Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TUGAS PENGANTAR ILMU HUKUM

“KAEDAH HUKUM HUBUNGAN DENGAN KAEDAH SOSIAL LAINNYA”

Dosen Pengampu: SYAFRUDDIN S.Sos M.H.

Disusun oleh
Nama: Muhammad Hariz Fadillah
Npm :2203090034

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA
Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Untuk menjadi makhluk sosial yang memiiki
kepribadian baik serta bermoral tidak secara otomatis, perlu suatu usaha yang disebut
pendidikan. Menurut pandangan humanisme manusia memiliki kemampuan untuk
mengarahkan dirinya ketujuan yang
positif dan rasional. Manusia dapat mengarahkan, mengatur, dan mengontrol dirinya.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan ialah upaya untuk memajukan perkembangan budi
pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani (Slamet Sutrisno, 1983, 26).
Perkembangan kepribadian seseorang tidak lepas dari pengaruh lingkungan sosial budaya
tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang (cultural backround of personality).
Setiap orang pasti akan selalu berusaha agar segala kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi
dengan baik sehingga dapat
mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Kebutuhan hidup manusia selain ada kesamaan
juga terdapat banyak perbedaan bahkan bertentangan antara satu dengan yang lain. Agar
dalam usaha atau perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak terjadi tabrakan
antara yang satu dengan yang lain dalam masyarakat, maka diperlukan adanya suatu aturan,
norma atau kaidah yang harus dipatuhi oleh segenap warga
masyarakat.
Dalam ilmu hukum ada istilah das sollen dan das sein. Das sollen disebut kaidah
hukum yang menerangkan kondisi yang diharapkan. Sedangkan das sein dianggap sebagai
keadaan yang nyata. Das sein tidak selalu sejalan dengan das sollen. Salah satunya karena
penafsiran yang berbeda terhadap kaidah hukum tersebut. Contohnya, fonemena yang terjadi
di jalanan kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya. Bisa jadi terjadi di kota-kota lain.
Lampu kuning pada lampu lalu lintas dapat ditafsirkan dua hal. Pertama, sudah tidak
hijau. Kedua, masih belum merah. Penafsiran keduanya menimbulkan tindakan yang berbeda.
Orang yang menafsirkan lampu kuning sebagai sudah tidak hijau, otomatis akan mengurangi
kecepatan. Sedangkan orang yang menafsirkan belum merah, akan menambah
kecepatan
kendaraannya. Potensi akibat yang muncul dari dua penafsiran itu jelas berbeda,
pilihan
menambah kecepatan dapat menyebabkan kecelakaan.
Sedangkan pilihan kedua dapat terhindar dari kecelakaan. Makna pokok lampu
kuning adalah hati-hati dengan mengurangi kecepatan. Ini yang menjadi tujuan hukum yang
disimbolkan dengan lampu kuning itu. Tetapi, yang terjadi di jalanan, simbol hukum itu
diabaikan. Sebagian besar menafsirkan tidak sesuai dengan tujuan hukum itu.
Namun,
penafsirannya akan menjadi sama yaitu lampu kuning sebagai sudah tidak hijau ketika ada
polisi di sekitar lampu lalu lintas itu. Sehingga hukum tidak bisa bekerja
sendiri dan
mensyaratkan adanya aktor penegak hukum. Kenapa hal ini bisa terjadi? Tentu
karena
beberapa faktor.
Dalam berinteraksi, manusia dikendalikan oleh nilai pribadi, ajaran agama, dan nilai
komunitas. Adanya hukum bersifat menyempurnakan tiga aturan itu bagi manusia
untuk
berinteraksi di masyarakat. Keempatnya disebut sebagai kaidah sosial.27 Masing-
masing
kaidah mempunyai sasaran dan ruang lingkup yang berbeda. Nilai pribadi yang
disebut
sebagai kaidah susila dan nilai agama merupakan kaidah yang bersifat subyektif.
Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi oleh
penguasa masyarakat atau penguasa negara, mengikat setiap orang dan berlakunya dapat
dipaksakan oleh Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia atau perbuatan nyata
yang dilakukan manusia. 
Kaidah sosial adalah peraturan yang tidak di buat oleh penguasa negara tetapi berlaku dan di
akui di dalam masyarakat. Kaidah sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan di
dalam masyarakat dan memiliki sanksi sosial. 

Kaidah hukum tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, yang
diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan lahiriyah orang itu.Pengertian kaidah hukum ini
juga banyak di definisikan oleh para ahli secara tidak langsung kaidah hukum itu meruapakan
salah satu kaidah yang sangat meliputi masyarakat secara umum.

Dalam sistem hukum di Indonesia mengenal adanya pebedaan antara kaidah-kaidah sosial
yang tidak tertulis dan yang tetulis atau undang-undang namun tetap ada kesatuan, oleh
karennya antara hukum dan kaidah sosial sifatnya saling mengisi artinya kaidah sosial
mengatur kehiudpan manusia dalam masyarakat dalam hal-hal hukum tidak mengaturnya.
Kaidah hukum dan sosial tidak hanya saling mengisi tetapi juga saling memperkuat

PENGERTIAN  KAIDAH HUKUM
 
Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi oleh
penguasa masyarakat atau penguasa negara, mengikat setiap orang dan berlakunya dapat
dipaksakan oleh Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia atau perbuatan nyata
yang dilakukan manusia. Kaidah hukum tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang
itu baik atau buruk, yang diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan lahiriyah orang
itu.Pengertian kaidah hukum ini juga banyak di definisikan oleh para ahli secara tidak
langsung kaidah hukum itu meruapakan salah satu kaidah yang sangat meliputi masyarakat
secara umum.
 
Kaidah Kesopanan,Kesusilaan,Adat Istiadat ( Kaidah Sosial )
 
Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah norma yang mengatur hidup manusia yang berlaku secara umum
dan bersumber dari hati nurani manusia. Tujuan norma kesusilaan, yaitu mewujudkan
keharmonisan hubungan antarmanusia. Sanksi bagi pelanggarnya, yaitu rasa bersalah dan
penyesalan mendalam bagi pelanggarnya. Contoh norma kesusilaan, antara lain:
1) jujur dalam perkataan dan perbuatan;
2) menghormati sesama manusia;
3) membantu orang lain yang membutuhkan;
4) tidak mengganggu orang lain;
5) mengembalikan hutang.
Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah norma yang muncul dan berkembang dalam pergaulan masyarakat
tertentu. Oleh karena itu, norma kesopanan bersifat lokal dan bergantung kepada adat istiadat
atau kebiasa. masyarakat tertentu.
Sumber norma kesopanan adalah kebaikan dalam suatu masyarakat yang ditaati sebagai
pedoman untuk mengatur manusia. Sanksi bagi pelanggarnya, yaitu dicemooh atau
dikucilkan. Contoh norma kesopanan, antara lain:
1) orang muda harus menggunakan bahasa yang lebih halus jika berbicara dengan orang yang
lebih tua;
2) mempersilakan wanita duduk, jika bus atau kereta telah penuh;
3) mengetuk pintu jika bertamu;
4) gotong royong untuk kepentingan bersama; dan
5) mengundang tetangga jika menyelenggarakan acara.
 
 
 
 
 
 
Norma sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok itu.
Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan
berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.
Contoh-contoh norma kesopanan ialah:
Menghormati orang yang lebih tua.
Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong.
Tidak meludah di sembarang tempat.
tidak menyela pembicaraan.
Norma kesopanan sangat penting untuk diterapkan, terutama dalam bermasyarakat, karena
norma ini sangat erat kaitannya terhadap masyarakat. Sekali saja ada pelanggaran terhadap
norma kesopanan, pelanggar akan mendapat sanki dari masyarakat, semisal cemoohan.
kesopanan merupakan tuntutan dalam hidup bersama. Ada norma yang harus dipenuhi supaya
diterima secara sosial.
Sanksi bagi pelanggar norma kesopanan adalah tidak tegas, tetapi dapat diberikan oleh
masyarakat, yang berupa cemoohan, celaan, hinaan,
atau dikucilkan dan diasingkan daripergaulan serta di permalukan.
 
 
 
 
2.      PENGERTIAN KAIDAH ADAT (SOSIAL)
 
Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat
atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakat
pendukungnya. Di Indonesia aturan-aturan tentang segi kehidupan manusia tersebut menjadi
aturan-aturan hukum yang mengikat yang disebut hukum adat. Adat telah melembaga dalam
dalam kehidupan masyarakat baik berupa tradisi, adat upacara dan lain-lain yang mampu
mengendalikan perilau warga masyarakat dengan perasaan senang atau bangga, dan peranan
tokoh adat yang menjadi tokoh masyarakat  menjadi cukup penting.

Adat merupakan norma yang tidak tertulis, namun sangat kuat mengikat sehingga anggota-
anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan menderita, karena sanksi keras yang
kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan. Misalnya pada masyarakat yang melarang
terjadinya perceraian apabila terjadi suatu perceraian maka tidak hanya yang bersangkutan
yang mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi seluruh keluarga atau bahkan
masyarakatnya.
 
 
Seperti yang di jelaskan di atas pengertian kaidah hukum dan kaidah sosial, jadi kita bisa
membedakan kaidah hukum dan kaidah sosial tersebut . dan perbedaan kaidah hukum kaidah
hukum dan kaidah sosial adalah .
Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi oleh
penguasa masyarakat atau penguasa negara, mengikat setiap orang dan berlakunya dapat
dipaksakan oleh Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia atau perbuatan nyata
yang dilakukan manusia.
Kaidah sosial adalah peraturan yang tidak di buat oleh penguasa negara tetapi berlaku dan di
akui di dalam masyarakat. Kaidah sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan di
dalam masyarakat dan memiliki sanksi sosial .
Selain dari segi perbedaan pengertiannya kaidah hukum dan kaidah sosial mempunyai
perbedaan dari dampaknya. Dampak dari kaidah hukum apabila di langgar akan
mengakibatkan terkena sanksi yang sudah di tetapkan oleh pemerintah sesuai dengan
peraturan yang mengatur kaidah hukum tersebut sementara dampak dari kaidah sosial
tersebut yakni apabila di langgar akan terkena sanksi yang sudah terdapat  di masyarakat itu
dan juga akan mengakibatkan sanksi yang bersifat sosial dan akan juga mengakibatkan
anggapan yang tidak bagus dari masyarakat secara tidak langsung akan di kucilkan di
masyarakat jadi secara tidak langsung kaidah hukum mendampakkan sanksi secara langsung
tetapi kaidah sosial tidak tetapi kaidah sosial itu mengakibatkan hukuman yang berupa
pengucilan di masyarakat.

Pada kenyataannya dalam kehidupan manusia di dalam pergaulan masyarakat diliputi oleh
peraturan atau norma hidup yang mempengaruhi tingkah laku manusia di dalam masyarakat.
Adanya suatu norma untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana seorang harus
bertindak dalam masyarakat serta perbuatan–perbuatan mana yang harus dijalankan dan
perbuatan mana pula yang harus dihindari. Apabila perilaku warga masyarakat menuruti
norma atau kaidah maka perbuatannya dipandang wajar atau normal, dan apabila sebaliknya
dianggap tidak normal atau menyimpang, sehingga akan menerima reaksi dari masyarakat.
Dapat dikatakan suatu kaidah atau norma adalah ukuran atau pedoman untuk berperilaku atau
bersikap, bertindak dalam hidup
Pada dasarnya, dalam system hokum  di Indonesia terdapat adanya perbedaan-
perbedaan antara kaidah-kaidah sosial yang tidak tertulis dan yang tetulis atau undang-
undang namun tetap ada kesatuan, oleh karennya antara hukum dan kaidah sosial sifatnya
saling mengisi artinya kaidah sosial mengatur kehiudpan manusia dalam masyarakat dalam
hal-hal hukum tidak mengaturnya. Kaidah hukum dan sosial tidak hanya saling mengisi tetapi
juga saling memperkuat. Yang pada kesimpulannya, bahwa kaidah hukum, agama, adat,
kesusilaan dan sosial merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan artinya kaidah-
kaidah tersebut akan selalu ada selama manusia masih menempatkan dirinya sebagai mahluk
sosial (zoon politkon). Kesimpulan lain dari uraian diatas adalah sanksi yang diatur atau tidak
diatur oleh undang-udang merupakan hal terpenting untuk dapat menata keteruban dalam
masyarakat sosial dengan tujuan untuk mencapai suatu keadilan dan keteraturan dalam
kehiduapan bermasyarakat.
Kaidah Sosial atau Norma Sosial adalah ketentuan-ketentuan tentang baik buruk perilaku
manusia di tengah pergaulan hidupnya dan peraturan hidup yang mengatur tingkah laku
manusia dalam bermasyarakat, dengan menentukan perangkat-perangkat atau penggal-
penggal aturang yang bersifat perintah dan anjuran serta larangan-larangan. Ketentuan
larangan untuk perbuatan-perbuatan yang apabila di lakukan atau tidak dilakukan dapat
membahayakan kehidupan bersama, sebaliknya perintah-perintah adalah ditujukan agar
dilakukan perbuatan-perbuatan yang dapat memberi kebaikan bagi kehidupan bersama.
Apabila perilaku masyarakat menuruti norma atau kaidah maka perbuatannya dipandang
normal atau wajar, dan apabila sebaliknya tidak normal atau menyimpang sehingga akan
menerima reaksi masyarakat. Dapatlah dikatakan bahwa apa yang diartikan dengan kaidah
adalah patokan atau ukuran atau pedoman untuk berperilaku atau bersikap tindak dalam
hidup. Apabila ditinjau bentuk hakikatnya, maka kaidah merupakan perumusan suatu
pandangan mengenai perikelakuan.  
Menurut Kuntoro Basuki Kaidah Sosial adalah pedoman tingkah laku manusia dalam hidup
bermasyarakat, yang fungsinya melindungi kepentingan manusia baik sebagai individu
maupun sebagai makhluk sosial dengan jalan menertibkan. Kaidah Sosial masih berhubungan
dengan Konformitas atau penyesuaian, dimana seseorang harus menyesuaikan dirinya
terhadap lingkungan agar seseorang bisa diterima di lingkungannya. 
Sedangkan Kaidah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi
oleh penguasa masyarakat atau penguasa negara, mengikat setiap orang dan berlakunya dapat
dipaksakan oleh aparat masyarakat atau aparat negara, sehingga berlakunya kaidah hukum
dapat dipertahankan. Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia atau perbuatan
nyata yang dilakukan manusia. Kaidah hukum tidak mempersoalkan apakah sikap batin
seseorang itu baik atau buruk, yang diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan lahiriyah
orang itu. 
Karena ada kaidah hukum maka hukum dapat dipandang sebagai kaidah. Hukum sebagai
kaidah adalah sebagai pedoman atau patokan sikap tindak atau perikelakuan yang pantas atau
diharapkan. Pada konteks ini masyarakat memandang bahwa hukum merupakan patokan-
patokan atau pedoman-pedoman yang harus mereka lakukan atau tidak boleh mereka
lakukan. Pada makna ini aturan-aturan kepala adat atau tetua kampung yang harus mereka
patuhi bisa dianggap sebagai hukum, meskipun tidak dalam bentuk tertulis. Kebiasaan yang
sudah lumrah dipatuhi dalam suatu masyarakat pun meskipun tidak secara resmi dituliskan,
namun selama ia diikuti dan dipatuhi dan apabila yang mencoba melanggarnya akan
mendapat sanksi, maka kebiasaan masyarakat ini pun dianggap sebagai hukum.
Dalam kaidah sosial, ada terdapat berbagai macam kaidah-kaidah, antara lain 
a.       Kaidah Agama
Kaidah agama merupakan aturan-aturan yang berisi perintah maupun larangan yang
besumber pada kitab suci masing-masing agama. Misalnya saja, bagi umat Islam, kaidah
agama bersumber pada Al-Qur’an, atau injilyang menjadi sumber kaidah agama bagi yang
memeluk agama Kristen. Kaidah agama bukanlah kaidah yang bersifat mengikat kepada
seluruh warga Negara Indonesia, kaidah ini tergantung pada agama apa yang dianut oleh
warga tersebut. Oleh karenanya kaidah agama Islam tidak dapat diterapkan kepada individu
atau masyarakat yang beragama Kristen, ataupun sebaliknya. 
b.      Norma Kesusilaan
Kaidah kesusilaan ada yang bersifat actual dan ada yang bersifat fundamental. Yang bersifat
actual misalnya; jangan iri hati, jangan todak senonoh, jangan membenci, jangan memfitnah
dll. Sedangkan yang fundamental yang merupakan dasar dari kaidah-kaidah tersebut adalah
pandangan tentang perilaku atau sikap tidak tindak bahwa sesorang harus bersih hatinya, baik
akhlaknya ,berjiwa luhur sebagai pancaran untuk dapat bersusila dalam pergaulan hidup.
c.       Kaidah Kesopanan
Inti dari kaidah kesopanan adalah kebiasaan, kepatuhan, dan kepantasan yang berlaku di
masyarakat. Kaidah kesopanan ini diikuti dan ditaati sebagai pedoman yang mengatur
tingkah laku manusia terhadap manusia yang ada disekitarnya. Satu golongan manusia
tertentu dapat menetapkan peraturan-peraturan tertentu mengenai kesopanan, yaitu apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat itu. Dengan
demikian, kaidah kesopanan tidak mempunyai lingkungan pengaruh yang luas,jika dibanding
dengan kaidah agama dan kesusilaan. 
d.      Kaidah Hukum
Kaidah hukum ialah peraturan-peraturan yang dibuat dan dilaksanakan oleh Negara, berlaku
dan dipertahankan secara paksa oleh alat-alat Negara seperti pisi, jaksa, hakim dan
sebagainya. Dengan demikian memaksa merupakan sifat khas dari kaidah atau norma hokum
meskipun demikian, memaksa tidak dapat diartikan sebagai kesewenang-wenangan, sebab
paksaan disini dimaksutkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat yang
berarti pula kepentingan-kepentingan setiap anggota masyarakat yang berada pada
masyarakat yang bersangkutan. Tindakan ini diperlukan karena tindakan tersebut tidak bisa
diserahkan kepada kehendak baik setiap anggota masyarakat semata-mata. Dalam tata hokum
paksaan harus digunakan untuk menjamin di taatinya peraturan-peraturan yang sangat
dibutuhkan dalam melaksanakan kepentingan-kepentingan yang justru merupakan kerangka
acuan tata hukum itu sendiri.
Pada intinya, dalam setiap perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari tidak bisa terlepas
dari kaidah atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini bertujuan  untuk menjaga
ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan
dan aliran. Walaupun golongan dan aliran beraneka ragam dan masing-masing mempunyai
kepentingan sendiri, akan tetapi kepentingan bersama mengharuskan adanya ketertiban dalam
kehidupan masyarakat. Keamanan dalam masyarakat akan terpelihara bila mana tiap warga
masyarakat itu tidak mengganggu sesamanya. Bila keamanan terganggu, maka masyarakat
akan kacau. Maka norma (suatu aturan) akan memberi batasan aturan yang bersifat perintah
dan anjuran serta larangan-larangan. Ketentuan-ketentuan larangan untuk perbuatan-
perbuatan yang apabila dilakukan atau tidak dilakukan dapat membahayakan kehidupan
bersama, sebaliknya perintah-perintah adalah ditujukan agar dilakukan perbuatan-perbuatan
yang dapat memberi kebaikan bagi kehidupan bersama.
Disisi lain, yang justru merupakan kerangka acuan tata hokum itu sendiri. Ada dua alas an
utama mengapa ketiga kaidah sosial selain kaidah hokum tersebut dinilai tidak mampu
menjamin ketertiban masyarakat:
1.      Masih banyak hal-hal penting guna menjaga ketertiban dan keamanan dalam masyarakat
yang tidak diatur dalam ketiga norma tersebut, seperti lawangan berkendaraan di sebelah
kanan, aturan-aturan dalam lalu lintas di jalan, urusan bank perseroan terbatas dan lain-lain.
2.      Ketiga kaidah sosial tersebut tidak memiliki sanksi yang tegas jika salah satu dari
peraturannya dilanggar. memang pelanggaran terhadap norma agama diancam dengan
hukuman dari Tuhan dan ini berlaku diakhirat, pelanggaran kaidah kesusilaan atau moral
mengakibatkan cemas dan sesal hati bagi pelanggaran yang insaf, demikian juga pelanggaran
terhadap kaidah kesopanan akan mengakibatkan celaan atau pengasingan dari lingkungan
masyarakat. Namun demikian, sanksi atau hukumanseperti itu tidak akan efektif karena tidak
semua orang bahkan banyak orang yang tidak mengenal dan memberikan perhatian atau
memperdulikan terhadap agama, kesusilaan dan kesopanan.

Anda mungkin juga menyukai