Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KODE ETIK ADVOKAT DAN


DEWAN KEHORMATAN PROFESI ADVOKAT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


ETIKA PROFESI HUKUM

Dosen Pengampu :
Dr. Iskandar Ritonga, M.Ag

Erlina Yuniartinia ( C92219091 )


Fauziah ( C92219096 )
Intan Firdausi Rahmayanti ( C02219016 )

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah materi mata kuliah Etika Profesi Hukum yang berjudul Kode Etik Advokat dan
Dewan Kehormatan Profesi Advokat.
Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Iskandar Ritonga, M.Ag
selaku dosen pembimbing kami dalam pembelajaran mata kuliah Etika Profesi Hukum, juga
kepada semua teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Harapan dari kami semoga penyusunan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua
untuk menambah referensi dalam pembelajaran serta menjadi tambahan informasi mengenai
pentingnya pengetahuan bagi mahasiswa.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah
ini, Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran pembaca guna kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar- besarnya. Semoga bermanfaat.

Tim Penyusun

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Advokat dan Kode Etik Advokat.............................................................3
B. Kode Etik Advokat di Indonesia................................................................................4
C. Fungsi dan Peranan Advokat sebagai Penegak Hukum.............................................5
D. Batas Kewenangan Advokat......................................................................................8
E. Tata Cara Pengaduan Pelanggaran Kode Etik Advokat............................................9
F. Analisis Kasus Pelanggaran Etika Profesi Advokat..................................................13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Advokat secara historis termasuk salah satu profesi yang tertua, dalam
perjalanannya profesi advokat dinamai sebagai officum Nobile, jabatan mulia.
Penamaan itu terjadi karena aspek “kepercayaan” dari pemberi kuasa klien .Menurut
Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Pengertian advokat adalah
orang yang berprofesi memberi jasa hukum,baik di dalam maupun di luar pengadilan
yang memenuhi syarat berdasarkan ketentuan Undang - Undang yang berlaku.
Advokat / penasehat Hukum adalah warga negara Indonesia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur dalam mempertahankan keadilan
dan kebenaran dilandasi moral yang tinggi,luhur dan mulia demi tegaknya hukum,
setia kepada falsafah Pancasila dan Undang - Undang dasar 1945. Advokat juga
berperan penting dalam menciptakan stabilitas hukum di masyarakat, karena hukum
merupakan salah satu norma sosial yang ada pada masyarakat selain norma agama,
kesopanan, dan norma kesusilaan.
Etika profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
harus dipengaruhi oleh sekelompok orang yang disebut kalangan profesional atau
orang yang menyandang suatu profesi tertentu disebut seorang professional. Kode etik
penting, sebagai sarana kontrol sosial. Kode etik memberikan semacam kriteria bagi
para calon anggota kelompok profesi(demikian juga terhadap para anggota baru) dan
membantu mempertahankan pandangan anggota lama terhadap prinsip profesional
yang telah digariskan. Kode etik profesi mencegah pengawasan ataupun campur
tangan yang dilakukan oleh pemerintah atau oleh masyarakat melalui beberapa agen
atau pelaksananya. Kode etik adalah penting untuk pengembangan patokan kehendak
yang lebih tinggi. Kode etik ini dasarnya adalah sesuatu perilaku yang sudah dianggap
benar serta berdasarkan metode prosedur yang benar pula.
Kode etik dapat berlaku efektif bagi seluruh penegak hukum apabila dijiwai,
disemangati, ditanamkan dalam pribadi hidup dan diterapkan setiap menjalankan
tugasnya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang tercantum dalam Undang - Undang Dasar 1945 dan nilai-nilai yang
ada dalam lingkungan profesi hukum khususnya advokat. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai kode etik advokat beserta dewan kehormatan profesi advokat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dari Advokat dan Kode Etik Advokat ?
2. Apa saja Kode Etik Advokat yang ada di Indonesia ?
3. Bagaimana Fungsi dan Peranan Advokat sebagai Penegak Hukum di Indonesia ?
4. Bagaimana Batas Kewenangan Advokat di Indonesia ?
5. Bagaimana Tata Cara Pengaduan Pelanggaran Kode Etik Advokat ?
6. Bagaimana Contoh Kasus dari Pelanggaran Etika Profesi Advokat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Advokat dan Kode Etik Advokat.
2. Untuk mengetahui Kode Etik Advokat yang ada di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Fungsi dan Peranan Advokat sebagai Penegak Hukum di
Indonesia.
4. Untuk mengetahui Batas Kewenangan Advokat di Indonesia.
5. Untuk mengetahui Tata Cara Pengaduan Pelanggaran Kode Etik Advokat.
6. Untuk mengetahui Contoh Kasus dari Pelanggaran Etika Profesi Advokat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Advokat dan Kode Etik Advokat
Menurut Pasal 1 butir 1 Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat, definisi atau pengertian Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa
hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Undang- Undang ini. Advokat berasal dari kata Advocaat
(Belanda) yaitu seseorang yang resmi diangkat untuk menjalankan profesinya setelah
memperoleh gelar meester in de rechten (Mr). Kalau ditarik lebih jauh lagi, kata itu
berasal dari kata latin yaitu advocatus.
Oleh karena itu tidak heran hampir di setiap bahasa di dunia istilah itu
dikenali. Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin
oleh hukum dan peraturan perundang-undangan yang dapat kita lihat di dalam Pasal 5
ayat (1) Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, karena Advokat
sebagai salah satu perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai kedudukan
setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan.
Kemudian dilengkapi dengan wilayah kerja Advokat meliputi seluruh wilayah Negara
Republik Indonesia seperti yang disebutkan dalam Pasal 5 ayat (2).
Dalam pembukaan Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) disebutkan : “Bahwa
semestinya organisasi profesi memiliki kode etik yang membebankan kewajiban dan
sekaligus memberikan perlindungan hukum kepada setiap anggotanya dalam
menjalankan profesinya”. Hal diatas disebutkan jelas bahwa Advokat tidak hanya
dibebani kewajiban, tetapi juga dibekali dengan perlindungan hukum kepada setiap
anggota dalam menjalankan profesinya. Profesi sebagai Advokat sejajar dengan
instansi penegak hukum lainnya seperti polisi, jaksa dan hakim. Advokat sebagai
suatu profesi diharuskan saling menghargai satu sama lain baik antar teman sejawat
( teman/rekan seprofesi ) maupun dengan para penegak hukum lainnya.
KEAI adalah hukum tertinggi dalam menjalankan profesi yang menjamin dan
melindungi namun membebankan kewajiban kepada setiap Advokat untuk jujur dan
bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya baik kepada klien, pengadilan,
negara atau masyarakat terutama kepada dirinya sendiri. Setiap Advokat harus
menjaga citra dan martabat kehormatan profesi, serta setia dan menjunjung tinggi
kode etik dan sumpah profesi, yang pelaksanaannya diawasi oleh Dewan Kehormatan
sebagai suatu lembaga yang eksistensinya telah dan harus diakui setiap Advokat tanpa
3
melihat dari organisasi profesi yang mana ia berasal dan menjadi anggota, yang pada
saat mengucapkan sumpah profesinya tersirat pengakuan dan kepatuhannya terhadap
Kode Etik Advokat yang berlaku.1
B. Kode Etik Advokat di Indonesia
Advokat sebagai profesi terhormat (officium nobile) yang dalam menjalankan
profesinya berada di bawah perlindungan hukum, Undang-undang dan kode etik,
memiliki kebebasan yang didasarkan kepada kehormatan dan  kepribadian Advokat 
yang berpegang teguh kepada kemandirian, kejujuran, kerahasiaan, dan keterbukaan.
Dari ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf a. Kode Etik Advokat Indonesia
dapat disimpulkan bahwa seorang advokat, dalam menjalankan profesinya, harus
selalu berpedoman kepada:
1. Kejujuran profesional (professional honesty) sebagaimana terungkap dalam Pasal
3 huruf a. Kode Etik Advokat Indonesia dalam kata-kata “Oleh karena tidak
sesuai dengan keahilannya”.
2. Suara hati nurani (dictate of conscience) Keharusan bagi setiap advokat untuk
selalu berpihak kepada yang benar dan adil dengan berpedoman kepada suara hati
nuraninya berarti bahwa bagi advokat Indonesia tidak ada pilihan kecuali
menolak setiap perilaku yang berdasarkan “he who pays the piper calls the
tune” karena pada hakikatnya perilaku tersebut adalah pelacuran profesi advokat.
Keperluan bagi advokat untuk selalu bebas mengikuti suara hati nuraninya adalah
karena di dalam lubuk hati nuraninya, manusia menemukan suatu satu hukum
yang harus ia taati.
Dalam Bab II Pasal 2 Kode Etik Advokat Indonesia Tentang Kepribadian
Advokat, disebutkan: “Advokat Indonesia adalah warga Negara Indonesia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur dalam
mempertahankan keadilan dan kebenaran dilandasi moral yang tinggi, luhur dan
mulia, dan yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi hukum,
UndangUndang Dasar Republik Indonesia, kode etik Advokat serta sumpah
jabatannya.”2

1
KESUMA, METTHA AUDINA (2019) PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ADVOKAT TERKAIT
DENGAN CONTEMPT OF COURT DALAM PERADILAN INDONESIA. S1 Thesis, UAJY. Hlm 11.
2
Ellectrananda Anugerah Ash-shidiqqi, Menggagas Kode Etik Advokat Yang Humanis Dan Transendental,
Vol.6 No.2, Desember 2020, 7.

4
Untuk memudahkan dalam memahami substansi Kode Etik Advokat, berikut
adalah garis besar batang tubuh aturan Kode Etik Advokat Indonesia, diantaranya
yaitu:
 BAB I : Ketentuan Umum (Pasal 1)
 BAB II : Kepribadian Advokat (Pasal 2 dan Pasal 3)
 BAB III : Hubungan dengan Klien (Pasal 4)
 BAB IV : Hubungan dengan Teman Sejawat (Pasal 5)
 BAB V : Tentang Sejawat Asing (Pasal 6)
 BAB VI : Cara bertindak menangangi (Pasal 7)
 BAB VII : Ketentuan-Ketentuan lain tentang Kode Etik (Pasal 8)
 BAB VIII : Pelaksanaan Kode Etik (Pasal 9)
 BAB IX : Dewan Kehormatan
 Bagian Kesatu : Ketentuan Umum (Pasal 10)
 Bagian Kedua : Pengaduan (Pasal 11)
 Bagian Ketiga : Tata Cara Pengaduan (Pasal 12)
 Bagian Keempat : Pemeriksaan Tingkat Pertama oleh dewan Kehormatan
Cabang/Daerah (Pasal 13)
 Bagian Kelima : Sidang Dewan Kehormatan Cabang/Daerah (Pasal 14)
 Bagian Keenam : Cara Pengambilan Keputusan (Pasal 15)
 Bagian Ketujuh : Sanksi-Sanksi (Pasal 16)
 Bagian Kedelapan : Penyampaian Salinan Keputusan (Pasal 17)
 Bagian Kesembilan : Pemeriksaan Tingkat Banding Dewan Kehormatan
Pusat (Pasal 18)
 Bagian Kesepuluh : Keputusan Dewan Kehormatan (Pasal 19)
 Bagian Kesebelas : Ketentuan lain tentang Dewan Kehormatan (Pasal 20)
 BAB X : Kode Etik dan Dewan Kehormatan (Pasal 21)
 BAB XI : Aturan Peralihan (Pasal 22 dan Pasal 23)
 BAB XII : Penutup (Pasal 24)3
C. Fungsi dan Peranan Advokat sebagai Penegak Hukum
Dalam menjalankan tugas sebagai profesi hukum, advokat mempunyai kode
etik sebagai norma yang mengarahkan atau memberi petunjuk bagaimana seharusnya

3
Wang Linggau, Kode Etik Advokat Indonesia, http://www.ememha.com/2020/06/kode-etik-advokat-
indonesia.html, diakses pada tanggal 16 Mei 2022.

5
berbuat sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di masyarakat. Untuk
mewujudkan Negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, haruslah
ada peran serta dari pemerintah, serta semua kalangan masyarakat khususnya peran
serta dari setiap individu.
Pada prinsipnya advokat mempunyai peran penting karena menjadi akses
menuju keadilan dan penghubung antara masyarakat dengan Negara melalui institusi
hukumnya. Advokat sebagai penegak hukum menjalankan kedudukan, peran dan
fungsinya secara mandiri untuk memberikan memberikan konsultansi hukum,
menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan
hukum lain untuk kepentingan hukum klien (tersangka atau terdakwa pelaku tindak
pidana) dalam proses peradilan pidana.4
Secara garis besar fungsi dan peranan advokat adalah :
1. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia
2. Memeperjuangkan hak asasi manusia
3. Melaksanakan Kode Etik Advokat
4. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan
dan kebenaran
5. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan,kebenaran dan
moralitas)
6. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan martabat
advokat
7. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat dengan
cara belajar terus-menerus (continuous legal education) untuk memperluas
wawasan dan ilmu hukum
8. Menangani perkara-perkara sesuai dengan kode etik advokat, baik secara nasional
maupun secara internasional
9. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang merugikan
masyarakat dengan cara mengawasi pelaksanaan etika profesi advokat melalui
Dewan Kehormatan Asosiasi advokat
10. Memelihara kepribadian advokat karena profesi advokat yang terhormat
(officium nobile)
11.  Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat

4
Gunawan. Kedudukan, Peran Dan Fungsi Advokat Dalam Proses Peradilan Pidana (Upaya Meluruskan
Persepsi Negatif Masyarakat Terhadap Advokat). Jurnal Pemuliaan Hukum, 2018, 1.1. Hlm 47.

6
12. Memelihara persatuan dan kesatuan advokat agar sesuai dengan maksud dan
tujuan organisasi advokat
13. Member pelayanan hukum (legal services), nasehat hukum (legal advice),
konsultan hukum (legal consultation), pendapat hukum (legal opinion), informasi
hukum (legal information) dan menyusun kontrak-kontrak (legal drafting)
14. Membela kepentingan klien (litigasi) dan mewakili klien di muka pengadilan
(legal representation)
15. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang lemah
dan tidak mampu (melaksanakan pro bono publico).
Selain itu tugas advokat adalah membela kepentingan masyarakat (public
defender) dan kliennya. Secara garis besar, fungsi dan peran advokasi di antaranya: 
1. Memperjuangkan hak asasi manusia

2. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia

3. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan,

dan kebenaran. 
4. Melaksanakan kode etik advokat Menjunjung tinggi serta mengutamakan
idealisme (nilai keadilan, kebenaran, dan moralitas). 
5. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat, dan martabat

advokat. 
6. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat dengan
cara terus belajar untuk memperluas wawasan dan ilmu hukum. 
7. Menangani perkara sesuai dengan kode etik advokat, baik secara nasional maupun

internasional. 
8. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat. 
Memberikan pelayanan hukum, nasihat hukum, konsultasi hukum, informasi
hukum, dan menyusun kontrak-kontrak. 
9. Membela kepentingan klien dan mewakili klien di muka pengadilan (legal

representation). 
10. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang lemah
dan tidak mampu.
11. Pembelaan bagi orang tidak mampu, baik dalam maupun luar negeri merupakan

bagian dari fungsi dan peran advokat di dalam memperjuangkan hak asasi
manusia. 

7
12. Fungsi advokat sendiri adalah mengaja obyektivitas dan prinsip persamaan di

hadapan hukum yang berlaku dalam sistem peradilan Indonesia. 


Selain peran diatas, Advokat juga memiliki peran dalam pengawasan penegakan
hukum, penjaga kekuasaan kehakiman dan sebagai pekerja sosial. Peran tersebut akan
di jabarkan sebagai berikut :
1. Peran Advokat sebagai pengawas penegakan hukum

2. Peran Advokat sebagai penjaga Kekuasaan Kehakiman


3. Peran Advokat sebagai pekerja sosial5
D. Batas Kewenangan Advokat
Profesi advokat adalah merupakan organ negara yang menjalankan fungsi
negara. Dengan demikian maka profesi Advokat sama dengan Kepolisian, Kejaksaan
dan Kehakiman sebagai organ negara yang menjalankan fungsi negara. Bedanya
adalah kalau Advokat adalah lembaga privat yang berfungsi publik sedangkan
Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman adalah lembaga publik. Jika Advokat dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya diberikan kewenangan dalam statusnya sebagai
aparat penegak hukum maka kedudukannya sejajar dengan aparat penegak hukum
yang lain. Dengan kesejajaran tersebut akan tercipta keseimbangan dalam rangka
menciptakan sistem penegakan hukum yang lebih baik.
Kewenangan Advokat dari Segi Kekuasaan Yudisial Advokat dalam sistem
kekuasaan yudisial ditempatkan untuk menjaga dan mewakili masyarakat. Sedangkan
hakim, jaksa, dan polisi ditempatkan untuk mewakili kepentingan negara. Pada posisi
seperti ini kedudukan, fungsi dan peran advokat sangat penting, terutama di dalam
menjaga keseimbangan di antara kepentingan negara dan masyarakat. Ada dua fungsi
Advokat terhadap keadilan yang perlu mendapat perhatian yaitu pertama kepentingan,
mewakili klien untuk menegakkan keadilan, dan peran advokat penting bagi klien
yang diwakilinya. Kedua, membantu klien, seseorang Advokat mempertahankan
legitimasi sistem peradilan dan fungsi Advokat. Selain kedua fungsi Advokat tersebut
yang tidak kalah pentingnya, yaitu bagaimana Advokat dapat memberikan pencerahan
di bidang hukum di masyarakat. Pencerahan tersebut bisa dilakukan dengan cara
memberikan penyuluhan hukum, sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan,
konsultasi hukum kepada masyarakat baik melalui media cetak, elektronik maupun
secara langsung. Fakta yang tidak terbantahkan bahwa keberadaan Advokat sangat
5
Sity Nurul Afifah, Kode Etik Advokat, Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2017, Hlm 18.

8
dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang tersandung perkara hukum,
untuk menunjang eksistensi Advokat dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam
sistem penegakan hukum, maka diperlukan kewenangan yang harus diberikan kepada
Advokat.
Kewenangan Advokat tersebut diperlukan dalam rangka menghindari tindakan
kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yang lain (Hakim,
Jaksa, Polisi) dan juga dapat memberikan batasan kewenangan yang jelas terhadap
advokat dalam menjalankan profesinya. Dalam praktik seringkali keberadaan
Advokat dalam menjalankan profesinya seringkali dinigasikan (diabaikan) oleh aparat
penegak hukum. Hal ini mengakibatkan kedudukan advokat “tidak sejajar” dengan
aparat penegak hukum yang lain. Dari kondisi itu tampak urgensi adanya kewenangan
advokat di dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam sistem penegak hukum.
Kewenangan advokat tersebut diberikan untuk mendukung terlaksananya penegakan
hukum secara baik. 6
E. Tata Cara Pengaduan Pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat
Kode Etik Advokat Indonesia telah mengatur Tata Cara Pengaduan secara
jelas di dalam Pasal 12 Kode Etik Advokat Indonesia, yaitu:
a. Pengaduan terhadap Advokat sebagai teradu yang dianggap melanggar kode etik
Advokat harus disampaikan secara tertulis disertai dengan alasan-alasannya
kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah atau kepada Dewan Pimpinan
Cabang/Daerah atau Dewan Pimpinan Pusat dimana teradu menjadi anggota.
b. Bilamana di suatu tempat tidak ada cabang/daerah organisasi, pengaduan
disampaikan kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah terdekat atau Dewan
Pimpinan Pusat.
c. Bilamana pengaduan disampaikan kepad Dewan Pimpinan Cabang/Daerah maka
Dewan Pimpinan Cabang/Daerah meneruskannya kepada Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah yang berwenang untuk memeriksa pengaduan itu.
d. Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan Pimpinan Pusat/Dewan 
Kehormatan Pusat meneruskannya kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
yang berwenang untuk memeriksa pengaduan itu baik langsung atau melalui
Dewan Pimpinan Cabang/Daerah.7

6
Ibid, Hlm 19.
7
Bab IX Dewan Kehormatan, Bagian Ketiga Tata Cara Pengaduan, Pasal 12, Kode Etik Advokat Indonesia

9
Di dalam pelaksanaan kode etik Advokat, sering sekali terjadi pelanggaran-
pelanggaran terhadap kode etik yang dilakukan oleh para Advokat. Terhadap
pelanggaran kode etik Advokat tersebut, Kode Etik Advokat telah mengatur mengenai
hukum acara pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Advokat. Dalam Pasal 10
ayat (2) Kode Etik Advokat, disebutkan: Pemeriksaan suatu pengaduan dapat
dilakukan melalui dua tingkat, yaitu: Tingkat Dewan Kehormatan Cabang/Daerah dan
Tingkat Dewan Kehormatan Pusat.8
Mengenai Pemeriksaan Tingkat Pertama oleh Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah diatur dalam Pasal 13 Kode Etik Advokat, yaitu:
a. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima pengaduan tertulis yang
disertai surat-surat bukti yang dianggap perlu, menyampaikan surat
pemberitahuan selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari
dengan surat kilat khusus/tercatat kepada teradu tentang adanya pengaduan
dengan menyampaikan salinan/copy surat pengaduan tersebut.
b. Selambat-lambatnya dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari pihak teradu harus
memberikan jawabannya secara tertulis kepada Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah yang bersangkutan disertai surat-surat bukti yang dianggap perlu.
c. Jika dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari tersebut teradu tidak memberikan
jawabannya secara tertulis. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah menyampaikan
pemberitahuan kedua dengan peringatan bahwa apabila dalam waktu 14 (empat
belas) hari sejak tanggal surat peringatan tersebut ia tetap tidak memberikan
jawaban tertulis maka ia dianggap telah melepaskan hak jawabnya.
d. Dalam hal teradu tidak menyampaikan jawaban sebagaimana diatur di atas dan
dianggap telah melepaskan hak jawabnya, Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
dapat segera menjatuhkan putusan tanpa kehadiran pihak-pihak yang
bersangkutan.
e. Dalam hal jawaban yang diadukan telah diterima, maka Dewan Kehormatan
dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari menetapkan hari sidang
dan menyampaikan panggilan secara patut kepada teradu untuk hadir di
persidangan yang sudah ditetapkan tersebut.
f. Panggilan-panggilan tersebut harus sudah diterima oleh yang bersangkutan paling
lambat 3 (tiga) hari sebelum hari sidang yang ditentukan.

8
Bab IX Dewan Kehormatan, Bagian Pertama Ketentuan Umum, Pasal 10 ayat 2, Kode Etik Advokat Indonesia

10
g. Pengadu dan yang teradu harus hadir secara pribadi dan tidak dapat menguasakan
kepada orang lain, yang jika dikehendaki masing-masing dapat didampingi oleh
penasehat dan berhak untuk mengajukan saksi-saksi dan bukti.
h. Pada sidang pertama yang dihadiri kedua belah pihak: Dewan Kehormatan akan
menjelaskan tata cara pemeriksaan yang berlaku; dan perdamaian hanya
dimungkinkan bagi pengaduan yang bersifat perdata atau hanya untuk
kepentingan pengadu dan teradu dan tidak mempunyai kaitan langsung dengan
kepentingan organisasi atau umum, dimana pengadu akan mencabut kembali
pengaduannya atau dibuatkan akta perdamaian yang dijadikan dasar keputusan
oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang langsung mempunyai kekuatan
hukum yang pasti. Kemudian, kedua belah pihak diminta mengemukakan alasan-
alasan pengaduannya atau pembelaannya secara bergiliran, sedangkan surat-surat
bukti akan diperiksa dan saksi-saksi akan didengar oleh Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah.
i. Apabila pada sidang yang pertama kalinya salah satu pihak tidak hadir maka
Sidang ditunda sampai dengan sidang berikutnya paling lambat 14 (empat belas)
hari dengan memanggil pihak yang tidak hadir secara patut. Apabila pengadu
yang telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak hadir tanpa alasan yang sah,
pengaduan dinyatakan gugur dan ia tidak dapat mengajukan pengaduan lagi atas
dasar yang sama kecuali Dewan Kehormatan Cabang/Daerah berpendapat bahwa
materi pengaduan berkaitan dengan kepentingan umum atau kepentingan
organisasi. Apabila teradu telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak datang tanpa
alasan yang sah, pemeriksaan diteruskan tanpa hadirnya teradu. Dewan
berwenang untuk memberikan keputusan di luar hadirnya yang teradu, yang
mempunyai kekuatan yang sama seperti kekuatan biasa.9
Sedangkan mengenai pemeriksaan suatu pengaduan yang dilakukan melalui
Tingkat Dewan Kehormatan Pusat, dilakukan dalam hal Pemeriksaan Tingkat
Banding, seperti yang diatur dalam Pasal 18 Kode Etik Advokat, yaitu:
a. Apabila pengadu atau teradu tidak puas dengan keputusan Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah, ia berhak mengajukan permohonan banding atas keputusan
tersebut kepada Dewan Kehormatan Pusat.

9
Bab IX Dewan Kehormatan, Bagian Ketiga Pemeriksaan Tingkat Pertama oleh Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah, Pasal 13, Kode Etik Advokat Indonesia

11
b. Pengajuan permohonan banding beserta Memori Banding yang sifatnya wajib,
harus disampaikan melalui Dewan Kehormatan Cabang/Daerah dalam waktu 21
(dua puluh satu) hari sejak tanggal yang bersangkutan menerima salinan.
c. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima Memori Banding yang
bersangkutan selaku pembanding, selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat
belas) hari sejak penerimaannya, mengirimkan salinannya melalui surat kilat
khusus/tercatat kepada pihak lainnya selaku terbanding.
d. Pihak terbanding dapat mengajukan Kontra Memori Banding selambat-lambatnya
dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak penerimaan Memori Banding.
e. Jika jangka waktu yang ditentukan terbanding tidak menyampaikan Kontra
Memori Banding ia dianggap telah melepaskan haknya untuk itu.
f. Selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak berkas perkara
dilengkapi dengan bahan-bahan yang diperlukan, berkas perkara tersebut
diteruskan oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah kepada Dewan Kehormatan
Pusat.
g. Pengajuan permohonan banding menyebabkan ditundanya pelaksanaan keputusan
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah.
h. Dewan Kehormatan Pusat memutus dengan susunan majelis yang terdiri
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota atau lebih tetapi harus berjumlah
ganjil yang salah satu merangkap Ketua Majelis.
i. Majelis dapat terdiri dari Dewan Kehormatan atau ditambah dengan Anggota
Majelis Kehormatan Ad Hoc yaitu orang yang menjalankan profesi di bidang
hukum serta mempunyai pengetahuan dan menjiwai kode etik advokat.
j. Majelis dipilih dalam rapat Dewan Kehormatan Pusat yang khusus diadakan
untuk itu yang dipimpin oleh Ketua Dewan Kehormatan Pusat atau jika dia
berhalangan oleh anggota Dewan lainnya yang tertua.
k. Dewan Kehormatan Pusat memutus berdasar bahan-bahan yang ada dalam berkas
perkara, tetapi jika dianggap perlu dapat meminta bahan tambahan dari pihak-
pihak yang bersangkutan atau memanggil mereka langsung atas biaya sendiri.
l. Dewan Kehormatan Pusat secara prerogasi dapat menerima permohonan
pemeriksaan langsung dari suatu perkara yang diteruskan oleh Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah asal saja permohonan seperti itu
dilampiri surat persetujuan dari kedua belah pihak agar perkaranya diperiksa
langsung oleh Dewan Kehormatan Pusat.
12
m. Semua ketentuan yang berlaku untuk pemeriksaan pada tingkat pertama oleh
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah, mutatis mutandis berlaku untuk
pemeriksaan pada tingkat banding oleh Dewan Kehormatan Pusat.10
F. Analisis Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat
Kasus dugaan suap yang diduga dilakukan pengacara kondang OC Kaligis
terhadap hakim PTUN Medan, sedianya telah mencoreng profesi advokat. Izin praktik
hukum dari seorang OC Kaligis pun bisa dicabut bila terbukti melakukan suap. OC
Kaligis telah merendahkan officium nobile yang sejatinya mencederai kehormatan
profesi advokat. Selain itu, OC Kaligis telah melakukan persaingan yang tidak sehat
sesame lawyer dengan cara menyuap. KPK diketahui melakukan OTT dan
menetapkan MYB alias Gerry sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap terhadap
hakim PTUN Medan. Gerry yang tergabung dalam Lawfirm OC Kaligis and Partners
itu diduga menyuap untuk memuluskan gugatan yang diajukan Pemprov Sumatera
Utara melalui Kabiro Keuangan Ahmad Fuad Lubis. Sementara uang suap tersebut
diduga diberikan kepada tiga hakim PTUN dan satu panitera yang juga sudah
berstatus tersangka. Mereka adalah Ketua Majelis Hakim Tripeni Irianto Putro,
Hakim Anggota Dermawan Ginting dan Amir Fauzi serta Panitera Syamsir Yusfan.
Adapun gugatan tersebut dilakukan untuk menguji kewenangan Kejaksaan Tinggi
Sumut yang menerbitkan sprindik atas kasus dugaan korupsi Bansos dan Bantuan
Daerah Bawahan di Sumut. KPK kini juga sudah menetapkan OC Kaligis sebagai
tersangka dan menahannya di rutan Pomdam Jaya.11
1. Analisa Kasus
Terseretnya pak OC Kaligis dalam kasus suap hakim PTUN Medan membuat
banyak orang terkejut. Karena selama ini bapak OC Kaligis terkenal sebagai
pengacara yang memperjuangkan keadilan ternyata sama seperti pengacara
lainnya. Ada beberapa dampak terhadap penangkapan bapak OC Kaligis:
a. Pertama, semakin membuat citra pengacara di mata masyarakat semakin
menurun.
b. Kedua, terbongkarnya kasus suap yang menyeret Gatot Pujo Nugroho
sebagai Gubernur Kepala Daerah Sumatera Utara, telah menguatkan bukti

10
Bab IX Dewan Kehormatan, Bagian Kesembilan Pemeriksaan Tingkat Banding Dewan Kehormatan Pusat,
Pasal 18, Kode Etik Advokat Indonesia
11
Arief Setyadi, Coreng Profesi Advokat, Izin Praktik OC Kaligis Harus Dicabut,
http://news.okezone.com/read/2015/07/15/337/1182030/coreng-profesi-advokat-izin-praktik-oc-kaligis-harus-
dicabut, diakses pada tanggal 12 Mei 2022

13
bahwa selama ini, masih banyak pemerintah daerah yang tidak juga lepas
dari pemerasan para hakim lewat para pengacara.
c. Ketiga, mereka semua yang melakukan tindak pidana korupsi melanggar
sumpahnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan dapat merusak moral bangsa
Indonesia.
2. Analisis Pelanggaran
Sesuai dengan Etika Profesi yang Berlaku Dalam kasus yang menyeret bapak
OC Kaligis. Sebagai seorang advokat profesional tidak seharusnya melakukan
tindakan seperti kasus diatas. Pada dasarnya bahwa setiap advokat harus
profesional dalam melakukan pekerjaanya. Setiap advokat dituntut untuk selalu
melihat sebuah masalah dengan sebenar-benarnya tanpa mengambil jalan pintas
sebagai penyelesaian untuk setiap kasus yang ditangainya. Setiap advokat harus
patuh pada etika profesi yang berlaku. Berikut adalah pelanggaran etika profesi
advokat untuk kasus diatas antara lain:
a. Pasal 3 huruf b “Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-
mata untuk memperoleh imbalan materi tetapi lebih mengutamakan tegaknya
Hukum, Kebenaran dan Keadilan”
b. Pasal 4 huruf a “Advokat dalam perkara-perkara perdata harus
mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai”
c. Pasal 4 huruf c “Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa
perkara yang ditanganinya akan menang”
d. Pasal 9 huruf a “Setiap Advokat wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik
Advokat ini”.

14
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Advokat merupakan Profesi Terhormat yang dalam menjalankan profesinya
bersifat Bebas, mandiri dan bertanggung jawab. Guna menyelenggarakan peradilan yang
jujur, adil dan memiliki kepastian hukum bagi semua pencari keadilan. Dalam
melaksanakan profesinya seorang Advokat memiliki aturan atau norma yang harus
dipatuhi yaitu berupa Kode Etik. Kode etik Advokat merupakan hukum tertinggi dalam
menjalankan profesi, yang menjamin dan melindungi namun membebankan kewajiban
kepada setiap Advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya
baik kepada klien, pengadilan, teman sejawat, Negara atau masyarakat, dan terutama
kepada dirinya sendiri.
Untuk tetap mempertahankan kualitasnya profesi Advokat harus memperhatikan
kompetensi intelektual agar lebih baik lagi mutu pelayanannya kepada masyarakat.
Dilakukan secara konsisten agar tercipta advokat-advokat yang tidak hanya memiliki ilmu
pengetahuan yang luas tapi juga memiliki moralitas yang baik dan mulia. Sehingga
mereka tahu akan tugas, fungsi dan perannya sebagai seorang advokat yang profesional,
yang mempunyai komitmen untuk membela kebenaran dan keadilan tanpa rasa takut,
memiliki pendirian yang teguh, berpihak kepada keadilan dan kebenaran serta tidak
memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Setiap advokat wajib tunduk dan mematuhi
kode etik profesi advokat dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
B. Saran
Saran Sebagai Advokat yang taat hukum sudah seharusnya selalu mementingkan
hukum positif yang berlaku serta mematuhi kode etik advokat guna mencerminkan
sebagai Penegak Hukum yang baik, bukan sebaliknya. sebagai advokat seharusnya
membantu klien mendapatkan keadilan, bukan membantu membebaskan orang yang
bersalah.

15
DAFTAR PUSTAKA
KESUMA, METTHA AUDINA. 2019. PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
ADVOKAT TERKAIT DENGAN CONTEMPT OF COURT DALAM PERADILAN
INDONESIA. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Thesis.
Ellectrananda Anugerah Ash-shidiqqi, Menggagas Kode Etik Advokat Yang Humanis Dan
Transendental, Jurnal Vol.6 No.2, Desember 2020.
Wang Linggau, Kode Etik Advokat Indonesia, http://www.ememha.com/2020/06/kode-etik
advokat-indonesia.html, diakses pada tanggal 16 Mei 2022.
Sity Nurul Afifah. 2017. Kode Etik Advokat. Fakultas Hukum Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Makalah.
Gunawan. 2018, Kedudukan, Peran Dan Fungsi Advokat Dalam Proses Peradilan
Pidana (Upaya Meluruskan Persepsi Negatif Masyarakat Terhadap Advokat), Jurnal
Pemuliaan Hukum, 1(1), 47-72.
Bab IX Dewan Kehormatan, Bagian Pertama Ketentuan Umum, Kode Etik Advokat
Indonesia.
Arief Setyadi, Coreng Profesi Advokat, Izin Praktik OC Kaligis Harus Dicabut,
http://news.okezone.com/read/2015/07/15/337/1182030/coreng-profesi-advokat-izin-praktik-
oc-kaligis-harus-dicabut, diakses pada tanggal 12 Mei 2022.
Ellectrananda Anugerah Ash-shidiqqi, Menggagas Kode Etik Advokat Yang Humanis
Dan Transendental, Jurnal Vol.6 No.2, Desember 2020.
Wang Linggau, Kode Etik Advokat Indonesia,
http://www.ememha.com/2020/06/kode-etik advokat-indonesia.html, diakses pada tanggal 16
Mei 2022.

16

Anda mungkin juga menyukai