etik Advokat Indonesia. Berlakunya kode etik ini
ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2002 oleh Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN),
Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI),
Himpunan Advokat & Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara Indonesia
(SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), dan Himpunan Konsultan
Hukum Pasar Modal (HKHPM).
3
Berdasarkan pasal 33 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat, kode etik ini dinyatakan mutatis mutandis berlaku sampai dengan adanya
ketentuan baru yang dibuat oleh organisasi advokat. Tetapi, apabila dilihat dari
penerapan dan penegakkan selama ini, sering terlihat kode etik advokat lebih banyak
menjadi komplemen yang tidak diperhatikan oleh kebanyakan advokat. Pelanggaran
kode etik kerap dilakukan oleh advokat ketika menjalankan profesinya dan bahkan
tidak segan melakukannya secara terbuka. Sampai saat ini belum terlihat upaya serius
dari organisasi profesi advokat guna menindak pelanggaran kode etik yang dilakukan
oleh para advokat. Hanya sedikit kasus pelanggaran kode etik yang mendapatkan
penyelesaikan secara tuntas. Dapat dikatakan organisasi advokat masih kurang
berhasil dalam menjalankan penegakkan kode etik profesi advokat.
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik membahas mengenai pelanggaran
kode etik dalam profesi advokat.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. KODE ETIK PROFESI ADVOKAT INDONESIA
Kode Etik Profesi Advokat Indonesia yang berlaku secara nasional untuk
ditaati semua anggota Advokat dan Advokat sementara, serta yang disuusn bersama-
sama dan disahkan oleh Ketua PERADI sebagai pedoman bersama untuk
pengembangan Profesi Advokat adalah sebagai berikut.
Etika kepribadian Advokat sebagai pejabat penasihat hukum maka advokat:
1. Berjiwa Pancasila;
2. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3. Menjunjung tinggi hukum dan sumpah jabatan;
4. Bersedia memberi nasihat dan bantuan hukum tanpa membedakan
agama, suku, keturunan, kedudukan sosial, dan keyakinan politik;
5. Tidak semata-mata mencari imbalan material, tetapi terutama untuk
turut menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran dengan cara
yang jujur dan bertanggung jawab;
6. Bekerja dengan bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh
siapapun dan wajib menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam
Negara Hukum Indonesia;
7. Memegang teguh rasa solidaritas sesama advokat dan wajib
membela secara cuma-cuma teman sejawat yang diajukan sebagai
tersangka dalam Perkara pidana;
8. Tidak dibenarkan melakukan pekerjaan yang dapat merugikan
kebebasan, derajat, dan martabat advokat, senantiasa menjunjung
tinggi profesi advokat sebagai profesi terhormat;
9. Bersikap benar dan sopan terhadap pejabat penegak hukum, sesama
advokat, dan masyarakat, serta mempertahankan hak dan martabat
advokat di forum manapun juga
Advokat sebagai pejabat penasihat hukum dalam melakukan tugas
jabatannya:
1. Tidak memasang iklan untuk menarik perhatian, dan tidak
memasang papan nama dengan ukuran dan bentuk istimewa;
5
2. Tidak menawarkan jasa kepada klien secara langsung atau tidak
langsung melalui perantara, melainkan harus menunggu permintaan;
3. Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang merugikan
kedudukan advokat, misalnya di rumah atau di kantor seorang
bukan advokat;
4. Menerima perkara sedapat mungkin berhubungan langsung dengan
klien dan menerima semua keterangan dari klien sendiri;
5. Tidak mengizinkan pencantuman namanya di papan nama, iklan,
atau cara lain oleh orang bukan advokat tetapi memperkenalkan diri
sebagai wakil advokat;
6. Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualifikasi untuk
mengurus sendiri perkara, memberi nasihat kepada klien secara lisan
atau tertulis;
7. Tidak mempublikasikan diri melalui media massa untuk menarik
perhatian masyarakat mengenai perkara yang sedang ditanganinya,
kecuali untuk menegakkan prinsip hukum yang wajib diperjuangkan
oleh semua advokat;
8. Tidak mengizinkan pencantuman nama advokat yang diangkat
untuk suatu jabatan negara pada kantor yang memperkerjakannya
dahulu;
9. Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera menangani
perkara di pengadilan yang bersangkutan selama tiga tahun sejak dia
berhenti dari pengadilan tersebut.
6
4. Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan
atau harkan dan martabat profesinya
5. Melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan
dan atau perbuatan tercela.
6. Melanggar sumpah/janji advokat dan kode etik edvokat.
7
ketentuan kode etik profesi atau bilamana setelah mendapatkan
sanksi berupa peringatan keras masih mengulangi melalukan
pelanggaran kode etik profesi;
4. Pemecatan dari keanggotaan profesi jika melakukan pelanggaran
kode etik dengan maksud dan tujuan untuk merusak citra dan
martabat kehormatan profesi advokat yang wajib dijunjung tinggi
sebagai profesi yang mulia dan terhormat.
Advokat dapat berhenti atau diberhentikan dari profesinya oleh Organisasi
Advokat. Advokat berhenti atau dapat diberhentikan dari profesinya secara tetap
karena alasan:
1. Permohonan sendiri.
2. Dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman 4
(empat) Tahun atau lebih; atau
3. Berdasarkan keputusan Organisasi Advokat.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Advokat adalah orang yang berpraktek memberi jasa hukum, baik didalam
maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang
yang berlaku, baik sebagai Advokat, Pengacara, Penasehat Hukum, Pengacara praktek
ataupun sebagai konsultan hukum.
Apabila seorang advokat yang dimana telah melanggar dan faktor-faktor
apa sajakah yang yang membuat seorang dapat terkena sanksi dari dewan kehormatan,
jika terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Advokat seorang advokat dapat dijerat
atau di sanksi baik dari perundangan KUHP yang dimana mengatur tentang tindak
pidana serta KUHP perdata yang mengatur keperdataan dan serta dapat pula
dikenakan sanksi dari organisasi advokat yang ada dalam hal ini semua dapat aturan
yang berlaku seorang advokat wajib menjalankan dan sesuai bagaimana pelaporan
seorang klien agar terjadi bagaiman seorang advokat dapat memepertanggung
jawabkannya. Maka dari itu setiap organisasi memberikan sanksi tegas bilamana
seorang avokat telah melakukan pelanggaran Kode Etik Advokat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianti, Sari. “Pelanggaran Kode Etik Advokat Dalam Pembuatan Surat Kuasa”.
Logika: Journal of Multidisciplinary Studies. Vol. 10 Nomor 01. 2019
Fuady, Munir. (2005). Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat,
Notaris, Kurator, dan Pengurus). Bandung: Citra Aditya Bakti
Herdiansyah, Hadi. 2004. Kode Etik Advokat Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum dan
Kebijakan Indonesia ( PSHK ).
Kode Etik Advokat Indonesia Komite Kerja Advokat Indonesia yang disahkan 23 Mei
2002 di Jakarta.
Maemunah, Siti. “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Kode Etik yang Dilakukan
Oleh Advokat”. Jurnal JURISTIC. Vol. 02 Nomor 02. 2021.
10