Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ISBD MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar Dosen Pengampu : Ratnasari Diah Utami, M.Si

Disusun Oleh: 1. Miftah Jayanti 2. Risali Muftazani 3. Darti Retno W. (A510100265) (A510100268) (A510100271)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 / 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang membahas tentang Perwujudan Masyarakat Bermoral dan Taat Hukum serta Problematika Nilai, Moral, dan Hukum. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan masalah ini. Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Ratnasari Diah Utami, selaku dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk penyusunan makalah. 2. Rekan-rekan seangkatan PGSD 2010/2011 atas segala bantuan dan partisipasinya dalam penyelesaian makalah ini Semoga Allah SWT melimpahkan taufik, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua dan semoga makalah ini dapat memberian manfaat bagi pembaca dan penulis sendiri. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan untuk lebih sempurnanya penulisan makalah yang lain di masa mendatang.

Surakarta, Mei 2011

Penulis

PEMBAHASAN

C. Perwujudan Masyarakat Bermoral dan Taat Hukum 1. Masyarakat Bermoral Seringkali kita mendengar kata moral diucapkan banyak orang seperti ungkapan, amoral, moralitas bangsa, dasar tidak bermoral, anak tidak bermoral, moral bejat, tidak punya moral, dasar tidak punya moral dan lain sebagainya. Kata moral seringkali diucapkan orang dan biasanya kata-kata seperti itu akan sering muntah begitu saja jika dalam kondisi marah dalam bentuk umpatan atau juga sering diucapkan dalam memberi suatu nasehat atau dakwah, seperti seringkali di katakan oleh para ustad, para kyai maupun para pemimpin. Pengertian Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Ciri manusia bermoral atau manusia tidak bermoral dapat dilihat dari pengertian dan beberapa istilah terkait pengertian moral. Ciri orang bermoral dan tidak bermoral adalah jika seseorang melakukan tindakan sesuai dengan nilai rasa dan budaya yang berlaku ditengah masyarakat tersebut dan dapat diterima dalam lingkungan kehidupan sesuai aturan yang berlaku maka orang tersebut dinilai memiliki moral.

Kata moral atau akhlak sering kali digunakan untuk menunjukkan pada suatu perilaku baik atau buruk, sopan santun dan kesesuaiannya dengan nilai-nilai kehidupan pada seseorang. Terlepas dari perbedaan kata yang digunakan baik moral, etika, akhlak, budi pekerti mempunyai penekanan yang sama, yaitu adanya kualitas-kualitas yang baik yang teraplikasi

dalam perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari, baik sifat-sifat yang ada dalam dirinya maupun dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat. Nilai baik sekaligus ciri manusia bermoral sebagai makhluk individu dapat dilihat dengan adanya perilaku seperti jujur, dapat dipercaya, adil, bertanggung jawab dan lain-lain, maupun sebagai makhluk sosial dalam hubungannya dengan masyarakat, seperti kejujuran, penghormatan sesama manusia, tanggung jawab, kerukunan,

kesetiakawanan, solidaritas sosial dan sebagainya.

2. Kesadaran Hukum Disepakati bahwa manusia adalah makhluk sosial, yaitu makluk yang selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan dengan sesamanya. Dalam konteks hubungan dengan sesama perlu adanya keteraturan sehingga setiap individu dalam berhubungan secara harmonis dengan individu lain di sekitarnya. Untuk terciptanya keteraturan tersebut diperlukan aturan yang disebut oleh kita hukum. Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin

menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau diluar masyarakat. Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan bahwa tujuan hukum adalah keadilan, ada juga yang menyatakan kegunaan, ada yang kepastian hukum dan lain-lain. Akan tetapi dalam kaitan dalam masyarakat, tujuan hukum yang utama dapat direduksi untuk ketertiban (order). Mochtar Kusumaatmaja (2002,hlm.3) mengatakan ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala hukum, kebutuhan terhadap ketertiban ini merupakan syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat yang teratur, ketertiban sebagai tujuan utama hukum yang merupakan fakta objektif yang berlaku bagi segala masyarakat manusia dalam segala bentuknya. Untuk

mencapai ketertiban dalam masyarakat ini, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat. Banyak kaidah yang berkembang dan dipatuhi masyarakat, seperti kaidah agama, kaidah susila, kesopanan, adat kebiasaan dan kaidah moral. Kaidah hukum sebagai salah satu kaidah sosial tidak berarti meniadakan kaidah-kaidah lain tersebut,bahkan antara kaidah hukum dengan kaidah lain saling berhubungan yang satu memperkuat yang lainnya, meskipun ada kalanya kaidah hukum tidak sesuai atau tidak serasi dengan kaidahkaidah tersebut. Dahlan Thaib (2001,hlm.3) mengatakan bahwa hukum itu merupakan hukum apabila dikehendaki, diterima oleh kita sebagai anggota masyarakat ; apabila kita juga betul-betul berpikir, demikian seperti yang dirumuskan dalam undang-undang, dan terutama juga betul-betul menjadi realitas hukum dalam kehidupan orang-orang dalam masyarakat. Dengan demikian hukum sebagai kaidah sosial, tidak lepas dari nilai (values) yang brlaku pada suatu masyarakat. Bahkan dapat dikatakan bahwa hukum itu merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesadaran hukum pada hakikatnya berpangkal pada adanya suatu pengetahuan tentang ketentuan hukum yang mengatur hidup dalam hidup bersama. Dari pengakuan mengenai ketentuan hukum ini akan lahir suatu pengakuan dan penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang dimaksud, sehingga timbul penghayatan terhadap ketentuan hukum tersebut. Kalau kondisi seperti ini telah terdapat pada suatu negara selaku pelaku pendukung negara, maka terbinalah kesadaran hukum, yang berarti pula ketertiban dan kepastian hukum dalam kehidupan bersama tercipta.

D. Problematika Nilai, Moral, dan Hukum

Hukum sebagai norma harus didasarkan pada nilai moral.Apa artinya Undang-Undang jika tidak disertai moralitas.Norma moral adalah norma yang paling dasar.Norma moral menentukan bagaimana kita menilai seseorang. Suatu hukum yang bertentangan dengan norma moral kehilangan kekuatannya, demikian kata Thomas Aquinas. Secara ideal,seharusnya manusia taat pada norma moral dan norma hukum yang tumbuh dan tercipta dalam hidup sebagi upaya mewujudkan kehidupan yang damai, aman, dan sejahtera. Namun dalam kenyataannya terjadi berbagai pelanggaran, baik terhadap norma moral maupun norma hukum. Pelanggaran norma moral merupakan suatu pelanggaran etik, sedangkan pelanggaran terhadap norma hukum merupakan suatu pelanggaran hukum. 1. Pelanggaran Etik Kebutuhan akan norma etik di oleh manusia diwujudkan dengan membuat serangkaian norma etik untuk suatu kegiatan atau profesi.Kode etik profesi berisi ketentuan-ketentuan normatif etik yang seharusnya dilakukan oleh anggota profesi.Kode etik profesi dibutuhkan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi,dan disisi lain melindungi ,masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian.Meskipun telah memiliki kode etik,masih terjadi pelanggaran terhadap profesi.Contohnya: Dokter melanggar kode etik kedokteran. Pelanggaran terhadap kode etik tidak diberikan sanksi lahiriah ataupun yang bersifat memaksa..Pelanggaran etik biasanya mendapat sanksi etik berupa rasa menyesal,bersalah,dan malu.Bila seorang profesi melanggar kode etik profesinya ia akan mendapatkan sanksi etik dari lembaga profesi,seperti teguran,dicabut keanggotaannya,atau tidak

diperbolehkan lgi menjalani profesi tersebut. 2. Pelanggaran Hukum Problema hukum yang yang berlaku dewasa ini adalah masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat. Akibatnya banyak terjadi pelanggaran hukum. Bahkan,pada hal-hal kecil yang sesungguhnya tidak

perlu terjadi. Misalnya, secara sengaja tidak membawa SIM dengan sengaja dengan alasan hanya untuk sementara waktu. Pelanggaran hukum dalam arti sempit berarti pelanggaran terhadap perundang-undangan negara. Sanksi atas pelanggaran hukum adalah sanksi pidana dari negara yang bersifat lahiriah dan memaksa masyarakat secara resmi (negara) berhak memberi sanksi bagi warga negara yang melanggar hukum. Bila dicermati, ada beberapa hal yang menyebabkan lemahnya penegakan hukum pertama kesadaran/pengetahuan hukum yang lemah. Kesadaran/pengetahuan hukum yang lemah, dapat berefek pada

pengambilan jalan pintas dalam menyelesaikan persoalan masing-masing. masyarakat yang tidak mengerti akan hukum, berpotensi besar dalam melakukan pelanggaran terhadap hukum. dalam hukum, dikenal dengan adanya fiksi hukum artinya semua dianggap mengerti akan hukum. Seseorang tidak dapat melepaskan diri dari kesalahan akan perbuatannya dengan alasan bahwa ia tidak mengerti hukum atau suatu peraturan perundang-undangan. Jadi dalam hal ini sudah sewajarnya bagi setiap individu untuk mengetahui hukum. Sedangkan bagi aparatur hukum atau elemen lain yang concern pada supremasi hukum sudah seharusnya memberikan kesadaran hukum bagi tiap individu. Kedua adalah ketaatan terhadap hukun. Dalam kehidupan seharihari tidak jarang budaya egoisme dari individu muncul. Ada saja orang yang melanggar hukum dengan bangga malah menceritakan perbuatannya kepada orang lain. Misalnya pelanggaran terhadap lalu lintas. Oleh pelakunya menganggap itu hal yang biasa-biasa saja, bahkan dengan bersikap bangga diri ia menceritakan kembali kepada orang lain perbuatan yang telah dilakukannya. Hal semacam ini telah mereduksi nilai-nilai kebenaran,sehingga menjadi suatu kebudayaan yang sebenarnya salah. Ketiga adalah perilaku aparatur hukum. Perilaku aparatur hukum baik dengan sengaja ataupun tidak juga telah mempengaruhi dalam penegakan hukum. Misalnya aparat kepolisian yang dalam menangani

suatu kasus dugaan tindak pidana, tidak jarang dalam kenyataannya juga langsung memvonis seseorang telah bersalah. Hal ini dapat dilihat denga perilaku aparat yang dengan ringan tangan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana. Perilaku-perilaku semacam ini justru bukan mendidik seseorang untuk menghormati akan hukum Ia menghormati hukum hanya karena takut pada polisi. Keempat adalah faktor penegak hukum. Seseorang yang melakukan tindak pidana namun ia selalu bisa lolos dari jeratan pemidanaan, akan berpotensi bagi orang yang lain untuk melakukan hal yang sama. Korupsi yang banyak dilakukan namun banyak pelaku yang lepas dari jeratan hukum berpotensi mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Adanya mafia peradilan telah mempengaruhi semakin bobroknya penegakan hukum di negeri kita. Aparatur hukum yang sedianya diandalkan untuk menjunjung tinggi supremasi hukun justru melakukan pelanggaran hukun. Sebagai akibatnya masyarakat pesimis terhadap penegakan hukum. Seharusnya penegak hukum mampu menegakkan hukum seadiladilnya. Tidak ada lagi diskriminasi terhadap si miskin sehingga terciptalah keadilan. Permasalahan hukum di Indonesia dapat di minimalisasi melalui proses pendidikan yang diberikan kepada masyarakat, diharapkan wawasan pemikiran mereka pun semakin meningkat sehingga mempunyai kemampuan untuk memikirkan banyak alternatif dalam usaha

memecahkan masalah hukum dan tidak melakukan pelanggaran hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Hartomo dan Arnicun Aziz. 1990. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara Herimanto dan Winarno. 2010. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara www.glatica.com/pengertian-manusia-bermoral-dan-tidak-bermoral.html hanstoe.wordpress.com/2009/02/21/keadilanketertiban-dan-kesejahteraansebagai-wujud-masyarakat-yang-bermoral-dan-mentaati-hukum/

Anda mungkin juga menyukai