Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi lain, misalnya profesi
dokter, profesi akuntan, profesi teknik, dan lain-lain. Profesionalisme hukum tanpa
etika dan moral menjadikannya bebas sayap (vleugel vrij) dalam arti tanpa kendali
dan tanpa pengarahan. Sebaliknya, etika tanpa profesionalisme menjadikannya
lumpuh sayap (vleugel lam) dalam arti tidak maju bahkan tidak tegak,
1

Saat ini dinamika yang terjadi dalam proses pencarian keadilan pada pranata
hukum kita ternyata telah berkembang menjadi begitu kompleks. Masalah-masalah
hukum dan keadilan bukan lagi sekadar masalah teknis-prosedural untuk menentukan
apakah suatu perbuatan bertentangan atau tidak dengan peraturan perundang-
undangan, atau apakah sesuai atau tidak dengan hukum kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat Indonesia.
Hukum ketika dipahami bersama sebagai serangkaian peraturan perundang
undangan yang memuat mengenai materi berupa mekanisme hak dan kewajiban yang
seyogyanya boleh dan atau tidak boleh dilakukan oleh subyek hukum, maka terdapat
syarat mutlak yaitu satu pilar penting yang berfungsi peran melakukan penegakan
hukum dimaksud. Fungsi peran untuk melakukan upaya penegakan hukum tersebut
hakekatnya merupakan personifikasi dari hukum itu sendiri, agar hukum dalam
pelaksanaannya bisa berjalan efektif seperti yang diharapkan sebagaimana ketika latar
belakang filosofis perlunya aturan atau hukum itu dibuat. Personifikasi tersebut
selanjutnya lazim disebut sebagai penegak hukum. Relevan dengan hal itu, dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penegak hukum, personifikasi tersebut
adalah sebuah profesi yang menuntut profesionalitas serta tanggung jawab yang harus


1
Supriadi, S.H.,M.Hum. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Sinar
Grafika,Jakarta, 2006, hlm 19
2
diemban oleh setiap profesional hukum.Menjadi sebuah persoalan pada saat terjadi
ketidak sinkronan antara aturan hukum yang harus ditegakkan dengan profesional
hukumnya itu sendiri. Hal tersebut muncul lebih dikarenakan oleh etika dan moral
para pelaku profesi hukum sangat tidak terpuji ditambah lagi rendahnya komitmen
para profesional hukum dalam mengemban profesinya untuk menegakkan hukum.
Dalam keadaan itu, maka pada hakekatnya personifikasi dari aturan atau
hukum itu sendiri dalam wujudnya sebagai profesi penegak hukum telah gagal. Oleh
karena itu, untuk menemukan kebenaran dan menuju keadilan sebagai tujuan dari
hukum tersebut, maka para pelaksana profesi hukum dalam menjalankan tugas
profesinya harus berdasarkan etika dan moral serta profesionalisme. Para profesional
hukum tersebut harus memiliki etika, disamping tingkat kecerdasan, ketrampilan dan
kematangan, juga harus mempunyai integritas moral yang tinggi. Mereka harus
memiliki kecerdasan yang memadai untuk menjalankan tugas profesi berdasarkan
etika dan moral , serta mempunyai kebijakan yang juga memadai dalam menentukan
bahwa tugas profesinya dikerjakan dengan benar.
Para profesional hukum tersebut adalah Jaksa, Hakim, dan Advokat. Jika
pencari keadilan datang padanya untuk memohon keadilan. Andai kata tidak
menemukan hukum tertulis, ia wajib menggali hukum tidak tertulis untuk memutus
berdasarkan hukum sebagai seorang yang bijaksana dan bertanggung jawab penuh
kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.
2
sebab
tidak bisa dipungkiri bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk menyimpang
dari norma-norma atau tatanan yang ada, karena terpengaruh oleh adanya hawa nafsu
yang tidak terkendali.
Berjalan tidaknya penegakan hukum dalam suatu masyarakat tergantung pada
baik buruknya profesional hukum yang menjalani profesinya tersebut.
3
suatu fakta
yang tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya kehadiran profesi hukum bertujuan


2
Suhrawardi K. Lubis, S.H. Etika Profesi Hukum. Sinar Grafika. Jakarta, 2002. cetakan
ketiga hlm 26

3
Supriadi, S.H.,M.Hum. op. Cit., hlm 20
3
untuk memberikan pelayanan atau bantuan hukum kepada masyarakat. Dalam artian
bahwa yang terpenting dari itu adalah pelayanan dan pengabdian bagi masyarakat
yang memerlukan bantuan hukum tetapi malah sebaliknya di indonesia profesi
hukum dijadikan sebagai mata pencaharian bagi para pelaku profesi hukum. Untuk
menghindari jangan sampai terjadi penyimpangan terhadap menjalankan profesi,
khususnya profesi hukum. Maka hendaklah para pelaku profesi hukum berpegang
teguh para etika dan moral sehingga mereka mampu bertanggung jawab pada Tuhan
Yang Maha Esa, bangsa dan negara, khususnya mampu bertanggung jawab pada
dirinya sendiri.

B. Rumusan Masalah
Dari paparan kami diatas, ada beberapa permasalahan yang sangat menarik
untuk dibahas mengingat kemajuan profesi hukum saat ini tidak ditunjang dengan
etika dan moral yang baik sehingga profesi hukum dijadikan sebagai alat kejahatan
oleh para pelaku profesi hukum, sehingga ada beberapa topik permasalahan yang
akan kami uraikan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perbedaan antara etika dan moral ?
2. Bagaimanakah hubungan antara etika dengan Profesi hukum ?
3. Bagaimana peran etika dalam mencapai tujuan hukum?









4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbedaan Etika dan Moral
1. Pengertian Etika
Bertens (1994) menjelaskan, Etika berasal dari bahasa Yunani kuno Ethos
yang dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang
baik. Bentuk jamak dari ethos adalah ta etha artinya adat kebiasaan yang baik. Dari
bentuk jamak ini terbentuklah istilah Etika yang oleh Filsuf yunani Aristoteles (384-
322 BC) sudah dipakai untuk menunjukan filsafat moral. Berdasarkan asal-usul kata
ini, maka Etika berarti ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak).
4

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka, tahun 1989,
yang dimaksud dengan etika adalah:
5

a. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral
b. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
c. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyakat
Istilah etika menghubungkan penggunaan akal budi perseorangan dengan
tujuan untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang
terhadap orang lain.
6
dalam bahasa indonesia perkataan etika lazim juga disebut
susila atau kesusilaan yang berasal dari bahasa sangsakerta: su (indah) dan sila
(kelakuan) jadi ,kesusilaan mengandung arti kelakuan yang baik yang berwujud
kaidah, norma (peraturan hidup bermasyarakat).


4
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Kedua, Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan
kebudayaan

5
Ibid

6
Budi Susanto dalam Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H. dan Cristine S.T. Kansil, S.H.,M.H.
Pokok-pokok Etika Profesi Hukum,. PT Pradnya Paramita. Jakarta, 2003, cetakan kedua, hlm 1
5
Selain itu dalam Ensiklopedi Indonesia, terbitan ikhtisar baru, tahun 1984,
dijelaskan bahwa etika (berasal dari bahasa inggris Ethics) yang mengandung arti :
ilmu tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam
masyarakat, mengenai :
a. apa yang baik dan apa yang buruk
b. segala ucapan harus senantiasa berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan tentang
perikeadilan hidup dalam arti kata seluas-luasnya
Berdasarkan perkembangan arti tadi, Etika dapat dibedakan antara Etika
perangai dan etika moral
7

1. Etika Perangai
Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan
perangai manusia dalam hidup bermasyarakat didaerah-daerah tertentu, pada waktu
tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat
berdasarkan hasil penilaian perilaku:
a. berbusana adat
b. pergaulan muda-mudi
c. perkawinan semenda
d. upacara adat
2. Etika Moral
Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar
berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu
perbuatan yang tidak baik dan tidak benar, kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia
yang disebut moral. Cotoh etika moral adalah :
a. Berkata jujur
b. Menghargai hak orang lain
c. Menghormati orangtua atau guru


7
Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H. Etika Profesi Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1997, Cetakan 1, hlm. 14
6
d. Membela kebenaran dan keadilan
e. Menyantuni anak yatim/piatu.
Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan
kesadaran-kesadaran dan kesadaran adalah suara hati nurani. Dalam kehidupan
manusia selalu dikehendaki yang baik dan benar, karena ada kebebasan kehendak,
maka manusia bebas memilih antara yang baik dan tidak baik, antara yang benar dan
tidak benar, dengan demikian, dia mempertanggungjawabkan pilihan yang dibuatnya
itu. Kebebasan kehendak mengarahkan manusia untuk berbuat baik dan benar.
Apabila manusia melakukan pelanggaran etika moral, berarti dia berkehendak
melakukan kejahatan, dengan sendirinya pula berkehendak untuk dihukum. Dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara nilai moral dijadikan dasar hukum positif
yang diciptakan oleh penguasa.

2. Pengertian Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa latin mores. Mores berasal kata mos yang
berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral dengan demikian dapat diartikan
ajaran kesusilaan. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan.
8

Dalam kamus umum bahasa indonesia dari W.J.S. Poerwardarminto terdapat
keterangan bahwa moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan.
Beranjak dari pengertian moral diatas, pada prinsipnya moral merupakan alat
penuntun, pedoman sekaligus alat kontrol yang paling ampuh dalam mengarahkan
kehidupan manusia. Seorang manusia yang tidak mengfungsikan dengan sempurna
moral yang telah ada dalam diri manusia yang akan selalu melakukan perbuatan atau
tindakan-tindakan yang sesat. Dengan demikian, manusia tersebut telah merendahkan
martabatnya sendiri.
Sejalan dengan pengertian moral dengan merujuk pada arti kata etika yang
sesuai, maka arti kata moral sama dengan arti kata etika, yaitu nilai-nilai dan morma-


8
Drs. H. Burhanuddin Salam,M.M. Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Rineka Cipta,
Jakarta, 2000. hlm. 2
7
norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Apabila dikatakan : advokat yang membela perkara itu tidak
bermoral artinya perbuatan advokat itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis
yang berlaku dalam kelompok profesinya. Dalam hal ini manusia dapat membedakan
antara yang halal dan yang haram, yang boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun
dapat dilakukan. Aritoteles dalam bukunya Etika, ia mulai berkata manusia itu
dalam sebuah perbuatannya, bagaimanapun juga mengejar sesuatu yang baik.
Defenisi sesuatu yang baik itu adalah sesuatu yang dikejar atau dituju.
9


B. Hubungan Etika dengan Profesi Hukum
Profesi hukum adalah profesi yang melekat pada dan dilaksankan oleh
aparatur hukum dalam pemerintahan suatu negara.
10
Kalau diadakan penelusuran
sejarah, maka akan dapat dijumpai bahwa etika telah dimulai oleh Aristoteles, hal ini
dapat dibuktikan dengan bukunya yang berjudul ETHIKA NICOMACHEIA. Dalam
buku ini Aristoteles menguraikan bagaimana tata pergaulan, dan penghargaan
seseorang manusia kepada manusia lainnya, yang tidak didasarkan kepada egoisme
atau kepentingan individu, akan tetapi didasarkan atas hal-hal yang bersifat altruistis,
yaitu memperhatikan orang lain dengan demikian juga halnya kehidupan
bermasyarakat, untuk hal ini Aristoteles mengistilahkannya manusia itu zoon polition.
Etika dimaksukkan dalam disiplin pendidikan hukum disebabkan belakangan
ini terlihat adanya gejala penurunan etika dikalangan aparat penegak hukum, yang
mana hal ini tentunya merugikan bagi pembangunan masyarakat indonesia.
Profesi hukum dewasa ini memiliki daya tarik tersendiri, akibat terjadinya
suatu paradigma baru dalam dunia hukum. sehingga menyebabkan konsorsium ilmu
hukum memandang perlu memiliki etika dan moral oleh setiap setiap profesi hukum,
apalagi dewasa ini isu pelanggaran hak asasi manusia semakin marak


9
Ibid. hlm 31.

10
Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H. dan Cristine S.T. Kansil, S.H.,M.H. Pokok-pokok Etika
Profesi Hukum,. PT Pradnya Paramita. Jakarta, 2003, cetakan kedua, hlm 8
8
diperbincangkan dan menjadi wacana publik yang sangat menarik.
11
Dengan adanya
etika profesi hukum diharapkan lahirlah nantinya sarjana-sarjana hukum yang
profesional dan beretika . pengembangan profesi hukum haruslah memiliki keahlian
yang berkeilmuan khususnya dalam bidang itu, oleh karena itu oleh karena itu setiap
profesional harus secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat
yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum. Untuk itu tentunya memerlukan
keahlian dan berkeilmuan.
Seseorang pengemban profesi hukum haruslah orang yang dapat dipercaya
secara penuh, bahwa ia (propesional hukum) tidak akan menyalahgunakan situasi
yang ada. Pengembangan profesi itu haruslah dilakukan secara bermartabat, dan ia
harus mengerahkan segala kemampuan pengetahuan dan keahlian yang ada padanya,
sebab tugas profesi hukum adalah merupakan tugas kemasyarakatan yang langsung
berhubungan dengan nilai-nilai dasar yang merupakan perwujudan martabat manusia,
dan oleh karena itu pulalah pelayanan profesi hukum memerlukan pengawasan dari
masyarakat.
Hubungan etika dengan profesi hukum, bahwa etika profesi adalah sebagai
sikap hidup yang mana berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional
dibidang hukum terhadap masyarakat dengan keterlibatan penuh dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas yang berupa kewajiban terhadap
masyarakat yang membutuhkan pelayanan hukum dengan disertai refleksi yang
seksama, dan oleh karena itulah didalam melaksanakan profesi hukum kita harus
mengutamakan etika dalam setiap berhubungan dengan masyarakat khususnya warga
masyarakat yang membutuhkan bantuan hukum.
Selain itu dalam pelaksanaan tugas profesi hukum itu selain bersifat
kepercayaan yang berupa habl min-annas (hubungan horizontal) juga harus
disandarkan kepada habl min Allah (hubungan vertikal), yana mana habl bin Allah itu
terwujud dengan cinta kasih, perwujudan cinta kasih kepada-Nya tentunya kita harus


11
Supriadi, S.H.,M.Hum. op. Cit., hlm 19
9
melaksanakan sepenuhnya atau mengabdi kepada perintah-Nya yangb antara lain
cinya kasih kepada-Nya itu direalisasikan dengan cinta kasih antar sesama manusia,
dengan menghayati cinta kasih sebagai dasar pelaksanaan profesi, maka otomatis
akan melahirkan moyivasi untuk mewujudkan etika profesi hukum sebagai realisasi
sikap hidup dalam mengemban tugas (yang pada hakikatnya merupakan amanah)
profesi hukum. Dan dengan itu profesi hukum memperoleh landasan keagamaan,
maka ia (pengemban proesi) akan nmelihat profesinya sebgai tugas kemasyarakatan
dan sekaligus sebagai sarana mewujudkan kecintaan kepada Allah SWT dengan
tindakan nyata.
Karena tidak memiliki kopetensi teknikal, maka awam tidak memilikinhal tiu.
Di sampin tiu, pengemban profesi sering dihadapkan pada situasi yang menimbulkan
masalah pelik untuk menentukan perilaku apa yang memenuhi tuntunan etika profesi.
Sedangkan prilaku dalam mengemban profesi dapat membawa akibat (negatif) yang
jauh terhadap klien atau pasien. Kenyataan yang dikemukakan tadi menunjukan
bahwa kalangan pengemban profesi itu sendiri membutuhkan adanya pedoman
objektif yang kongkret bagi prilaku profesinya. Karena itu dari lingkungan para
pengemban profesi tiu sendiri dimunculkanlah seperangkat kaidah perilaku sebagai
pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban profesi.
Perangkat kaidah itulah yang disebut kode etik profesi (bisa di singkat: kode
eitk), yang dapat tertulis maipun tidak tertulis yang diterapkan secara formal oleh
organisasi profesi yang bersangkutan, dan di lain pihak untuk melindungi klien atau
pasien (warga masyarakat) dari penyalahgunaan keahlian dan atau otoritas
profesional.
Dari uraian diatas terlihat betapa eratnya hubungan antara etik dengan profesi
hukum, sebab dengan etika inilah para profesional hukum dapat melaksanakan tugas
(pengabdian) profesinya dengan baik untuk menciptakan penghormatan terhadap
martabat manusia yang pada akhiranya akan melhirkan kesdilan ditengah-tengah
masyarakat.
10
Ketertiban dan kedamaian yang berkeadilan adalah merupakan kebutuhan
pokok manusia, baik dalam kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan
bernegara, sebab dengan situasi ketertiban dan kedamaian yang berkeadilanlah,
manusia dapat melaksanakn aktivitas pemenuhan hidupnya, dan tentunya dalam
situasi demikian pulalah proses pembangunan dapat berjalan sebagaimana
diharapakan.
Keadilan adalah nilai dan keutamaan yang paling luhur, dan merupakan unsur
penting dari harkat dan martabat manusia. Hukum dan kaidah, peratuiran-peraturan,
norma-norma, kesadaran dan etis dan keadilan selalu bersumber kepada
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia adalah sebagai titik tumpu
(dasar, landasan) serta muara dari hukum. Sebab hukum itu sendiri dibuat adalah
untuk manusia itu sendiri.

C. Peran Etika Dalam Mencapai Tujuan Hukum
Profesi hukum dewasa ini memiliki daya tarik tersendiri, akibat terjadinya
suatu paradigma baru dalam dunia hukum. sehingga menyebabkan konsorsium ilmu
hukum memandang perlu memiliki etika dan moral oleh setiap-setiap profesi hukum,
apalagi dewasa ini isu pelanggaran hak asasi manusia semakin marak
diperbincangkan dan menjadi wacana publik yang sangat menarik
12
. Dengan adanya
etika profesi hukum diharapkan lahirlah nantinya sarjana-sarjana hukum yang
profesional dan beretika . pengembangan profesi hukum haruslah memiliki keahlian
yang berkeilmuan khususnya dalam bidang itu, oleh karena itu oleh karena itu setiap
profesional harus secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat
yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum. Untuk itu tentunya memerlukan
keahlian dan berkeilmuan.


12
Supriadi, S.H.,M.Hum. 2006. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia.
Sinar Grafika,Jakarta, hlm 19
11
Berpijak kepada teori penegakan hukum Soerjono Soekamto, faktor-faktor
penegakan hukum atau yang lebih dikenal dengan istilah law enforcement yaitu
13
:
1. Faktor hukumnya sendiri, yaitu peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan
hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Saat ini yang menjadi sorotan yang sangat-sangat menyedot perhatian setiap
orang adalah faktor penegak hukum. Ruang lingkup penegak hukum sangat luas
sekali, oleh karena mencakup mereka yang secara langsung dan secara tidak langsung
berkecimpung di bidang penegakan hukum.
Seharusnya para aparat penegak hukum merenungkan kembali apa itu etika
profesi hukum yang akhirnya terejawantah dalam kode etik profesi hukum. Istilah
etika berhubungan dengan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan
moral. Sedangkan profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian,
keterampilan, kejuruan tertentu. Sedangkan kode etik adalah norma dan asas yang
diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku. Keduanya
memiliki kesamaan dalam hal etika moral yang khusus diciptakan untuk kebaikan
jalannya profesi yang bersangkutan dalam profesi hukum.
Hubungan etika dengan profesi hukum, bahwa etika profesi adalah sebagai
sikap hidup, berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional di bidang
hukum terhadap masyarakat dengan keterlibatan penuh dan keahlian sebagai


13
Soerjono Soekanto, 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta :
Rajawali Pers, hal. 21
12
pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap mayarakat
yang membutuhkan pelayanan hukum dengan disertai refleksi seksama. Dan oleh
karena itulah dalam melaksanakan profesi terdapat kaidah-kaidah pokok berupa etika
profesi yaitu sebagai berikut:
14

1. Profesi harus dipandang sebagai pelayanan dan oleh karena itu sifat tanpa
pamrih menjadi ciri khas dalam mengembangkan profesi.
2. Pelayanan profesional dalam mendahulukan kepentingan pencari keadilan
mengacu pada nilai-nilai luhur.
3. Pengembangan profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat sebagai
keseluruhan.
4. Persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat menjamin
mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi.

















14
Soerjono Soekanto, Op.Cit. hal. 25
13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan:
1. Nilai-nilai etika dan moral itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau
segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan
kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan
nilai-nilai etika dan moral tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai
tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
2. Etika profesi hukum, dengan segala dasar-dasar rasionalitas yang
melatarbelakanginya akan sangat membantu membuka jalan pemecahan yang
dapat diterima semua pihak dari berbagai kalangan
3. Etika merupakan suatu standar atau acuan dalam menjalankan profesi, khususnya
dalam penegakan hukum, etika profesi menjadi suatu pembatas antara
pelaksanaan kewajiban dan pencapaian tujuan hukum.

B. Saran
Dibutuhkan pemahaman etika dan norma yang berlaku di masyarakat
Indonesia bagi para penegak hukum, sehingga hukum dapat dijalankan sebaik-
baiknya dan seadil-adilnya.







14
DAFTAR PUSTAKA

Budi Susanto dalam Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H. dan Cristine S.T. Kansil,
S.H.,M.H. Pokok-pokok Etika Profesi Hukum,. PT Pradnya Paramita. Jakarta,
2003, cetakan kedua.

Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H. dan Cristine S.T. Kansil, S.H.,M.H. Pokok-pokok Etika
Profesi Hukum,. PT Pradnya Paramita. Jakarta, 2003, cetakan kedua.

Supriadi, S.H.,M.Hum. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia.
Sinar Grafika,Jakarta, 2006.

Suhrawardi K. Lubis, S.H. Etika Profesi Hukum. Sinar Grafika. Jakarta, 2002.
cetakan ketiga.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Kedua, Balai Pustaka, Departemen Pendidikan
dan kebudayaan


Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H. Etika Profesi Hukum. PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997, Cetakan 1.


Drs. H. Burhanuddin Salam,M.M. Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Rineka
Cipta, Jakarta, 2000.


Soerjono Soekanto, 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta : Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai