Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Studi Kasus Etika Profesi Advokat”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Hukum

Dosen Pengampu: Miftah Ulumuddin Tsani, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Alamsyah Gita Wardhana

2008010211

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN

MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI

BANJARBARU

2020
STUDI KASUS ETIKA PROFESI ADVOKAT
Alamsyah Gita Wardhana
Program Studi Ilmu Hukum

ABSTRACT

In reality, every country has an organization or institution that provides legal services to
people or institutions that need legal services. These institutions are commonly called
"advocates" or lawyers. In Indonesia, the existence of an advocate was inseparable from the
influence of the Dutch government that colonized Indonesia at that time, so that the advocacy
arrangement still referred to the provisions of the Dutch government regulation.
Keyword : Country, institution, advocates

ABSTRAK

Dalam kenyataannya setiap negara memiliki sebuah organisasi atau lembaga yang
memberikan jasa pelayanan hukum terhadap oranng atau lembaga yang membutuhkan layanan
hukum tersebut. Lembaga tersebut lazim disebut “advokad” atau Pengacara. Di indonesia
keberadaan advokad tidak terlepas dari pengaruh pemerintah belanda yang menjajah indonesia
pada waktu itu hingga pengaturan advokad tetap mengacu pada ketentuan peraturan pemerintah
belanda tersebut.
Katakunci :Negara, Lembaga, Advokat

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat taufiq serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Studi Kasus Etika
Profesi Advokat”. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang dengan agama yang di ridhoi-Nya, yaitu agama islam.

Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah
“ETIKA PROFESI HUKUM”, Fakultas Hukum, Prodi Ilmu Hukum, Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al-banjari.

Dengan selasainya makalah ini, saya menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang saya miliki dan kurangnya ilmu
pengetahuan yang menunjang. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang saya harapkan
demi penyempurnaan makalah pada waktu dan kesempatan berikutnya.

Banjarmasin, 16 Desember 2020

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4

1. Latar belakang .................................................................................................................. 4


2. Rumusan masalah ............................................................................................................. 4
3. Metode penelitian ............................................................................................................. 5
4. Tujuan penelitian .............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 6

1. Profesi ............................................................................................................................... 6
2. Etika .................................................................................................................................. 7
3. Kode Etik Profesi ............................................................................................................. 10
4. Fungsi dan Pentingnya Kode Etik Profesi ........................................................................ 11
5. Profesi Advokat ................................................................................................................ 15
6. Studi Kasus Pelanggaran Kode Etik Advokad ................................................................. 15
BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 19
1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 19
2. Saran ................................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Fungsi kode etik seperti
itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Gibson dan Mitchel yang lebih menekankan pada
pentingnya kode etik tersebut sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota suatu
profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta pertanggung
jawaban jika ada anggota profesi yang bertindak diluar kewajaran sebagai seorang
profesional. Etika merupakan cakupan dari analisis dan penerapan konsep seperti benar –
salah, baik-buruk, dan tanggung jawab. Dimana etika merupakan kata yang berasal dari
bahasa yunani. Yang berati dari kebiasaan.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tuganya memerlukan atau
menuntut keahlian, menggunakn teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian yang
diperoleh dari lembaga pendidikan khusus. Dimana setiap seseorang yang menekuni suatu
profesi bisa dikatakan dia adalah seseorang yang profesional. Sikap hidup berupa keadilan
untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat
(Suhrawandi Lubis,1994:6-7).
Dalam menjalankan tugasnya, Advokad diharapkan senantiasa mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya, baik secara pribadi maupun bersama-sama.
Pengembangan dan peningkatan mutu ini mengacu pada kualitas profesional berupa
peningkatan dan pengembangan keterampilan khusus dalam bidang hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu profesi?
2. Apa itu Etika?
3. Apa itu Kode Etik/Etika Profesi?
4. Bagaimana fungsi dan pentingnya kode etik profesi?
5. Profesi Hukum
6. Studi Kasus Etika Profesi Hukum

4
C. Metode Penelitian
Studi Kasus

D. Tujuan Penelitian
Dengan mengetahui apa itu profesi, apa itu etika, kode etik, fungsi, dan pentingnya
kode etik profesi, pembaca diharapkan dapat memahami materi yang penulis persembahkan.
Sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan menjadi pengemban profesi dan dapat
meningkatkan profesionalitas. Salah satu profesi yang penulis hadirkan adalah profesi
Advokad, sehingga dapat dimengerti bagaimana semestinya menjadi Advokad yang benar
dan sesuai dengan kode etik Advokad. Dan untuk lebih memahami tentang kode etik
Advokad, penulis menghadirkan sebuah kasus yang telah dianalisi dan didapatkan solusinya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profesi
Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan pengertian profesi, adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian. (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya)
tertentu.
Sejalan dengan pengertian profesi diatas, habeyb menyatakan bahwa, profesi adalah
pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mata pencarian.
Sementara itu menurut komaruddi, profesi ialah suatu jenis pekerjaan yang karena
sifatnya menurut pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan yang istimewa.
Kata profesi dan profesional sesungguhnya memiliki beberapa arti. Profesi dalam
percakapan sehari-hari dapat diartikan sebagai pekerjaan (tetap) untuk memperoleh nafkah
(belanda: baab, inggris: job atau occupation), baik legal maupun tidak. Profesi diartikan
sebagai setiap pekerjaan untuk memperoleh uang. Dalam artian lebih teknis, profesi diartikan
sebagai setiap kegiatan tertentu untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan secara
berkeahlian yang berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yang bermutu tinggi,
dengan imbalan bayaran yang tinggi. Keahlian diperoleh lewat proses pengalaman, dengan
belajar di lembaga pendidikan tertentu, latihan intensif, atau paduan dari ketiga nya. Ditinjau
dari pengertian ini, sering dibedakan pengertian profesional dan profesionalisme sebagai
lawan dari amatir dan amatirisme, juga sering dikatakan pekerjaan tetap sebagai lawan dari
pekerjaan sambilan.
Roscoe pound, seorang filsuf hukum tokoh aliran sociological jurisprudence yang
terkenal dengan gagasannya tentang hukum sebagai “ a tool for social engineering “
pandangannya dalam pengertian profesi pada dasarnya sejalan dengan persons menurut
persons “ profesional bukanlah kapitalis, pekerja (buruh), administrator pemerintah, birokrat,
ataupun petani pemilik tanah. Batas lingkup profesi sebagai institut tidak jelas dan tegas
dalam kenyataannya terdapat kelompok-kelompok marginal yang status keprofesionalannya
ekuivokal. Namun demikian kriteria inti untuk mengkualifikasikan suatu okupasi sebagai
suatu profesi sudah cukup jelas, yakni bahwa profesi mensyaratkan pendidikan teknik yang
formal, dilengkapi dengan cara pengujian yang terinstitusionalisasikan adekuasi
pendidikannya dan kompetensi orang-orang hasil didikannya pengujian para calon

6
pengemban profesi sangat mengutamakan evaluasi rasionalitas kognitif yang diterapkan pada
bidang khusus tertentu karenanya sangat menekankan unsur intelektual.
Dapat diambil kesimpulan pengertian profesi adalah pekerjaan tetap berupa
pelayanan (service occupation) pelaksanaannya dijalankan dengan menerapkan pengetahuan
ilmiah dalam bidang tertentu, dihayati sebagai suatu panggilan hidup, serta terikat pada etika
khusus (etika profesi) yang bersumber pada semangat pengabdian terhadap sesama manusia.
Dari pengertian ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu fungsi
kemasyarakatan tertentu yang perwujudannya mensyaratkan disiplin ilmu tertentu. Ada lima
sistem okupasi yang dapat dikualifikasi sebagai profesi dalam pengertian ini yakni: keimanan
(ulama), kedokteran, hukum jurnalistik dan pendidikan, kelimanya berkaitan langsung
dengan martabat manusiawi dalam keutuhannya, berupa relasi dengan yang transenden,
kepastian hukum yang berkeadilan, informasi yang relevan, dan solidaritas yang dinamis
kreatif.1
Profesi memiliki beberapa ciri-ciri dan sifat khusus yang melekat padanya,
diantaranya adalah sebagai berikut;
 Adanya pengetahuan khusus, biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki setelah
mengikuti pendidikan, pelatihan, dan pengalaman bertahun-tahun.
 Adanya kaedah dan standar moral yang sangat tinggi. Setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
 Mengabdi pada kepentingan masyarakat. Artinya setiap pelaksana profesi harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingan pribadinya.
 Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat. Yaitu nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup, dan sebagainya, untuk menjalankan suatu profesi, harus
ada izin khusus.
 Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

B. Etika
a. Menurut Etimologi

1
https://usamahrahman.wordpress.com/tag/makalah-etika-profesi-hukum/

7
Kata etik berasal dari bahasa yunani yaitu ethos berarti watak kesusilaan atau adat-
istiadat (kebiasaan).[1] Menurut Suhrawadi K.Lubis, secara etimologi etika berasal dari
kata ethos yang diartika sebagai kesusilaan, perasaan batin atau kecenderungan hati
seseorang untuk berbuat kebaikan dalam kehidupan di atas dunia ini.
Etika termasuk ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkah laku yang berarti juga :
1) Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, tentang hak dan kewajiba.
2) Kumpulan asa atau nilai yang berkaitan dengan tingkah laku manusia.
3) Nilai mengenai benar-salah, halal-haram, sah-batal, baik-buruk, dan kebiasaan-
kebiasaan yang dianut suatu golongan masyarakat.2
Pengertian etika juga dapat diartikan dengan membedakan tiga arti dan penjelasan
etika, yaitu :
1) Etika membahas ilmu yang mempersoalkan tentang perbuatan-perbuatan manusia
mulai dar yang terbaik sampai kepada yang terburuk dan pelanggara-pelanggaran hak dan
kewajiban.
2) Etika membahas masalah-masalah nilai tingkah laku manusia mulai dari tidur,
kegiatan siang hari, istirahat, sampai tidur kembali dimulai dari bayi sampai wafat.[4]
b. Menurut Terminologi
Berikut ini pandangan para ahli mengenai etika :
1. Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk
melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat.
2. Soegarda Poerbakawatja mengartikan sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik
buruk, berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai
itu sendiri.
3. Asmaran AS mengartikan etika Sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
untuk menentukan nilai-nilai perbuatan baik atau buruk, sedangkan ukuran menetapkan
nilainya adalah pakai akal pikiran mnusia.
4. Hamzah Ya’cub menyatakan etika sebagai imu yang menyelidiki mana yang baik dan
mana yang buruk dengan memperhatikan ama perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.

2
http://keindahansenja14.blogspot.com/2015/03/makalah-kode-etik.html

8
5. WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengemukakan bahwa
pengertian etika adalah : ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). (WJS.
Poerwadarminta, 1986 : 278)

Dari beberapa definisi etika di atas dapat diketahui bahwa etika berhubungan dengan
empat hal, sebagai berikut.Pertama dilihat dari obyek pembahasannya, etika berupaya
membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.Keduadilihat dari segi sumbernya, etika
berasal dari pikiran atau filsafat.Sebagai hasil pemikiran, maka etika bersifat relative dan
partikuler, dapat berubah sesuai dengan tuntunan zaman, dan memiliki kekurangan, dan
keterbatasan, kelebihan dan sebagainya.Ketiga dari segi hubungan dengan ilmu lain, maka
etika berkaitan dengan antropologi, psikologi, sosiologo, ilmu politik, ilmu ekonomi dan
sebagainya. Karena, etika membahas perilaku manusia, sedangkan berbagai ilmu yang
disebutkan itu sama-sama memiliki obyek pembahasan yang sama dengan etika, yaitu
perbuatan manusia. Keempat dari fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terjadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akan bernilai baik, buruk, ulia, terhormat, hina dan sebagainya, karena konsep atau
pemikiran mengenai nilai-nilai untuk digunakan dalam menentukan posisi atau status yang
dilakukan manusia. Kelima dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-
ubah sesuai dengan tuntunan zaman.
Dalam bahasa “agama islam” istilah etika ini adlah merupakan bagian dari akhlak.
Dikatakan merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak bukanlah sekedar menyangkut
perilaku manusia bersifat perbuatan lahiriah saja, akan tetapi mencangkup hal-hal yang lebih
luas, yaitu meliputi bidang akidah, ibadah dan syari’ah.
Karena itu akhlak islami cakupannya sangat luas yaitu menyangkut etos, etis, moral
dan estetika. Karenanya :
a. Etos, yang mengatur hubungan seseorang dengan khaliknya, al-ma’bud bi haq serta
kelengkapan uluhiyah dan rubbubiyah, seperti terhadap rasul-rasul allah, kitabnya dan
sebagainya.
b. Etis, yang mengatur sikap seseorang terhadap dirinya dan terhadap sesamanya dalam
kegiatan kehidupan sehari-harinya.
c. Moral, yang mengatur hubungan dengan sesamanya, tetapi berlainan jenis dan atau yang
menyangkut kehormatan tiap pribadi.

9
d. Estetika, rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk meningkatkan keadaan dirinya
serta lingkingannya, agar lebih indah dan menuju kesempurnaan. (abdullah salim,
1985:12)
Dari diatas, maka dapatlah dirumuskan bahwa akhlak ilmu yang membahas perbuatan
manusia dan mengajarkan perbuatan yang harus dihindari dalam hubungan dengan allah swt,
manusia dan alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai moral-moral.
Kalau kita berbicara tentang moral atau etika seseorang atau sekemlompok orang,
maka yang dimaksud adalah bukan hanya apa yang biasa dilakukan orang atau sekelompok
orang itu, melainkan juga apa yang menjadi pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa
yang baik dan apa yang tidak baik, mengenai apa yang patut dan apa yang tidak patut untuk
dilakukan. Perbuatan-perbuatan atau perilaku orang pada umumnya, tidak selalu adalah
tanda, adalah manifestasi keyakinan atau pandangan hidup orang.

C. Kode Etik Profesi ( Kode Etik )


Seorang pengemban profesi harus dapat memutuskan apa yang harus dilakukannya
dalam melaksanakan tindakan pengembanan profesionalnya. Hubungan antara pengemban
profesi dan pasien atau kliennya adalah hubungan personal, hubungan antar subyek
pendukung nilai, karena itu secara pribadi ia bertanggung jawab atas mutu pelayanan jasa
yang dijalankannya.3
Secara formal yuridis kedudukan pengemban profesi dan kliennya adalah sama.
Namun secara sosio psikologis dalam hubungan ini terdapat ketidakseimbangan disebabkan
oleh ketidakmampuan pasien atau klien untuk dapat menilai secara obyektif pelaksanaan
kompetensi teknikal pengemban profesi yang dimintai pelayanan profesionalnya. Jadi
hubungan horizontal antara pengemban profesi dan kliennya sesungguhnya hanyalah
merupakan hubungan kepercayaan. Karenanya dalam menjalankan pelayanan profesional,
para pengemban profesi dituntut untuk menjiwainya dengan sikap etis tertentu. Sikap etis
inilah yang dinamakan etika profesi.
Hubungan antara tuhan dan manusia merupakan hubungan personal vertikal yang
berlandaskan cinta kasih. Hubungan ini merupakan akar dari hubungan personal horizontal
yang bersifat kepercayaan, sehingga akan memotivasi untuk menghayati profesi sebagai

3
http://noviaalvia.blogspot.com/2017/05/etika-dan-kode-etik-profesi-hukum.html

10
fungsi kemasyarakatan dan memotovasi untuk mewujudkan etika profesi sebagai sikap hidup
dalam mengemban profesi.
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalani kehidupan sebagai pengemban profesi. Kepatuhan pada etika profesi tergantung
kepada akhlak pengemban profesi yang bersangkutan karena awam tidak dapat menilai.
Karenanya kalangan pengemban profesi itu sendiri membbutuhkan adanya pedoman obyektif
yang lebih konkret bagi perilaku profesionalnya yang kemudian diwujudkan dalam
seperangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban profesi
yang disebut kode etik profesi (disingkat kode etik) berupa tertulis maupun tidak tertulis.
Pada dasarnya, di satu pihak kode etik termasuk kelompok kaidah moral positif yang
bertujuan untuk menjaga martabat profesi yang bersangkutan, dan dilain pihak bertujuan
untuk melindungi pasien atau klien (warga masyarakat) dari penyalahgunaan keahlian dan
atau otoritas.

D. Fungsi dan Pentingnya Kode Etik Profesi


Pada umumnya, suatu profesi atau pekerjaan yang terikat secara institusional dan
mengabdi pada layanan sosial, selain terikat dalam suatu landasan materil yang jelas, seperti
kaidah-kaidah hukum, juga secara khusus diatur dan diikuti oleh rambu moral. Landasan
yang bersifat moralistik (etik) ini diorientasikan untuk menjadi pijakan yang lebih tepat
terhadap seseorang yang sudah mendapatkan kepercayaan masyarakat dan negara dalam
melakukan tugas-tugas (pekerjaan) penting. Landasan moral sering diketengahkan pada saat
awal seseorang memasuki suatu “Medan”kerja” (profesi) dengan harapan profesi atau
kerjaan yang dilakukannya, disamping dapat mencapai target yang ditentukan, dapat
terhindar dari kemungkinan terjadinya penodaan terhadap tujuan luhur suatu profesi.
Beberpa fungsi kode etik adalah sebagai berikut:
a) Kode etik itu ditujukan sebagai acuan control moral atau semacam pengawasan perilaku
yang sanksinya lebih dikonsentrasikan secara psikologis dan kelembagaan. Pelaku profesi
yang melanggar, selain menyalahi ketentuan perundang undangan yang berlaku (kalau
ada indikasi yang dapat menunjukkan jenis dan modus pelanggarannya), juga dapat
tanggung jawab secara moral berdasarkan kode etik profesinya. Oleh karena itu,
sehubungan denga nilai-nilai dan kepentingan yang terlibat didalamnya, pengemban
profesi dituntut untuk melaksanakan pelayanan profesional dengan dijiwai sikap etis
tertentu. Sikap etis itulah yang disebut etika.

11
b) Kode etik profesi menuntut terbentuknya integritas moral yang kuat dikalangan
pengemban profesi. Dengan integritas moral yang kuat ini , diharapkan kompleksitas dan
akumulasi tantangan dapat dijawab tanpa perlu merusak citra kelembagaan
c) Martabat atau jati diri suatu organisasi profesi akan ditentukan pula oleh kualitas
pemberdayaan kode etik profesi organisasi itu sendiri. Dengan kode etik profesi, bukan
hanya klien yang bisa diartikulaasikan hak-haknya, melainkan kepentingan negara secara
umum juga dapat dijaga.
d) Kode etik profesi itu menjadi acuan supaya anggota profesi tetap bermartabat dalam
profesinya. Dengan adanya kode etik ini, suatu profesi yang dijalankan akan menghindari
komunnitas dan interaksi yang liar dan cenderung “menolelir” beragamm cara melanggar
norma-norma.
e) Kode etik mencegah pengawasan ataupun campur tangan yang dilakukan oleh pemerintah
atau oleh masyarakat melalui beberapa agen atau pelaksanaannya. Jika sebuah tingkatan
standadisasi diinginkan, siapa yang harus menentukan peraturan tentang kelakuan baik
seseorang? haruskah kini hukum bertindak dengan mencoba mengatur secara detail
perangai penyandang profesi terhadap klien atau sesama penyandang profesi ? haruskah
hukum mulai mengatur dan mengarahkan hubungan antara seorang pengacara denga
kliennya, guru dengan muridnya, atau antara seorang insinyur dengan majikannya serta
dengan masyarakat umum? Didalam masyarakat, konflik antara pengaturan oleh hukum
dengan keinginan para anggota profesi dapat terjadi sewaktu-waktu. Dalam kasus
semacam ini ada yang berpendapat bahwa hukum cenderung menjadi negative, sementara
etikka mengarahkan prnyandang profesi pada cita-cita yang telah digariskan bersama.
Hukum adalah sarana kontrol sosial yang paling jelas kelihatan,, maka harus
dipergunakan hanya pada saat cara-cara lain untuk melindungi hak-hak individu dan
masyarakat tidak jalan. Ada ruang lingkup tertentu bagi perilaku manusia dimana hukum
tidak tepat bila digunakan sebagai insrtumen kontrol sosial, dimana prinsip-prinsip
moralitas sehari-hari tampak tidak berfungsi. Meskipun demikian, sebagai gantinya ada
juga beberapa patokan dan kesepakatan penting dalam kehidupan manusia. Para
penyandan profesi telah memilih untuk menyelenggarakan dan menetapkan patokan-
patokan tertentu bagi kelompoknya sendiri. Sementara itu, kode-kode (kode etik)
diperlukan untuk melindungi kelompoknya sendiri, maupun masyarakat pada umumnya.

12
Beberapa persoalan yang muncul kemudian adalah kode etik sekitar hubungan antara
penyandang profesi dengan pasien, klien, murid, pimpinan dan sebagainya, serta kewajiban
para anggota profesi terhadap masyarakat pada umumnya.
Dalam drama cade’s rebellion, shakespeare mengatakan, “let’s kill all the lawyers”,
bunuhlah semua pengacara (profesional hukum), kalau ingin mengubah negara demokratis
menjadi negara totaliter (absolute), atau jika kita ingin negara ini penuh korupsi, bobrok
rusak dan hancur karena main kuasa dan main hakim sendiri. Pernyataan ini menunjukkan
hakikat para penegak hukum (hakim, jaksa, pengacara, notaris, dan polisi) adalah pembela
kebenaran dan keadilan. Para pemangku profesi hukum bertugas memberi kepastian hukum
kepada pencari kebenaran dan keadilan. Mereka memberi bantuan hukum secara profesional
kepada klien berdasarkan hukum, keadilan, dan kebenaran. Mereka menjalankan profesinya
dengan iktikad baik dan ikhlas. Oleh karena itu, profesi hukum merupakan profesi terhormat
dan luhur. Karena mulia dan terhormat, profesional hukum seharusnya menjadikan profesi
ini sebagai pilihan dan sekaligus panggilan hidupnya untuk melayani masyarakat dibidang
hukum.
Hal ini akan mendorong dirinya untuk bekerja dengan penih tanggung jawab dengan
mengutamakan kualitas hasil pekerjaannya berdasarkan kebenaran dan keadilan bagi pencari
keadilan dan kepastian hukum. Ia bekerja tanpa pamrih dengan mendahulukan kepentingan
pencari kliennya daripada kepentingan dirinya. Sikap seperti ini akan menghalangi dirinya
menjadi calo atau broker hukum yanng membisniskan profesinya. Profesional hukum yang
mencintai sebagai tugas mulia akan menjunjung tinggi etika profesi. Ia merasa yakin bahwa
mellalui profesi hukum, ia bersedia mengabdi pada sesama sebagai idealismenya.
Kode etik penting bagi profesi hukum karena profesi hukum merupakan suatu moral
community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Serta
memiliki izin untuk menjalankan profesi hukum. Untuk itu, kode etik perlu diumumkan dan
disebarluaskan agar masyarakat pun mengetahui dan memahaminya. Masyarakat pun
diminta untuk berpartisipasi dalam mengawasi para profesional hukum. Mereka tentu saja
diharapkan untuk melapor dan apabila perlu menuntut manakala profesional hukum ketahuan
melanggar kode etik profesinya.
Profesi luhur dan terhormat ini sudah lama dicemari oleh perilaku profesi hukum
sendiri. Selama ini, profesional hukum lebih memihak pada kekuasaan dan konglomerat
daripada rasa keadilan masyarakat. Aroma korupsi, kolusi, dan nepotisme sangat kental pada
penyelenggaraan peradilan. Akibatnya, profesi hukum dituduh sebagai salah satu white

13
colour crime (penjahat berdasi) atau educated criminals (penjahat terpelajar).
Penyalahgunaan ini dapat terjadi karena aspek persaingan dalam mencapai popularitas diri
dan finansial atau karena tidak adanya disiplin dir. Kaum profesional ini berkompetisi
dengan menginjak-injak asas solidaritas dengan teman seprofesi dan asas solidaritas pada
klien yang kurang mampu. Kecenderungan ini terjadi karena pelaku profesi hukum
membisniskan profesinya.
Dengan adanya kode etik, kepercayaan masyarakat akan diperkuat karena setiap klien
merasa ada kepastian bahwa kepentingannya terjamin. Profesional hukum memberikan
pengayoman dan rasa keadilan. Akibatnya, selain masyarakat mengetahui adanya hukum dan
dapat memanfaatkan hukum, merekapun merasa hukum adalah miliknya karena mereka
merasa diayomi oleh hukum. Hukumpun mendapat pengakuan dan legitimasi dari
masyarakat. Dengan demikian, kesadaran hukum dan kepatuhan pada hukum akan eksis
dalam masyarakat. Kode etik hukum ini harus selalu direfleksi kembali sehingga sewaktu-
waktu bisa dinilai dan jika perlu direvisi atau disesuaikan dengan kondisi yang sedang
berlangsung. Untuk itu, pelaksanaan kode etik ini harus diawasi terus menerus dan berada
dibawah kontrol sosial dari dewan kehormatan atau komisi pengawasan. Dewan kehormatan
harus menilai dan menindak dengan tegas berupa pemberian sanksi kepada pelanggar kode
etik. Dewan kehormatan menyelenggarakan rapat tahunan untuk mengevaluasi pelaksanaan
kode etik.
Kode etik profesi hukum memuat kewajiban dan keharusan untuk menjalankan
profesi nya secara bertanggung jawab atas hasil dan dampak dari perbuatannya dan
keharusan untuk tidak melanggar hak-hak orang lain. Kode etik ini bukanlah hukum,
melainkan nilai dan norma sebagai tolak ukur bagi profesional hukum dalam menegakkan
kewibawaan hukum yang berperikemanusiaan dan berkeadilan. Pada gilirannya, kode etik
akan membentuk etos kerja pada setiap anggota profesi hukum agar menjadi profesional
hukum yang berprofesi luhur, yang menjalankan profesinya sebagai perwujudan komitmen
tanggung jawab keilmuan, dan integritas moral individu pada pengabdian sesama, dengan
mencintai dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan diatas uang dan jabatan.
Melalui kode etik ini, para profesional hukum diharapkan memiliki beberapa kualitas
diri yang menjadi acuan penilaian dan sikap moralnya dalam melaksanakan profesinya.
Kualitas moral tersebut adalah kejujuran kepada hati nuraninya sendiri, tuhan, dan klien.
Kejujuran adalah dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral. Orang dapat
membedakan mana hak nya mana hak orang lain. Sikap jujur pertama berarti sikap terbuka,

14
yang tercermin dalam pelayanannya kepada klien yang tidak mampu (dalam hal finansial),
sikap jujur kedua adalah sikap fair atau wajar, dengan melihat klien sebagai sesama manusia
sehingga terhindar dari tindakan yang otoriter, kasar, dan sewenang-wenang. Klien harus
dipandang sebagai subjek yang perlu dihormati dan dihargai secara wajar, apa ada nya.

E. Profesi Advokad
Dalam kenyataannya setiap negara memiliki sebuah organisasi atau lembaga yang
memberikan jasa pelayanan hukum terhadap oranng atau lembaga yang membutuhkan
layanan hukum tersebut. Lembaga tersebut lazim disebut “advokad” atau pengacara.
Diindonesia keberadaan advokad tidak terlepas dari pengaruh pemerintah belanda yang
menjajah indonesia pada waktu itusehingga pengaturan advokad tetap mengacu pada
ketentuan peraturan pemerintah belanda tersebut.
Pada dasarnya ada dua pokok tugas advokad, yakni memberi nasehat hukum untuk
menjauhkan klien dari konflik dan mengajukan atau membela kepentingan klien
dipengadilan peran utama seorang advokad pada saat berperkara dipengadilan adalah
mengajukan berbagai fakta dan pertimbangan yang relevan dari sudut pihak kliennya
sehingga memungkinkan bagi hakim untuk menetapkan keputusan yang adil. Profesi
advokad pada dasarnya dapat berperan pada semua bidang karya hukum, sehingga pada
dasarnya etika profesi hakim juga berlaku bagi para advokad.

F. Studi Kasus Pelanggaran Kode Etik Advokad


Pengacara OC Kaligis pada tahun 2015 ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus
suap hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) di Medan. Perkara ini berasal dari
Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) pada
Kamis 9 Juli 2015. Awal mula KPK melibatkan lima orang yaitu PTUN Medan Tripeni
Irianto Putro, Hakim PTUN Amir Fauzi dan Dermawan Ginting, panitera penggantian PTUN
Syamsir Yusfan, serta Sebagai pengacara dari kantor OC Kaligis, M Yagari Bhastara alias
Gerry. Kemudian pengadilan OC Kaligis dinyatakan disetujui dan diajukan divonis 5 tahun
penjara diperberat oleh Mahkamah Agung kompilasi kasasi menjadi 10 tahun penjara.4

4
https://kawanhukum.id/pelanggaran-kode-etik-advokat/

15
Kronologi kejadian yang terjadi ini terjadi saat KPK melaksanakan penilaian di
Medan. KPK yang diterima melakukan OTT dan menetapkan M. Yagari Bhastara Guntur
(MYB) alias Gerry sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap terhadap hakim PTUN
Medan. Gerry yang tergabung dalam Lawfirm OC Kaligis dan mereka yang menyuap untuk
melepaskan gugatan yang diajukan kepada hakim. Sementara uang suap ini diberikan kepada
tiga hakim PTUN dan satu panitera yang juga sudah berstatus tersangka. Mereka adalah
Ketua Majelis Hakim Tripeni Irianto Putro, Hakim Anggota Dermawan Ginting dan Amir
Fauzi serta Panitera Syamsir Yusfan. Sebagai gugatan ini dilakukan untuk memberikan izin
Kejaksaan Tinggi Sumut yang diterbitkan sprindik atas kasus dugaan korupsi Bansos dan
Bantuan Daerah Bawahan (BDB) di Sumut.
Sejujurnya, pada kasus ini, pengadilan OC Kaligis telah mencoreng profesi advokat.
Izin praktik hukum dari OC Kaligis ini pun bisa di cabut Izin lakukan suap. Abdul Fickar
menghargai OC Kaligis telah merendahkan officium nobile yang sejatinya mencederai
kehormatan profesi advokat. Selain itu Abdul Fickar menghargai OC Kaligis melakukan
persaingan yang tidak sehat sesama advokat dengan menyuap hakim. Seharusnya advokat
harus dibuat dengan adil karena merupakan penegak hukum.
Tentunya kasus ini membuat kaget seluruh masnyarakat karena OC Kaligis
merupakan advokat yang profesional dan tidak dibutuhkan dia untuk melakukan seperti
halnya kasus ini. Para advokat dituntut untuk selalu melihat masalah apa pun dengan
sebenar-benarnya tanpa mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalah pada masalah
yang ditanganinya. Tindakan ini mengganti kode etik disetujui yang telah ada dan
ditentukan. Hubungi kode etik profesi yang perlu dipatuhi antara lain:
1. Pasal 3 huruf b yaitu, ”Advokat dalam melakukan tugasnya tidak perlu hanya-mata untuk
mendapat ketidakseimbangan materi tetapi lebih sesuai dengan hukumnya, Kebenaran dan
Keadilan.”
2. Pasal 4 huruf a yaitu, ”Advokat dalam perkara-perkara perdata harus memenuhi syarat
dengan jalan damai.”
3. Pasal 4 huruf c, ”Advokat tidak dibenarkan untuk kliennya bahwa perkara yang
ditanganinya akan menang.”
4. Pasal 9 huruf a, ”Setiap Advokat wajib dipenuhi dan diperoleh Kode Etik Advokat ini.”
Kode Etik Advokat Indonesia merupakan hukum tertinggi bagi advokat dalam
menjalankan profesi. Tidak hanya menjamin dan melindungi advokat, kode etik juga
membebankan setiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan

16
profesinya, baik kepada klien, pengadilan, negara atau masyarakat. “Oleh karena itu, setiap
advokat dalam menjalankan tugas profesinya wajib tuduk, taat dan patuh pada Pancasila,
UUD 1945, UU Advokat, Kode Etik Advokat dan nilai-nilai tukar publik. Dengan demikian,
setiap advokat tidak dapat digunakan untuk melakukan dan mencoba yang dimaksudkan
dengan moralitas dan mencederai rasa keadilan publik. Pada Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang Advokat ditegaskan untuk menjamin keamanan kehakiman yang independen, maka
diperlukan profesi advokat yang bebas, mandiri, bertanggung jawab,
Fungsi dari kode etik adalah menjunjung martabat profesi serta mempertahankan
kesejahteraan para anggotanya dengan membelanjakan perbuatan-perbuatan yang akan
merugikan kesejahteraan bahanil anggotanya. Sementara peran dari kode etik yaitu kode etik
yang ditujukan untuk melindungi anggota-anggotanya dalam menentang tindakan-tindakan
yang tidak jujur, membahas hubungan antar anggota, sebagai pelindung dari campuran
tangan pihak luar atau pengelola yang tidak adil, meningkatkan pengembangan kualitas
dalam praktik, yang sesuai dengan cita-cita masyarakat, dan kode etik yang sesuai antara
profesi dengan yang memang dibutuhkan oleh masyarakat umum. Ada 3 maksud yang
terkandung dalam pembentukan kode etik, yaitu:
 Menjaga dan meningkatkan kualitas moral.
 Menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis.
 Melindungi kesejahteraan materiil untuk pengemban profesi.
Dengan menghilangkan masalah ini, terjadi beberapa kemungkinan yang terjadi
antara lain:
Pertama, membuat citra setuju di pandangan masyarakat menjadi semakin menurun.
Bila disetujui seperti OC Kaligis yang dipercaya profesional dan memperjuangkan keadilan
dalam menyelesaikan perkara seperti terlibat dalam kasus ini, bagaimana dengan pengacara-
pengacara lain yang berjuang hanya demi materi.
Kedua, terbongkarnya kasus suap yang menyeret Gatot Pujo Nugroho sebagai
Gubernur Kepala Daerah Sumatera Utara, telah menguatkan bukti selama ini, pemerintah
daerah tidak juga lepas dari pemerasan para hakim melalui para pengacara. Kasus-kasus
yang melibatkan pemerintah daerah kerap dikalahkan oleh pengadilan. Sebagai contoh
Pemrov DKI Jakarta kerap dikalahkan oleh pengadilan atas berbagai kasus sengketa tanah,
properti dan sebagainya.

17
Ketiga, mereka semua sebagai penegak hukum melakukan tindak pidana korupsi dan
tidak hanya mengubah kode etik profesi mereka tetapi juga menentang sumpahnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta dapat merusak citra dan moral Indonesia.
Seharusnya sebagai advokat Indonesia yang merupakan warga negara Indonesia,
harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memenangkan satria, jujur dalam
mempertahankan keadilan dan dilandasi moral yang tinggi, luhur, dan mulia. Dalam
melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi hukum, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia, kode etik advokat dan sumpah jabatannya. Kepribadian ini yang harus dimiliki
oleh setiap advokat di Indonesia. Namun, masalah ini menunjukkan penegakan kode etik
advokat di Indonesia belum berjalan dengan baik dan maksimal.
Untuk menegakkan kode etik advokat dan mempertahankan kualitas profesi, harus
memperhatikan kompetensi intelektual agar lebih baik pelayanannya kepada masyarakat. Hal
ini harus dilakukan agar terwujudnya advokat-advokat yang tidak hanya bermodalkan ilmu
pengetahuan tetapi juga memiliki moralitas dan nilai kesadaran yang baik dan mulia.
Memahami tugas-tugas mereka, fungsi, dan perannya sebagai advokat yang benar dan
profesional, yang memiliki komitmen untuk mempertanyakan kebebasan dengan tanpa
membeda-bedakan, tanpa rasa takut, berpedoman pada kode etik, memiliki ikatan yang teguh
dan yakin, serta tidak memerlukan Keuntungan bagi dirinya sendiri.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan pengertian profesi, adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian. (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya)
tertentu.
Kata profesi dan profesional sesungguhnya memiliki beberapa arti. Profesi dalam
percakapan sehari-hari dapat diartikan sebagai pekerjaan (tetap) untuk memperoleh nafkah
(belanda: baab, inggris: job atau occupation), baik legal maupun tidak. Profesi diartikan
sebagai setiap pekerjaan untuk memperoleh uang. Dalam artian lebih teknis, profesi diartikan
sebagai setiap kegiatan tertentu untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan secara
berkeahlian yang berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yang bermutu tinggi,
dengan imbalan bayaran yang tinggi. Keahlian diperoleh lewat proses pengalaman, dengan
belajar di lembaga pendidikan tertentu, latihan intensif, atau paduan dari ketiga nya. Ditinjau
dari pengertian ini, sering dibedakan pengertian profesional dan profesionalisme sebagai
lawan dari amatir dan amatirisme, juga sering dikatakan pekerjaan tetap sebagai lawan dari
pekerjaan sambilan.

B. Saran
Setelah saya menyelesaikan penulisan makalah ini saya berharap para pembaca dapat
memahami isi dari makalah ini sekaligus menambah wawasan tentang Hukum Persaingan
Usaha.
Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://kawanhukum.id/pelanggaran-kode-etik-advokat/
http://keindahansenja14.blogspot.com/2015/03/makalah-kode-etik.html
http://noviaalvia.blogspot.com/2017/05/etika-dan-kode-etik-profesi-hukum.html
https://usamahrahman.wordpress.com/tag/makalah-etika-profesi-hukum/

20

Anda mungkin juga menyukai