Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN ETIKA PROFESI HUKUM

Disusun Oleh :

MUHAMMAD IQBAL

1803101010337

DOSEN PEMBIMBING:

Dr.Mohd. Din. S.H., M.H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2021

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
KODE ETIK PROFESI HAKIM.............................................................................6
A. Etika Profesi Hakim......................................................................................6
B. Fungsi dan Tugas Hakim............................................................................12
BAB III..................................................................................................................14
ANALISIS KEGIATAN MAGANG.....................................................................14
C. Hasil Penelitian selama Proses Persidangan...............................................14

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan magang.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum.

Pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis bermaksud

menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pihak yang telah memberi

bantuan, dukungan, serta pertolongan baik berupa fisik maupun psikis selama

penyusunan laporan ini, terutama kepada Bapak Dr. Mohd. Din. S.H., M.H selaku

dosen pembimbing mata kuliah Etika Profesi Hukum, yang telah berkenan

memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ini.

Menyadari bahwa dalam laporan ini masih belum sempurna dari standar

penulisan yang ideal, untuk itu penulis berharap kritik dan saran dari para

pembaca yang budiman. Akhirnya, semoga laporan ini mampu memberikan suatu

manfaat bagi kita semua.

Wassalam,

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek utama dan terpenting dalam pembangunan

kepribadian bangsa dan negara, hal tersebut selama ini telah dilampaui dan terus

mengalami perbaikan terus menerus sehingga menjadi yang terbaik dari segi

kualitas pendidikan. Pendidikan yang bermutu adalah harapan untuk menjaga

keutuhan suatu bangsa, khususnya masyarakat Indonesia. Sebagai bagian dari

perkuliahan tentunya banyak sekali pelajaran yang diambil mahasiswa salah

satunya mata kuliah Etika Profesi Hukum, secara umum mata kuliah ini sering

disebut dengan Mata Kuliah Magang. Etika Profesi Hukum merupakan mata

kuliah wajib, karena total 2 (dua) Sistem Kredit Semester (SKS) yang bobotnya

setara dengan mata kuliah lainnya, akan menjadi penunjang kerangka teori dari

cabang-cabang hukum yang diterima. , yang mata kuliahnya diajarkan di lembaga

baik lembaga pemerintah maupun swasta.

Salah satu lembaga yang dapat dijadikan tempat magang untuk mencapai

tujuan di atas adalah pengadilan negeri. Beberapa alasan mengapa lembaga ini

digunakan sebagai tempat magang adalah karena selalu bersinggungan dengan

hukum dalam semua kegiatan peradilan. Dalam hal ini, penulis memilih

Pengadilan Negeri Banda Aceh. Selain itu, magang di Pengadilan Negeri Banda

Aceh merupakan wadah bagi penulis dan teman-teman yang merupakan

mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, untuk menggali segala

potensi dan pengalaman serta mencoba mendefinisikan lingkungan. Fakultas

4
Hukum. Syiah Kuala Lumpur kemudian mengintegrasikan dan melayani

masyarakat serta menerapkan semua teori yang diajarkan dalam perkuliahan.

Oleh karena itu, penulis dan kawan-kawan bermaksud untuk memperoleh

sebanyak-banyaknya pengetahuan tentang teori hukum dan teknik hukum yang

baik dari Pengadilan Negeri Banda Aceh, yang cocok untuk tujuan pengajaran

umum, dan lebih khusus lagi dalam kurikulum fakultas hukum nasional.

Etika Profesi Hakim diatur dalam keputusan bersama Ketua Mahkamah

Agung dan Majelis Hakim No.:047/KMA//SKB/IV/2009 dan No:

02/SKB/P.KY/IV/2009 terkait KODE KERJA dan PEDOMAN

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG. pejabat yang memegang posisi otoritas.

Berdasarkan kewenangan dan tugas yang menjadi pelaku utama fungsi peradilan,

sikap hakim yang dilambangkan dengan kartika, cakra, candra, sari dan tirta

merupakan cerminan dari perilaku hakim yang benar, berdasarkan prinsip

Ketuhanan Yang Maha Esa. .Satu, adil, bijaksana, mendominasi, berbudi luhur

dan jujur. Ketuhanan Yang Maha Esa yang melandasi prinsip-prinsip Kode Etik

dan Tata Tertib Hakim, berarti mengalami perilaku-Nya selaras dengan agama

dan kepercayaan lain, ambang batas lain, ambang batas setiap orang menurut

kemanusiaan yang adil dan beradab.

Hakim harus independen, tidak memihak, dan semua orang dalam

persidangan harus dipertimbangkan dan diperlakukan sama. Halim harus

bergabung dengan Tri Parasetya Hakim Indonesia. Hakim harus mampu

membedakan antara sikap pejabat sebagai pelayan masyarakat yang bertanggung

5
jawab menegakkan keadilan dengan sikap kehidupan sehari-hari dalam kerangka

keluarga dan sosial.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Etika Profesi yang menjadi pedoman bagi para Hakim sesuai

dengan keputusan bersama Ketua Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial

Nomor : 047/KMA//SKB/IV/2009 dan Nomor : 02/SKB/P.KY/IV/2009

tentang KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM ?

2. Bagaimana Etika Profesi Hakim dalam proses persidangan di Pengadilan

Negeri Banda Aceh ?

C. Maksud dan Tujuan

Untuk membedakannya, hakim memiliki kode etik tersendiri yang menjadi

dasar pendirian

6
BAB II

KODE ETIK PROFESI HAKIM

A. Etika Profesi Hakim

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, defisini etika adalah ilmu tentang

apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). 1

Secara etimologis etika berasal dari bahawa Yunani kuno “Ethos” yang berarti

kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap.

Etika adalah cabang filsafat yang berbicara tentang nilai dan standar etika

yang menentukan perilaku manusia dalam kehidupan.2 Menurut Magnis Suseno,

etika adalah ilmu dan buku ajaran. Etika merupakan perwujudan kritis dan

rasional serta perwujudan praktis dari ajaran moral.3

Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pekerjaan yang

dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu.4

Profesi merupakan suatu konsep yang lebih spesifik diabndingkan denga

pekerjaan. Dengan kata lain, pekerjaan memiliki konotasi yang lebih luas daripada

profesi, suatu profesi adalah pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan merupakan

profesi.5

Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi yang ada dan

sangat bersentuhan langsung dnegan kepentingan manusia atau orang yang lazim
1
Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika, 2010. Hlm 7
2
Burhanudin Salam. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002. Hlm, 1
3
ibid
4
Supriadi, SH. Op. Cit., Hlm. 16
5
Kunarto. Etika dalam peradilan pidana. Jakarta; Cipta Manunggal, 1999. hlm. 101
disebut “klien”.6 Profesi hukum adalah suatu istilah yang kompleks. disebut

demikian karena kata "hukum" yang melekat padanya memang bermakna

kompleks, multidimensional yang multifaset.7

Menurut Notohamidjojo, untuk melaksanakan tugasnya, profesional

hukum harus memiliki:8

a) Sikap manusiawi, yaitu tidak menanggapi hukum secara formal, tetapi

menuruti kebenaran menurut hati nuraninya. kasus tertentu

b) Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang sesuai dengan perasaan

masyarakat.

c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan

dalam suatu perkara kongkret.

d) Sikap jujur, yaitu mengatakan apa yang benar menurut apa yang

tersedia dan menjauhi apa yang tidak benar dan tidak pantas.

Etika profesi adalah sikap untuk menghayati, bersedia memberikan jasa

profesional di bidang hukum kepada masyarakat dengan partisipasi penuh dan

keahlian profesional sebagai orang yang melaksanakan tugas yang diberikan.9

Salah satu profesi penting dalam proses peradilan adalah hakim karena

hakim bertugas mengadili dan memutus suatu perkara. Dalam menjalankan

fungsinya, Hakim harus mematuhi Kode Etik Profesi Hakim. menjalankan fungsi

6
Supriadi, SH. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika, 2010. Hlm 19
7
Shidarta. Moralitas Profesi Hukum suatu kerangka berfikir.Bandung: Refika Aditama, 2006.
hlm, 173
8
Ibid, hlm 21
9
Suhrawardi K Lubis, etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Hlm. 6

8
profesionalnya sebagai hakim. menjalankan negara hukum negara republik

indonesia.

Dasar dari Kode Etik Profesi Hakim diatur dalam Undang-Undang

Peradilan No. 48 2009. Kewenangan kehakiman disebut sebagai kekuasaan negara

yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan

keadilan atas dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya negara hukum. dari Indonesia.10

Adapun pokok-pokok dari etika profesi Hakim berdasarkan Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu:

1. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan

keadilan berdasarkan Pancasila yaitu bebas dari segala campur

tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial.

2. Peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA”.11

3. Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.12

4. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-

bedakan orang. 13

Berdasarkan dengan Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan

Ketua Komisi Yudisial RI. No. 047/KMA/SKB/IV 2009.


10
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 1
11
Ibid, Pasal 4 ayat (1)
12
Ibid, Pasal 4 ayat (2)
13
Ibid, Pasal 5

9
No.02/SKB/P.KY/IV/2009. Tentang Kode Etik Hakim dan Pedoman Perilaku

Hakim. Prinsip-prinsip dasar kode etik dan pedoman hakim diimplementasikan

dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut:14

1. Berprilaku Adil

Adil merupakan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya dan

memberikan haknya, berdasarkan prinsip bahwa setiap orang sama di depan

hukum. Oleh karena itu, syarat paling mendasar dari keadilan adalah perlakuan

dan kesempatan yang sama (equality and fairness) Oleh karena itu, seseorang

yang menjalankan fungsi atau profesinya di bidang peradilan dan yang

bertanggung jawab mentaati hukum yang adil dan adil harus selalu bertindak adil

tanpa membeda-bedakan setiap orang. 15

2. Berpelilaku Jujur

Kejujuran berarti mampu dan berani mengatakan bahwa yang baik itu baik

dan yang buruk itu buruk. Kejujuran mendorong pembentukan karakter yang kuat

dan meningkatkan kesadaran akan sifat benar dan salah. Jadi orang yang tidak

memihak semua orang di pengadilan akan diakui dan dikeluarkan dari

pengadilan.16

3. Berprilaku Arif dan Bijaksana

14
Peraturan Bersama MA RI dan KY RI Nomor 02/PB/MA/IX/2012 02/PB/P.KY/09/2012
Tentang Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
15
Ibid, Pasal 5
16
Ibid, Pasal 6

10
Bijaksana dan bersikap arif atau kehati-hatian berarti mampu bertindak

sesuai dengan norma hukum, norma agama, kebiasaan dan kesusilaan,

memperhatikan keadaan dan kondisi pada saat itu serta mampu memperhitungkan

akibat dari perbuatannya. menumbuhkan pribadi yang berwawasan, toleransi yang

tinggi, kehati-hatian, kesabaran, dan kesopanan.17

4. Bersikap Mandiri

Kemandirian berarti mampu bertindak sendiri tanpa bantuan pihak lain,

tanpa campur tangan siapapun dan pengaruh apapun. persyaratan dan ketentuan

hukum yang berlaku.18

5. Berintegritas Tinggi

Integritas berarti sikap dan watak yang utuh, otoriter, jujur, dan tabah. ,

mengutamakan syarat hati nurani untuk melindungi kebenaran dan keadilan dan

selalu berusaha melakukan tugas dengan cara yang terbaik untuk mencapainya.19

6. Bertanggung jawab

17
Ibid, pasal 7
18
Ibid, Pasal 8
19
Ibid, Pasal 9

11
Bertanggung jawab berarti bahwa keadilan melakukan yang terbaik dari

semua yang ada dalam wewenang dan tugasnya, dan memiliki keberanian untuk

menanggung semua konsekuensi untuk melakukannya.20

7. Menjunjung Tinggi Harga Diri

Harga diri berarti bahwa orang-orang yang terkait dengan harkat dan

martabat harus dihormati dan dihargai, khususnya hakim, dan harus tegar, untuk

membentuk pribadi yang selalu menjaga kehormatan dan harkat martabatnya

sebagai cabang peradilan.21

8. Berdisiplin Tinggi

Disiplin berarti kepatuhan terhadap norma atau aturan yang dianggap

sebagai panggilan mulia untuk mengembalikan iman dan keyakinan orang yang

mencari keadilan yang dipercayakan kepadanya.22

9. Berprilaku Rendah Diri

Kerendahan hati berarti menyadari batas kemampuan seseorang, menjauhi

kesempurnaan, dan menghindari segala bentuk kesombongan. Kerendahan hati

mendorong terbentuknya sikap realistis, keterbukaan untuk belajar, menghargai

pendapat orang lain, pengembangan sikap toleran, dan praktik kesederhanaan dan

rasa syukur, serta ikhlas dalam menyelesaikan tugas.23

20
Ibid, Pasal 10
21
Ibid, Pasal 11
22
Ibid, Pasal 12
23
Ibid, Pasal 13

12
10. Bersikap Professional

Professional menunjukkan sikap etis berdasarkan tekad untuk

melaksanakan pekerjaan pilihan mereka dengan tulus, didukung oleh keahlian

berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan visi yang luas. Sikap kerja yang

profesional akan mendorong terbentuknya pribadi yang senantiasa menjaga dan

memelihara kualitas kerja, berupaya meningkatkan pengetahuan dan efisiensi

kerja untuk mencapai kualitas dan efisiensi kerja yang setinggi-tingginya dan

paling efektif.24

C. Fungsi dan Tugas Hakim

Yang menjadi tugas dan fungsi hakim yaitu: 25

a.) Menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara

yang diajukan kepadanya (Psl 10 ayat 1 UU No. 48/2009)

b.) Pengadilan/hakim mengadili menurut hukum dgn tidak membeda-bedakan

orang (Psl 4 ayat 1 UU No. 48/2009)

c.) Dalam perkara perdata, pengadilan/hakim membantu para pencari keadilan

(justitiabelen) dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan

dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan

biaya ringan (Psl 4 ayat 2 UU No. 48/2009)

d.) Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus

suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau

kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya (Psl 10


24
Ibid, Pasal 14
25
http://hukum.bunghatta.ac.is/file/e-learning/ Etika Profesi. Sofyan Muchtar.diakses 10
Januari 2015

13
ayat 1 UU No. 48/2009). Sebabnya hakim tidak boleh menolak suatu

perkara karena hakim sebagai organ pengadilan dianggap memahami

hukum. Pencari keadilan datang kepadanya untuk mohon keadilan.

Apabila hakim tidak menemukan hukum tertulis, ia wajib menggali hukum

tidak tertulis untuk memutus perkara berdasarkan hukum sbagai seorang

yang bijaksana dan bertanggung jawab penuh kepada Tuhan YME, diri

sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara.

e.) Hakim sebagai penegak hukum wajib menggali, mengikuti, dan

memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam

masyarakat. Dalam Penjelasannya ditegaskan bahwa ketentuan ini

dimaksudkan agar putusan hakim sesuai dengan hukum dan rasa keadilan

masyarakat.

f.) Hakim wajib mengadili seluruh gugatan dan dilarang menjatuhkan putusan

atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih dari yang dituntut

atau mengabulkan lebih dari yang dituntut (Psl 178 ayat 2 & 3 HIR jo Psl

189 ayat 2 & 3 RBg)

14
BAB III

ANALISIS KEGIATAN MAGANG

B. Hasil Penelitian selama Proses Persidangan

Selama dalam beberapa hari mengikuti magang dan aktif mengikuti sidang

di Pengadilan Negeri IA Banda Aceh, melihat sesuatu tentang sikap dan

perilaku para hakim atau etika para hakim di persidangan, apakah pantas atau

tidak sebagai diwajibkan oleh hukum. Kode etik hakim atau peraturan

perundang-undangan selama beberapa hari setelah sidang adalah sebagai

berikut:

1. Hari / Tanggal : Kamis, 14 Oktober 2021

Nomor Perkara : No. 268/Pid.sus /2021/PN.BNA

Analisis

Dalam persidangan perkara No. 268/Pid.sus /2021/PN.BNA

Majelis Hakim bergantian untuk menanyakan keterangan-keterangan

kepada saksi-saksi, dan terdakwanya, dalam hal ini, Majelis Hakim sudah

menjalankan etikanya sesuai dengan perilaku yang ada dalam kode etik

kehakiman.

2. Hari / Tanggal : Selasa, 19 Oktober 2021

Nomor Perkara : No. 30/Pdt. G/2021/PN.BNA

Analisis
Dalam persidangan ini agenda persidangan pemeriksaan saksi dalam kasus

penganiayaan. Setelah hakim membuka persidangan dan mendengar

pendapat jaksa penuntut umum, maka saksi pun dipanggil satu per satu

secara berurutan untuk didengar keterangannya.

3. Hari / Tanggal : Kamis, 21Oktober 2021

Nomor Perkara : No. 374/Pid.B /2021/PN.BNA

No. 373/Pid.sus /2021/PN.BNA

No. 372/Pid.sus /2021/PN.BNA

No. 358/Pid.B/2021/PN.BNA

No. 366/Pid.sus /2021/PN.BNA

Analisis

Hakim dalam persidangan sangat bijaksana dan profesional dalam kasus-

kasus tersebut. Dalam memeriksa keterangan dari saksi tergugat dalam

perkara sengketa ini, Hakim Ketua sangat koperatif sehingga saksi yang

diperiksa terlihat tenang dalam memberikan penjelasan, tetapi ada satu hal

yang tidak kurang dari persidangan ini adalah Hakim Anggota 1 terlihat

mengantuk saat sidang berlangsung.

4. Hari / Tanggal : Selasa, 26 Oktober 2021

Nomor Perkara : No. 339/Pid.Sus /2021/PN.BNA

No. 338/Pid.sus /2021/PN.BNA

No. 340/Pid.sus /2021/PN.BNA

16
No. 351/Pid.Sus/2021/PN.BNA

Analisis

Setelah hakim mendengar keterangan dari saksi-saksi, maka salah seorang

hakim yaitu hakim angota II mengajukan pertanyaan kepada saksi dengan

intonasi yang kuat dan marah-marah, setelah itu saksi tersebut menjawab

pertanyaan hakim itu berbeda dengan pertanyaan yang diajukan, maka si

hakim semakin emosi kepada saksi tersebut. Melihat kondisi tersebut,

maka hakim tersebut telah melanggar kode etik yaitu berperilaku arif dan

bijaksana.

5. Hari / Tanggal : Rabu, 27 Oktober 2021

Nomor Perkara : No. 393/Pid.sus/2021/PN.BNA

No. 37/Pid.G /2021/PN.BNA

No. 372/Pid.sus /2021/PN.BNA

No. 358/Pid.B/2021/PN.BNA

No. 366/Pid.sus /2021/PN.BNA

Analisis

Agenda persidangan adalah melihat bukti bukti dalam sidang pidana.

Kemudian hakim memasuki ruang persidangan bersama dengan Panitera,

lalu Hakim membuka sidang dan menyatakan sidang dibuka dan terbuka

untuk umum. Selama proses persidangan berlangsung, tidak adanya yang

melanggar kode etik hakim.

17
6. Hari / Tanggal : Kamis, 28 Oktober 2021

Nomor Perkara : No. 336/Pid.sus/2021/PN.BNA

No. 370/Pid.sus /2021/PN.BNA

No. 374/Pid.B/2021/PN.BNA

Analisis

Lanjutan dari perkara sebelumnya mendengarkan saksi-saksi, disini hakim

menjalankan persidangan dengan tegas dalam mendengarkan saksi-saksi

baru.

7. Hari / Tanggal : Senin, 1 November 2021

Nomor Perkara : No. 367/Pid.B/2021/PN.BNA

No. 355/Pid.B /2021/PN.BNA

No. 346/Pid.Sus/2021/PN.BNA

Analisis

Agenda persidangan adalah pemeriksaan saksi. Sang hakim pun memasuki

ruang persidangan bersama seorang panitera. Hakim sangat tegas dan

mengikuti kode etik hakim dan peraturan perundang-undangan dalam

persidangan korupsi.

8. Hari / Tanggal : Selasa, 2 November 2021

Nomor Perkara : No. 364/Pid.sus/2021/PN.BNA

18
Analisis

Dalam memasuki ruang persidangan hakim ketua dan hakim anggota tidak

memasuki ruang persidangan secara bersamaan, melainkan hakim ketua,

hakim anggota I dan panitera duluan memasuki ruang siding, dan

terdakwa sudah berada dalam ruang persidangan, kemudian menunggu

hakim anggota II selama 10 menit, hakim anggota sampai sidang pun

dimulai. Disini hakim sudah melanggar kode etik hakim.

9. Hari / Tanggal : Rabu, 3 November 2021

Nomor Perkara : No. 350/Pid.sus/2021/PN.BNA

Analisis

Dalam persidangan yang sedang berjalan kurangnya tertib dikarenakan

terdakwa dalam keadaan emosi. Hakim anggota dalam persidangan sedang

berlangsung memegang handphonenya dan memainkannya. Dan hakim

ketua banyak membuat candaan dalam kasus laporan. Disini hakim sudah

melanggar kode etik hakim.

19
10. Hari / Tanggal : Kamis, 10 November 2021

Nomor Perkara : No. 28/Pdt.g/2021/PN.BNA

Analisis

Hakim dalam memasuki ruang sidang tidak sekalian memasuki ruang

sidang, dan hakim anggota yang telat tersebut telat memasuki ruang sidang

dari yang terjadwal sekitar 8 menit. Setelah hakim anggota lengkap sidang

dibuka untuk umum dan berjalan secara tertib untuk melihat bukti-bukti

akta otentik.

11. Hari / Tanggal : Rabu, 10 November 2021

Nomor Perkara : No. 35/Pdt.g/2021/PN.BNA

Analisis

Hakim dalam memasuki ruang sidang tidak sekalian memasuki ruang

sidang, dan hakim anggota yang telat tersebut telat memasuki ruang sidang

dari yang terjadwal sekitar 8 menit. Setelah hakim anggota lengkap sidang

dibuka untuk umum dan berjalan secara tertib untuk melihat bukti-bukti

akta otentik.

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Pasal 1 Ayat 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 KUHAP,

hakim adalah pejabat yang berwenang untuk mengadili tingkat pertama

Pengadilan dalam hal ini dan menurut cara yang ditentukan dalam Kitab Undang-

undang ini. memiliki kode etik sendiri dan memiliki hukum untuk mengikuti dan

mengikuti kode etik dan hukum, tentunya tidak semua hakim mengikuti kode etik

dan hukum. Pengadilan Negeri Penulis dapat mempelajari tentang pelanggaran-

pelanggaran yang biasa dilakukan oleh Hakim, Kode Etik Hakim, Tindakan

Hakim dalam menangani kasus atau permasalahan yang dihadapi di dalam sidang.

Penuntutan dan Solusi Kendala yang Dihadapi Hakim Sebagai Aparat Penegak

Hukum sebagai Aparat Penegak Hukum. amanah yang disebutkan di atas. Dari

hasil penelitian yang diamati pada hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh adalah

masih terdapat pelanggaran-pelanggaran kode etik hakim yang dilakukan oleh

hakim. Pelanggaran kode etik itu merupakan pelanggaran pada prinsip-prinsip

yang diatur di Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi

Yudisial RI. No. 047/KMA/SKB/IV 2009. No.02/SKB/P.KY/IV/2009 yang

diantaranya yaitu:

1. Prinsip Berintegritas Tinggi yang mengaharuskan setiap hakim harus

menjaga kewibawaannya serta mejaga martabat pengadilan baik di

dalam maupun di luar pengadilan.


2. Prinsip Berdisiplin Tinggi yang menharuskan untuk menjaga amanah

serta kepercayaan masayarakat dalam mewujudkan keadilan.

3. Prinsip Keadilan yang menharuskan setiap hakim dalam menberikan

penilaianya terhadap perkara.

4. Prinsip Profesional yang menharuskan setiap hakim memiliki sikap

moral sikap moral yang dilandasi oleh tekad untuk melaksanakan

pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang didukung oleh

keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan dan wawasan luas.

B. Saran

Semoga laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan menambah

ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca

selanjutnya, dan dengan selesainya laporan ini, surat kabar Laporan ini dapat

menjadi bahan renungan dan pelajaran. untuk kita semua sebagai mahasiswa

hukum dan calon hakim. tidak melanggar kode etik profesi hakim. Kode Etik dan

Kode Etik ini selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan profesi

hakim. Selain pelaporan, ini bisa menjadi hasil refleksi bagi kita semua sebagai

hakim masa depan yang tahu bagaimana melakukan pekerjaan kita sebagai hakim

yang baik dan mengikuti aturan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin Salam. 2002. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Kunarto. 1999. Etika dalam peradilan pidana. Jakarta: Cipta Manunggal

Lubis, Suhrawardi K. 2012. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika

Supriadi. 2010. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta:

Sinar Grafika

Shidarta. 2006. Moralitas Profesi Hukum suatu kerangka berfikir. Bandung:

Refika Aditama

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan

Kehakiman

Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi Yudisial RI.

No. 047/KMA/SKB/IV 2009. No.02/SKB/P.KY/IV/2009 Tentang Kode

Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

23
LAMPIRAN

A. Absen Magang

24
25
B. Surat Keterangan Telah Mengikuti Magang

26

Anda mungkin juga menyukai