Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROFESI HUKUM
Dosen Pengampu: Hery Zarkasih, M.A

Kelas : 5 D

Disusun Oleh:

1. wahyuni : 210202148
2. Hikmatul Awaliyah : 210202145
3. Azrantika Insan Setiawan : 210202147
4. Lusiana : 210202139
5. Renaldi Karnaen : 210202130
6. M, Fizyan Mukhtimul Hazani : 210202155

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM (UIN)

MATARAM 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam
tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, kerabat, tabi’in tabi’it hingga akhir kelak. Semoga kita dapat mengikuti
sunnah dan meneladani beliau dalam segala aktivitas kehidupan, Aamiin.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah."Etika dan Ptofesi
Hukum."maka harapan kami makalah ini sesuai dengan harapan Bapak Dosen Muhammad
Fikri, Dr., M.A

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul ”Profesi Hukum”,
yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari
hukum adat dan kebudayaan.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan mohon permakluman
bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau
menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi Hukum

B. Bidang-Bidang Profesi Hukum

C. Kriteria Nilai Moral Profesi Hukum

D. Sikap yang Harus dimiliki Profesi Hukum

E. Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi Hukum

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat

manusia sehingga di dalam masyarakat selalu ada sistem hukum, ada masyarakat ada

norma hukum (ubi societas ibi ius). Hal tersebut dimaksudkan oleh Cicero bahwa tata

hukum harus mengacu pada penghormatan dan perlindungan bagi keluhuran martabat

manusia. Hukum berupaya menjaga dan mengatur keseimbangan antara kepentingan atau

hastat individu yang egoistis dan kepentingan bersama agar tidak terjadi konflik.

Kehadiran hukum justru mau menegakkan keseimbangan perlakuan antara hak

perorangan dan hak bersama. Oleh karena itu, secara hakiki hukum haruslah pasti dan

adil sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Hal tersebut menunjukkan pada

hakikatnya para penegak hukum (hakim, jaksa. Notaris, Advokat, dan polisi) adalah

pembela kebenaran dan keadilan sehingga para penegak hukum harus menjalankan

dengan itikad baik dan ikhlas, sehingga profesi hukum merupakan profesi terhormat dan

luhur (officium nobile). Oleh karena itu mulia dan terhormat, profesional hukum sudah

semestinya merasakan profesi ini sebagai pilihan dan sekaligus panggilan hidupnya untuk

melayani sesama di bidang hukum.

Kewenangan hukum adalah hak seorang individu untuk melakukan sesuatu

tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu kelompok

tertentu. Penegak hukum mempunyai batas kewenangan profesi hukum seperti batas

kewenangan notaris. jaksa, advokat dan lain-lain.


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Profesi Hukum?

2. Bagaimana Bidang-Bidang Profesi Hukum ?

3. Bagaimana Kriteria Nilai Moral Profesi Hukum ?

4. Untuk Mengetahui Sikap yang harus dimiliki Profesi Hukum?

5. Bagaimana Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi Hukum?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Profesi Hukum!

2. Untuk Mengetahui Bidang-Bidang Profesi Hukum!

3. Untuk Mengetahui Kriteria Nilai Moral Profesi Hukum!

4. Untuk Mengetahui Sikap yang dimiliki Profesi Hukum!

5. Untuk Mengetahui Penyebab Pelaggaran Kode Eik Profesi Hukum!


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi Hukum


Profesi adalah terjemahan dalam Bahasa inggris profess yang berarti janji untuk

memenuhi kewajiban untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas. Profesi

merupakan perkerjaan tetap berupa karya pelayanan ( service accupation) yang

pelaksanaannya dijalankan dengan penerapan pengetahuan ilmiah dalam bidang tertentu

yang pengembangannya dihayati sebagai suatu pangilan hidup dan terikat pada etika

umum dan khusus.1

Menurut Suhrawardi K. Lubis sebagaimana dikutip oleh Ignatius Ridwan

Widyahdharma menyatakan bahwa profesi hukum adalah segala pekerjaan yang

kaitannya dengan masalah hukum. Pengemban profesi hukum bekerja secara professional

dan fungsional. Mereka memiliki tingkat ketelitian, kehati- hatian, ketekunan, kritis dan

pengabdian yang tinggi karena mereka bertanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada

sesama anggota masyarakat, bahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka bekerja

sesuai dengan kode etik Profesinya, apabila terjadi penyimpangan atau pelanggaran kode

etik, mereka harus mempertanggung jawabkan akibatnya sesuai dengan tuntutan kode

etik. Biasanya dalam organisasi profesi, ada Dewan Kehormatan yang akan mengoreksi

pelanggaran kode etik.2

1
Kurniawan Tri Wibowo” Etika Profesi dan Bantuan Hukum di Indonesia” ( Surabaya : Pustaka
Aksara, 2021), hlm. 21.
2
Ibid.,hlm.22.
Dalam seminar Pembinaan Profesi Hukum Tahun 1977 memberikan batasan

tentang istilah profesi, yaitu:3

1. Dasar ilmiah berupa keterampilan untuk merumuskan sesuatu berdasarkan teori

akademi dan memerlukan sesuatu dasar pendidikan yang baik dan diakhiri dengan

suatu sistem ujian.

2. Praktik sesuatu. Adanya suatu bentuk perusahaan, yang berdiri, sehingga

memungkinkan dipupuknya hubungan pribadi dalam memecahkan kebutuhan para

klien yang bersifat pribadi pula (person by person basis) diiringi dengan sistem

pembayaran honorarium.

3. Fungsi penasihat. Fungsi sebagai penasihat sering-sering diiringi dengan fungsi

pelaksana dari penasihat yang telah diberikan. Jiwa mengabdi.

4. Adanya pandangan hidup yang bersifat objektif tidak mementingkan diri sendiri

dalam menghadapi persoalan, tidak mementingkan materiil.

5. Adanya suatu kode yang mengendalikan sikap dari pada anggota

B. Bidang-Bidang Profesi Hukum

Di bidang profesi hukum terdapat beberapa macam profesi yang berkaitan

dengn hukum di antaranya sebagai berikut:

1. Profesi Hakim Etika Aparat Pengadilan

2. Polisi

3. Profesi Jaksa

4. Profesi Hakim

5. Profesi Advokat

3
Daryl Koehn, “ The Ground of Profesional Ethics , Terjemahan Oleh Agus M. Hardjana,
Landasan Etika Profesi,( Jakakarta : Kanisius 2004), hlm.34-35.
6. Profesi Notaris

C. Kriteria Nilai Moral Profesi Hukum

Profesi Hukum merupakan salah satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai

moral dan pengembangannya. nilai moral itu merupakan kekuatan yang mengarahkan

dan mendasari perbuatan luhur. Setiap profesi dituntut supaya memiliki nilai moral yang

kuat. Franz Magnis Suseno mengemukakan lima kriteria nilai moral yang kuat mendasari

keperibadian professional hukum. Kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Kejujuran.

Kejujuran adalah dasar utama, tanpa kejujuran maka profesional hukum

mengingkari misi profesinya, sehingga dia menjadi munafik, licik, penuh tipu. Dua

sikap yang terdapat dalam kejujuran, yaitu (1) sikap terbuka. Ini berkenaan dengan

pelayanan klien, kerelaan melayani secara bayaran atau secara CumaCuma; (2) sikap

wajar. Ini berkenaandengan perbuatan yang tidak berlebihan, tidak otoriter, tidak sok

kuasa, tidak kasar, tidak menindas, dan tidak memeras.4

b. Autentik.

Autentik artinya menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya,

kepribaian yang sebenarnya. Autentik pribadi profesional hukum antara lain: (1) tidak

menyalahgunakan wewenang (2) tidak melakukan perbuatan yang merendahkan

martabat (perbuatan tercelah); (3) mendahulukan kepentingan klien; (4) berani

berinisiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-mata menunggu perintah

atasan; (5) tidak mengisolasi diri dari pergaulan.

c. Bertanggung Jawab.

4
Kurniawan Tri Wibowo” Etika Profesi dan Bantuan Hukum di Indonesia” ( Surabaya : Pustaka
Aksara, 2021), hlm.26.
Dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib bertanggung jawab,

artinya (1) kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang termasuk

lingkup profesinya; (2) bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara

bayaran dan perkara cuma-cuma (prodeo).

d. Kemandirian Moral.

Kemandirian moral artinya tidak mudah. terpengaruh atau tidak mudah mengikuti

pandangan moral yang terjadi di sekitarnya melainkan membentuk penilaian sendiri.

Mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak

terpengaruh oleh pertimbangan untung rugi (pamrih), menyesuaikan diri dengan nilai

kesusilaan agama.

e. Keberanian Moral.

Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suatu hati nurani yang menyatakan

kesediaan untuk menanggung resiko konflik. Keberanian tersebut antara lain: (1)

menolak segala bentuk korupsi, kolusi, suap, pungli; (2) menolak tawaran damai di

tempat atas tilang karena pelanggaran lalu lintas jalan raya; (3) menolak segala bentuk

cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah.5

D. Sikap yang Harus dimiliki Profesi Hukum

Untuk menjadi penyelenggara profesi hukum yang baik dibutuhkan kehadiran sarjana-

sarjana hukum dan praktisi hukum yang memiliki kualifikasi sikap berikut:

a. Sikap kemanusiaan, dalam penegakan hukum manusia senantiasa diperlakukan

sebagai manusia yang memiliki keluhuran pribadi. Dihadapan hukum, manusia harus

dimanusiakan dan dihargai hak-haknya, artinya dalam penegakan hukum manusia

harus dihormati sebagai pribadi dan sekaligus sebagai mahluk sosial. Martabat
5
Ibid.,hlm. 27
manusia yang terkandung didalam hak-hak manusia menjadi prinsip dasar hukum,

yaitu dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 6 Agar tidak menaggapi (menyikapi)

hukum secara formal belaka, Artinya, sebagai sarjana hukun dituntut sejak dini untuk

gemar melakukan analisis dan interpretasi yuridis yang sesuai dengan aspirasi dan

dinamika masyarakat, sehingga dalam dirinya tidak sampai kehilangan, apalagi

tergusur atau terdegradasi wacana kemanusiaan. Tuntutan memiliki sikap

kemanusiaan (human attitude) itu tidaklah muncul seketika, tetapi melalui proses

yang menuntut konsentrasi dalam hal sinergi dan intelektual. Kalau sikap ini bisa

dimiliki, maka seorang sarjana hukum akan mampu menjadi penyelenggara profesi

hukum yang bukan tergolong sebagai "mulut/corong undang-undang" (la bauche de

laloi), tetapi sebagai penyelenggara profesi hukum yang humanis yang memiliki

kecakapan teknis dan kematangan etis.7

b. Sikap keadilan yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan. Ketentuan perundang-

undangan yang berhasil dipelajari dan mengantarkannya sebagi pihak yang jadi pusat

ketergantungan masyarakat adalah sudah seharusnya kalu sikap-sikap yang ditujukan

itu mencerminkan dan mengartikulasikan tuntutan masyarakat. Pemenuhan terhadap

tuntutan masyarakat yang memang sebenarnya merupakan hak-haknya akan

menentukan apakah dirinya pantas disebut sebagai penyelenggara profesi hukum

yang baik atau tidak. Sikap yang ditujukan dalam menangani suatu perkara hukum

misalnya bukan dilatarbelakangi oleh tuntutan memperoleh keuntungan pribadi

seperti harta dan kemapanan posisi, tetapi adalah memenuhi panggilan keadilan.

6
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, (Bandung, 1997),
hlm,116
Ahmad Asfi Burhanudin,” Peran Etika Hukum sebagai Upaya Penegakan Hukum yang Baik”,
7

El-Fagih, Vo 4, Nomor 2, Oktober 2018.hlm.66.


Menunjukan sikap yang baik bukanlah hal yang mudah bagi penyelenggara hukum.

Hal-hal yang menuju pada kebaikan kerapkali dihadapkan dengan beragam tantangan

yang bertujuan hendak mematikan cahaya kebaikan itu. Kalau ada pihak yang

bersemangat dan kukuh dalam memegang kode etik, maka di sisi lain biasanya

terdapat sejumlah pengganggu yang menjadi pemerdayanya. Sikap adil yang

ditujukan oleh penyelenggara profesi huku dapat dikategorikan sebagai ekspresi

nuraniah yang cukup berani dan mulia, mengingat dengan sikap itu, penyelenggara

profesi hukum berarti tidak sampai kehilangan jati diri dan tetap menjadi pemenang

karena mampu mengalahkan beragam tantangan yang berusaha menjinakan sikap

adilnya.

c. Mampu melihat dan menempatkan nilai-nilai objektif dalam suatu perkara yang

ditangani. Penyelenggara hukum yang dihadapkan dengan kasus seorang klien, yang

perlu dan harus dikedepankan lebih dulu adalah mencermati dan menelaah secara

teliti kronologis kasus tersebut. Ketika klien menyampaikan latar belakang kejadian

munculnya kasus (konflik) itu, maka penyelenggara hukum dituntut bisa

mempertanyakan, mendialogkan dan mengongklusiakn kasus itu sampai muncul dan

apa yang diinginkan setelah kasus itu terjadi, termasuk menjelaskan kemungkinan-

kemungkinan akhir kasus itu dengan berpijak pada inti persoalan objektif dan pijakan

yuridis yang sudah diketahuinya. Wacana objektifitas itu sangat penting bagi

penyelenggara hukum, mengingat hal ini selain dapat dijadikan bahan untuk

membantu menyelesaikan kasus yang dihadapinya, ia juga akan tetap mampu

memepertahankan konsistensi keintelektualannya dalam mengembangkan disiplin

ilmu hukum. Penyelenggara seperti ini akan mampu menyeimbangkan antara da


sollen dan das sein. Disiplin ilmu hukum yang berhasil diraihnya tetap percaya dan

mampu menerangi kepentingan masyarakat, dan bukan sebaliknya tergeser oleh

kepentingan-kepentingan dan ambisi-ambisi yang melupakan sisi normatif dan

referensi keilmuannya.

d. Sikap kejujuran.

Penegak hukum harus jujur dalam menegakan hukum atau melayani pencari

keadilan dan menjauhkan diri dari perbuatan curang. Kejujuran berkaitan dengan

kebenaran, keadilan, kepatutan yang semuanya itu menyatakan sikap bersih dan

ketulusan pribadi seseorang yang sadar akan pengendalian diri terhadap apa yang

seharusnya tidak boleh dilakukan. Kejujuran mengarahkan penegakan hukum agar

bertindak benar, adil, dan patut. Kejujuran adalah kendali untuk berbuat menurut apa

adanya sesuai dengan kebenaran akal dan kebenaran hati nurani. Benar menurut

akal, baik menurut hati nurani. Benar menurut akal diterima oleh hati nurani.

Penegak hukum yang jujur melaksanakan hukum sebagaimana mestinya, dan itu

menurut pertimbangannya adalah baik. Kejujuran itu dibuktikan oleh:

Perbuatan rasional (benar), Pelayanan terhadap pencari keadilan manusiawi

(beradab), Bicaranya lemah lembut dan ramah (sopan), Wanita diperlakukan secara

wajar dan sopan (senonoh), Pertimbangan berdasarkan hukum dan fakta

(patut).Sikap ini boleh dikata menjadi panduan moral tertinggi bagi penyelenggara

profesi hukum. sebagai suatu panduan tertinggi, tentulah akan terjadi resiko dan

impact yang cukup komplikatif bagi kehidupan masyarakat dan kenegaraan kalau

sampai sikap itu tidak dimiliki oleh penyelenggara hukum. Sebagai suatu sikap yang

harus ditegakkan dalam penyelenggaraan profesi, maka tanggung jawab yang terkait
dengannya akan ditentukan karenannya. Kasus-kasus hukum akan bisa diatasi dan

tidak akan terhindar dari kemungkinan mengundang timbulnya persoalan sosial-

yuridis yang baru bilamana komitmen kejujuran masih diberlakukan oleh kalangan

penyelenggara profesi hukum. kasus-kasus yang muncul ditengah masyarakat, baik

yang diketegorikan sebagai bentuk pelanggaran hukum maupun moral tidak sedikit

di antaranya dikarenakan oleh ketidakjujuran yang dilakukan seseorang maupun

kelompok sosial. Sikap jujur ini menjadi pangkal atas terlaksana dan tegaknya

stabilitas nasional. Masyarakat, terlebih rakyat kecil akan dapat menikmati

kehidupan sejahtera dan harmonis bilamana sikap jujur tak sampai terkikis dalam

diri kalangan orang-orang besar yang diantaranya adalah penyelenggara profesi

hukum yang salah satu tugasnya menjembatani aspirasi orang-orang kecil

E. Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi Hukum

Kode etik merupakan pada hakikatnya merupakan sebuah landasan moral, ia

adalah kumpulan dari nilai-nilai moral yang ditulis dalam suatu aturan tentang etik.

Namun, moral itu tidak hanya moral secara universal, namun terdapat nilai nilai moral

khusus yang dimiliki tiap-tiap profesi, moralitas memiliki duaunsur yaitu alasan yang

baik dan pertimbangan yang tidak impartial. Pelanggaran kode etik, dapat juga

dinyatakan sebagai tindakan yang tidak didasari oleh alasan yang baik dan pertimbangan

yang tidak impartial yang berakibat pada tidak berjalannya tindakan sebagaimana

mestinya. Hal ini dapat terjadi karena:8

1. Pelanggaran kode etik disebabkan karena seseorang tidak memiliki

pengetahuan yang cukup atas profesi yang diemban pun segala akibat yang

8
Sertika Aprita, “Etika Profesi Hukum”, ( Bandung : Refika Editama 2020 ), hlm. 80.
mungkin muncul dari tindakan profesinya. Jika unsur moralitas yang pertama

adalah alasan yang baik, bagaimana bisa kita bisa bermoral Ketika kita tidak

bisa mendasari perbuatan kita dengan alasan yang baik

2. Pelanggarakan kode etik disebabkan juga oleh sifat yang terlalu sentralistik.

Ketika kita menjadi sentralistik, kita cenderung akan mengabaikan segala variable

eksternal yang mungkin akan membuat kita menjadi pribadi yang baik (misalnya

kode etik). Sifat yang terlalu sentralistik juga bisa membuat kita menjadi pribadi yang

kurang rasional dan semua hanya bertumpu kepada bagaimana perasaan kita pribadi

ketika kita melakukan Tindakan tersebut. Padahal Perasaan kita bisa jadi tidak lebih

dari sebuah hal yang terbentuk dari prejudis, stigma, keegoisan, atapun budaya kita.

3. Sifat yang terlalu konsumtif dapat juga menjadi penyebab terjadinya

pelanggaran kode etik. Memang benar, sejatinya manusia adalah makhluk

yang selalu tidak puas akan keinginannya, namun toh keinginan itu tidakboleh

terlalu berlebihan. Ketika kita menjadi bagian dari konsumerisme, kita akan

selalu menghabiskan materi yang kita miliki untuk memenuhi sisi

konsumerisme kita. Pelanggaran etik akan terjadi ketika, sifat konsumerisme

kita telah menghabiskan materi kita, padahal kita masih memilikinya. Hal ini

membuat kita buta arah dan menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasrat

itu, bahkan jika kita harus melanggar etika, lebih jauh melanggar hukum.9

9
Ibid.,hlm.81
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Makalah ini dapat disimpulkan bahwah profesi hukum adalah suatu pekerjaan

yang kaitannya dengan masalah hukum. Pengemban profesi hukum bekerja secara

professional dan fungsional. Mereka memiliki tingkat ketelitian, kehati- hatian,

ketekunan, kritis dan pengabdian yang tinggi karena mereka bertanggung jawab kepada

diri sendiri dan kepada sesama anggota masyarakat, bahkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Sesuatu perkerjaan atau profesi hukum yaitu: profesi kejaksaan, kehakiman,

kepolisian, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi.

Setiap profesi dituntut supaya memiliki nilai moral yang kuat. Ada lima kriteria

nilai moral yang kuat mendasari keperibadian professional hukum. Kejujuran, Autentik,

bertanggung jawab, keberanian modal, kemandirian modal. Untuk menjadi

penyelenggara profesi hukum yang baik dibutuhkan kehadiran sarjana-sarjana hukum dan

praktisi hukum yang memiliki kualifikasi sikap kemanusiaan, sikap keadilan, Mampu

melihat dan menempatkan nilai-nilai objektif dalam suatu perkara yang ditangani,

terdapat nilai nilai moral khusus yang dimiliki tiap-tiap profesi, moralitas memiliki dua

unsur yaitu alasan yang baik dan pertimbangan yang tidak impartial. Untuk Pelanggaran

kode etik disebabkan karena seseorang tidak memiliki pengetahuan yang cukup atas

profesi yang diemban pun segala akibat yang mungkin muncul dari tindakan profesinya.

B. Saran
Kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan

kesempurnaan makalah ini. Dan menjadi makalah ini sebagai sarana yang dapat

mendorong para mahasiswa berfikir aktif dan kreatif.


DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

1997

Ahmad Asfi Burhanudin,” Peran Etika Hukum sebagai Upaya Penegakan Hukum

yang Baik”, El-Fagih, Vo 4, Nomor 2, Oktober 2018.

Daryl Koehn, “ The Ground of Profesional Ethics , Terjemahan Oleh Agus M

Hardjana, Landasan Etika Profesi,( Jakakarta : Kanisius 2004).

Kurniawan Tri Wibowo” Etika Profesi dan Bantuan Hukum di Indonesia” Surabaya :

Pustaka Aksara, 2021

Sertika Aprita, “Etika Profesi Hukum, Bandung : Refika Editama 2020

Anda mungkin juga menyukai