PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai suatu bangsa yang besar yang memiliki berbagai macam suku, ras,
etnis, bahasa, agama, serta golongan kepercayaan lainya yang mewarnai keberagaman bangsa
suatu patokan dasar tentang tatacara anggota kelompok masyarakat dalam kelancaran
Masyarakat dan ketertibannya merupakan dua hal yang berhubungan sangat erat bahkan bisa
juga dikatakan sebagai dua sisi dari satu mata uang. Susah untuk mengatakan adanya
masyarakat tanpa adanya suatu ketetriban, bagaimana pun kualitasnya. Kendati demikian
segera perlu ditambahkan disini, bahwa yang disebut ketertiban itu tidak didukung oleh suatu
berbagai lembaga secara bersama-sama, seperti hukum dan tradisi. Oleh karena itu dalam
masyarakat juga dijumpai berbagai macam norma yang masing-masing mem- berikan
suatu hal yang sangat penting. Norma sebagai petunjuk hidup atau norma itu menjadi gejala
sosial, yakni gejala dalam masyarakat. Sehingga pada setiap masyarakat selalu ada petunjuk
hidup. Tanpa ada petunjuk hidup (norma) niscaya masyarakat menjadi kacau. 2 Norma tidak
terlepas dari masyarakat itu sendiri sebab dimana ada masyarakat disitu ada hukum “ubi
Page 1 of 37
Norma Hukum inilah yang sangat tegas dan memberikan batasan-batasan, perintah, untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan suatu sangsi yang tegas, yang diatur
didalam sebuah ketentuan undang-undang didalam. suatu negara tentang sejauh mana kita
Adapun beberapa norma yang perlu penulis kemukakan dalam penulisan proposal skripsi ini
termasuk norma hukum yang sudah sedkit disinggung di atas, sebab proposal sripsi ini akan
mengangkat permasalahan berkaitan dengan tindak pidana penganiayaan yang mana oleh
karena adanya suatu upaya mediasi antara korban dan pelaku penganiayaan hingga tercapai
suatu perdamaian, sehingga perkara tersebut dihentikan di tingkat penyidikan lewat cara
restorative justice.
Ada tiga norma lain juga yang berlaku sangat erat ditengah-tengah masyarakat yang
- Norma agama adalah norma norma yang berpangkal pada kepercayaan Yang Maha
Kuasa dan mengangap norma agama ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dialam
semesta ini. Pelanggaran terhadap norma agama berarti pelanggara terhadap perintah
tuhan yang akan mendapat hukuman di akhirat kelak. Contoh norma agama misalnya:
Kamut tidak boleh membunuh, kamu tidak boleh mencuri, kamu tidak boleh berdusta
- Norma kesusilaan adalah norma berpangkal pada hati nurani manusia sendiri, yang
perbuatan yang tercela. Pelanggaran terhadap norma susila berarti melangar perasaan
baiknya sendiri yang berakibat penyesalan. Perbuatan yang tidak mengindahkan norma
susila disebut asusila. Kamu tidak boleh membunuh, kamu tidak boleh mencuri, kamu
Page 2 of 37
- Norma kesopanan adalah norma yang timbul atau diadakan dalam suatu masyarakat.
Yang mengatur sopan santun dan prilaku dalam prilaku dalam pergaulan hidup antar
kepantasan, atau kepatutan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Orang yang
melakukan pelanggaran terhadap norma kesopanan akan dicela oleh sesame anggota
masayarakat. Celaan itu tidak selalu dengan mulut, tetapi bis dengan cara lain atau
bentuk lain, misalnya: dibenci, dijahui, dipandang tidak tau tata krama, dipandang hina
menetukan: jangan bersikap kasar terhadap orang lain, kamu jangan berlaku sombong,
Dalam pergaulan hidup di masyarakat ketiga norma tersebut diatas yakni: norma agama,
kesusilaan, ataupun kesopanan memang memegang peranan yang sangat penting, tetapi
belum cukup menjamin keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan anggota sesama
masyarakat dan belum menjamin segala kepentingan anggota masyarakat. Oleh karenanya
norma-norma diatas perlu ditambah satu norma yang lain yaitu Norma Hukum.
memiliki tiga norma tadi tanpa adanya norma hukum, norma apakah yang paling berperan
untuk menyelesaikan keadaan ini ?. Apakah norma agama, kesusilaan, kesopanan tentu tidak.
Sebagaimana penulis telah sedikit menyinggung tentang tegasnya norma hukum di atas
dengan sangsinya yang dapat dipaksakan keberlakuanya, apabila ketentuan didalam norma
tersebut dilanggar. Contoh pada norma hukum modern ini apa bila terjadi “penganiayaan”
ditengah masyarakat akan di kenakakan sanksi pidana yang diatur pada Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 351, 352, 353, 354, 355, 356, tentang penganiayaan,
Page 3 of 37
anggota masyaraka yang melakukan perbuatan yang melanggar norma hukum oleh pihak
penyidik polisi hingga penyerahan berkas perkara ke penuntut umum. Tindakan penyidik ini
dilakukan atas aduan atau lapoaran dari pihak yang merasa dirugikan. Berdasarkan
Acara Pidana (KUHAP). Sedangkan pada era modern saat ini tidakan pihak kepolisian dapat
melaksanakan kebijakan atau kewenangan diskresi penerapan hukum yang lebih menitik
beratkan pada adanya pemulihan kerugian korban, berupa pengembalian barang, mengganti
kerugian, menggantikan biaya yang ditimbulkan dari akibat tindak pidana. Dengan adanya
pemulihan diharapkan konflik tidak terjadi, inilah yang disebut dengan keadilan retoratif.
Pada paragraph diatas sedikit telah dikemukakan tentang bagaimana “norma hukum,
ketika norma tersebut dilanggar dengan contoh kasus penganiayaan”. Disini penulis akan
menggambarkan sampai dimanakah norma agama, kesusilaan dan norma kesopanan dapat
contoh yang sama denga norma hukum yakni penganiayaan. Tentunya ketiga norma ini tidak
dapat berbuat apa-apa disebabkan ketiga norma tersebut tidak memiliki sangsi yang dapat
Mengapa norma agama, kesusilaan dan kesopanan belum cukup memberikan jaminan
ketertiban serta ketentraman dalam masyarakat ? hal ini dapat di karenakan oleh dua hal.3 :
(1) masih adanya aspek-aspek kehidupan kepentingan anggota masyarakat yang belum
diaturdalam ketiga norma itu. Misalnya, tidak ada satupun norma agama, kesusilaan, dan
kesopanan yang menentukan, bahwa orang yang menggunakan jalan raya menuju suatu
tempat harus mengambil posisi disebelah kiri jalan. Demikian pula tidak ada satupun
ketentuan dalam ketika norma itu yang mengharuskan pencatatan perkawinan, penguguman
diindahkan bisa menimbulkan akibat yang buruk, yang tidak saja akan dirasakan oleh
3
.ibid. Hlm. 8-9
Page 4 of 37
seseorang, tetapi juga oleh masyarakat luas. Pencatatan perkawinan misalnya, merupakan
kebutuhan dalam masyarakat modern yang kehidupannya serba kompleks, yang apa bila
(2) ketaatan terhadap norma agama, kesusilaan dan kesopanan hanya tergantung pada
kepercayaan, keyakinan, keinsafan dan kesadaran tiap pribadi dalam masyarakat. Dengan
demikian orang yang tidak meyakini akan hukuman Tuhan di akhirat, dapat menahan rasa
penyesalan dan mau menanggung celaan dari masyarakat, akan dengan mudah sekali
melakukan pelangaran terhadap ketiga norma itu. Kerenanya. Hal-hal yang menyangkut
kepentingan anggota masyarakat atau kepentinga masyarakat keseluruhan yang telah diatur
ketiga norma tersebut, perlu diberi perlindungan norma lain, yaitu norma hukum yang
bersifat memaksa. Perkataan “memaksa” disini bukan berarti senantiasa dapat dipaksakan.
Sebab, tidak ada kekuasaan pun didunia ini –juga tata hukum yang bersifat memaksa yang
dapat mencegah pembunuhan, penccurian, pengingkaran janji, dan sebagainya. Namun tata
hukum tidak mau menerima pelangaran norma-normanya demikian saja, tetapi sedapat
pelaksanaan norma-norma hukum tersebut tidak mungkin dilakukan, tata hukum akan
melaksanakan hal yang lain,yang sedapat mungkin mendekati apa yang dituju norma-norma
Norma hukum yang dijadikan salah satu pedoman dalam pergaulan hidup
bermasyarakat bertujuan supaya pergaulan hidup berjalan stabil dan normal, sehingga
kepantasa yang berlaku ditengah-tengah masyarakat. Diantara sekian banyak norma, norma
hukumlah yang memiliki ciri khusus yang berbeda dengan norma-norma lain. Norma hukum
bertujuan untuk mencapapai suasana damai masyarakat melalui keserasian, ketertiban dan
Page 5 of 37
keadilan. Didalam masyarakat pada umumnya norma hukum lah yang lebih dipatuhi jika
dibandingkan dengan norna-norma lain., akan tetapi dalam keadaan khusus ada sebagian
masyarakat yang lebih patuh terhadap norma-norma agama. Tetapi pada umumnya mereka
lebih patu pada norma hukum dari pada norma-norma yang lain. Kecuali bagi kelompok
sosial tertentu lebih patuh terhadap norma hukum atau norma susila atau norma sosial tidak
tertutup kemunkinan adanya sistenm kombinasi dari norma-norma yang dimiliki, berlaku dan
Contohnya pada penerapan keadilan restoratif di tingkat penyidikan kepolisian lebih khusus
kasus peganiayaan yang telah memiliki dasar hukum yang baru mengenai penerapan
restorative justice antara lain berupa Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 2021 Tentang Penegakan Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif, Peraturan
Berdasarkan Keadilan Restoratif dan Surat Keputusan Direktur Jendral Badan Peradilan
Norma hukum modern saat ini khususnya hukum pidana, memiliki berbagai ketentuan
Indonesia dalam kehidupan pergaulan sosialnya. Pada norma hukum modern saat ini norma
menjadi anggota kelompok tersebut. Salah satu konsekuensi dapat ditunjukan yakni rasa
tanggung jawab masing-masing individu akan keutuhan dan kelancaran kehidupan social.
Perasaan demikian tidak dapat ditimbulkan dengan sendirinya, melainkan harus ditanamkan
sedini mungkin; terutama bagi masyarakat yang heterogen. Masyrakat merupaka setiap
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka, dan menganggap diri mereka satu kesatuan social dengan batas-batas
4
Sudarsono
Page 6 of 37
yang dirumuskan dengan jelas. 5
Tetapi tidak dapat dipungkiri sampai saat ini pelangaran-
pelangaran terhadap aturan hukum kerap terjadi sampai saat ini. Untuk itu betitik tolak dari
ini lebih kepada pelanggaran penganiayaan yang mana berdasarkan ketentuan perundang-
undangan, dapat di selesaikan di tingkat penyidikan pihak kepolisian, Restortive Justice (RJ).
B. Perumusan Masalah
pemecahannya. Permasalahan yang timbul dari sesuatu itu tidak akan habis-habisnya apabila
dikaji lebih mendalam, sistematis dan secara menyeluruh. Berdasarkan pengamatan dan
penelahan keadaan literatur, maka untuk memahami lebih lanjut dan lebih mendalam tentang
“Tinjauan yuridis normatif penerapan keadilan restoratif (restoratif justice) tindak pidana
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan dari permasalahan yang
timbul, maka penulis dibatasi pada penelitian yang terkait dengan kajian dalam ilmu
pengetahuan dalam praktik Hukum. Maka perlu mengemukakan permasalahan yang akan
2. Hal apa yang dapat menghambat pelaksanaan keadilan restorative tindak pidana
5
. Sudarsono., 1991, PENGANTAR ILMU HUKUM, Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, Hlm. 65.
Page 7 of 37
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yuridis normatif ini, yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut:
2. Untuk Mengetahui hal apa saja yang dapat menghambat pelaksanaan keadilan restoratif
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang saya lakukan ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian dapat menjadi bahan pengembangan Ilmu Hukum
Pidana, khususnya tentang pelaksanan restoratif justice dalam hukum acara pidana, juga hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan
dikemukaan dalam perumusan masalah di atas yakni. Tinjauan yuridis normatif pelaksanan
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian dapat menjadi bacaan yang bermanfaat bagi
masyarakat luas pada umumnya, para akademisi, para penegak hukum dalam rangka
pelaksanaan penegakkan hukum di indonesia, khususnya bagi pembaca atau untuk bahan
Page 8 of 37
E Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tipe Penelitian
yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan
bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta
peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Bahan Penelitian
Sumber dan jenis data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah6:
1) Data primer adalah data-data yang didapat secara langsung di lapangan dengan
2) Data sekunder ini bersifat melengkapi hasil penelitian yang dilakukan yaitu data yang
3) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang memiliki kekuatan yang mengikat.
Untuk mendapatkan bahan penelitian tersebut maka penelitian ini akan dilakukan dengan
studi pustaka yang mengkaji bahan hukum. Bahan hukum ini sebagai bahan penelitian,
diambil dari bahan kepustakaan yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
bahan hukum tersier dan bahan non hukum. Penulis akan menggambarkan tentang bagaimana
penerapan deponering oleh Jaksa Agung terhadap suatu perkara demi kepentingan umum
6
Soerjono Soekanto,PengantarpenelitianHukum, UI Pers, Jakarta, 1984, hlm.52.
7
.Mukti Fajar Nur Dewata dan Yuliato Ahamad, 2017., Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Hal. 109.
Page 9 of 37
1) Bahan hukum primer, merupakan bahan pustaka yang merupakan peraturan perundangan8
Indonesia
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum
e) Doktrin, pendapat dan kesaksian dari ahli hukum baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis;
4) Bahan Non Hukum, yaitu bahan yang digunakan sebagai pelengkap bahan hukum yaitu:9
Page 10 of 37
c) Jurnal tentang asas Restorative Justice;
berikut;
peraturan perundangan yang berlak, serta dokumen lainya yang berkaitan dengan
menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh disusun secara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
.Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 57.
Page 11 of 37
A. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana bersal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana belanda
yaitu strafbaar feit.11 Istilah strafbaar feit sendiri terdiri dari tiga kata, yakni straf, baar dan
feit, yang diterjemahkan dengan strafbaar feit itu, ternyata straf diterjemakan dengan pidana
dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh. Sementara ituuntuk kata
Sementara itu tindak pidana sering dipakai dalam istilah-istilah dalam buku-buku menegenai
hukum pidana di Indonesia juga pada putusan hakim yang memutuskan suatu pemeriksaan
perkara pidana yang disama artikn dengan delik. Istilah delik sebetulnya tidak ada kaitannya
dengan istilah strfbaar feit, karna istilah ini berasal dari kata delictum (latin), yang juga
dipergunakan dalam perbendaharaan hukum belanda: delict, namun isi pengertiannya tidak
ada perbedaan prinsip dengan istilah strafbaar feit.13 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia
tercantum sebagai berikut: “Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman kerena
Andi Hamza pada bukunya Asas-Asas Hukum Pidana 15 berpendapat: Sarjana hukum
Indonesia membedakan istilah hukuman dan pidana yang dalam Bahasa belanda hanya
dikenal satu istilah untuk keduanya itu, yaitu straf. Istilah hukumanistilah umum untuk segala
macam sanksibaik perdata, administrative, disiplin dan pidana. Sedangkan istilah pidana
Pidana merupakan karakterristik hukum pidana yang membedakan dengan hukum perdata.
Dalam gugatan perdata pada umumnya, pertanyaan timbul mengenai berapa besar jika ada,
tergugat telah merugikan tergugatdan kemudia pemulihan apa jika ada yang sepadan untuk
11
. Adami Chazawi., 2012, PELAJARAN HUKUM PIDANA 1, Stelsel Pidana, Tindak pidana, Teori-Teori Pemidanaan
Dan Batas Berlakunya Hukum Pidana, Cet. 7, Jakarta, Raja Grafindo, hlm. 67.
12
. Adami Chazawi.ibid. hlm.69.
13
. Adami Chazawi.ibid. hlm.70.
14
.Teguh Prasetyo, 2011, Hukum Pidana Ed. Revisi, Jakarta, Rajawali Pers, hlm. 47.
15
. Andi Hamza., 2004 ASAS-ASAS HUKUM PIDANA, Ed Revisi, Cet. 2, Jakarta, PT. Rineka Cipta, hlm. 27.
Page 12 of 37
mengganti kerugian tergugat. Dalam perkara pidana, sebaliknya, seberapa jauh terdakwa
telah merugikan masyarakat dan pidana apa yang perlu dijatuhkan kepada terdakwa karena
Tujuan hukum pidana tidak melulu dicapai dengan pengenaan pidana, tetapi merupakan
upaya represif yang kuat berupa Tindakan-tindakan pengamanan. Perlu pula dibedakan antara
Pidana dipandang sebagai suatu nestapa yang dikenakan kepada pembuat karena melakukan
suatu delik. Ini bukan merupakan tujuan akhir tetapi tujuan terdekat. Inilah perbedaan antara
pidana dan Tindakan kerena Tindakan dapat berupa nestapa juga bukan tujuan. Tujuan akhir
pidana dan Tindakan dapat menjadi satu, yaitu memperbaiki pembuat. Jika seorang anak
dimasukakn kependidikan paksa maksudnya ialah intuk memeprbaiki tingkah lakunya yang
buruk.16
Dapat pula kita melihat pendapat para ahli mengenai pandangan mereka terhadap kata
bertanggung jawab. Kemudian beliau membaginya dalam dua golongan unsur yaitu:
keadaan/atau masalah tertentu, dan unsur subjektif yang berupa kesalahan (schuld)
2. Perumusan Van Hamel, Van Hamel merumuskan strafbaar feit itu sama dengan yang
dirumuskan oleh Simons, hanya ditambahkan dengan kalimat “tindakan mana yang
dapat dipidana”.
16
.H.B.Vos, hlm.9. Andi Hamza, Ibid, hlm. 28.
Page 13 of 37
3. Pompe merumuskan, strafbaar feit adalah suatu pelanggaran kaidah (penggangguan
kesejahteraan umum. Pompe juga merumuskan (pada lamintang, (1990: 174) baha
suatu strafbaar feit itu sebenarnya adalah tidak lain daripada suatu tindakan yang
menurut suatu rumusan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat
dihukum.
4. Vos merumuskan, baha strafbaar feit adalah suatu kelakuan manusia yang diancam
5. R. Tresna, menyatakan peristiwa pidana itu adalah suatu perbuatan atau rangkaian
penghukuman.17
Pengelompokan istilah strafbaar feit oleh para ahli sebagai litelatur hukum adalah
sebagai berikut;
1. Tindak Pidana: Prof. Dr. irjono Prodjodikoro, S.H. (lihat buku Tindak tindak
2. Peristiwa pidana: Mr. R Tresna dalam bukunya (Asas asas hukum pidana), Mr.
Drs. H.J. Van Schravendijk dalam buku pelajaran tentang (Hukum Pidana
Indonesia)
penyertaan. Prof. Dr. E. Utrecht, S.H., juga menggunakan delik dalam buku Prof,
pidana.
17
Adami Chazawi, Op.Cit . hlm. 73.
Page 14 of 37
4. Pelanggaran pidana: Mr. M.H Tirtaamidjaja, dalam bukunya (Pokok-Pokok
Hukum Pidana).
5. Perbuatan yang boleh dihukum: Mr Karni, dalam buku beliau (Ringkasan Tentang
Hukum Pidana).
dalam Undang –Undang No 12/Drt/1951 tentang Senjata Api dan Bahan Peledak
(pasal 3)
7. Perbuatan pidana: Prof. Mr. Moelyatno, dalam berbagai tulisan beliau, misalnya
Dalam hal pembahasan mengenai tindak pidana dan artiannya, dapatlah kita pahami
ada berbagai perbedaan penafsiran pendapat mengenai strafbaar feit oleh para ahli hukum,
yang dapat kita temui di atas tadi mulai dari arti kata strafbaar feit itu sendiri, maupun
devinisinya strafbaar feit. Tetapi walaupun tidak berupa istilah resmi dalam perundang
Seperti, dalam UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, (diganti dengan UU Nomor
3 Tahun 1971 tentang Penberantasan Tindak Pidana Korupsi (diganti dengan UU Nomor 31
Tahun 1999). Dan perundang-undangan lainya. Patutlah kita inggat bahwa pelaku tindak
penjatuhan hukuman kepada pelaku yang telah melakukan perbuatan pidana.19 Sanksi pidana
yang dijatuhkan kepada pelaku kejahatan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
pidana pokok dan pidana tambahan (pasal 10 Kitab Undang-Undan Hukum Pidana)20. Pidana
18
. Adami Chazawi Op. Cit,. hlm. 68.
19
H. Salim HS., S.H., M.S. 2012, PERKEMBANGAN TEORI DALAM ILMU HUKUM, Cet.2, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal 149
20
R. Soenarto Soerodibroto. 2017, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Dilengkapi Yurisprudensi, Mahkama Agung, dan Hoge Raad), --Ed 2, --Cet. 17, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 16.
Page 15 of 37
pokok merupakan pidana yang paling utama yang akan di jatuhkan kepada pelaku. Pidana
pokok terdiri dari; pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda, dan pidana tutupan.
1. Pengertian Penganiayaan
penganiayaan berasal dari kata ”aniaya” yang terkandung makna yaitu perbuatan yang
perancangan wetboek van strafrecht belanda yang awalnya dipakai adalah lichamelijk leed
dengan tiada maksud atau penjelasan lebih lanjut diberikan kepada iterpretasi hakim
1. penganiayaan dipidana dengan penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka berat, yang bersalah diancan dengan pidana penjara
Undang undang tidak menegaskan apa arti sesunguhnya dari pada ”penganiayaan”.
Menurut yurisprudensi, arti penganiayaan ialah perbuatan dengan sengaja yang menimbulkan
Page 16 of 37
rasa tidak enak, rasa sakit atau luka. Dan menurut ayat (4) pasal ini, masuk dalam pengertian
- Perbuatan yang menimbulkan perasaan tidak enak misalnya: mendorong orang kedalam
sebagainya
- Perbuatan yang membuat luka misalnya: mengiris, memotong, menusuk dengan benda
- Perbuatan yang dapat merusak Kesehatan misalnya menyiram dengan air aki
Semuanya ini dilakukan dengan sengaja dan tidak dengan maksud yang pantas atau
perbuatan yang melewati batas yang diizinkan. Seorang dokter gigi yang mencabut gigi
pasiennya, walaupun menimbulkan rasa sakit pada si penderita, tidak dapat dikatakan
menganiaya, karna perbuatan dokter itu mempunyai perbuatan yang baik, yakni mengobati
sisakit. Seorang yang mengajar anaknya yang nakal dengan cara memukuli pantatnya,
walaupun menimbulkan rasa sakit pada anak tersebut, tidak dapat dikatakan menganiaya,
karna perbuatannya mempunyai maksud yang baik, yakni mencegah anaknya agar anaknya
tidak nakal. Walaupun demikian, apabila kedua perbuatan itu dilakukan dengan cara yang
melewati batas-batas yang diisinkan, umpamanya dokter gigi mencabut gigi pasiennya tanpa
memakai obat pemati rasa, atau seorang bapak mengajar anaknya dengan cara memukuli,
lebih berat, apabila perbuatan ini mengakibatka luka berat atau matinya si korban.
Mengenai arti luka berat lihat penjelasan pasal 90. Luka berat atau mati yang dimaksud
disini hanya sebagai akibat dari penganiayaan itu. Apabila luka berat itu direncanakan sejak
21
. R. Sugandi, 1980, KUHP dan Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya, hlm.366.
Page 17 of 37
semula, maka perbuatan itu dikenakan pasal 354 (penganiayaan berat). Dan apabila kematian
itu memang direncanakan sejak semula, maka perbuatan itu dikenakan pasal 338
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian ,
diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga
bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja kepadanya, atau
menjadi bawahannya.
Tindak pidan ini disebut penganiayaan ringan. Yang masuk dalam pasal ini ialah
hari.
Perbuatan itu misalnya menempeleng kepala. Walaupun perbuatan itu menimbulkan rasa
sakit pada si penderita namun tidak menyebabkan ia menjadi sakit dan dapat menjalankan
1. Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu,diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
3. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian yang bersalah diancam dengan pidana penjara
Page 18 of 37
Yang dapat dituntut dengan pasal ini adalah penganiayaan yang dilakukan dengan
direncanakan lebih dahulu. Ancaman hukumannya lebih berat dari pada ancaman hukuman
1. Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan
2. jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersala diancam dengan pidana penjara
Tindak pidan ini dinamakan “penganiyaan berat”. Untuk kejahatan ini disyaratkan bahwa
1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara
Yang dituntut menurut pasal ini ialah penganiayaan yang tersebut dalam pasal 354 yang
dilakukan dengan “direncanakan lebih dahulu”. Mengenai apa yang dimaksud dengan
“direncanakan lebih dahulu” lihat penjelasan pasal 340. Percobaan pada penganiayaan ini
dapat dihukum.24
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah dengan
sepertiga;
1. Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya atau
anaknya;
22
. R. Sugandi, Ibid, hlm. 369.
23
. R. Soenarto Soerodibroto, loc. Cit, hlm.217.
24
. R. Sugandi, Loc. Cit, hlm. 370.
Page 19 of 37
2. Kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat Ketika atau karena menjalankan
3. Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau
Yang memberatkan dari bentuk ke kehususan penganiayaan pada pasal ini sehingga bisa
a) Ibunya
c) Istrinya
d) Anaknya
dipandang sebagai tindakan yang amat buruk. sebagaimana juga tindakan penganiayaan
kepada orang lain atau termasuk kepada pegawai negeri yang sedang menjalankan tugasnya.
Factor memperberat pidana yang diletakan pada hal yang demikian khususnya oleh orang tua
Penganiayaan ringan sempat disinggung di atas yang terdapat pada KUHPidana. Yakni
orang lain yang menimbulkan rasa sakit tetapi didak menimbulkan sakit kapada sikorban
atau dengan kata lain korban tidak tehalang dalam melakukan kegitana seharin hari,
Page 20 of 37
kesehatannya sehingga tidak menghalangi atau menghambat pelaksanaan mata
Samosir menyatakan:25 pasal 352 ayat 1 KUHPidana ini adalah merupakan penganiayaan
untuk dikategorikan sebagai penganiayaan sebagaimana disebut didalam pasal 352 ayat
Perlu juga diketahui bersama, bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981,
tentang hukum acara pidana pasal 21 ayat 4 butir a, pelaku tindak pidana terkait dengan
tindak pidana yang diatur didalam pasal 352 ayat 1 KUHP tidak dapat ditahan,kerena
ancaman pidananya dibawah lima tahun dan lagipula bukan merupakan pasal yang di
peradilan pidana di Indonesia termasuk dalam hal ini adalah pihak kepolisian sebagai suatu
sub system penegakan hukum paling terdepan, karena kepolisian merupakan institusi yang
memiliki wewenang dalam penegakan hukum, keamanan dan ketertiban masyarakat. Serta
merupakan aparat yang dapat menentukan apakah suatu pelanggaran maupun kejahatanyang
terjadi didalam masyarakat itu akan diproses lanjut atau tidak atau sering disebut sebagai
system peradilan pidana.26 Ada pula wewenang kepolisian untuk melakukan tindakan
25
. Djisman Samosir dan Timbul Andes Samosir, 2021, Tindak Pidana Tertentu Di Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Edisi Revisi, Cet 2, Jakarta, CV. Nuansa Aulia, hlm. 76-77.
26
. Dr. Kurniawan Tri Wibowo dan Erri Gunrahti Yuni Utamininggrum, 2022, Implimentasi Keadilan Restoratif Dalam
Sistim Peradilan Pidana Di Indonesia, Jakarta, Papas Sinar Sinanti, hlm. 63.
Page 21 of 37
penyelidikan, penyidikan terhadap semua tindak pidana. Namun demikian, hal tersebut tetap
memperhatikan dan tidak mengurangi kewenangan penyidik lainya, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya masing-masing. Bagian dari tugas dan
Republik Indonesia, yang membahas tentang tugas dan wewenang kepolisian, terdapat pada
pasal 13 yang membahas mengenai. Tugas pokok Kepolisian Republik Indonesia Yakni
Rumusan tugas pokok tersebut diatas bukan merupakan urutan priroritas, ketiga-tiganya
sama penting, sedangkan dalam pelaksanaannya tugas pokok mana yang akan dikedepankan
sangat tergantung terhadap situasi masyarakatdan lingkungan yang di hadapi karena pada
dasarnya keiga tugas pokok tersebut dilakukan secara simlutan dan dapat dikombinasikan.
Disamping itu dalam pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan norma hukum, mengindahkan
norma agama,kesopanan dan kesusilaan, serta menjung-jung tingi hak asasi manusia.
lalulintas dijalan
27
.Dr. Kurniawan Tri Wibowo dan Erri Gunrahti Yuni Utamininggrum, Ibid, hlm. 64.
Page 22 of 37
c. membina masyarakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum
g. melakukan penyidikan dan penyelidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda masyarakat dan lingkungan hidup dari
gangguan ketertiban dan atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi
tugas kepolisian
dimaksud dalam ayat (1) huruf f diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
Pada pasal 15 ayat (1) Dalam rangka “penyelenggaraan tugas” sebagaimana dimaksud
dalam pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indinesia “secara umum” berwenang
ketertiban umum
Page 23 of 37
c. mencegah dan menanggulangi timbulnya penyakit masyarakat
kesatuang bangsa
f. melaksanakan pemerikasaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka
pencegahan
pelayanan
Pasal 15 ayat (2). Kepolisian Negara Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
lainya :
a. memberikan ijin dan mengawasi kegiatan keramaian keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya.
e. memberikan ijin oprasional dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan
senjata tajam
Page 24 of 37
f. memberikan izin oprasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha dibidang
g. memberikan petunjuk, mendidik dan melatih apparat kepolisian khusus dan petugas
h. melakukan kerja sama dengan kepolisisn negara lain dalam menyidik dan memberantas
kejahatan nasional
i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada diwilayah
Pasal 15 ayat (3). Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 hurf
pasal 13 dan 14 dibidang proses pidana, Kepolisian Negara Indonesia berwenag untuk:
b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentigan penyidikan
d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menyatakan serta memeriksa tanda pengenal
diri
f. memenggil orang untuk didengar untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi
perkara
Page 25 of 37
i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum
pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau
k. memberi pentunjuk dan memberi bantuan kenyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil
serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada
Pasal 16 ayat (2). Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf i adalah tindakan
penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:
c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dan termasuk dalam lingkungan kejahatan
Pada pasal 17. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjadikan tugas dan
Pada pasal 18 ayat (1). Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik
penilaiannya sendiri
Pasal 18 ayat (2). Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-
Page 26 of 37
Pada pasal 19 ayat (1). Dalam rangka menjalankan tugas dan wewenangya, Kepolisian
Pasal 19 ayat (2). Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana yang dimaksud
Sebagaimana dikatan Donald Black, perannya sebagai penyelidik dan penyidik tindak pidana,
(ordinary or commen crimes). Sebagian besar polisi bertindak reaktif dari pada proaktif
dengan sangat bergantung pada warga masyarakat untuk mengadu atau melaporatas dugaan
Dalam kasus perkara pidana dan penyelesaiannya kepolisian terkadang mengambil tindakan
kebijakan yang dilakukan secara kompromi atau dengan cara perdamain melalui hukum adat
yang berlaku didaerah setempat. Tindakan ini diambil setelah polisi sebagai penyidik
biasanya setelah melalui proses pemerikasaan dan pertimbangan dengan sekasama ternyata
lebih efektif, lebih bermanfaat, ditinjau dari segi prkaranya, juga pertimbanga semua pihak,
waktu, biaya proses maupun kepentingan masyarakat, maka perkara pidana yang ditangani
Langkah kebijaksanaan yang diambil polisi sebagai penyidik tersebut diatas, biasanya sudah
dipahami dengan baik oleh komponen-komponen fungsi didalan system peradilan pidana,
terutama oleh jaksa sebagai penuntut umum. Langkah tersebut adalah langka dalam hal
28
. Jonlar Purba,2017, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana, Bermotif Ringan Dengan Restorative Justice, hlm. 69.
Dr. Kurniawan Tri Wibowo dan Erri Gunrahti Yuni Utamininggrum, Ibid, hlm. 64.
29
. Ibid, hlm, 64.
Page 27 of 37
D. Pengertian dan Dasar Hukum Keadilan Restoratif
Prinsip Restoratie Justice atau Keadilan Restoratif saat ini sedang populer dan mulai
Cukup banyak definisi restorative yang telah dikembangkan. Oleh karena itu penulis
mencoba menyajikan beberapa definisi Restorative Justice dari beberapa sarjana sebagai
berikut:30
1. Eva Achjhani Zulfa Restorative Justice adalah sebuah konsep pemikiran yang merespon
pelibatan masyarakat dan korban yang dirasa tersisihkan dengan mekanisme yang bekerja
yang memberdayakan para korban, pelaku, keluarga, dan masyarakat untuk memperbaiki
suatu perbuatan yang melawan hokum dengan menggunakan kesadaran dan keinsyafan
yang lebih menitik beratkan pada adanya partisipasi atau ikut serta langsung dari pelaku,
3. Devinisi yang dikemukan oleh Diknan sebagai berikut. Keadilan restorative nilai/prinsip
pendekatan terhadap kejahatan dan konflik, dengan focus keseimbangan pada orang yang
respon-ding to criminal behavior by belancing the need of the community, the viktims and the
offender. (sebuah penyelesaian terhadap prilaku pidana dengan cara menyelaraskan Kembali
30
. Dr. Kurniawan Tri Wibowo dan Erri Gunrahti Yuni Utamininggrum, Ibid, hlm. 33-34.
Page 28 of 37
5. Menurut kevin I. Minor dan J.T. Morrison dalam buku Ä Theorritical Study and Critique
Justice, restorative justice adalah suatu tanggapan kepada pelaku kejahatan untuk
Keadilan restorative adalah suatu metode yang secara filosofisnya dirancang untuk
menjadi suatu resolusi penyelesaian dari konflik yang sedang terjadi dengan cara
memperbaikai keadaan ataupun kerugian yang timbul dari konflim tersebut. Sedangkan
menurut laman resmi Mahkama Agung Prinsip restorative justice adalah salah satu prinsip
penegakan hukum dalam penyelesaian perkara yang dapat dijadikan instrument pemulihan.
Dalam mengupayakan dialog dan mediasi pada keadilan restorative akan melibatkan
beberapa pihak yakni pelaku, korban, keluarga pelaku, keluarga korban, dan pihak-pihak
lainnya yang terkait dalam proses diadog dan mediasi untuk bersama-sama menciptakan
kesepakatan atas penyelesaian perkara pidana yang adil dan seimbang demi tercapainya suatu
keadilan restorative. Secara umum, tujuan dari penyelesaian permasalahan hukum tersebut
demi menciptakan kesepakatan antara pelaku dan korban untuk membangun system peradilan
pidana yang peka terhadap masalah korban, dan mengembalikan pola hubungan baik dalam
pendekatan ini merupakan bentuk kritik terhadap system peradilan pidana di Indonesia saat
ini karena cenderung mengarah pada tujuan retributive, yaitu menekankan keadilan pada
pembalasan, dan mengabaikan peran korban untuk turut serta menentukan perkaranya.
Prinsip keadilan restorative atau restorative justice merupakan alternatif penyelesaian perkara
tindak pidana yang dalam mekanisme (tata cara pengdilan pidana) focus pidana diubah
menjadi proses dialok dan mediasi. Maka dari itu sebagaima telah disebutkan diatas tadi
bahwah, keadilan restorative adalah suatu metode atau yang secara filosofis dirangcang untuk
menjadi suatu resolusi penyelesaian konflik yang sedang terjadi dengan cara memperbaiki
31
.https://nasional.kompas.com/read/2022/02/15/12443411/restorative-justice-pengertian-dan-penerapannya-dalam-hukum-
di-indonesia
Page 29 of 37
keadaan ataupun memberikan ganti kerugian yang ditimbulkan dari konflim tersebut. Akam
tetapi penerapan terkait asas Restorative Justice ini di peruntukan dalam kasus pidana delik
Tujuan utama Restorative Justice adalah pencapaian keadilan yang seadil-adilnya teru
tama bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, dan tidak sekedar mengedepankan penghuk
uman. Keadilan yang saat ini dianut oleh kaum Abolisionis disebut sebagai keadilan retributif
yang berbeda dengan keadilan restoratif. Dimana menurut keadilan retributif kejahatan dirum
uskan sebagai pelanggaran terhadap negara, sedangkan menurut keadilan restoratif kejahatan
dipandang sebagai pelanggaran seseorang terhadap orang lain. Dilihat dari sisi penerapannya,
keadilan retributif lebih cenderung menerapkan penderitaan penjeraan dan pencegahan bagi p
elaku tindak pidana, sedangkan keadilan restoratif lebih berfokus pada upaya penerapan restit
usi sebagai sarana perbaikan para pihak, rekonsiliasi, dan restorasi sebagai tujuan utama.33
Berkaitan erat dengan Restorative Justice tersebut, Muladi mengungkapkan secara rinci tenta
a. Kejahatan dirumuskan sebagai pelanggaran seseorang terhadap orang lain dan dipandang s
ebagai konflik;
b. Fokus perhatian ialah pada pemecahan masalah, pertanggungjawaban dan kewajiban untuk
masa mendatang;
d. Restitusi sebagai sarana para pihak, rekonsiliasi dan restorasi merupakan tujuan utama;
e. Keadilan dirumuskan sebagai hubungan antar hak, dinilai atas dasar hasil;
32
. Andi Hamzah, 2009, Terminologi Hukum Pidana, Jakarta Sinar Grafika, hlm.5.
33
. Muladi, 1995 Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang, : B. P. Universitas Diponegoro, hlm. 15.
34
. Dr. Kurniawan Tri Wibowo dan Erri Gunrahti Yuni Utamininggrum, lok. cit, hlm. 35-36.
Page 30 of 37
h. Peran korban dan pelaku diakui, baik dalam penentuan masalah maupun penyelesaian hak-
j. Tindak pidana dipahami dalam konteks menyeluruh, moral, sosial dan ekonomis; dan
Lalu, dalam proses pelaksanaan Restorative Justice pada tindak pidana sendiri juga m
1) Adanya proses identifikasi sebagai acuan untuk mengambil langkah dengan tujuan mempe
3) Adanya upaya untuk melakukan transformasi hubungan yang ada selama ini antara masyar
Selama ini pelaksanaan Restorative Justice di Indonesia didasarkan pada diskresi dan
diversi yang merupakan upaya pengalihan dari proses peradilan pidana secara formal untuk di
selesaikan melalui musyawarah. Pada dasarnya penyelesaian masalah dan sengketa melalui ja
lan musyawarah bukan merupakan hal asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan sebelum Bel
anda datang ke Indonesia hukum adat yang merupakan hukum asli Indonesia sudah menggun
akan jalan musyawarah untuk menyelesaikan segala macam sengketa, baik perdata maupun p
idana dengan tujuan untuk mengembalikan keseimbangan atau memulihkan keadaan. Dimana
pada dasarnya sistem ini telah sesuai dengan tujuan dari sistem peradilan pidana itu sendiri ya
35
. Romli Atmasasmita, 1996, Sistem Peradilan Pidana-Perspektif Eksistensialisme dan Abolisionisme, Bandung: Bina Cipt
a, hlm.15.
Page 31 of 37
b) Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan tela
c) Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejah
atannya.
Lalu dalam hal mekanisme pelaksanaan Restorative Justice tersebut dapat dilakukan dalam b
eberapa mekanisme tergantung situasi dan kondisi yang ada, bahkan ada yang mengintegrasik
an satu mekanisme dengan mekanisme lainnya. Adapun beberapa mekanisme yang umum dit
Selain itu, menurut Adrianus Meliala, model pendekatan Restorative Justice ini diperkenalka
n karena sistem peradilan pidana dan pemidanaan yang berlaku saat ini sering menimbulkan
masalah. Dalam sistem kepenjaraan saat ini bertujuan memberikan hukuman sebagai upaya p
enjeraan, pembalasan dendam, dan pemberian derita sebagai konsekuensi perbuatan pelaku ti
ndak pidana. Dimana yang menjadi indikator penghukuman diukur dari sejauh mana narapida
na tunduk pada peraturan penjara. Oleh karena itu, tujuan pendekatannya lebih berfokus kepa
da keamanan sedangkan pada model Restorative Justice lebih berfokus pada proses pemuliha
n. Penerapan model Restorative Justice tidak mudah karena jika ingin terlaksana dengan baik
tentu harus diterapkan dari awal perkara masuk ke kepolisian, saat pertama kali disidik. Selan
36
Page 32 of 37
jutnya di kejaksaan dan di pengadilan, bahkan hakim juga harus mengupayakan hal demikian
Penerapan keadilan restoratif bermula pada tahun 1970-an di Ontario Kanada yakni program
penyelesaian di luar peradilan yang oleh masyarakat, yang disebut victim offender
mediation37 (VOM).
Program itu mulanya dilaksanakan sebagai tindakan alternatif dalam menghukum pelaku
kriminal anak, dimana sebelum dilaksanakan hukuman pelaku dan korban diizinkan bertemu
untuk menyusun usulan hukum yang menjadi salah satu pertimbangan dari sekian banyak
pertimbangan hakim. Di Indonesia dikenal juga dengan sebututan diversi pada anak. .
Salah satu landasan penerapan restorative justice oleh Mahkamah Agung dibuktikan dengan
pemberlakuan kebijakan melalui Peraturan Mahkamah Agung dan Surat Edaran Mahkamah
Agung. Panduan restorative justice dalam lingkungan peradilan umum diatur dalam Surat
Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum yang terbit pada 22 Desember 2020.
konsep itu dan terpenuhinya asas-asas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan
dengan keadilan yang seimbang. Menurut MA, konsep restorative justice bisa diterapkan
dalam kasus-kasus tindak pidana ringan dengan hukuman pidana penjara paling lama tiga
bulan dan denda Rp 2.500.000 (Pasal 364, 373, 379, 384, 407, dan 482). Selain itu, prinsip
restorative justice juga digunakan terhadap anak atau perempuan yang berhadapan dengan
hukum, anak yang menjadi korban atau saksi tindak pidana, hingga pecandu atau
penyalahguna narkotika.38
Kejaksaan Agung juga menerbitkan kebijakan mengenai keadilan restoratif melalui Peraturan
Page 33 of 37
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Tentang Penghentian Penuntutan
Berdasarkan Keadilan Restoratif.39 Berdasarkan pada Pasal 2 Perja Nomor 15 tahun 2020,
keadilan, kepentingan umum, proporsionalitas, pidana sebagai jalan terakhir, dan asas cepat,
sederhana, dan biaya ringan. Penuntut Umum berwenang menutup perkara demi kepentingan
hukum salah satunya karena alasan telah ada penyelesaian perkara di luar
pengadilan/afdoening buiten process, hal ini diatur dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e Perja
Nomor 15 Tahun 2020. Di dalam Peraturan Jaksa Agung tersebut pada Pasal 3 ayat (3)
terdapat ketentuan apabila ingin menyelesaikan perkara di luar pengadilan untuk tindak
pidana tertentu dengan maksimum denda dibayar sukarela atau telah ada pemulihan keadaan
Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2021 Tentang Penanganan
restorative dilakukan terhadap kasus tertentu, yaitu kasus yang tidak menimbulkan keresahan
dan atau penolakan dari masyarakat, tidak berdampak konflik sosial, tidak berpotensi
memecah belah bangsa, tidak bersifat radikalisme dan separatism, bukan berlaku
pengulangan tindak pidana perdasarkan putusan pengadilan; dan bukan tindak pidana
terorisme, tindak pidana terhadap keamanan negara, tindak pidana korupsi dan tindak pidana
terhadap nyawa orang. Penerapan peraturan kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8
tahun 2021 Tentang Penanganan Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif juga
mengganti kerugian, menganti biaya yang ditimbulkan dari akibat tindak pidana; dan/atau
mengganti kerusakan yang ditimbulkan akibat tindak pidana. 40 Kapolri Jenderal Polisi Listyo
39
. Dr. Kurniawan Tri Wibowo dan Erri Gunrahti Yuni Utamininggrum, lok. cit, hlm, 136.
40
. Dr. Kurniawan Tri Wibowo dan Erri Gunrahti Yuni Utamininggrum, lok. cit, hlm, 136
Page 34 of 37
Sigit Prabowo juga menerbitkan surat edaran pada 19 Februari 2021 yang salah satu isinya
meminta penyidik memiliki prinsip bahwa hukum pidana merupakan upaya terakhir dalam
justice) dalam penyelesaian perkara. Yang menjadi fokus utama Sigit dalam penerapan
prinsip restorative justice adalah dalam penanganan perkara UU Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) Nomor 19 Tahun 2016. Sementara itu, Listyo menyatakan tindak pidana
yang mengandung unsur SARA, kebencian terhadap golongan atau agama dan diskriminasi
ras dan etnis, serta penyebaran berita bohong yang menimbulkan keonaran tidak dapat
diselesaikan dengan restorative justice. Pelaksanaan prinsip keadilan restoratif juga sudah
dilakukan sejak terbitnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Page 35 of 37
Mukti Fajar Nur Dewata dan Yuliato Ahamad, 2017., Dualisme Penelitian
Dr. Dyah Ochtorina Susanti, S.H.,M.Hum. dan Aan Efendi, S.H., M.H. 2014.,
Jakarta
Jakarta
Mahkama Agung, dan Hoge Raad), --Ed 2, --Cet. 17, Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Page 36 of 37
R. Sugandi, 1980, KUHP dan Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya
Djisman Samosir dan Timbul Andes Samosir, 2021, Tindak Pidana Tertentu Di
Jakarta
Dr. Kurniawan Tri Wibowo dan Erri Gunrahti Yuni Utamininggrum, 2022
Indonesia,Jakarta
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/15/12443411/restorative-justice-
pengertian-dan-penerapannya-dalam-hukum-di-indonesia
Page 37 of 37