Anda di halaman 1dari 22

Politik, Komunikasi dan Pelayanan Publik:

Paradigma Komunikasi dalam Perspektif Etika Pemerintahan AG. Eka Wenats Wuryanta, M.Si

A S!"AK
Dalam penyelenggaraan pemerintahan telah terjadi pergeseran paradigma darirule government menjadi good governance, dalam paradigma dari rule of government penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik senantiasa menyandarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara prinsip tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance) tidak hanya terbatas pada penggunaan peraturan perundang-undangan yang berlaku, melainkan dikembangkan dengan menerapkan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang tidak hanya melibatkan pemerintah atau negara semata tetapi harus melibatkan intern birokrasi maupun ekstern birokrasi. Citra buruk yang melekat dalam tubuh birokrasi dikarenakan sistem ini telah dianggap sebagai tujuan bukan lagi sekadar alat untuk mempermudah jalannya penyelenggaraan pemerintahan. Kenyataannya, birokrasi telah lama menjadi bagian penting dalam proses penyelenggaraan pemerintahan negara.

Prawacana: Good Governance dan Perkembangan Informasi Se#ak a$al %&&'(an, Good Governance yang di dalamnya terdapat seperangkat etika pemerintahan telah men#adi pernyataan strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kendati demikian, masih terdapat beberapa perbedaan penekanan, $alaupun terdapat persamaan fokus dan ide utamanya. )*+P, misalnya, memberikan penekanan khusus pada pembangunan manusia yang berkelan#utan, pengentasan kemiskinan, dan transformasi administrasi publik ,)* "eport, %&&-.. Sementara itu, ank +unia lebih memberikan perhatian pada pendayagunaan sumber daya sosial dan ekonomi bagi pembangunan. Sedangkan Organisation for Economic Cooperation dan Development ,/E0+. menekankan pada penghargaan hak(hak asasi manusia, demokrasi dan legitimasi pemerintah. Se1ara konseptual, Good Governance dan etika pemerintahan oleh )*+P dipahami sebagai implementasi otoritas politik, ekonomi, dan administratif dalam proses mana#emen berbagai urusan publik pada berbagai le2el dalam suatu negara. Meru#uk pada konsepsi tersebut, Good Governance berikut di dalamnya etika

pemerintahan memiliki beberapa atribut kun1i seperti efektif, partisipatif, transparan, akuntabel, produktif, dan se#a#ar serta mampu mempromosikan penegakan hukum. +i atas semua itu, atribut utama Good Governance adalah bagaimana penggunaan kekuasaan dan otoritas dalam penyelesaian berbagai persoalan publik. +alam konteks itu, mekanisme kontrol ,check and balance. perlu ditegakkan sehingga tidak ada satu komponen pun yang memegang kekuasaan absolut. Salah satu mekanisme yang digunakan adalah dengan menegakkan akuntabilitas sistem, struktur, organisasi dan staf atas apa yang men#adi tanggung #a$ab, fungsi, tugasnya yang antara lain terlihat dari perilaku atau budaya ker#anya, dalam hal ini *egara sebagai sebuah /rganisasi. Pemerintah mengandung arti suatu kelembagaan atau organisasi yang men#alankan kekuasaan pemerintahan, sedangkan pemerintahan adalah proses berlangsungnya kegiatan atau perbuatan pemerintah dalam mengatur kekuasaan suatu negara. Penguasa dalam hal ini pemerintah yang menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan penyelenggaraan kepentingan umum, yang di#alankan oleh penguasa administrasi negara yang harus mempunyai $e$enang. Seiring dengan perkembangan, fungsi pemerintahan ikut berkembang, dahulu fungsi pemerintah hanya membuat dan menegakkan sistem hukum, akan tetapi pemerintah tidak hanya melaksanakan undang(undang tetapi berfungsi #uga untuk mengimplementasikan politik negara dan menyelenggarakan kepentingan umum ,public sevice.. Perubahan paradigma pemerintahan dari penguasa men#adi pelayanan, pada dasarnya pemerintah berkeinginan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat. +i kebanyakan negara berkembang, perhatian utama terhadap Good Governance dan etika pemerintahan dalam kaitan dengan penggunaan otoritas dan mana#emen sektor publik, adalah per2asifnya korupsi yang 1enderung men#adi karakter tipikal yang melekat. ahkan di beberapa negara terbukti bah$a budaya korupsi telah begitu melekat di dalam birokrasi pemerintah yang #ustru ditandai oleh kelangkaan sumber daya. +alam konteks itu, absennya akuntabilitas sangat menon#ol dan men#adi satu karakter dominan budaya administrasi selama periode tertentu. Ge#ala perbaikan kualitas pola kepemimpinan dan ethos kepamongan pemerintah #uga tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan masyarakat yang berbasis informasi dan komunikasi. 3edakan informasi dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ter#adi memba$a perubahan dalam masyarakat saat ini. Perubahan itu meliputi perubahan teknologi,

perubahan sikap masyarakat dalam interaksi sosial sehari(hari atau perubahan yang ter#adi pada pranata sosial yang ada dimasyarakat saat ini. Perubahan sosial yang ter#adi dalam konteks sikap masyarakat dapat dilihat dari pola interaksi masyarakat dan bagaimana masyarakat bersikap dengan informasi yang ada. Saat ini masyarakat semakin kritis, 1erdas dan berani. Kritis yang dimaksudkan disini adalah sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang ada disekitarnya mulai itu dalam bidang sosial kemasyarakatan bahkan sampai politik termasuk kritik pada le2el etika sosial politik. Masyarakat mulai berani menggungkapkan pendapat apabila sesuatu persoalan tidak sepaham dengan pendapat yang dimilikinya. Kondisi ini ter#adi karena informasi saat ini dapat diperoleh dengan mudah dan saat ini kita berada dalam era keterbukaan. Semua dapat berkomentar di era sema1am ini tentunya dengan etika tersebut harus didasari oleh teori atau informasi yang dapat dipertanggung #a$abkan. 4ni tentu tidak mungkin dilakukan #ika berada pada masa berberapa tahun lalu terutama sebelum era reformasi. +inamika informasi yang ter#adi memoti2asi masyarakat dan men1erdaskan masyarakat. Saat ini setiap orang dapat memanfaatkan informasi dengan tu#uan menambah $a$asan, bela#ar atau hanya sekedar untuk hiburan, mereka dapat mengakses informasi tanpa membedakan status sosial yang disandang seiring dengan demokratisasi informasi. 5enomena ini tentu sangat menggembirakan bangsa ini karena dapat berperan dalam men1erdaskan bangsa 4ndonesia. !ulisan ini hendak mengeksplorasi ragam #amak dalam pembahasan komunikasi dan etika pemerintahan sebagai $a1ana yang perlu dikembangkan dalam melihat proses pemerintahan sebagai 1ara dan sistem yang berkait dengan pengembangan hidup politik publik yang sehat, rasional dan beradab. Wacana I: Etika Politik sebagai Perspektif Etika Pemerintahan 5ilsafat dibagi men#adi beberapa 1abang, terutama dalam hubungannya dengan bidang yang dibahas. 6ikalau dikelompokkan 1irinya, maka filsafat dibedakan atas filsafat teoritis dan filsafat praktis. 5ilsafat teoritis membahas tentang makna hakiki segala sesuatu, antara lain manusia, alam, benda fisik, pengetahuan bahkan #uga tentang hakekat tersenden. +alam hubungan ini filsafat teoritispun pada akhirnya sebagai sumber pengembangan hal(hal yang bersifat praktis termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. 5ilsafat praksis sebagai bidang kedua, membahas dan mempertanyakan aspek praktis dengan implementasinya dalam kehidupan

manusia, yaitu etika yang mempertanyakan dan membahas tanggung #a$ab dan ke$a#iban manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia, masyarakat, bangsa dan *egara, lingkungan alam serta terhadap !uhannya ,Suseno, %&-7:%8.. Pengelompokan etika sebagaimana dibahas di muka, dibedakan atas etika umum dan etika khusus. Etika umum dan etika khusus. Etika umum membahas prinsip(prinsip dasar bagi segenap tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip(prinsip itu dalam hubungannya dengan ke$a#iban manusia dalam berbagai lingkungan kehidupannya. Etika sosial memuat banyak etika yang se1ara khusus men1akup $ilayah($ilayah kehidupan manusia tertentu, misalnya etika keluarga, etika profesi, etika lingkungan, etika pendidikan, etika seksual dan termasuk #uga etika politik yang menyangkut dimensi politis manusia. Se1ara substantif, pengertian dan terminologi etika politik tidak dapat dipisahkan dengan sub#ek sebagai pelaku etika yaitu manusia. /leh karena itu etika politik berkait erat dengan bidang pembahasan moral dalam hal ini adalah moral politik. 9al ini berdasarkan kenyataan bah$a pengertian :moral; senantiasa menun#uk kepada manusia sebagai sub#ek etika. Maka ke$a#iban moral dibedakan dengan pengertian ke$a#iban(ke$a#iban lainnya, karena yang dimaksud adalah ke$a#iban manusia sebagai manusia. Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun *egara, etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. +asar ini lebih meneguhkan akar etika politik bah$a kebaikan senantiasa didsarkan kepada hakekat manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya. erdasarkan suatu kenyataan bah$a masyarakat, bangsa maupun negara bias berkembang kearah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. /leh karena itu aktualisasi etika harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia ,Suseno, %&-7:%<.. Etika politik merupakan sikap yang ditun#ukkan oleh indi2idu maupun lembaga dalam berbi1ara atau berpolitisi di depan khalayak luas. Pada abad ke(%7, filsafat mengembangkan pokok etika men#adi 7 bagian, yaitu: Perpisahan antara kekuasaan gere#a dan kekuasaan *egara ,6ohn 3o1ke., kebebasan berpikir dan beragama ,3o1ke., pembagian kekuasaan ,3o1ke, Montes=uieu., kedaulatan rakyat ,"ousseau., *egara hukum demokratis>republi1an ,Kant., 9ak( hak asasi manusia ,3o1ke, dsb. dan Keadilan sosial.Etika politik #uga mempertanyakan tanggung #a$ab dan ke$a#iban manusia sebagai manusia?dan bukan hanya sebagai $arga negara pada negarannya, selain itu #uga tanggung #a$ab pada hukum yang berlaku dan sebagainya ,Magnis,et al, 8''%: %@.. 5ungsi Etika Politik adalah menyediakan alat(alat normati2e dan teoretis untuk

mempertanyakan dan men#elaskan legitimasi politik se1ara bertanggung#a$ab. Artinya, emosi dan prasangka tidak akan digunakan, hanya pikiran yang rasional, ob#ektif, dan argumentatif. +alam etika pemerintahan, terdapat asumsi yang berlaku bah$a melalui penghayatan yang etis yang baik, seorang aparatur akan dapat membangun komitmen untuk men#adikan dirinya sebagai teladan tentang kebaikan dan men#aga moralitas pemerintahan. Aparatur pemerintahan yang baik dan bermoral tinggi, akan senantiasa men#aga dirinya agar dapat terhindar dari perbuatan ter1ela, karena ia terpanggil untuk men#aga tugas dan ke$a#iban yang diberikan, melalui pen1itraan perilaku hidup. +alam lingkup profesi pemerintahan misalnya, ada nilai( nilai tertentu yang harus tetap ditegakkan( demi men#aga 1itra pemerintah dan yang dapat men#adikan pemerintah, mampu men#alankan tugas dan fungsinya. +iantara nilai( nilai tersebut, ada yang tetap men#adi bagian dari etika dan ada pula yang telah ditransformasikan ke dalam hukum positif. Se1ara umum, tugas pokok pemerintahan men1akup 7 bidang pelayanan, akan tetapi dapat lebih difokuskan lagi men#adi A fungsi yang utama, yaitu : pelayanan ,service., penguatan ,empowerment. dan pembangunan ,development.. +ipandang dari sudut etika, keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanahkan, harus dapat diukur dari ketiga fungsi utama di atas. Pelayanan yang baik( yang berperikeadilan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat, pemberdayaan yang setara( #elas(#elas mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunan yang merata( akan men1iptakan kemakmuran dan kese#ahteraan masyarakat. Etika pemerintahan dikembangkan dalam upaya pen1apaian misi tersebut, artinya( setiap tindakan yang dinilai tidak sesuai( dianggap tidak mendukung( apalagi dirasakan dapat menghambat pen1apaian misi dimaksud. 4tu #uga bisa disebut sebagai satu pelanggaran etik. Pega$ai pemerintah yang malas masuk kantor, tidak se1ara sungguh(sungguh melaksanakan tugas yang diper1ayakan kepadanya, minimal dapat dinilai( telah melanggar etika profesi pega$ai negeri sipil. Mereka yang menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi( kelompok( atau golongan( dengan merugikan kepentingan umum, pada hakikatnya telah melanggar etika pemerintahan. )rgensi suatu pemerintahan pada le2el manapun, untuk memiliki pedoman tentang landasan etika bagi para aparatnya dalam rangka mengemban tiga fungsi pemerintahan, men#adi semakin penting dan dibutuhkan. 9anya dengan modal dasar kepribadian yang baik, aparatur pemerintah dapat dibina lebih lan#ut( agar membangun komitmen moral yang

lebih spesifik untuk mentaati nilai( nilai etika profesinya. Pada saat yang sama, ke$enangan( ke$enangan yang melekat pada kekuasaan pemerintahan( perlu disusun dan dibagi kedalam struktur( struktur yang mengikat se1ara kolektif, saling membatasi, saling menga$asi dan saling terkait satu sama lain( sebagai satu mata rantai yang saling menguatkan. Sehingga, dengan memperkuat kepribadian dan berupaya mengakomodasi kepribadian yang baik( kedalam sistem yang baik, ke1enderungan ter#adinya penyalahgunaan kekuasaan, akan dapat ditekan sampai pada tingkat terendah. Wa1ana 44: Politik sebagai Keadaban Bertitik tolak dari pemikiran tentang masyarakat politis maka hubungan bidang politik harus mengarah pada penciptaan dan pematangan sekaligus membulatkan masyarakat yang demokratis. ang paling menarik dalam karya-karya mengenai demokratisasi akhir-akhir ini adalah bah!a mayoritas ilmu!an itu menghasilkan kesimpulan yang sama. Kesimpulan tersebut menyatakan "ariabel yang paling penting dalam menjelaskan transisi ke demokrasi sejak #$%&-an adalah perilaku elit. 'in( dan Stepan mencoba menjelaskan kejatuhan dan kebangkitan kembali demokrasi tidak dengan menelaah "ariabel-"ariabel kon)lik kelas atau kendala ekonomi, tetapi dengan mencurahkan perhatian pada perilaku elit atau kepemimpinan mereka. *alaupun kedua )aktor tersebut tidak mengatakan bah!a kendala struktural tidak penting. +ereka yakin bah!a kalau terdapat lingkungan struktural yang sangat tidak menguntungkan bagi demokratisasi, seringkali itu terjadi sebagian karena ketidakmampuan para politisi untuk menghasilkan re)ormasi ekonomi dan ino"asi pelembagaan yang diperlukan bagi tumbuhnya demokrasi. ,ara teoretisi ini sangat menekankan pentingnya komitmen para pemimpin politik yang kuat terhadap demokrasi. ,emimpin yang setia pada demokrasi menolak penerapan kekerasan dan sarana yang ilegal dan tidak konstitusional untuk mengejar kekuasaan. ,emimpin demikian juga tidak mentolerir tindak antidemokratis oleh partisipan lain. ,enekanan pada "ariabel politik di atas memungkinkan analis untuk menelaah pengalaman demokratisasi dalam

masyarakat yang tidak memiliki kualitas ekonomi, sosial dan kultural yang digambarkan dalam model Barat. Dalam keadaan tidak ada kondisi itupun masih ada harapan untuk demokratisasi. ang sangat krusial adalah - human action., bukan "ariabel-"ariabel kondisional itu. Dengan kata lain, transisi menuju demokrasi adalah -a matter of political crafting.. Karena itu persoalan strategi dan taktik menjadi sangat rele"an. Strategi dan taktik apa yang dianggap tepat untuk menjalankan demokratisasi/ Diamond, 'in(, 'ipset, 01Donnell, Schmitter dan beberapa ilmu!an lain yang memberikan penekanan bah!a "ariabel perilaku elit itu juga sepakat untuk mengikuti jalan yang dirintis oleh Dahl, yang yakin bah!a gradualisme, untuk moderasi dan kompromi adalah kunci yang menuju otoriter. keberhasilan transisi ke arah demokrasi. 2ni dianggap tindakan politik yang bijaksana me.redemokratisasi.kan pemerintahan 3amun beberapa ilmu!an lain yang mengajukan argumen berbeda. ,engalaman berbagai masyarakat yang melakukan demokratisasi dalam lingkungan otoriterisme sejak akhir #$%&-an menunjukkan bah!a umumnya transisi itu berlangsung dalam suasana mobilisasi, kericuhan dan ketidaksabaran. Bahkan tidak jarang disertai dengan tindak kekerasan. 4ntuk memahami ini Share mengajukan sebuah tipologi yang menarik. 2lmu!an ini menelaah pola-pola transisi menuju demokrasi berdasar dua kriteria, yaitu keterlibatan pemerintah yang sedang berkuasa dan jangka !aktu. Dua pertanyaan yang diajukan adalah5 (#) 6pakah transisi itu dilakukan dengan partisipasi atau persetujuan para pemimpin re(im otoriter yang berkuasa, atau tidak/7 dan (8) 6pakah transisi itu berlangsung secara bertahap, mele!ati masa lebih dari satu generasi, atau berjalan cepat/ 9asilnya adalah tipologi berikut.

Secara logika, hanya transisi melalui transaksi yang menjadikan bentuk demokratisasi secara damai dan cepat. 9anya sayangnya, transisi melalui transaksi menuntut serangkaian syarat khusus yang meungkin sulit dipenuhi di sebagian besar re(im otoriter masakini. Barangkali yang paling sulit adalah prasyarat adanya kehendak re(im otoriter untuk mengambil inisiati) ke arah transisi menuju demokrasi. Banyak pihak penyangsikan ini. Kalau perubahan itu hanya akan menimbulkan resiko yang merugikan dirinya sendiri, apa yang menarik bagi pemimpin re(im otoriter untuk mengambil inisiati) itu. Karenanya, akan lebih tepat kita mengajukan strategi demokratisasi le!at penguatan (empo!erment) terhadap ci"il-society. :acla" 9a"el menyatakan bah!a le!at strategi gradual trans)ormati) demikian, rakyat sebagai !arga negara mampu -belajar tentang aturan-aturan main le!at dialog demokratis dan penciptaan bersama esensi politik partisipatoris yang murni.. Dari situlah, politik dilihat sebagai adab, peradaban. ;erakan penguatan civil society sama sekali bukan diarahkan sebagai strategi destrukti) total bagai tatanan yang ada. ;erakan civil society adalah, -gerakan untuk merekontruksi ikatan solidaritas dalam masyarakat yang telah hancur. akibat kekuasaan yang monolitik. Secara normati)-politik, poin

pokok dan utama dari strategi ini adalah upaya -memulihkan kembali pemahaman asasi bah!a rakyat sebagai !arga negara memiliki hak untuk meminta pertanggungja!aban kepada para penguasa atas apa yang mereka lakukan atas nama bangsa.. ,roses penguatan ci"il society adalah sebuah upaya multi"alensi. ,roses ini bisa ter!ujud dalam penyebaran ide-ide demokratis. <api juga bisa dalam bentuk kiprah menciptakan dan mempertahankan lembaga-lembaga otonom dalam masyarakat dan negara. 2a mengambil sumber inspirasinya baik dari dunia penghayatan (lifeword) tradisional maupun dari nilai-nilai modern hasil dari -proyek pencerahan., sambil tetap kritis atas distorsidistorsi normati)nya. <ak heran apabila di negara-negara =ropa <imur dan <engah, penguatan menampilkan dirinya dalam spektrum yang luas5 serikat kerja otonom, asosiasi pro)esi independen, lembaga-lembaga keagamaan mandiri, gerakan-gerakan lingkungan dan anti kekerasan serta )eminis, serta berbagai totaliter. Sebagai sebuah proses, tentulah perjuangan demokrasi le!at penguatan ini tidak berpretensi mena!arkan ja!aban paripurna. Sukses menumbangkan re(im totaliter dan membangun sistem politik demokratik di beberapa negara, misalnya, bisa saja dinodai oleh godaan partikularisme, rasialisme dan sektarianisme di negara lain seperti kita saksikan di Bosnia, Serbia, >erman, dan negara-negara bagian bekas 4ni So"iet. Bahkan kita saksikan sekarang pun negara-negara seperti Ceko dan ,olandia masih belum stabil secara sosial dan ekonomi di ba!ah re(im demokratis. Kesadaran bah!a trans)ormasi ke arah masyarakat demokratis adalah proses terbuka dan berkesinambungan inilah justru yang membedakan strategi ini dari strategi re"olusioner ala +ar?is dan strategi teknokratis kaum modernis. Kedua strategi belakangan dilandasi oleh pandangan yang kurang menghargai kemampuan manusia sebagai indi"idu untuk melakukan trans)ormasi le!at kemampuan sendiri. Dalam "isi +ar?ian, indi"idu bentuk gerakan masyarakat yang pada intinya ingin menyelamatkan kemandirian indi"idu dan sosial dari cengkeraman negara

ditundukkan oleh hubungan dan kekuatan produksi yang dominan dalam masyarakat, pemecahan sementara sosial, kaum dan modernis politik cenderung le!at rekayasa menyerahkan teknokratik. ekonomi,

Keduanya bersikap elitis dan tertutup, berla!anan dengan si)at alami proses kemasyarakatan yang menuntut keterbukaan, !alau bukan berarti tanpa tujuan. Keyakinan atas kemandirian dan kemampuan indi"idu inilah yang mendasari kiprah manusia yang oleh 9annah 6rendt disebut vita activa. 9anya ketika manusia mampu mandiri saja, menurut 6rendt (#$@A), demokrasi mampu berjalan karena pada saat itu pula mereka menjadi !arga negara (citi(ens) yang sebenarnya. +anusia mendiri adalah mereka yang tidak lagi terhimpit pada dunia tuntutan dasar ( the realm of necessity) dan pada saat yang sama mampu berperan serta dalam proses !acana dalam ruang public yang bebas. ,andangan 6rendt itulah yang antara lain menjadi dasar normati) pendekatan civil society. Karenanya, tiga prasyarat di atas, yaitu otonomi, kebebasan dari tuntutan dasar dan kemampuan ber!acana dalam ruang publik, merupakan landasan bagi bangunan masyarakat demokratis dan komponen itulah yang ingin diraih le!at penguatan civil society. Dari asas itu pula kita bisa mencari berbagai strategi perjuangan yang pas dan pengeja!antahannya dalam realitas sosial yang ada. ,erjuangan meraih otonomi bisa dilakukan le!at setiap kiprah yang bertujuan pembebasan dari kungkungan sistem politik-ekonomi dan higemoni budaya yang ujungnya melenyapkan kapasitas inspirati), kreati), dan partisipatoris indi"idu maupun kelompok. 4paya-upaya membentuk serikat buruh yang mandiri, aksi-aksi penyadaran dan pembelaan hak-hak dasar oleh 'S+, perbaikan aturan main dalam politik untuk meningkatkan partisipasi !arga negara dan kontrol terhadap lembaga-lembaga negara, pembelaan atas kaum tertindas dan minoritas. +erupakan berbagai agenda yang tercakup di dalamnya. ,embebasan manusia dari himpitan keperluan (ekonomi) dasar menyiratkan sebuah tuntutan bagi perluasan dan penyeimbangan distribusi sumber daya

ekonomi dan hasil-hasil pembangunan, pengentasan kemiskinan, dan kritik atas !acana dan praktek kapitalisme yang secara nyata maupun tersembunyi dipraktekkan. 4paya untuk mengurangi dan mengeliminasi praktek oligopoli, monopoli, dan kolusi antara penguasa dan pengusaha yang menjadi patologi sistem ekonomi, menjadi agenda utama di sini. Kesemua kiprah tersebut memerlukan ruang publik yang semakin bebas dan luas. 2ni sendiri. menyiratkan bukan saja tuntutan bagi jaminan kebebasan berpendapat, tetapi juga kualitas tinggi !acana yang ada dalam publik itu

Wa1ana 44: Komunikasi sebagai Adab Politik 4stilah politik telah lama dikenal. ahkan beberapa ahli yang menyatakan bah$a politik sama tuanya dengan peradaban manusia. Aristoteles #uga pernah menyatakan bah$a manusia adalah Boon politi1on atau makhluk yang berpolitik. Kata kun1i penting dalam ka#ian politik adalah kekuasaan. +apat dikatakan bah$a unsur utama dalam pembahasan politik adalah apa dan bagaimana manusia mengelola kekuasaan. Perspektif dasar dalam pembahasan tentang politik adalah usaha untuk mendapatkan, memanfaatkan, mendistribusikan, mengimplementasikan dan mempertahankan kekuasaan kepada manusia yang lain. Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan dan bagaimana kekuasaan itu sendiri ,mengutip 3ass$ell.. Politik adalah proses dan akti2itas sosial manusia untuk mengatur tindakan manusia. Politik adalah ka#ian dan praksis sistematik, metodis dan rasional yang ingin memahami dan men#elaskan proses(kegiatan serta tindakan indi2idu atau kelompok dalam mendapatkan, memanfaatkan, mendistribusikan, mengimplementasikan dan mempertahankan kekuasaan yang ada. 4lmu ini mau men#elaskan prinsip(prinsip dasar dan bagaimana proses serta tindakan politik bisa dilakukan dalam kehidupan sosial. Proses politik sebagai pola interaksi yang berganda, setara, beker#a sama, dan bersaingan yang menghubungkan $arga negara partisipan yang aktif dalam posisi utama pembuat keputusan. Perspektif politik terhadap komunikasi lebih mendasarkan pada asumsi bah$a politik adalah sebuah proses. Politik melibatkan komunikasi. Proses komunikasi dalam ruang lingkup

politik menempati posisi yang penting. Setiap sistem politik, sosialisasi dan perekrutan politik, kelompok(kelompok kepentingan, penguasa, peraturan, dan sebagainya dianggap bermuatan komunikasi. +engan kata lain, se#auh mana proses politik menentukan struktur dan pola komunikasi yang tumbuh dalam masyarakat. Perspektif ilmu komunikasi terhadap politik. Kerangka yang mengekspresikan atau menyatakan pesan politik tentunya melalui proses komunikasi. +alam arti tertentu, politik berada dalam domain komunikasi. Proses komunikasi akan menentukan struktur, efekti2itas, proses dan akti2itas politik yang ada. Atau dengan kata lain, se#auh mana komunikasi menentukan proses pen1arian, mempertahankan dan mendistribusikan pola kekuasaan dalam masyarakat. +alam proses politik, komunikasi men#adi alat atau media yang mampu mengalirkan pesan politik ,tuntutan dan dukungan. ke kekuasaan untuk diproses. +alam suatu sistem politik yang demokratis, terdapat subsistem suprastruktur politik ,lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif. dan subsistem infrastruktur politik ,partai politik, organisasi kemasyarakatan, kelompok kepentingan. Cnya. Proses politik berkenaan dengan proses input dan output sistem politik. +alam model komunikasi politik, di#elaskan bah$a komunikasi politik model input merupakan proses opini berupa gagasan, tuntutan, kritikan, dukungan mengenai suatu isu(isu aktual yang datang dari infrastruktur ditu#ukan kepada suprastruktur politiknya untuk diproses men#adi suatu keputusan politik ,berupa undang(undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, dan sebagainya.. Sedangkan komunikasi politik model output adalah proses penyampaian atau sosialisasi keputusan(keputusan politik dari suprastruktur politik kepada infrastruktur politik dalam suatu sistem politik. Wa1ana 444: Pelayanan Publik sebagai Komunikasi Politik Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan ,melayani. keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata 1ara yang telah ditetapkan. Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bah$a pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. 4a tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta men1iptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyaraakat mengembangkan kemampuan dan kreati2itasnya demi men1apai tu#uan bersama

,"asyid, %&&-.. Karenanya birokrasi publik berke$a#iban dan bertanggung #a$ab untuk memberikan layanan baik dan profesional. Pelayanan publik ,public services. oleh birokrasi publik tadi adalah merupakan salah satu per$u#udan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik ,public services. oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mense#ahterakan masyarakat ,$arga negara. dari suatu negara kese#ahteraan , welfare state.. Pelayanan umum oleh 3embaga Administrasi *egara ,%&&-. diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh 4nstansi Pemerintah di Pusat, di +aerah dan di lingkungan adan )saha Milik *egara atau +aerah dalam bentuk barang dan atau #asa baik masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan dalam rangka upaya kebutuhan peraturan perundang(undangan. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata 1ara yang telah ditetapkan. Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah ter#adi suatu perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, merupakan indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat ,!hoha dalam Widodo, 8''%.. 9al ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang men#adi hak dan ke$a#ibannya sebagai $arga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk menga#ukan tuntutan, keinginan dan aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintahnya. +alam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat $aktu, responsif dan adaptif serta sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas indi2idu dan masyarakat untuk se1ara aktif menentukan masa depannya sendiri ,Effendi dalam Widodo, 8''%.. Arah pembangunan kualitas manusia tadi adalah memberdayakan kapasitas manusia dalam arti men1iptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan krati2itasnya untuk mengatur dan menentukan masa depannya sendiri. 4tulah sebabnya pelayanan publik mempunyai hubungan dengan faktor politik pemerintahan dan aspek komunikasi sebagai media ekspresi. 4ni dapat dikatakan bah$a pelayanan publik merupakan salah satu bentuk komunikasi politik dalam

konteks implementasi etika pemerintahan yang men#adi pedoman arah dan tindakan publik birokrasi ,pemerintah.. Model komunikasi politik dalam pelayanan publik sebetulnya bisa dibangun dari konsep peren1anaan partisipatif ,participatory planning. sehingga polanya men#adi semakin formal dan informal. Model ini tidak hanya bermanfaat bagi kemudahan interaksi tetapi #uga bisa dimanfaatkan sebagai media pen1erdasan rakyat di luar lembaga pendidikan formal yang sudah ada. Konsep ini menekankan keterlibatan aktif rakyat dalam peren1anaan pelayanan publik dalam sebuah pembangunan. Konsekuensi logisnya adalah bah$a rakyat harus memiliki kemampuan yang 1ukup dalam bidang pengetahuan dan mana#emen. 9al ini tidak berarti harus membangun lembaga atau infrastruktur yang baru untuk me$u#udkannya. Karena perangkat birokrasi pemerintahan dapat digunakan sebagai elemen penting di dalam model komunikasi tersebut. Pertanyaannya, apakah selama ini perangkat birokrasi pemerintahan tesebut sudah terlibat dalam proses komunikasi pembangunanD Perangkat birokrasi pemerintahan dalam konteks etika pemerintahan dan pelayanan bisa dioptimalkan men#adi Esentra(sentra pelayananF publik yang efektif. 4ni akan memudahkan penyerapan gagasan, aspirasi, dan kehendak rakyat se1ara 1epat dan terkontrol. 0epat karena perangkat ini bisa beker#a se1ara simultan di setiap $ilayah dan bidang kekaryaan dalam $aktu ker#a yang ditentukan, sedangkan terkontrol karena didukung oleh data base kependudukan dan luas interaksi sosialnya sangat #elas. Penyediaan sentra(sentra pelayanan sangatlah perlu untuk mendukung proses pembangunan. Sisi inilah yang selama ini #arang diperhatikan oleh pemerintah. /ptimalisasi perangkat birokrasi pemerintahan dari skala paling ba$ah sampai atas sebagai sentra pelayanan harus dilengkapi dengan prinsip organisasi pembela#aran. Prinsip ini akan memungkinkan ter#adinya transfer kemampuan ,life skill., pengetahuan, dan kemampuan mana#emen. 9al ini akan menstimulasi kesiapan masyarakat dalam mengatasi permasalahan yang langsung dihadapi dan semakin memantapkan kesiapannya dalam menyusun gagasan yang dapat di#adikan material dasar dalam peren1anaan pembangunan. +engan kata lain, prinsip ter( sebut bisa membantu rakyat untuk men1apai kondisi kepastian dalam menyikapi kehidupan yang mereka #alani. 3angkah ini dapat dipandang sebagai upaya pre2entif men#aga sinergisitas pembangunan dan persatuan ,cohesiveness.. +engan adanya model komunikasi pembangunan, maka sikap keberpihakan dan good $ill pemerintah semakin bisa diukur se1ara ob#ektif. Karena,

$a1ana yang berkembang ditingkat ba$ah, keinginan, kritik, saran, dan lain sebagainya yang bersumber dari rakyat semakin bisa terfasilitasi, tersalurkan, dan terealisasi dengan #elas. 9al ini tidak hanya akan berdampak kepada pengurangan potensi konflik yang marak ter#adi, tetapi #uga dapat menstimulasi keilmuan dan kede$asaan rakyat itu sendiri. Se1ara operasional, model komunikasi pembangunan ini akan berdampak langsung dalam memberikan kemudahan kiner#a dinas(dinas terkait untuk mengaktualisasikan program pembangunan. 4ni sagat memungkinkan karena potensi dan kendala yang dihadapi rakyat semakin terpetakan dengan #elas dan terserap se1ara baik, karena perangkat birokrasi pemerintahan tersebut dapat mengakses sistem komunikasi struktural yang sudah ada. 3angkah tersebut tidak berarti bah$a pemerintah harus kehilangan peluang ker#asama dengan pihak in2estor atau pengusaha yang men#alankan perusahaan sebagai komponen penting dalam dunia industri saat ini. 6ustru disinilah dituntut kepia$aian pimpinan suatu daerah atau dinas tertentu dalam mengkomunikasikan gagasan pembangunan dan pengembangan $ilayahnya. Konstelasi di atas memperlihatkan hubungan yang erat antara komunikasi politik kepada publik dengan pelayanan publik yang men#adi tanggung #a$ab pemerintah. 4nilah yang akhirnya penting untuk membangun komunikasi publi1 yang sehat dalam konteks good go2ernan1e dan etika pemerintahan yang rasional. Membangun komunikasi publik dalam men1iptakan good governance dan etika pemerintahan menyangkut beberapa hal penting, yaitu pertama, pentingnya mendengarkan suara publi1. Suara rakyat adalah suara !uhan begitu bunyi adagium yang menekankan betapa pentingnya kita mendengar suara rakyat dalam pengambilan kebi#akan dan keputusan publik. Suara rakyat merupakan inti dari demokrasi yang telah disepakati sebagai sistem pemerintahan. Kualitas suara rakyat men1erminkan kualitas dalam berdemokrasi. +alam ilmu politik, ada dua pendekatan terhadap demokrasi : pendekatan normatif dan pendekatan empirik. Pendekatan normatif, menekankan pada ide dasar dari demokrasi atau etika pemerintahan yaitu kedaulatan ada di tangan rakyat dan oleh karenanya pemerintah diselenggarakan dari, oleh, dan untuk rakyat. Sedangkan pedekatan empirik mendekatkan pada per$u#udan demokrasi dalam kehidupan politik. Se1ara empirik sulit menerangkan kedaulatan rakyat se1ara utuh. Selain beragam dan seringkali saling bertentangan, suara rakyat #uga sulit dihimpun untuk penyelenggaraan pemerintahan sehari(hari. )ntuk itu perlu ada lembaga per$akilan, yang anggota(anggotanya dipilih dari partai politik sebagai agregasi dari berbagai kepentingan. Meskipun se1ara empirik keyataan ini sudah dibantah, tetapi pendekatan ini masih

menyisakan beberapa kelemahan. Se#auhmana orang yang dipilih dapat merepresentasikan kehendak masyarakat luasD Se#auhmana kita mengetahui bah$a orang yang dipilih dan didudukkan dalam lembaga per$akilan dan pemerintahan men#alankan mandat pemilihnyaD agaimana bentuk dan mekanisme pertanggung#a$aban orang yang dipilih terhadap pemilihnyaD Siapa yang menanggung akibat kesalahan keputusan dari $akil yang dipilihD agaimana #ika orang yang dipilih mengkhianati mandatnyaD Pertanyaan(pertanyaan di atas tidak dapat di#a$ab se1ara memuaskan oleh pendekatan se1ara demokrasi prosedural. Artinya apapun sistem dan prosedur pemilihan yang diran1ang untuk men#alankan demokrasi per$akilan mempunyai potensi untuk mendistorsi demokrasi dalam pengertiannya yang hakiki. )ntuk menutupi kelemahan demokrasi prosedural, maka beberapa ahli ilmu politik dan akti2is masyarakat sipil mengintrodusir gagasan demokrasi akar rumput ,grassroots demo1ra1y.. 4nti dari gagasan ini adalah bah$a dalam pemberian mandat terhadap orang yang dipilihnya untuk duduk di lembaga per$akilan dan pemerintahan, bukan berarti hak politik rakyat hilang. Pemberian mandat bersifat parsial, yaitu mendudukkan $akilnya untuk membahas dan memutuskan urusan publik di lembaga formal kenegaraan. Sedangkan hak politik sebagai hak aBasi manusia tetap melekat pada setiap indi2idu yang bersangkutan. )ntuk itu adalah hak setiap $arga negara untuk men#adi ruang publik dari inter2ensi negara, mengagregasikan persoalan dan berbagai kepentingan publik di ruang publik, meran1ang agenda publik, dan terus menerus menga$asi lembaga per$akilan dan pemerintah agar beker#a sesuai mandat yang diberikan. Selain sebagai hak, partisipasi publik di tingkat akar rumput #uga dapat men#a$ab beberapa kelemahan demokrasi per$akilan. Pertama, perubahan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat saat ini berlangsung sangat 1epat sehingga tidak mungkin dapat di#a$ab hanya dengan institusi formal negara. Kelompok masyarakat sipil dan dunia bisnis #usteru terbukti lebih responsif terhadap perubahan. Karena itu tidak mungkin bagi lembaga formal pemerintahan untuk meninggalkan masyarakat sipil dan masyarakat bisnis dalam pengambilan keputusan. Karena itu komunikasi dan pelibatan masyarakat sipil dan sektor bisnis merupakan langkah penting untuk democratizing democracy ,mendemokrasikan lembaga formal yang dipilih se1ara demokratis.. Kedua, demokrasi akar rumput lebih men#amin ter$u#udnya kebi#akan yang memihak orang miskin dan karenanya lebih men#amin ter$u#udnya keadilan sosial. Karena itu pendekatan grassroots democracy #uga dikenal dengan istilah pro-poor democracy. 3ogikanya adalah

dengan memformulasikan kebi#akan se#ak dari ba$ah, melibatkan banyak konstituen, dan kontrol yang massif dari masyarakat sipil maka berbagai kepentingan terutama dari masyarakat ba$ah(yang se1ara ekonomi menduduki strata terendah(akan terakomodasi. +orongan organisasi rakyat untuk men#adi kekuatan pengimbang dari birokrasi negara perlu diintenskan. 9al ini disebabkan selama A8 tahun masa pemerintah reBim /rde baru dan belum terlihatnya tanda(tanda perbaikan dari reformasi yang kita gagas se#ak tahun %&&-, masyarakat 4ndonesia ada dalam tantangan sistem negara(memin#am istilah / :+onnel, Mohtar Mas;ud, dan A.S 9ikam C birokratis dan korporatis. +alam tatanan ini seluruh kekuatan masyarakat ada dalam kontrol negara. Melalui kontrol yang sistemis terhadap kekuatan masyarakat sampai kearus ba$ah, negara tampil sebagai kekuatan politik yang tidak hanya relatif mandiri berhadapan dengan faksi(faksi elit pendukungnya serta masyarakat sipil, tetapi ia telah men#adi kekuatan dominan yang mampu mengatasi keduanya. +alam ungkapan lain negara memainkan peran sentral dan selalu mengoptimalkan kapabilitas yang dimiliki untuk mengatur hubungan sosial, menekan masyarakat, dan memiliki hak prerogatif untuk mengelola sumber daya. *egara dalam sistem birokrasi otoriter dan korporatis melakukan in2asi organisasi sosial formal maupun non formal sehingga masyarakat memiliki dera#at homogenitas yang tinggi. +alam ungkapan yang lebih ekstrem birokrasi negara men#adi predator yang memangsa segala kekuatan sosial di masyarakat. Kekuatan dan kemandirian masyarakt pun lumpuh. )ntuk mengimbangi kekuatan birokrasi negara kita memerlukan organisasi rakyat yang mandiri, 1erdas, dan berorientasi pada kepentingan publik. Sistem tata pengelolaaan bersama tata pemerintahan ,governance. yang berpusat rakyat ,society-centered. merupakan pilihan yang harus ditempuh untuk men#amin keberlan#utan pembangunan dan keadilan sosial. Pilihan ini mengandung konsekuensi harus semakin menguatnya peran masyarakat disatu sisi dan disisi yang lain birokrasi harus mengambil peran yang berbeda dari peran selama ini yaitu sebagai penetu dan penyedia barang publik. Penguatan masyarakat tidak dapat tumbuh dengan sendirinya melainkan harus didorong melalui proses bela#ar bersama. Komunikasi dan sharing dalam membahas persoalan publik merupakan media untuk proses bela#ar bersama tersebut.

Wacana Akhir: Etika Pelayanan Publik sebagai Fundamen Etika Pemerintahan yang omunikatif 4su tentang etika dalam pelayanan publik di 4ndonesia kurang dibahas se1ara luas dan tuntas sebagaimana terdapat di negara ma#u, meskipun telah disadari bah$a salah satu kelemahan dasar dalam pelayanan publik di 4ndonesia adalah masalah moralitas. Etika sering dilihat sebagai elemen yang kurang berkaitan dengan dunia pelayanan publik. Padahal, dalam literatur tentang pelayanan publik dan administrasi publik, etika merupakan salah satu elemen yang sangat menentukan kepuasan publik yang dilayani sekaligus keberhasilan organisasi pelayanan publik itu sendiri dalam hal ini pemerintah. +alam arti yang sempit, pelayanan publik adalah suatu tindakan pemberian barang dan #asa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka tanggung #a$abnya kepada publik, baik diberikan se1ara langsung maupun melalui kemitraan dengan s$asta dan masyarakat, berdasarkan #enis dan intensitas kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar. Konsep ini lebih menekankan bagaimana pelayanan publik berhasil diberikan melalui suatu delivery system yang sehat. Pelayanan publik ini dapat dilihat sehari(hari di bidang administrasi, keamanan, kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih, telekomunikasi, transportasi, bank, dsb.!u#uan pelayanan publi1 adalah menyediakan barang dan #asa yang terbaik bagi masyarakat. arang dan #asa yang terbaik adalah yang memenuhi apa yang di#an#ikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. +engan demikian pelayanan publik yang terbaik adalah yang memberikan kepuasan terhadap publik, kalau perlu melebihi harapan publik. +alam arti yang luas, konsep pelayanan publi1 ,public service. identik dengan publi1 administration yaitu berkorban atas nama orang lain dalam men1apai kepentingan publi1 ,lihat 6.3.Perry, %&-&: G8<.. +alam konteks ini pelayanan publik lebih dititik beratkan kepada bagaimana elemen(elemen administrasi publik seperti policy making, desain organisasi, dan proses mana#emen dimanfaatkan untuk mensukseskan pemberian pelayanan publik, dimana pemerintah merupakan pihak provider yang diberi tanggung #a$ab. Karya +enhardt yang ber#udul The Ethics of ublic !ervice "#$%%& merupakan 1ontoh dari pandangan ini, dimana pelayanan publik benar(benar identik dengan administrasi publik. Alasan mendasar mengapa pelayanan publik harus diberikan adalah adanya public interest atau kepentingan publik yang harus dipenuhi oleh pemerintah karena pemerintahlah yang memiliki Etanggung #a$abF atau responsibility. +alam memberikan pelayanan ini

pemerintah diharapkan se1ara profesional melaksanakannya, dan harus mengambil keputusan politik se1ara tepat mengenai siapa mendapat apa, berapa banyak, dimana, kapan, dsb. Padahal, kenyataan menun#ukan bah$a pemerintah tidak memiliki tuntunan atau pegangan kode etik atau moral se1ara memadai. Asumsi bah$a semua aparat pemerintah adalah pihak yang telah teru#i pasti selalu membela kepentingan publik atau masyarakatnya, tidak selamanya benar. yang lebih tinggi #ustru mendikte perilaku seorang birokrat atau aparat pemerintahan. ada Eotonomi dalam beretikaF. Alasan lain lebih berkenaan dengan lingkungan didalam birokrasi yang memberikan pelayanan itu sendiri. +esakan untuk memberi perhatian kepada aspek kemanusiaan dalam organisasi ,organizational humanism. telah disampaikan oleh +enhardt. +alam literature tentang aliran human relations dan human resources, telah dian#urkan agar mana#er harus bersikap etis, yaitu memperlakukan manusia atau anggota organisasi se1ara manusia$i. Alasannnya adalah bah$a perhatian terhadap manusia ,concern for people. dan pengembangannya sangat rele2an dengan upaya peningkatan produkti2itas, kepuasan dan pengembangan kelembagaan. Alasan penting lainnya adalah peluang untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika yang berlaku dalam pemberian pelayanan publik sangat besar. Pelayanan publi1 tidak sesederhana sebagaimana dibayangkan, atau dengan kata lain begitu kompleksitas sifatnya baik berkenaan dengan nilai pemberian pelayanan itu sendiri maupun mengenai 1ara terbaik pemberian pelayanan publik itu sendiri. Kompleksitas dan ketidakmenentuan ini mendorong pemberi pelayanan publik mengambil langkah(langkah profesional yang didasarkan kepada Ekeleluasaan bertindakF ,discretion.. +an keleluasaan inilah yang sering men#erumuskan pemberi pelayanan publik atau aparat pemerintah untuk bertindak tidak sesuai dengan kode etik atau tuntunan perilaku yang ada. +alam pemberian pelayanan publik khususnya di 4ndonesia, pelanggaran moral dan etika dapat diamati mulai dari proses kebi#akan publik ,pengusulan program, proyek, dan kegiatan yang tidak didasarkan atas kenyataan., desain organisasi pelayanan publi1 ,pengaturan struktur, formalisasi, dispersi otoritas. yang sangat bias terhadap kepentingan tertentu, proses mana#emen pelayanan publik yang penuh rekayasa dan kamuflase ,mulai dari peren1anaan teknis, pengelolaan keuangan, S+M, informasi, dsb.., yang semuanya itu nampak dari sifat(sifat tidak transparan, tidak responsif, tidak akuntabel, tidak adil, dsb. +an anyak irokrat kasus membuktikan bah$a kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, partai dan bahkan struktur dalam hal ini tidak memiliki EindependensiF dalam bertindak etis, atau dengan kata lain, tidak

tidak dapat disangkal, semua pelanggaran moral dan etika ini telah diungkapkan sebagai salah satu penyebab melemahnya pemerintahan kita. Alasan utama yang menimbulkan tragedi tersebut sangat kompleks, mulai dari kelemahan aturan hukum dan perundangundangan kita, sikap mental manusia, nilai(nilai sosial budaya yang kurang mendukung, se#arah dan latarbelakang kenegaraan, globalisasi yang tak terkendali, sistim pemerintahan, kede$asaan dalam berpolitik, dsb. agi 4ndonesia, pembenahan moralitas yang ter#adi selama ini masih sebatas lip service tidak menyentuh sungguh(sungguh substansi pembenahan moral itu sendiri. Karena itu pembenahan moral merupakan Ebeban besarF di masa mendatang dan apabila tidak diperhatikan se1ara serius maka proses EpembusukanF terus ter#adi dan dapat berdampak pada disintegrasi bangsa.

+aftar Pustaka

ertens, K. 8'''. Etika. Seri 5ilsafat Atma 6aya: %<. 6akarta: Penerbit P! Gramedia Pustaka )tama. Cernea, +ichael +., -Social Structures )or Sustained De"elopment., paper presented in Combined =?pert ;roup +eeting on Social De"elopment and <hird <raining Seminar on 'ocal Social De"elopment,lanning 9eld in 3agoya, 8&-8$ 0ctober #$AB. +enhardt, Kathryn G. %&--. The ethics of Press. ublic !ervice. Westport, 0onne1ti1ut: Green$ood

Donald Share, -Transition to Democracy and Transition Through Transaction., Comparati"e ,olitical Studies, "ol.#$, 3o.C (>anuary #$A%), h.@D&. 9enry, *i1holas. %&&<. ublic 'dministration and 0liffs, *.6.: Prenti1e(9all 4nternational, 4n1. ublic 'ffairs . SiHth Edition. Engle$ood

Korten, Da"id C., -People-Contered Development: Reflections on Development Theory and Method., +anila5 mimeograph, #$AD. 'ittlejohn, Stephen dan Karen Eoss, Communication. *ads!orth54S6 8&&A, Theories of Human

M1*air . 8''A( 'n )ntroduction to olitical Communication, 3ondon: "outledge +c'uhan, +arshall, #$$B, ,ress5+assacusetts nderstanding Media:The !"tension of Man# +2< olitical 9all.

Mi1hael "oskin, "obert 3. 0ord, 6ames A. Medeiros, and Walter S. 6ones, 8''7, !cience* 'n )ntroduction ,*e$ Iork: Prenti1e

,acey, 6rnold, #$AC, The Culture of Technology, +2< ,ress5+assachusetts Perry, 6ames 3. %&-&( +andbook of 3imited. ublic 'dministration. San 5ransis1a, 0A: 6ossey( ass

"obert E. Goodin, 9ans(+ieter Klingemann ,9rsg.., %&&G: ' ,ew +andbook of !cience( /Hford > *e$ Iork u.a.: /Hford )ni2ersity ShafritB, 6ay.M. dan E.W."ussell. %&&7. )ntroducing 3ongman.

olitical Press

ublic 'dministration. *e$ Iork, *.I.:

Suseno, 5ranB Magnis, %&--, Etika Dasar, 6akarta: Gramedia Pustaka )tama

Anda mungkin juga menyukai